MAKALAH
“Demografi”
OLEH
KELOMPOK 3
Rahayu Junita Putri 16030019
Winda 16030028
Yesi Vince Putri 16030009
Ridwan Cahaya S 16030023
Dairy Novrianto 16030004
Aprigo Siswanto
Dosen Pembimbing:
Rozana Eka Putri M.S.I
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin
dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
demografi. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai fertilitas dan
angkatan kerja.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini.
Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen pembimbing kami yakni
Rozana Eka Putri M.S.I yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami
sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan
disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih
maju di masa yang akan datang.
Harap kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi kami
dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang
lain yang membacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Fertilitas
1. Pengertian Fertilitas ............................................................................................................................................... 3
2. Pengukuran Fertilitas ............................................................................................................................................ 4
3. Pola Fertilitas .......................................................................................................................................................... 7
4. Faktor penyebab fertilitas tinggi.......................................................................................................................... 8
5. Dampak negatif fertilitas tinggi ........................................................................................................................... 13
6. Solusi mengatasi pertumbuhan fertilitas tinggi ................................................................................................ 15
7. Aliran/teori yang berkenaan mengenai hubungan fertilitas pada tingkat kesejahteraan ........................... 16
8. Hubungan pekerjaan dengan fertilitas................................................................................................................ 18
9. Resiko pekerjaan dengan fertilitas ...................................................................................................................... 20
10. Peranan wanita karir terhadap penurunan tingkat fertilitas .......................................................................... 20
B. Angkatan Kerja
1. Konsep dan definisi ketenagakerjaan................................................................................................................. 22
2. Faktor-faktor yang menentukan angkatan kerja .............................................................................................. 24
3. Ukuran-ukuran angkatan kerja............................................................................................................................ 24
4. Studi demografi dan karakteristik ekonomi penduduk................................................................................... 25
5. Dampak angkatan kerja dalam kehidupan sehari-hari.................................................................................... 26
6. Angkatan kerja di negara berkembang.............................................................................................................. 27
7. Bukan angkatan kerja ........................................................................................................................................... 28
8. Pengangguran......................................................................................................................................................... 28
9. Usaha untuk mengatasi pengangguran.............................................................................................................. 30
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................................... 31
Daftar Pustaka ......................................................................................................................................................... 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkat kesuburan masyarakat mempengaruhi kesehatan reproduksi yang merupakan
bagian penting dan merupakan paling utama dalam upaya mencapai kehidupan yang berkualitas
karena kesehatan reproduksi merupakan refleksi dari kesehatan konsepsi, kesehatan anak, remaja
dan masa dewasa, dengan demikian kesehatan reproduksi menentukan kesehatan wanita dan pria
serta generasi selanjutnya.
Fertilitas ialah kemampuan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan anak hidup oleh
pria yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas merupakan kemampuan fungsi satu pasangan
yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Sebelum dan sesudahnya tidak
seorangpun tahu, apakah pasangan itu fertil atau tidak. Riwayat fertilitas sebelumnya sama
sekali tidak menjamin fertilitas dikemudian hari, baik pada pasangan itu sendiri maupun
berlainan pasangan.
Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan
menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57% dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6
bulan, 85,4% dalam12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk
menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa
kehamilan, makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru
menganggap ada masalah infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak, dihadapkan pada
kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.
Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, menjadikan negara ini negara
dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini
sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan
setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata.
Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang
berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara - negara yang memiliki jumlah
penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, dan
kemiskinan Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan penanganan
segera supaya tidak semakin membelit dan menghalangi langkah Indonesia untuk menjadi
mengara yang lebih maju.
Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan
sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama
kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal; dan dapat
menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Permasalahan pengangguran dan setengah pengguran ini merupakan persoalan serius
karena dapat menyebabkan tingkat pendapatan Nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat
tidak mencapai potensi maksimal. Untuk itu perlu adanya upaya untuk menanggulangi masalah
ketenagakerjaan yang berkaitan dengan banyaknya jumlah pengangguran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fertilitas ?
2. Bagaimana pengukuran fertilitas ?
3. Apa saja pola dari fertilitas ?
4. Apa faktor penyebab fertilitas tinggi ?
5. Bagaimana dampak negatif dari tingginya fertilitas ?
6. Apa saja solusi untuk mengatasi pertumbuhan fertilitas yang tinggi ?
7. Apa aliran/teori mengenai hubungan fertilitas pada tingkat kesejahteraan ?
8. Bagaimana hubungan pekerjaan dengan fertilitas ?
9. Bagaimana resiko pekerjaan dengan fertilitas ?
10. Bagaimana peranan wanita karir terhadap penurunan tingkat fertilitas ?
11. Apa saja konsep dan definisi ketenagakerjaan ?
12. Faktor-faktor apa saja yang menentukan angkatan kerja ?
13. Bagaimana pengukuran angkatan kerja ?
14. Apa saja studi demografi dan karakteristik ekonomi penduduk ?
15. Bagaimana dampak angkatan kerja dalam kehidupan sehari-hari ?
16. Bagaimana angkatan kerja di negara berkembang ?
17. Apa yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja ?
18. Apa yang dimaksud dengan pengangguran ?
19. Apa saja usaha untuk mengatasi pengangguran ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. FERTILITAS
1. Pengertian
Fertilitas yang bahasa inggrisnya “fertility” berarti reproductive performance
(Webster’s, 1966). Fertilitas adalah suatu pengertian yang digunakan oleh ahli demografi untuk
menunjukan tingkat pertambahan jumlah anak (Hutabarrat, 1973).
Pengertian lain dari fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil
reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita, dengan kata lain fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup (Hatmadji, 1981).
Menurut ahli lain, fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan di dalam bidang
demografi untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup. Fertilitas juga
diartikan sebagai suatu ukuran yang diterapkan untuk mengukur hasil reproduksi wanita yang
diperoleh dari statistik jumlah kelahiran hidup (Pollard, 1984).
Melihat dari pendapat para ahli dalam memberi definisi mengenai fertilitas maka
dapat disimpulkan bahwa fertilitas dapat diartikan sebagai suatu ukuran dari hasil reproduksi dan
dinyatakan dengan jumlah bayi yang lahir hidup ataupun yang lahir mati.
Menurut Hatmadji (1981), terdapat konsep-konsep penting dalam mengkaji fenomena
fertilitas, diantaranya :
1. Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa
memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-
tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya atau tali pusat atau gerakan-
gerakan otot.
2. Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur
paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
3. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28 minggu.
Ada dua macam abortus : disengaja (induced) dan tidak disengaja (spontaneus).
Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan istilah aborsi dan
yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah keguguran.
4. Masa reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan melahirkan,
yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).
2. Pengukuran Fertilitas
Pengukuran fertilitas memiliki dua macam pengukuran, yaitu pengukuran fertilitas
tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas tahunan (vital rates) adalah
mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu yang dihubungkan dengan jumlah penduduk
yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut. Sedangkan pengukuran fertilitas
kumulatif adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita hingga
mengakhiri batas usia subur.
Ukuran-ukuran fertilitas tahunan
a) Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)
Tingkat fertilitas kasar adalah banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun
tertentu tiap 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Dalam ukuran CBR, jumlah
kelahiran tidak dikaitkan secara langsung dengan penduduk wanita, melainkan
dengan penduduk secara keseluruhan.
𝑩
𝑪𝑩𝑹 𝒙𝟏𝟎𝟎𝟎
𝑷𝒎
Keterangan :
CBR = Tingkat kelahiran kasar
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
Pm = Penduduk Pertengahan Tahun
K = bilangan konstanta yang biasanya 1000
Adapun kelemahan dalam perhitungan CBR yakni tidak memisahkan
penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan yang
berumur 50 tahun ke atas. Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar. Sedangkan
kelebihan dalam penggunaan ukuran CBR adalah perhitungan ini sederhana,
karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan
jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
b) Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)
Tingkat fertilitas umum mengandung pengertian sebagai jumlah kelahiran
(lahir hidup) per 1.000 wanita usia produktif (15-49 tahun) pada tahun tertentu.
Pada tingkat fertilitas kasar masih terlalu kasar karena membandingkan
jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Tetapi pada tingkat
fertilitas umum ini pada penyebutnya sudah tidak menggunakan jumlah penduduk
pada pertengahan tahun lagi, tetapi jumlah penduduk wanita pertengahan tahun
umur 15-49 tahun.
𝑩
𝑮𝑭𝑹 𝒙𝑲
𝑷𝒇𝒇 𝟏𝟓 − 𝟒𝟗
Keterangan :
GFR = Tingkat fertilitas umum
B = Banyaknya kelahiran selama 1 tahun
Pff = Banyaknya penduduk perempuan usia 15-49 tahun, pada pertengahan tahun
K = Konstanta 1000
Kelemahan dari penggunaan ukuran GFR adalah ukuran ini tidak
membedakan kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap
mempunyai resiko melahirkan yang sama besar dengan wanita yang berumur 25
tahun. Namun kelebihan dari penggunaan ukuran ini ialah ukuran ini cermat
daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau
sebagai penduduk yang “exposed to risk”
c) Tingkat Fertilitas menurut Umur (Age Specific Fertility Rate)
Diantara kelompok wanita reproduksi (15-49 tahun) terdapat variasi
kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas wanita pada
tiap-tiap kelompok umur. Dengan mengetahui angka-angka ini dapat pula
dilakukan perbandingan fertilitas antar penduduk dari daerah yang berbeda.
𝒃𝒊
𝑨𝑺𝑭𝑹𝒊 𝒙𝑲
𝒑𝒊𝒇
Keterangan :
ASFRi = Tingkat fertilitas meurut umur
bi = Jumlah kelahiran pada kelompok umur tertentu
pif = Jumlah penduduk perempuan pada suatu kelompok umur i pada pertengahan
tahun yang sama
K = Konstanta 1000
namun dalam pengukuran ASFR masih terdapat beberapa kelemahan di antaranya
yaitu :
Ukuran ini membutuhkan data yang terperinci yaitu banyaknya
kelahiran untuk tiap kelompok umur sedangkan data tersebut belum
tentu ada di tiap negara/daerah, terutama negara yang sedang
berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapatkan
ukuran ASFR.
Tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur
15-49 tahun.
Ukuran-ukuran Fertilitas Kumulatif
a) Total Fertility Rate (TFR)
Total Fertility Rate/ TFR adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan
seorang wanita sampai akhir masa reproduksinya.
TFR 5 ASFRi
Keterangan :
TFR = Angka fertilitas total
5 = Interval klompok umur
ASFRi = Angka fertilitas menurut kelompok umur
b) Gross reproduction rates (GRR)
Jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 perempuan sepanjang masa
reproduksinya, dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal
sebelum mengakhiri masa reproduksinya banyaknya perempuan yang dilahirkan
oleh kohor perempuan.
GRR =5 ASFR
= 1041,55
3. Pola Fertilitas
a) Pola fertilitas menurut umur
Angka kelahiran (yaitu fertilitas, dan bukan fekunditas) dimulai dari nol kira-kira
pada umur 15 tahun, kemudian memuncak pada umur mendekati 30 tahun, sesudah itu menurun
sampai nol lagi kira-kira pada umur 49 tahun.
Puncak umur yang sebenarnya maupun angka penurunan sesudah puncak tersebut
untuk masing-masing penduduk maupun di dalam lingkungan penduduk itu sendiri ternyata
berbeda. Perbedaan itu tergantung dari kebiasaan perkawinan, sterilitas, praktik keluarga
berencana, maupun faktor-faktor lain. Walaupun demikian perbedaan fertilitas itu lebih sering
terjadi di dalam tingkat kurva ini, dan bukan dalam bentuk umum yang senantiasa konstan untuk
setiap penduduk maupun dari waktu ke waktu.
b) Pola fertilitas menurut perkawinan
Semua ukuran fertilitas yang telah diuraikan dapat memberikan hasil perhitungan
yang menyesatkan apabila angka perkawinan ternyata abnormal, karena beberapa alasan tertentu.
Perkawinan untuk sementara waktu tertunda dan kemudian disebabkan karena banyak fertilitas
terjadi lebih awal di dalam perkawinan, maka jumlah kelahiran akan menurun, yang kemudian
diikuti pula dengan kenaikan yang merupakan kompensasi dengan syarat bahwa fertilitas
perkawinan total tetap konstan.
Demikian pula apabila perkawinan secara temporer malah agak dipercepat,
jumlah kelahiran akan meningkat, yang kemudian menurun lagi. fluktuasi jangka pendek yang
disebabkan oleh perkawinan ini hendaknya dapat disingkirkan dengan meneliti fertilitas
perkawinan, dan bukan fertilitas semua wanita. Di kebanyakan negara lebih dari 90% kelahiran
terjadi sebagai hasil ikatan perkawinan dan sisanya dapat dihitung secara terpisah.
Salah satu pola fertilitas yang umum ialah lamanya angka fertilitas yang
menunjukkan jumlah kelahiran oleh 1000 wanita selama 0, 1, 2, ...dst tahun sesudah perkawinan.
Pola tersebut dapat di hiting dengan cara membagi kelahiran oleh ibu dari pada lamanya
perkawinan X dengan jumlah perkawinan X perkawinan X rahun sebelumnya untuk nilai X =
0,1, 2, ..., dst.
c) Pola fertilitas khusus menurut paritas
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan program keluarga berencana yang
semakin pesat telah cenderung menyebabkan perhatian semakin ditunjukkan ke arah
pembentukan jumlah keluarga yang terakhir.
Gangguan ekonomi dan soosial memang dapat mempengaruhi kelahiran selama
satu jangka waktu tertentu, tetapi bagaimanapun jumlah keluarga yang dikehendaki akhirnya
akan dapat dicapai, dan bahwa penduduk akan mengarah kepada frekuensi distribusi tertentu
menurut besarnya keluarga. Jumlah kelahiran pertama, kedua, ketiga dan seterusnya per 1000
wanita yang berumur 15-49 tahun.
Tingkat pendidikan
B. ANGKATAN KERJA
1. Konsep dan Definisi Ketenagakerjaan
Penduduk di suatu negara mengonsumsi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi
hanya sebagian dari mereka yang secara langsung terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan
memproduksi barang dan jasa tersebut (disebut kegiatan produktif). Berdasarkan pemikiran tersebut dapat di
katakan bahwa penduduk di suatu negara dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
Penduduk yang “aktif” secara ekonomi (economically active population)
Penduduk yang “tidak aktif” secara ekonomi (economically inactive population)
Penduduk yang aktif secara ekonomi terdiri dari dua kelompok. Kelompok petama adalah penduduk
yang bekerja memproduksi barang dan jasa dalam perekonomian. Kelompok kedua adalah
penduduk yang belum bekerja, tetapi sedang aktif mencari pekerjaan (termasuk mereka yang
baru pertama kali mencari pekerjaan). Penduduk yang tidak aktif secara ekonomi adalah mereka
yang tidak bekerja atau tidak sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini tidak memproduksi barang dan jasa,
dan hanya mengonsumsi barang yang diproduksi orang lain. Dalam studi kependudukan atau demografi
terdapat beberapa konsep atau definisi yang dipakai seperti yang tertera di bawah ini.
a. Konsep tenaga kerja (manpower)
Dalam studi kependudukan sering disebut 'tenaga kerja' yang diterjemahkan dari istilah
manpower, yakni seluruh penduduk yang dianggap mempunyai potensi untuk bekerja secara produktif. Dulu
Indonesia sering kali menyebutkan tenaga kerja sebagai seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas (lihat hasil
SP1971, 1980, dan 1990). setelah itu dipakai ukuran 15 tahun ke atas yang disesuaikan dengan ketentuan
internasional. Dalam dunia industri atau bisnis konsep 'tenaga kerja' diartikan sebagai personel yang bekerja
dalam industri atau bisnis.
b. Konsep gainful worker
Konsep ini menunjukkan aktivitas ekonommi apakah seseorang pernah bekerja atau yang
biasanya dilakukan seseorang (usual activity), mungkin saat sensus atau survei masih bekerja atau sudah
tidak bekerja lagi.
Dalam konsep gainful worker ini tidak ditentukan referensi/batasan waktu
tertentu, artinya kegiatan ekonomi yang dilakukan atau pernah dilakukan selama hidup seseorang pada saat
pencacahan. Seseorang dapat saja melaporkan bekerja padahal sudah lama tidak bekerja lagi. Oleh karena tak
ada batasan waktu, maka kita tidak tahu kapan ia bekerja, apakah pernah bekerja atau sedang
bekerja.
Lagi pula mereka yang sedang mencari pekerjaan untuk pertama kali tidak tercatat sebagai
economicallyactive population. Jumlah pengangguran yang tercatat memakai konsep ini akan sedikit sekali.
Konsep ini sudah jarang dipakai dalam analisis.
c. Konsep angkatan kerja (labor force concept)
Dalam SP 1940, United States Bureau of Census telah memelopori penggunaan konsep baru
yang disebut labor force concept, atau konsep Angkatan Kerja. Dua perbaikan diusulkan dalam konsep ini yaitu:
Activity concept, bahwa yang termasuk dalam angkatan kerja (labor force)
haruslah orang yang secara aktif bekerja atau sedang aktif mencari pekerjaan.
Aktivitas tersebut dilakukan dalam suatu batasan waktu tertentu sebelum
wawancara.
Dengan kata lain, konsep angkatan kerja umumnya disertai dengan referensi waktu.Berdasarkan
konsep tersebut, angkatan kerja (labor force) dibagi menjadi dua, yaitu:
Bekerja
Mencari pekerjaan
Dari pengertian di atas, angkatan kerja dapat dikatakan sebagai bagian dari tenaga kerja yang
sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barangdan jasa
dalam kurun waktu tertentu.
Oleh karena itu, dalam konsep angkatan kerja ini harus ada referensi waktu yang pasti, misalnya
satu minggu sebelum pencacahan. Jadi, perbedaan antara konsep angkatan kerja dengan konsep gainful worker
adalah tentang ada atau tidaknya referensi waktu.
Secara demografis, besarnya angkatan kerja dapat dilihat melalui angka partisipasi angkatan
kerja (labor force participation rate), yaitu berapa persen dari jumlah tenaga kerja yang menjadi
angkatan kerja. Dalam konsep angkatan kerja, yang dimaksud dengan bekerja adalah mereka yang
mempunyai pekerjaan yang menghasilkan pendapatan, baik berupa uang ataupun barang.
8. Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah pelik dan terjadi bukan hanya di negara-negara
berkembang, tetapi juga di negara maju. Namun, tekanan masalah pengangguran banyak terasa
di negara-negara berkembang. Hal ini wajar karena negara-negara berkembang umumnya adalah
negara yang tingkat pertumbuhan penduduknya tinggi dan tingkat pendidikan masyarakatnya
rendah.
Pengangguran terjadi karena tidak seimbangnya antara kesempatan kerja dengan
angkatan kerja atau antara permintaan tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja.
Pengangguran dapat diartikan sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja atau seseorang yang
tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan, tetapi belum dapat memperolehnya.
Seseorang yang tidak bekerja tetapi sedang aktif mencari pekerjaan tidak tergolong
sebagai penganggur, contohnya para ibu rumah tangga, mereka tidak mau bekerja karena ingin
mengurus keluarganya, atau para anak orang kaya, mereka tidak ingin bekerja karena gajinya
lebih rendah dari yang diinginkannya. Kelompok ibu rumah tangga dan anak orang kaya tersebut
dikategorikan sebagai penganggur sukarela.
Salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kemakmuran suatu masyarakat
adalah tingkat pendapatan. Tingginya tingkat pengangguran akan mengurangi pendapatan
masyarakat sehingga dengan adanya pengangguran, tingkat kemakmuran masyarakat akan
berkurang.
Pengangguran akan menimbulkan masalah ekonomi dan sosial bagi individu yang
mengalaminya. Pengangguran juga akan berdampak negatif terhadap keadaan ekonomi, politik,
dan sosial bagi negara yang mempunyai tingkat pengangguran yang tinggi. Pengangguran sangat
berpengaruh terhadap pencapaian kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan di negara
yang bersangkutan.
a. Pengangguran terbuka (open unemployment)
Pengangguran terbuka terdiri dari (lihat Sakernas 2006, Semester 1, Februari 2006):
Mereka yang sedang mencari pekerjaan.
Mereka yang sedang mempersiapkan usaha.
Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena mereka tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan.
Mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan tetapi belummulai bekerja.
b. Setengah menganggur (underemployed)
Setengah menganggur (underemployed) adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal
(kurang dari 35 jam seminggu). Setengah menganggur terdiri dari:
setengah pengangguran terpaksa, yakni mereka yang bekerja di bawah jam
kerja normal (35 jam seminggu) dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia
menerima pekerjaan.
Setengah menganggur sukarela, yakni mereka yang bekerja di bawah jam
kerja normal dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain (sebagian piahak
menyebutkan sebagai pekerja paruh waktu atau part time worker).
c. Pengangguran tidak kentara
Sementara itu, dalam konsep angkatan kerja, pengangguran tidak kentara dimasukkan dalam
kegiatan bekerja, karena mereka memenuhi persyaratan dari definisi “bekerja”. Akan tetapi,
sebetulnya jika dilihat dari segi produktivitas dalam pekerjaan, maka mereka adalah penganggur.
Sebagai contoh, ada empat orang bekerja membuat sebuah kursi, padahal sebenarnya bobot
pekerjaannya cukup dikerjakan oleh dua orang saja dengan waktu yang sama. Kondisi seperti ini umumnya terjadi
karena dalam pasar kerja terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja dan sempitnya lapangan kerja.
d. Pengangguran Friksional
Seseorang yang sudah berhenti bekerja karena ingin pindah pekerjaan, sering kali tidak langsung
mendapatkan pekerjaan yang baru. Selama seseorang aktif mencari pekerjaan yang baru maka ia berstatus
penganggur. Jadi, pengangguran friksional sebenarnya adalah pengangguran karena tenggang
waktu sebelum mendapatkan pekerjaan. Dalam analisis ketenagakerjaan, tenggang waktu itu sering disebut
'waiting time.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tingkat kesuburan masyarakat mempengaruhi kesehatan reproduksi yang merupakan
bagian penting dan merupakan paling utama dalam upaya mencapai kehidupan yang berkualitas
karena kesehatan reproduksi merupakan refleksi dari kesehatan konsepsi, kesehatan anak, remaja
dan masa dewasa, dengan demikian kesehatan reproduksi menentukan kesehatan wanita dan pria
serta generasi selanjutnya.
Fertilitas adalah sebagai suatu ukuran dari hasil reproduksi dan dinyatakan dengan
jumlah bayi yang lahir hidup ataupun yang lahir mati.
Secara demografis, besarnya angkatan kerja dapat dilihat melalui angka partisipasi angkatan kerja (labor
force participation rate), yaitu berapa persen dari jumlah tenaga kerja yang menjadi angkatan
kerja. Dalam konsep angkatan kerja, yang dimaksud dengan bekerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan
yang menghasilkan pendapatan, baik berupa uang ataupun barang.
Dalam konsep angkatan kerja ini harus ada referensi waktu yang pasti, misalnya satu minggu sebelum
pencacahan. Jadi, perbedaan antara konsep angkatan kerja dengan konsep gainful worker adalah tentang ada atau
tidaknya referensi waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Ida Bagoes Mantra. 2009. Demografi Umum. Edisi kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Robinson, Warren C. & Sarah F. Harbison, Menuju Teori Fertilitas Terpadu (Toward a unified
theory of fertility), Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan UGM, Yogyakarta, 1983
Hatmadji, Sri Harjati. 2004. Dasar-dasar Demografi. Edisi 2004. Lembaga Demografi Fakultas
Lee (Ed.), Determinants of Fertility in Developing Countries Volume 1 Supply and Demand for
Children, Academic Press, 1983, London
Davis, Kingsley & Judith Blake, Struktur Sosial dan Fertilitas (Social structure and fertility: an
analytical framework), Lembaga Kependudukan UGM, Yogyakarta, 1974
Said Rusli. 1986. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES
Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Masalah Kependudukan Di Negara Indonesia. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara
http://hqsa.blogspot.com/2012/04/contoh-makalah-ketenagakerjaan.html
http://hukumketenagakerjaanindonesia.blogspot.com/2012/03/sumber-hukum-ketenagakerjaan-
indonesia.html
Rahma kurnia.2006. kebijakan pengelolahan penduduk. (di unduh pada: http://rahma-
kurnia.blogspot.com/2006/09/kebijaksanaan-pengelolaan-kependudukan.html)