Anda di halaman 1dari 35

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peta merupakan sumber informasi tentang gambaran
seluruh permukaan bumi yang dipilih dan diskalakan atau
diperkecil dalam bidang datar. Informasi yang ada dalam peta
digambarkan dengan simbol yang memiliki arti atau
merepresentasikan suatu bangunan, wilayah atau daerah yang
dipetakan. Pembacaan simbol ataupun unsur-unsur dalam peta
untuk orang awam akan sulit dimengerti apabila tidak tahu cara
penggunaannya.
Penggunaan peta penting untuk dipelajari karna dalam
pembacaan suatu peta ataupun unsur-unsur didalamnya tidaklah
mudah. Penggunaan peta mempunyai tahapan dalam menggunakan
peta yaitu membaca peta dengan mengidentifikasi simbol dan
artinya, menganalisis peta dengan mengukur dan mencari nilai
unsur-unsur yang ada pada peta, dan menginterpretasi peta.
Peta memiliki manfaat yang sangat penting untuk
kehidupan mansia seperti untuk navigasi, penelitian, maupun untuk
pendidikan. Adanya pelaksanaan praktikum Penggunaan Peta ini
sangat bermanfaatan daam menunjang ilmu dan menjadi acuan
dalam kuliah Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi.
1.2 Tujuan
1. Memahami berbagai jenis peta menurut kegunaannya.
2. Memahami komposisi peta pada peta topografi dan peta rupa bumi.
3. Membuat komposisi peta secara baik dan seimbang.
4. Memahami sistem pembuatan nomor seri peta pada peta topografi
lama dan peta rupa bumi.
5. Memahami skala peta.
6. Mengkonversikan dalam berbagai ukuran metrik.
7. Memahami tentang orientasi arah utara.
8. Memahami sistem koordinat geografis.
9. Mampu memasukkan koordinat posisi geografis ke dalam peta.
10. Memahami sistem koordinat UTM.
11. Mampu memasukkan koordinat posisi UTM ke dalam peta.
12. Memahami simbol peta yang ada pada peta rupa bumi.
13. Mampu mengklasifikasikan unsur-unsur yang ada pada peta.
14. Melatih dalam melakukan analisis spasial secara sederhana dari
unsur yang tergambar dari peta rupa bumi.
15. Mampu menggunakan peta di lapangan.
16. Mampu menggunakan kompas, menghitung koordinat di peta, dan
plotting koordinat di lapangan.
BAB 2. DASAR TEORI

2.1 ACARA 1

Jenis Peta dan Kegunaannya


Peta dibuat untuk berbagai tujuan dan kepentingan,
sehingga terdapat berbagai tema dan judul peta. Namun dari
berbagai tema dan tujuan peta tersebut dapat digolongkan dalam
beberapa tema besar. Penggolongan peta sangat diperlukan untuk
mengetahui fungsi dan kegunaan peta secara tepat dan pemilihan
atau pencarian peta secara cepat. Peta dapat dikelompokkan
menurut bentuk peta, isi peta, skala peta, tujuan atau fungsi peta,
simbol peta, tema peta, dan sebagainya. Kadang juga
penggolongan peta tersebut tidak tepat untuk suatu kepentingan
tertentu, misalnya skala 1 : 50.000, merupakan skala detil bagi
seorang pendidik sebagai alat peraga, namun untuk kepentingan
perencanaan bidang tertentu skala detil adalah 1 : 1.000. Perbedaan
kepentingan tersebut masih dapat diatasi dengan memilih dasar
pedoman klasifikasi peta yang lain.
Klasifikasi peta menurut Bos, ES, (1977) dikelompokkan
dalam tiga golongan, yaitu penggolongan peta menurut isi peta,
skala peta, dan kegunaan peta, diuraikan sebagai berikut:

a. Penggolongan Peta menurut isi (content):

a) Peta umum atau peta rupabumi atau dahulu disebut peta


topografi, yaitu peta yang menggambarkan bentang alam
secara umum di permukaan bumi, dengan menggunakan
skala tertentu. Peta-peta yang bersifat umum masuk dalam
kelompok ini seperti peta dunia, atlas, dan peta geografi
lainnya yang berisi informasi umum.
b) Peta tematik, adalah peta yang memuat tema-tema khusus
untuk kepentingan tertentu, yang bermanfaat dalam
penelitian, ilmu pengetahuan, perencanaan, pariwisata, peta
kemampuan lahan, peta kesesuaian lahan, peta daerah
rawan longsor, dan sebagainya.
c) Peta navigasi (Chart), peta yang dibuat secara khusus atau
bertujuan praktis untuk mebantu para navigasi laut,
penerbangan maupun perjalanan. Unsur yang digambarkan
dalam chart meliputi route perjalanan dan faktor-faktor
yang sangat berpengaruh atau sangat penting sebagai
panduan perjalanan seperti lokasi kota-kota, ketinggian
daerah, maupun kedalaman laut.
b. Penggolongan peta menurut skala (scale)
a) Peta skala sangat besar : > 1 : 10.000
b) Peta skala besar : < 1 : 100.000 – 1 : 10.000
c) Peta skala sedang : 1 : 100.000 – 1 : 1.000.000
d) Peta skala kecil : > 1 : 1.000.000
c. Penggolongan peta menurut kegunaan (purpose)
a) Peta pendidikan
b) Peta ilmu pengetahuan
c) Peta navigasi
d) Peta untuk aplikasi teknik
e) Peta untuk perencanaan

Endang Saraswati (1979) menggolongkan peta menurut skala dan


isinya, yaitu peta umum dan peta khusus sebagai berikut :
a. Peta umum
peta yang memuat kenampakan umum, baik kenampakan fisis
maupun kenampakan sosial ekonomi atau kenampakan budaya,
meliputi :
a) Peta rupabumi, peta umum skala besar
b) Peta chorografi, peta umum berskala sedang
c) Peta dunia, peta umum berskala kecil
b. Peta khusus
peta yang memuat kenampakan khusus antara lain peta politik,
peta kota, peta pariwisata, peta perhubungan, peta ilmu pengetahuan, peta
militer, peta tanah, peta geologi, peta kemampuan lahan, peta kesesuaian
lahan, peta daerah rawan banjir, dan sebagainya. Sutarto (1990)
menggolongkan peta berdasarkan tujuan atau fungsi peta, yaitu peta
masukan (input maps) dan peta keluaran (output maps) diuraikan sebagai
berikut :
a) Peta masukan (input maps)
peta masukan merupakan peta-peta yang fungsinya sebagai
masukan untuk peta-peta keluaran, isi dari peta masukan sifatnya masih
terpisah-pisah pada tema-tema tertentu, belum dapat gambaran yang
terintegrasi antar fenomena-fenomena dalam ruang. Contoh peta masukan
antara lain peta iklim, peta tanah, peta penduduk, peta lokasi industri, dan
peta geologi.
b) Peta keluaran (output maps)
Peta keluaran merupakan peta yang mampu memberikan gambaran
berbagai fenomena muka bumi secara integreted, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam suatu
perencanaan. contoh : peta kesesuaian lahan untuk industri, peta rawan
bencana, peta kemampuan lahan, peta potensi wilayah pantai, peta tingkat
bahaya erosi, dan sebagainya. Masih banyak penggolongan peta yang lain,
kita dapat menciptakan sistem penggolongan peta yang berbeda, namun
yang penting dasar penggolongan harus benar, dapat dipercaya, dan tujuan
penggolongan peta dapat tercapai dengan baik. Mengingat teknik, tujuan
dan skala yang bermacam-macam, maka peta dapat digolongkan menjadi :
a. Atas dasar skala peta
 Peta skala kecil : < 1 : 250.000
 Peta skala menengah : < 1 : 50.000 – 1 : 250.000
 Peta skala besar : < 1 : 250.000 – 1 : 50.000
 Peta skala sangat besar : > 1 : 2.500
b. Atas dasar isinya
 Peta umum (peta topografi, dll)
 Peta khusus (peta tematik)
c. Atas dasar pengukurannya
 Peta terestris dan peta fotogramteri
d. Atas dasar penyajiannya
 Peta garis
 Peta foto
 Peta digital
e. Atas dasar hirarkinya
 Peta manuskrip
 Peta dasar
 Peta induk
 Peta turunan

2.2 ACARA 2

Komposisi Peta (Map Layout)

Peta memuat berbagai informasi tentang judul, skala, orientasi,


letak koordinat, legenda, dan sumber peta, semua informasi peta ini
dinamakan informasi tepi peta. Informasi tepi peta ini sangat penting untuk
mengetahui identitas dan tema peta. Peta dengan komposisi informasi tepi
peta yang diatur dan disusun dengan baik dan benar pada ruang garis tepi
peta, akan diperoleh penampilan peta yang menarik. Penampilan peta yang
menarik dapat mengundang pengguna peta (map users) untuk mempelajari
dan memanfaatkan peta tersebut.

Komposisi peta disebut juga tata letak peta atau layout peta.
Komposisi peta merupakan unsur terpenting dalam mengatur informasi
tepi peta. Informasi tepi peta adalah semua keterangan yang terdapat di
tepi peta, pada bagian atas, bawah atau samping kanan dan kiri peta.
Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam mengatur komposisi peta
adalah adanya keseimbangan {balance) dalam komposisi atau tata letak
informasi-informasi tepi peta. Penempatan dan pengaturan informasi tepi
peta ke dalam ruang-ruang kosong dalam garis tepi peta sangat
menentukan hasil komposisi peta. Selain itu ukuran huruf (text) dan tipe
huruf (style) mempunyai peranan pula, karena itu besar kecil huruf sangat
perlu dipertimbangkan secara tepat. Komposisi peta rupabumi berbeda
dengan peta tematik. Pada peta tematik komposisi peta diatur sesuai
dengan ide dan seni dari pembuat peta. Unsur seni dari pembuat peta
sangat menentukan hasil komposisi peta.

Komposisi Peta Rupabumi peta rupabum mempunyai komposisi


peta yang bersifat baku atau bersifat tetap di suatu negara. Model
komposis, peta rupabumi suatu negara berbed. Dengan negara lain. Peta
topografi di Indonesia merupakan peta rupabumi peninggalan masa
penjajahan Belanda yang dibuat secara terestrial di lapangan, wilayah yang
dipetakan terbatas terutama di Pulau Jawa. Berkat kemajuan teknologi di
Indonesia telah berhasil merevisi dan memperluas cakupan wilayah yang
dipetakan, seluruh wilayah Indonesia telah dibuat peta rupabuminya oleh
Jawatan Topografi Angkatan Darat (Jantop) dan Bakosurtanal.

Gambar 2. Komposisi Peta Rupabumi


Keterangan:

1. Judul peta (daerah yang dicakup)

2. Nomor lembar seri

3. Pulau induk

4. Petunjuk letak peta

5. Petunjuk orientasi

6. Skala angka dan garis

7. Pengarang/penerbit

8. Indeks administrasi

9. Keterangan proyeksi

10. Legenda/keterangan

11. Penjelasan sumber

12. Letak lintang bujur

Komposisi Peta Tematik dapat dibuat sedemikian rupa dengan


mempertimbangkan asas keserasian, keseimbangan, keselarasan, dan
kerapian. Unsur seni dari pembuat peta sangat mendominasi hasil peta,
komposisi peta yang selaras, serasi, dan seimbang ditambah kerapian akan
menghasilkan tampilan peta yang menarik.

Langkah utama pembuatan peta tematik adalah menentukan


komposisi peta, dengan memperhatikan bentuk wilayah dan ruang-ruang
kosong yang ada pada peta. Ada tiga model komposisi peta tematik, yaitu:

 Model 1 komposisi dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta diletakkan di


dalam garis tepi peta (lihat gambar 3)
 Model 2 komposisi berjajar dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta
diletakkan di sebelah kanan atau kiri muka peta (map face) (lihat gambar
4)
 Model 3 komposisi bersusun dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta
diletakkan di sebelah bawah muka peta (map face) (lihat gambar 5).

Gambar 3. Komposisi dalam Bingkai Peta Tematik (model 1)

Keterangan:

1. Judul peta tematik

2. Skala angka dan garis

3. Orientasi peta

4. Garis tepi peta

5. Lintang dan bujur

6. Sumber peta

7. Legenda

8. Inset peta

9. pembuat peta
Gambar 4. Komposisi Berjajar dalam Bingkai Peta Tematik
(Model 2) Keterangan:

1. Judul peta tematik 6. Sumber peta

2. Skala angka dan garis 7. Legenda

3. Orientasi peta 8. Inset peta

4. Garis tepi peta 9. Pembuat peta

5. Lintang dan bujur

Keterangan:

1. Judul peta tematik


2. Skala angka dan garis

3. Orientasi peta

4. Garis tepi peta

5. Lintang dan bujur

6. Sumber peta

7. Legenda

8. Inset peta

9. pembuat peta

2.3 ACARA 3

Batas Garis Lembar Peta dan Nomor Seri Peta

Batas garis lembar peta pada setiap rangkaian peta


topografi, merupakan suatu hal yang harus ditentukan pada tahap proses
permulaan pembuatan peta topografi tersebut (ukuran kertas yang tersedia,
ukuran mesin cetak yang tersedia, masalah penyimpanan, dan lain-lain).
Garis lembar peta yang dimaksud disini adalah garis yang membatasi
muka peta areal dari suatu muka bumi yang digambarkan pada suatu
lembar peta.Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap bentuk garis
lembar suatu peta adalah faktor ekonomis dan kemampuan ukuran mesin
cetak (offset printing) sehingga ukuran lembar peta juga harus mengikuti
kemampuan ukuran mesin cetak.Terdapat dua sistem yang dipakai untuk
garis lembar peta yaitu1) graticule system (lintang dan bujur) dan 2) grid
system.

Penomoran lembar peta akan memberikan petunjuk tentang


kedudukan/ posisi lembar peta dalam setiap seri. Penomoran ini
mempunyai bentuk yang seragam (uniform), dan penomoran ini juga
dihubungkan dengan sistem grid dan graticule. Semua lembar peta tepat
antara satu dengan lainnya, demikian pula ukurannya sama untuk setiap
lembar. Ukuran lembar peta tergantung dari skala peta yang dibuat.
Ukuran lembar Peta Rupabumi Indonesia mengacu pada sistem grid UTM
seperti pada Tabel 1.

Skala Peta Ukuran Ukuran


Lintang Bujur
(L) (B)
1 : 1.000.000 4° 6°
1 : 500.000 2° 3°
1 : 250.000 1° 1 ° 30’

1 : 100.000 30‘ 30’

1 : 50.000 15’ 15’

1 : 25.000 7’ 30” 7’ 30”

1 : 10.000 2’ 30” 2’ 30”

Tabel 1. Ukuran lembar peta berdasarkan skala peta

Dari Tabel 1 dapat dilihat terjadi beberapa variasi luas cakupan


area peta, sehingga pembagian suatu nomor lembar peta (NLP)
memberikan jumlah matriks yang tidak seragam, misalnya berjumlah 4
atau 9. Sistematika pembagian ukuran peta skala 1:1.000.000 hingga
1:10.000 seperti pada Gambar 1.

Sistem penomoran Peta Rupabumi Indonesia dalam bentuk kode


numerik.Dari nomor tersebut dapat diketahui lokasi dimana suatu daerah
berada lengkap dengan skala petanya. Sistematika penomoran indeks peta
di Indonesia dimulai dari 90o BT dan 15o LS dan seterusnya hingga ke
arah Utara dan ke arah Timur. Sistem penomoran untuk lembar Peta
Rupabumi Indonesia dimulai dari skala 1:250.000 (4 digit) lalu diturunkan
sampai ke skala 1:10.000 (8 digit).

Urutan penomoran Peta Rupabumi yang diterbitkan BADAN


INFORMASI GEOSPASIAL mengikuti aturan tertentu dimana secara
skematis penomorannya tersaji pada Gambar 2 dan keterangan untuk
setiap pembagian wilayah dan sistematika penomorannya tersaji pada
Tabel 2. Gambar 2 adalah contoh untuk nomor 1209 yang merupakan
nomor untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

Gambar 2. Urutan Penomoran Peta Rupabumi Indonesia

Nomor Keterangan
NLP

1209 Nomor lembar peta skala 1 : 250.000, format 1


° x 1 ° 30’. Satu NLP dibagi menjadi 6 NLP
pada skala 1 : 100.000 masing-masing
berukuran 30’ x 30’
1209 - Nomor lembar peta skala 1 : 100.000, format
1 30’ x 30’. Satu NLP dibagi menjadi 4 NLP
pada skala 1 : 50.000 masing-masing berukuran
15’ x 15’

1209 - Nomor lembar peta skala 1 : 50.000, format 15’


43 x 15’. Satu NLP dibagi menjadi 4 NLP pada
skala 1 : 25.000 masing-masing berukuran 7’
30” x 7’ 30”

1209 - Nomor lembar peta skala 1 : 25.000, format 7’


224 30” x 7’ 30”. Satu NLP dibagi menjadi 9 NLP
pada skala 1 : 10.000 masing-masing berukuran
2’ 30” x 2’ 30”

1209 - Nomor lembar peta skala 1 : 10.000, format 2’


6229 30” x 2’ 30”

Nomor Seri Peta Topografi

Penomoran lembar peta akan memberikan petunjuk tentang


kedudukan lembar peta dalam setiap seri. Pada umumnya selalu
diusahakan supaya sistem penomoran ini mempunyai suatu bentuk yang
seragam. Sistem tersebut dihubungkan dengan system grid, gratikul
ataupun sembarang saja. Sistem penomoran ini hams jelas, hal ini akan
banyak menolong terutama dalam mencari letak suatu tempat dalam
lembar peta secara keseluruhan, juga dalam hubungannya dengan skala.
Contoh : Sistem grid di Indonesia
1 : 50.000 seri pertama, edisi kedua (1962), XXXIX / 38 C.

Angka XXXIX memberi petunjuk tentang nomor system grid


dalam proyeksi tertentu (dalam bagian derajat 20° x 20° ), angka 38
memberi petunjuk tentang nomor lembar petunjuk tentang nomor lembar
peta tersebut sedangkan huruf C memberi petunjuk bahwa daerah yang ada
pada lembar tersebut adalah C. Setiap negara mempunyai system sendiri-
sendiri mengenai Seri, Edisi dan Nomor Lembar Peta.

2.4 ACARA 4

Skala Peta dan Orientasi Utara

Skala peta dapat diartikan sebagai perbandingan jarak antara dua


titik sembarang di peta dengan jarak horizontal kedua titik tersebut di
permukaan bumi (dengan satuan ukuran yang sama), dan perbandingan
antara jari-jari globe dengan jari-jari bumi (spheroid).

Skala Peta dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Skala Angka/Skala Pecahan (Numerical Scale)


Skala ini sering disebut skala numeric yaitu skala yang dinyatakan
dalam bentuk perbandingan angka.
Contoh:
Skala 1 : 100.000, skala 1 : 2.000.000 dan sebagainya Bila peta
berskala 1 : 100.000 berarti tiap satuan panjang pada peta
menggambarkan jarak yang sesungguhnya di lapangan/ di muka bumi
sebenarnya 100.000 kali satu satuan panjang di peta. Bila satuan
panjang menggunakan cm berarti tiap jarak 1 cm pada peta
menggambarkan jarak 100.000 di lapangan.
Contoh negara yang menggunakan sistem skala angka ini adalah
Indonesia dan Amerika Serikat. Untuk menentukan skala peta ini
dapat dipakai rumus:

2. Skala Verbal
Skala yang dinyatakan dengan kalimat atau kata-kata
Skala ini disebut juga skala inci dibanding mil yang dalam bahasa
Inggris disebut “Inch Mile Scale”.
Contoh:
Skala dalam suatu peta dinyatakan dalam 1 inch to 5 miles, ini berarti
jarak 1 inci di peta menggambarkan jarak 5 mil di lapangan atau jarak
sebenarnya.
3. Skala Grafik
Untuk skala ini dinyatakan dalam bentuk garis lurus yang terbagi
dalam beberapa bagian yang sama panjangnya.
Pada garis tersebut harus dicantumkan ukuran jarak yang
sesungguhnya di lapangan, misalnya dalam meter, kilometer, feet atau
mil.
Contoh:

a)

Dengan penyajian grafik tersebut maka dapat


dibaca bahwa jarak antara dua angka di peta = 1
km di lapangan, jadi kalau antara 0 – 1, 1 – 2, 2 –
3, 3 – 4, 4 – 5 masing-masing = 1cm maka artinya
1 cm pada peta = 1 km di lapangan.
b)

Dari grafik tersebut dapat dibaca bahwa tiap jarak 1 inci pada peta
sama dengan 2 mil di lapangan. Skala garis ini pada umumnya
digunakan apabila suatu peta akan dikecilkan atau akan dibuat ukuran
tertentu. Dengan memakai skala grafik/garis maka jarak dua tempat
dapat langsung diukur dalam peta. Tidak jarang dalam satu peta
dicantumkan skala angka dan juga skala garis. Semakin besar
skalanya, akan semakin kecil kenampakkan wilayah yang
digambarkan. Sebaliknya semakin kecil skalanya semakin luas areal
kenampakkan permukaan bumi yang yang tergambar dalam
peta.Untuk memahami skala termasuk besar atau kecil dapat
dicontohkan sebagai berikut:

Skala 1 lebih
- : besar 1 : 100.000
50.000 dari
Skala 1 lebih
- : besar 1 : 2.000.000
200.000 dari
- Skala 1 lebih 1 : 50.000
: kecil
250.000 dari

Berbagai macam ukuran dan konversinya adalah sebagai berikut :

SISTEM METRIK SISTEM INGGRIS


1 mm = 0,0394 in 1 inch = 2,5400 m
1 cm = 10mm = 0,3937 in 1 feet = 12 inches = 0,3048
m
1 m = 100 mm = 1,0936 1 yard = 3 feet = 0.9144 m
yards
1km = 1000 mm = 0,6214 1 mile = 1760 yards =
mile 1,6093 km

Orientasi Utara

Definisi : Arah Utara adalah sebuah arah mata


angin dalam kompas. Utara merupakan arah yang dalam budaya Barat
dianggap sebagai arah utama. Ia digunakan untuk menjelaskan arah-arah
lainnya. Karena itulah dalam peta arah utara selalu ditunjukkan dengan
sebuah tanda panah. Utara biasanya berada di sebelah atas peta.
Dalam navigasi, utara dinyatakan sebagai titik awal (0°).

Arah utara terbagi menjadi tiga macam bentuk, diantaranya adalah


: Utara sebenarnya (True North), Utara peta / geografis (Grid North), dan
Utara magnetis (Magnetis North). berikut penjelasan beberapa arah utara
tersebut :
a. Utara Sebenarnya (True North).
Utara sebenarnya adalah kutub utara bumi yang biasanya
dilambangkan dengan lambang bintang. Tanda yang digambarkan ini
mengarah ke kutub utara yang sebenarnya, yang merupakan garis lintang
bumi kita ini .
b. Utara Peta / Geografis (Grid North).
Yaitu arah yang ditunjukkan oleh garis-garis tegak lurus vertikal
(sumbu Y) dari grid suatu peta. Garis-garis ini di bentuk dari hasil
proyeksi garis bujur dan lintang bumi pada peta yang kemudian
diproyeksikan ke dalam koordinat (Grid). Hal ini disebabkan bentuk bumi
yang lonjong sangat sulit untuk dilihat dalam satu pandangan secara
keseluruhan.
c. Utara Magnetis (Magnetis North).
Utara magnetis adalah suatu arah yang ditunjukkan kompas dari
suatu tempat ke tempat tertentu ke kutub utara magnetis bumi yang
terletak di Jazirah Boshia, sebelah utara Kanada. Utara magnetis
mempunyai lambang "setengah arah Utara" (Ù). Di Indonesia utara
magnetis bergeser ke arah timur dari utara peta. Utara magnetis adanya
hanya di lapangan. Untuk arah utara yang di pakai pada peta nantinya,
maka digunakan arah utara geografis.
Selain dari tiga macam jenis arah yang sudah disebutkan, masih
ada lagi satu arah tambahan yaitu Arah Sasaran
Arah Sasaran yaitu arah yang ditunjukkan oleh garis lurus atau garis
khayal si penglihat dari titik penglihatan.
Sudut-sudut antara titik-titik utara :

Deklinasi Magnetik adalah Sudut yang dibentuk oleh kutub utara jarum
kompas dengan arah utara-selatan geografis disebut deklinasi
Konvergensi Grid adalah sudut antara Utara Grid dengan Utara sebenarnya
Sudut Magnetik Grid adalah sudut antara Utara Grid dengan Utara
Magnetik. Disudut inilah yang diperlukan untuk mengkonversikan sudut-
sudut arah magnetik ke sudut-sudut arah grid dan sebaliknya.

2.5 ACARA 5

Sistem Koordinat Geografi

Koordinat geografis digunakan untuk menunjukkan suatu titik di


Bumi berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis lintang yaitu garis
vertikal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan garis khatulistiwa.
Titik di utara garis khatulistiwa dinamakan Lintang Utara sedangkan titik
di selatan khatulistiwa dinamakan Lintang Selatan. Garis bujur yaitu garis
horizontal yang mengukur sudut antara suatu titik nol di Bumi yaitu
Greenwich di London yang merupakan titik bujur 0º atau 360º yang
diterima secara internasional. Titik di barat bujur 0º dinamakan Bujur
Barat sedangkan titik di timur 0º dinamakan Bujur Timur.
Karena bentuk dunia seperti bola, maka ketentuan yang mengatur
koordinat bujur-lintang mirip dengan ketentuan matematika yang
mengatur lingkaran. Dengan demikian, cara menentukan koordinat
geografis adalah sama dengan perhitungan lingkaran, yaitu : derajat (º),
menit (‘), dan detik (“).
Contoh : 4º 42’ 30” LS (cara membacanya 4 derajat 42 menit 30
detik lintang selatan)
1º (derajat) bujur/lintang = 111,322 km = 111.322 m
1º (derajat) bujur/lintang = 60’ (menit) = 3600” (detik)
1’ (menit) bujur/lintang = 60” (detik)
1’ (menit) bujur/lintang = 1.885,37 m
1” (detik) bujur/lintang = 30,9227 m

Meridian dan Pararel (Bujur dan Lintang)


Meridian adalah garis-garis yang menghubungkan antara kutub
utara dan selatan dimana garis-garis tersebut berupa setengah lingkaran-
lingkaran yang sama besarnya, sedangkan parallel adalah garis yang
sejajar dengan equator diamna garis-garis tersebut berupa lingkaran-
lingkaran yang tidak sama besarnya, makin jauh dari equator lingkarannya
makin kecil. Jadi lingkaran yang terbesar adalah equator.
Karakteristik dari meridian adalah :
a. Semua meridian ditarik dengan arah utara-selatan yang benar
b. Jarak antara meridian akan menjauh di equator dan akan berkumpul jadi
satu titik di kutub utara dan selatan
c. Jumlah yang tak terhingga daripada meridian dapat digambar pada suatu
globe (bola bumi), tetapi untuk penyajiannya di peta meridian digambar
setiap 10°.
Karakteristik dari parallel adalah :
a. Masing-masing parallel sselalu sejajar satu sama lain
b. Parallel selalu ke arah timur dan barat
c. Parallel berpotongan dengan meridian dengan sudut 90°. Hal ini
berlaku pada setiap tempat di globe (bola bumi) kecuali kedua kutub.
d. Semua parallel kecuali equator adalah lingkaran kecil, equator
merupakan suatu lingkaran besar.
e. Jumlah tak terhingga daripada parallel dapat digambar pada kutub. Jadi
setiap titik pada bola bumi akan terletak pada suatu parallel kecuali pada
kedua kutub.
Besarnya Bujur (Longitude)
Besarnya bujur suatu tempat (titik) adalah busur yang diukur
(dalam derajat) pada suatu parallel antara meridian tempat tersebut dengan
meridian utama (meridian Greenwich). Meridian Greenwich mempunyai
harga bujur 0°. Bujur pada suatu titik tertentu pada bola bumi diukur ke
Timur atau ke Barat dari Meridian Greenwich. Harga bujur berkisar dari
0° sampai 180° ke Timur atau ke Barat. Panjang 1° bujur di Equator =
111,322 km, makin ke arah kutub menjadi bertambah kecil hingga
mendekati nilai 0 km (di kutub).
Besarnya Lintang (Latitude)
Besarnya lintang suatu tempat didefinisikan sebagai busur yang
diukur (dalam derajat) pada suatu meridian antara tempat tersebut dengan
equator. Besarnya lintang mempunyai harga dari 0° (equator) sampai 90°
di kutub utara dan kutub selatan.

Gambar 1 . Sistem koordinat bumi

Apabila suatu tempat (titik) diketahui lintang dan bujur berarti


lokasi dapat ditentukan dengan teliti yang merupakan koordinat
geografi.Pada Peta Topografi, keterangan tentang koordinat geografi ini
dapat dilihat pada batas tepi detail peta yaitu batas kanan, kiri, atas dan
bawah. Koordinat geografi ini juga dituliskan pada indeks pembagian
sheet peta di bagian legenda peta. Karena keterangan tentang koordinat
geografi ini hanya dituliskan pada tepi peta (dan hanya sampai derajat dan
menit), sehingga perhitungan posisi koordinat geografi sampai pada
perhitungan detiknya harus memperhitungkan secara keseluruhan (artinya
sampai pada detik) dari batas kanan dan kiri serta dari batas atas dan
bawah. Hal ini dibutuhkan ketelitian dan kecermatan yang cukup tinggi.

2.6 ACARA 6

Sistem Koordinat UTM

Sistem Proyeksi Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)


adalah rangkaian proyeksi Transverse Mercator untuk global dimana bumi
dibagi menjadi 60 bagian zona. Setiap zona mencangkup 6 derajat bujur
(longitude) dan memiliki meridian tengah tersendiri. Berbeda dengan
koordinat geografi yang satuan unitnya adalah derajat, koordinat UTM
menggunakan satuan unit meter. Setiap zona memiliki panjang x sebesar
500.000 meter dan panjang y sebesar 10.000.000 meter.
Proyeksi ini menjadi dasar koordinat sistem global yang pada
awalnya dikembangkan untuk keperluan militer, namun sekarang sudah
dipakai lebih luas.
Sehingga, zona 1 pada koordinat UTM dimulai dari 1800 BB-1740
BB, kemudian dilanjutkan dengan zona 2 yang dimulai dari 1740 BB-1680
BB, zona 3 dimulai dari 1680 BB-1620 BB, dst… sedangkan untuk batas
lintang dibagi berdasarkan nilai 8 derajat.
Untuk Indonesia yang berada pada posisi 900BT - 1440BT dan
110LS - 60LU terbagi ke dalam 9 zona UTM yaitu zona 46 – 54
Koordinat UTM menggunakan grid/kotak-kotak. Grid merupakan
perpotongan garis-garis yang sejajar dengan dua garis proyeksi dengan
interval yang sama. Jadi, garis pembentuk grid bukan hasil proyeksi dari
garis bujur atau garis lintang elipsoid (kecuali garis meridian pusat dan
equator).
Koordinat ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Proyeksi garis meridian pusat merupakan garis lurus vertikal pada tengah
bidang proyeksi
 Proyeksi garis lingkar ekuator merupakan garis lurus horizontal di tengah
bidang proyeksi
 Faktor skala garis di pusat peta adalah 0,9996
Penyimpangan arah garis meridian terhadap garis utara grid di
meridian pusat = 0º, atau garis arah meridian yang melalui titik diluar
meridian pusat tidak sama dengan garis arah utara grid peta, simpangan ini
disebut konfergensi meridian. Dalam luasan dan skala tertentu tampilan
simpangan ini dapat diabaikan karena kecil (tergantung posisi terhadap
garis ekuator)
2.7 ACARA 7

Simbol / Bahasa Peta dan Klasifikasi Unsur Peta

Peta selalu dilengkapi dengan pemberian simbol-simbol yang


merupakan generalisasi dari suatu benda atau bidang sebenarnya. Simbol
hendaknya mudah digambar dan dibaca oleh pembaca peta atau users serta
usahakan dibuat semenarik mungkin. Untuk lebih membuat simbol dan
peta lebih menarik biasanya simbol-simbol tersebut diberi warna atau
colouring. Simbol-simbol yang ditempatkan pada sebuah peta dapat
dianalisa dan dapat menentukan tema dari peta tersebut.

Penggunaan simbol peta dari waktu ke waktu selalu berkembang


mengikuti dan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan tentang
perpetaan dan menyesuaikan pula dengan jenis peta sehingga
memungkinkan simbol suatu seri peta berbeda dengan simbol seri peta
lain. Simbol yang ada dalam sebuah peta hendaknya adalah simbol yang
baik dan benar. Dalam buku “Desain dan Komposisi Peta Tematik”
karangan Juhadi dan Dewi Liesnoor, disebutkan bahwa syarat simbol yang
baik secara umum adalah:

1. · Sederhana
2. · Mudah digambar
3. · Mudah dibaca
4. · Mencerminkan data dengan teliti
5. · Berbentuk seragam dalam suatu peta ataupun peta seri
6. · Bersifat umum

Simbol pada dasarnya terbagi menjadi dua, antara lain:

Berdasar atas bentuknya:

1. Simbol titik
2. Simbol garis
3. Simbol luasan

Berdasar atas arti atau sifatnya:

1. Simbol kualitatif, yaitu simbol yang menyatakan keadaaan


sebenarnya apa yang digambarkan dengan bentuk yang lebih
sederhana. Simbol ini hanya mewakili unsur yang dimaksud baik
berupa titik, garis, maupun luasan.
2. Simbol kuantitatif, yaitu simbol yang menyatakan keadaaan
sebenarnya apa yang digambarkan dengan bentuk yang lebih
sederhana dengan disertai dengan nilai atau kuantitasnya. Nilai atau
kuantitas tersebut dapat menunjukkan ketinggian, jumlah, luas, dan
sebagainya.

Simbol titik sendiri dapat terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Simbol Geometrik atau Abstrak, Simbol yang digunakan untuk


mewakili suatu kenampakan muka bumi dengan bentuk yang
abstrak, yang mudah digambar namun agak sulit diketahui
maksudnya.

Kelebihan : Penggambarannya sangat mudah dan penempatan


symbol sangat akura pada lokasi yang tepat.
Kekurangan : Tidak ada hubungan visual antara symbol dengan
unsur yang diwakilinya.

2. Simbol Piktorial, Simbol yang digunakan untuk mewakili suatu


kenampakan muka bumi dengan bentuk yang mirip atau identik
dengan bentuk asli kenampakan tersebut.

Kelebihan : Mudah dikenal


Kekurangan : Agak sulit menggambarnya dan letaknya tidak
tepat betul pada titik/tempat sebenarnya dimana unsur-unsur tersebut
berada

3. Simbol Huruf (Letter Symbol), Simbol yang digunakan untuk


mewakili suatu kenampakan muka bumi yang khas atau khusus
dengan huruf. Penggunaan simbol tersebut disesuaikan pula dengan
jenis peta. Simbol ini mempunyai bentuk yang sangat sederhana dan
sangat mudah di pahami, namun kebanyakan simbol ini kurang
memiliki nilai keindahan ataupun kurang begitu artistik.

Kelebihan : Mudah dipahami (bagi orang yang biasa dengan


singkatan nama-nama zat kimia) dan mudah digambar.
Kekurangan : Penempatan lokasi symbol kurang akurat dan
mudah bergabung (berimpitan) dengan huruf/angka lain sehingga
membingungkan.

Simbol garis merupakan simbol yang digunakan untuk mewakili


kenampakan muka bumi yang berupa garis, perhubungan, pemisahan, serta
gerakan atau arus. Simbol dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Simbol garis deskriptif yaitu simbol garis yang digunakan untuk
menyatakan unsur yang sesungguhnya ada, bentuknyapun biasanya
mirip dengan sesungguhnya
2. Simbol garis abstrak yaitu simbol garis yang digunakan untuk
menyatakan unsur yang tak tampak, bentuknya menyesuaikan.
Contoh:

- – - – - – - – - - : batas kecamatan

++++++++++ : batas propinsi

—————— : jalan setapak

Begitu pula dengan simbol luas, dibagi menjadi 2, antara lain:

1. Simbol luas yang deskriptif


2. Simbol luas yang abstrak

Klasifikasi Unsur Peta

Unsur permukaan bumi yang terdiri dari unsur atau kenampakan


alamiah (natural fatures) dan kenampakan buatan manusi (man made
fatures). Kenampakan alamiah di peta disajikan dengan metode penyajian
relief dengan menggunakan dua elemen pokok yaitu penyajian tinggi dan
penyajian bentuk (garis, kontur, hill shading, dll), sedangkan kenampakn
buatan manusia dikelompokkan menjadi perhubungan (transportation and
communication), gedung-gedung, konstruksi-konstruksi lainnya, unsur-
unsur luas, dan batas-batas.
2.8 ACARA 8

Analisis Deskripsi Geografis ( Spasial )

Suatu peta yang menggambarkan fenomena grafikal tidak hanya


sekedar pengecilan suatu fenomena geografikal saja, tetapi jika peta
dibuat dan di desain dengan baik, maka peta dapat berfungsi sebagai alat
untuk kepentingan melaporkan (recording), memperagakan (displaying),
menganalisis (analyzing), dan secara umum untuk pemahaman saling
hubungan (interrelation) dari benda-benda (obyek) secara keruangan
(spatial-relationship).

Kajian secara spasial inilah yang merupakan ciri dan keunggulan


ilmu geografi dibandingkan dengan ilmu kebumian lain, dan peta
merupakan salah satu alat yang sangat penting untuk melakukan kajian
spasial ini. Dengan peta maka cakrawala pandangan mata kita akan
bertambah luas, sehingga daerah yang dicakup juga semakin luas yang
pada akhirnya akan memudahkan kita dalam melihat kaitan antar daerah-
daerah (spasial) tersebut. Kajian spasial dapat diartikan suatu kajian yang
mencari keterkaitan antara satu daerah dengan daerah lain yang berfungsi
sebagai ruang (space), sehingga kajian terhadap suatu daerah akan dapat
dilakukan dengan melihat system secara keseluruhan dalam daerah yang
dikaji.

Geografi sekarang dipahami sebagai nama kolektif untuk sejumlah


kurang lebih independen studi. Geografi penting karena adanya perbedaan
antara ilmu fenomena alam dan fenomena budaya maka geografi akan
mengambil spesialisas yaitu pada geografi fisik dan geografi sosial.
Keduanya bertujuan untuk mencari penjelasan mengenai fenomena
susunans pasial di permukaan bumi seperti objek formal geografi. Dengan
adanya objek formal geografi maka akan diketahui fenomena suatu bentuk
atau distribusi spasial (pola penataan ruang), koherensi (spasial sistem) dan
perubahan ruang (spasial proses).
Tata Ruang pola

Geografi sebagai ilmu yang menjelaskan pola-pola tata ruang dan


menjelaskan territorial distribusi dan keragaman berbagai fenomena social
dan fisik. Konsep yang digunakan menunjukkan pola keteraturan dan pola
keteraturan inidigunakan untuk membuat pernyataan umum.

Tata Ruang sistem

Jika kita melihat geografi sebagai ilmu system tata ruang, kita
berbicara tentang deskripsi dan penjelasan tentang hubungan social dan /
atau fisik fenomena seperti pada system drainase. Sebuah system dapat
dipahami sebagai elemen hubungan. Spasial system biasanya diidentifikasi
oleh geographers dengan istilah daerah sistem. Daerah geografi sangat
dipengaruhi oleh system pemikiran.

Tata Ruang proses

Biasanya, geografi tidak dianggap sebagai ilmu yang secara khusus


berkaitan dengan proses penataan ruang, karena ruang digunakan untuk
menjelaskan proses yang spesifik mengenai karakteristik daerah seperti
system untuk dipertimbangkan. Sistem dapat dilihat sebagai snapshot dari
proses penataan ruang. Proses harus dilakukan dengan perubahan gejala,
tetapi gejala ini tidak semata-mata diri spasial di alam. Geografi modern
yaitu mengkaji proses yang ideal antaralain tercermin dalam penekanan
pada factor waktu.

Geografi dan Geografi Manusia

Geografi dapat diterapkan menjadi 2 macam studi yaitu geografi


fisik dan geografi sosial. Geografi fisik berkaitan dengan pola dan proses
penataan ruang dalam kaitannya dengan fenomena social fisik yang
geosphere. Studi ini mempelajari semua fenomena yang berhubungan
dengan atau yang dihasilkan dari kegiatan manusia kelompok.
Geografi social lebih ditekankan pada integrasi sosial, ekonomi,
politik dan fenomena budaya dalam lingkungan spesifik, serta perbedaan
karakteristik antara ingkungan. Hal ini dilakukan karena manusia yang
tidak dapat dijauhkan dari ruang dan waktu. Geografi social berkaitan
dengan hubungan antara masyarakat dan lingkungan. Tujuan social
geografi adalah untuk menjelaskan susunan tata ruang masyarakat karena
dibuat dalam sebuah proses penataan ruang dan struktur organisasi
masyarakat oleh individu dan kelompok.

2.9 ACARA 9

Kegiatan Penggunaan Peta di Lapangan

Peta adalah gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan ke


dalam bidang datar denngan skala tertentu. Kartografi merupakan ilmu
yang khusus mempelajari segala sesuatu tentang peta. Mulai dari sejarah,
perkembangan, pembuatan, pengetahuan, penyimpanan, hingga
pengawetan serta cara-cara penggunaan peta.

Peta itu sendiri menurut ICA (1973) adalah suatu


representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak,
atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda
angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil/diskalakan. ICA telah menetapkan bahwa kartografi operasinya
dimulai dari pengumpulan data, klasifikasi, dan analisa data sampai
kepada reproduksi, evaluasi, dan penafsiran dari peta. Oleh karena
variasinya sangat kompleks untuk menyajikan aspek keruangan, tidak
mudah mendefiniskan peta, sehingga dapat mencakup semua pengertian
secara jelas untuk semua konteks

Peta Rupa Bumi Indonesia dalah peta yang


menyajikan/memperlihatkan unsur-unsur alami (natural features) dan
unsur-unsur buatan manusia (man made features) diatas muka bumi.
Unsur-unsur tersebut dapat dikenali (diidentifikasi) di lapangan dan pada
umumnya diusahakan diperlihatkan pada posisi sebenarnya. Peta
Topografi disebut juga peta umum (bersifat umum) sebab dalam peta
topografi tersebut dicoba untuk menyajikan semua unsur yang ada
dipermukaan bumi (tentunya tergantung skala peta). Peta rupabumi
digunakan juga sebagai dasar (Base Map) dalam pembuatan peta-peta
tematik seperti peta hidrologi, peta pariwisata, dan lain-lain.

Desain simbol dalam kartografi pada prinsipnya dilakukan dengan


memperhatikan dua aspek penting yaitu tingkatan data (level of
measurement) dan dimensi datanya (dimensionality).Dimensi data secara
geografis dapat dibedakan menjadi tiga yaitu dimensi nominal, ordinal,
interval, dan rasio. Berdasarkan dua aspek penting tersebut (level of
measurement dan dimensionality) akan diperoleh data dengan banyak
kombinasi, sehingga diperlukan lebih dari satu
unsuruntukmembuatsimbolnya.

Unsur-unsur yang digunakan dalam mendesain simbol dikenal


dengan sebutan variabel visual. Dalam kartografi “konvensional” ada 6
variabel visual yang digunakan dalam mendesain simbol, yaitu : bentuk
(shape), ukuran (size), kepadatan (density), arah (orientation), nilai
(value), dan warna (colour). Satu variabel visual dapat ditambahkan yaitu
lokasi atau posisi, sehingga ada 7 variabel yang dapatdigunakan.

Secara sederhana, desain simbol dapat dimulai dengan


memperhatikan dimensi data yang akan disajikan (titik, garis, area),
simbol yang akan digunakan harus sesuai dengan dimensi datanya. Bentuk
simbol yang telah ditentukan, selanjutnya dapat digambarkan dengan dua
cara yaitu abstrak dan piktorial. Pertimbangan selanjutnya adalah
tingkatan data (nominal, ordinal, interval, rasio) dan sifat datanya
(qualitatif, quantitatif). Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut,
sebagai contoh, dapat ditentukan bahwa simbol yang akan dibuat adalah
simbol titik yang digambarkan secara abstrak mewakili data yang sifatnya
kualitatif dan tingkatan datanya nominal. Simbol tersebut selanjutnya
diwujudkan dengan bantuan variabel visual.Gambar berikut merupakan
contoh simbol yang didesain menurut dimensi, variabel visual, dan
persepsiuntuksimbolabstrak.

Pertambahan penduduk, perluasan permukiman dan bencana alam


akan mengakbatkan perubahan data fisik maupun data sosial budaya pada
suatu wilayah. Perubahan data dimuka bumi berpengaruh pada
kemutakhiran peta. Semakin banyak perubahan isi peta dalam jangka
waktu tertentu pada suatu wilayah, semakin usang keadaan data petanya.
Dengan dmikian data dipeta perlu disesuaikan dengan data dipermukaan
bumi.

Dalam membuat atau mendesain sebuah peta, agar informasi yang


akan disajikan dapat memenuhi kebutuhan pengguna peta maka segala
informasi yang berkaitan dengan kebutuhan pembaca peta harus disajikan
sebaik mungkin terutama dalam hal kemudahannya untuk dibaca dan
diinterpretasi. Informasi tersebut ditempatkan dalam informasi tepi
(marginal information) yang mencakup berbagai informasi penting.
Informasi tepi tersebut membentuk suatu susunan atau tata letak peta yang
sering disebut dengan komposisi peta. Penentuan tata letak peta atau
komposisi peta harus mempertimbangkan hal-hal yang menimbulkan
unsur tertarik serta keindahan, disamping tetap mempertimbangkan
keseimbangan (balance) peta secara keseluruhan agar tidak menimbulkan
kesan ruwet.

Secara garis informasi tepi peta dibedakan menjadi dua yaitu


informasi yang bersifat umum dan informasi yang bersifat khusus.
Informasi umum meliputi identifikasi peta (meliputi nomor seri peta,
nomor lebar, dan keterangan edisi), skala, unit tinggi, interval, atau selang
kontur, tanda atau simbol konvensional, petunjuk pembacaan grid dan
gratikul, informasi tentangutara (utara sebenarnya, utara grid dan utara
magnetik), indeks lembar-lembar yang bersebelahan, dan glosari (istilah
atau nama-nama geografi dan singkatannya yang digunakan dipeta).
Informasi khusus terdiri dari informasi teknis tentang grid, proyeksi,
datum geodesi dan tinggi, informasi tentang revisi peta dan reliabilitas,
dan koordinat geografi pada sudut-sudut peta.

Berdasarkan dari pengertian tersebut diatas, maka lahan akan


berfungsi sebagai obyek atau benda yang dipergunakan dalam
penggunaaan lahan. Sedangkan manusia akan berfungsi sebagai subyek
atau yang menggunakan dalam penggunaan lahann tersebut, dan
diantaranya subyek dan obyek disini mempunyai hubungan yang erat
kaitannya. Dengan demikian lahan sebagai salah satu sumberdaya alam
merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Dengan bertambahnya jumlah manusia yang mendiami permukaan bumi,


diikuti dengan kegiatan usaha serta budayanya, maka makin bertambah
pula tuntutan kehidupan yang dikehendaki untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya.

Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi


manusia unntuk tempat hidupnya. Luas lahan secara kualitatif adalah
tetap, sedangkan kebutuhan manusia akan lahan terus meningkat sebagai
akibat dari pertumbuhan penduduk yang pesat. Disisi lain meningkatnya
perekonomian masyarakat dan kemajuan dibidang tehnologi mengubah
mata pencaharian penduduk dari pertanian menjadi non pertanian. Hal ini
menyebabkan perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi
non pertanian. Perubahan penggunaan lahan tersebut disatu sisi dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, sedangkan disisi lain dapat
mengurangi keseimbangan lingkungan yang pada akhirnya
membahayakan penduduk.

Berdasarkan bentuk simbol maka dapat digolongkan atas tiga jenis


simbol, yaitu :
a. Simbol titk

Simbol titik yang mempunyai kelebihan mudah dibaca, dapat


menggambarkan variabel dalam jumlah relatif banyak, dapat
menggambarkan nilai data yang mempunyai perbedaaan besar, dapat
dilihat perubahan atau perkembangan data. Kelemahannya adalah harga
mutlah tidak dapat diketahui dengan jelas.

b. Simbol Garis.

Simbol garis mempunyai kelebihan mudah dimengerti dengan


melihat bentuk garis atau lebar garis. Kelemahannya adalah peta kurang
menarik

c. Simbol area

Simbol area (luas) mempunyai kelebihan dapat mencerminkan


tingkatan data, mudah menggmbarnya. Kelemahannya adalah kesukaran
dalam menentukan gradasi warna dengan adanya interval kelas. Makin
banyak interval maka makinn sukar menentukan gradasinya.

Anda mungkin juga menyukai