Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Jalan adalah. prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

Jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu:


klasifikasi menurut fungsi jalan, klasifkasi menurut kelas jalan, klasifikasi menurut
medan jalan dan klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan (Bina Marga 1997).

a. Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan yaitu:


1) Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien.
2) Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
3) Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.

b. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk


menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)
dalam satuan ton

1
Tabel 2.1. Klasifikasi jalan raya menurut kelas jalan
Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat/MST (ton)
I >10
Arteri II 10
IIIA 8
III A 8
Arteri
III B
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina
Marga, 1997

c. Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan


medanyang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman kondisi medan yang
diproyeksikan harusmempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut
rencana trase jalan denganmengabaikan perubahan-perubahan pada bagian kecil
dari segmen rencana jalan tersebut

Tabel 2..2. Klasifikasi Menurut Medan Jalan:

No Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)

1 Datar D <3

2 Berbukit B 3 – 25

3 Pegunungan G > 25

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina
Marga 1997

2
Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satutitik
pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Volume lalu lintas yang
tinggi membutuhkan lebar perkerasan jalan lebih besar sehingga tercipta kenyamanan
dan keamanan dalam berlalu lintas. (Sukirman, 1994).
Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan
penentuan jumlah dan lebar jalur adalah:
1. Lalu lintas harian rata-rata
Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu hari
(Sukirman,1994). Cara memperoleh data tersebut dikenal dua jenis lalu lintas
harian rata-rata, yaitu lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) dan lalu lintas
harian rata-rata.
LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur
jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahunan penuh..

LHRT = Jumlah Lalu L int as dalam Satu Tahun ………...………..........2.1


365
Sedangkan LHR adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang diperoleh selama
pengamatan dengan lamanya pengamatan,

LHR = Jumlah Lalu Lintas Selama Pengamatan……………………….2.2


Lamanya Pengamatan

2. Volume jam perencanaan


Volume jam perencanaan (VJR) adalah volume lalu lintas per jam yang
dipergunakan sebagai dasar perencanaan (Sony Sulaksono, 2001). Volume lalu
lintas untuk perencanaan geometrik umumnya ditetapkan dalam Satuan Mobil
Penumpang (SMP) sehingga masing – masing jenis kendaraan yang diperkirakan
yang akan melewati jalan rencana harus dikonversikan kedalam satuan tersebut
dengan dikalikan nilai ekivalensi mobil penumpang (emp).

3
BAB II

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan jenis-jenis survai yang diperlukan, informasi yang
dikumpulkan dalam survei, merumuskan formulir survai, tata cara melakukan survai,
serta pengolahan dan penyajian data hasil survei di Jalan Solo-Jogja.

 Survei inventarisasi prasarana jalan


Merupakan survei untuk mengumpulkan data mengenai dimensi dan geometrik
jalan.
Data yang diperoleh :
 lebar jalan = 6,56 m
 jumlah lajur lalu lintas = 1 lajur
 jumlah jalur lalu lintas = 1 jalur
 lebar bahu jalan = 2,50 m
 median jalan = 0,6 m
 Tipe Daerah = arteri

Bagian potongan melintang jalan ditunjukkan dalam gambar berikut:

4
Penampang melintang jalan adalah potongan suatu jalan secara melintang tegak lurus
sumbu jalan (Sukirman, 1994). Bagian-bagian penampang melintang jalan yang terpenting
dapat dibagi menjadi :
1. Jalur lalu lintas
2. Lajur
3. Bahu jalan
4. Selokan
5. Median
6. Trotoar
7. Fasilitas pejalan kaki
8. Lereng

Bagian – bagian jalan


 DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan)
DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan) adalah daerah yang dibatasi oleh batas
ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan, tinggi 5 meter di atas
permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan kedalaman ruang bebas 1,5
meter di bawah muka jalan.

 DAMIJA (Daerah Milik Jalan)


DAMIJA (Daerah Milik Jalan) adalah daerah yang dibatasi oleh lebar yang
sama dengan Damaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan
tinggi 5 meter dan kedalaman 1.5 meter.

 DAWASJA (Ruang Daerah Pengawasan Jalan)


DAWASJA (Ruang Daerah Pengawasan Jalan) adalah ruang sepanjang jalan
di luar DAMAJA yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari
sumbu jalansebagai berikut:

5
 jalan Arteri minimum 20 meter
 jalan Arteri minimum 15 meter
 jalan Lokal minimum 10 meter

 JALUR
Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukan
untuk lalu lintas kendaraan (Sukirman ,1994).Lebar jalur lalu lintas (travelled
way = carriage way) adalah saluran perkerasan jalan yang digunakan untuk
lalu lintas kendaraan yang terdiri dari beberapa jalur yaitu jalur lalu lintas
yang khusus diperuntukkan untuk di lewati oleh kendaraan dalam satu arah.
Pada jalur lalu lintas di jalan lurus dibuat miring, hal ini diperuntukkan
terutama untuk kebutuhan drainase jalan dimana air yang jatuh di atas
permukaan jalan akan cepat mengalir ke saluran-saluran pembuangan.
Selain itu, kegunaan kemiringan melintang jalur lalu lintas adalah untuk
kebutuhan keseimbangan gaya sentrifugal yang bekerja terutama pada
tikungan.Batas jalur lalu lintas dapat berupa median, bahu, trotoar, pulau
jalan, danSeparator.

 LAJUR
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka
lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan
bermotor sesuai kendaraan rencana. Lebar lajur tergantung pada kecepatan
dan kendaraan rencana (Jotin Khisty, 2003).

 BAHU JALAN
Bahu jalan atau tepian jalan adalah bagian jalan yang terletak di antara tepi
jalan lalu lintas dengan tepi saluran, parit, kreb atau lereng tepi (Clarkson
H.Oglesby,1999).

6
Bahu jalan berfungsi sebagai :
 Tempat berhenti sementara kendaraan
 Menghindarkan diri dari saat-saat darurat sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan
 Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah
samping agar tidak mudah terkikis
 Ruang pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan parbaikan atau
pemeliharaan jalan (Bina Marga, 1997).

 PEJALAN KAKI
Pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk
menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki baik dipinggir jalan,
trotoar, lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun menyeberang jalan. Untuk
melindungi pejalan kaki dalam berlalu lintas, pejalan kaki wajib berjalan pada
bagian jalan dan menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah
disediakan bagi pejalan kaki.

 TROTOAR
Jalur lalu lintas untuk pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan sumbu jalan
dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan (untuk menjamin
keselamatan pejalan kaki yang bersangkutan).

 FASILITAS
Fasilitas pejalan kaki berfungsi memisahkan pejalan kaki dari jalur lalu lintas
kendaraan guna menjamin keselamatan pejalan kaki dan kelancaran lalu
lintas. Namun dari hasil survei yang telah kami laksanakan, yaitu di jalan Solo
- Jogja, kami menemukan adanya fasilitas pejalan kaki. (Clarkson
H.Oglesby,1999).

7
 Survei arus lalu lintas
Untuk mendapatkan informasi besaran arus lalu lintas perlu dilakukan survei
untuk mendapatkan data yang representatif mengenai besaran arus lalu lintas.
Besaran arus lalu lintas dipengaruhi oleh waktu, musim (musim hujan atau musim
kemarau ataupun musim hari-hari besar keagamaan), hari pelaksanaan survei(hari
pasar), pusat kegiatan, perumahan ataupun pada daerah wisata dan berbagai faktor
lainnya; jenis kendaraan yang berlalu lintas (klasifikasi kendaraan).

 Metode pelaksanaan survei


Metode yang kami gunakan dalam survei infentarisisasi .
 Dengan menghitung kendaraan yang melewati Jalan Solo - Jogja selama 30
menit melalui pengamatan langsung tanpa menggunakan alat bantu dengan
waktu pagi, siang dan sore.
 Mengukur jarak dengan menggunakan rollmeter untuk mengetahui lebar
jalan, lebar drainase, dan lebar bahu jalan.

8
Data hasil survei manual infentarisasi dan pengukuran jalan :
Untuk mendapatkan gambaran besar arus lalu lintas dan seberapa besar
pengaruhnya terhadap kapasitas jalan, maka kendaraan di klasifikasikan menjadi
beberapa golongan sebagai berikut:

 Pagi, 07.00 – 07.30

Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan


Sepeda motor 842
Mobil 162
Truk kecil 62
Truk besar 4
Bus kecil 20
Bus besar 22
Box kecil 8
Pick up 38
Jumlah

1158
LHR = = 2316
0,5

 Siang, jam 11.00 – 11.30

Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan


Sepeda motor 547
Mobil 266
Truk kecil 93
Truk besar 14
Bus kecil 20
Bus besar 15
Box kecil 20
Pick up 39
Jumlah 1014

1014
LHR = = 2028
0,5

9
 Sore, jam 16.00 – 16.30

Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan


Sepeda motor 576
Mobil 257
Truk kecil 51
Truk besar 17
Bus kecil 19
Bus besar 18
Box kecil 0
Pick up 34
Jumlah 972

972
LHR = = 1944
0,5

 Perhitungan Satuan Mobil Penumpang (SMP)


Dari data jumlah kendaraan yang melewati Jalan Solo - Jogja, dapat dihitung
Satuan Mobil Penumpang (SMP) sesuai dengan buku standard (nilai perbandingan
untuk berbagai jenis kendaraan pada kondisi jalan pada daerah datar), sebagai
berikut :

Jenis Kendaraan Nilai Perbandingan


Sepeda motor 0,5
Kendaraan tidak bermotor / kendaraan penumpang 1,0
Truk kecil 2,5
Truk sedang 2,5
Truk berat 3,0
Bus 3,0

Perhitungan SMP :
 Sepeda motor
SMP = 1965 x 0,5
= 982,5 SMP

10
 Kendaraan tidak bermotor
SMP = 685 x 1,0
= 685 SMP

 Truk kecil
SMP = 139 x 2,5
= 347,5 SMP

 Truk sedang
SMP = 206 x 2,5
= 515 SMP

 Truk berat
SMP = 35 x 3,0
= 105 SMP

 Bus = 114 x 3,0


= 342 SMP

Jumlah Satuan Mobil Penumpang (SMP) seluruh kendaraan hasil survei di Jalan
Solo - Jogja selama waktu 30 menit = 2977 SMP.

11
BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil survei yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

 Klasifikasi menurut fungsi, Jalan Solo – Jogja termasuk dalam kategori jalan
arteri , yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk tidak
terbatas.
 Jalan Solo - Jogja merupakan jalan arteri yaitu jalan yang menghubungkan
kawasan antar provinsi.
 Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)
dalam satuan ton, Jalan Solo - Jogja termasuk jalan arteri kelas I.
 Kapasitas (C) = 2977 SMP/30 menit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rencana Standard Nasional Indonesia jalan Perkotaan.2004.Badan Standar


Nasional

Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota.1997. Departemen


Pekerjaan Umum

MKJI .1997. Departemen Pekerjaan Umum

13

Anda mungkin juga menyukai