Penyaji :
dr. Florencia Vanya Vaniara
Pendamping :
dr. Junita Indah Mayasari Siregar
Program Internsip
Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Provinsi DKI Jakarta
Periode 4 Maret 2019 – 5 Juli 2019
1
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Diperoleh secara autoanamnesis.
A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan rasa gatal dan nyeri pada punggung kaki kanan dan kiri
sejak 3 bulan SMRS.
B. Keluhan Tambahan
Kulit kering dan retak pada bagian punggung kaki kanan dan kiri.
C. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan rasa gatal dan nyeri pada kaki kanan dan kiri sejak
3 bulan SMRS. Awalnya kulit dikatakan kering dan kemerahan, kemudian menjadi
bersisik dan mengelupas, hingga akhirnya saat ini menjadi retak. Keluhan ini dikatakan
pasien muncul setelah pasien sehari-hari kerja menggunakan sandal jepit yang berbahan
karet dalam 3 bulan terakhir ini. Keluhan dirasakan pasien pertama kali. Keluhan pada
bagian tubuh lain disangkal.
1
Keluhan serupa sebelumnya disangkal
F. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat dengan menggunakan krim Ketoconazole, namun keluhan
tidak dirasakan membaik.
G. Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi.
B. Pemeriksaan Dermatologis
2
Regio/Letak Lesi (A)
Dorsum pedis dekstra, sinistra
Efloresensi
Primer : -
Sekunder : skuama, krusta,
likenifikasi, hipopigmentasi, fisura
Sifat UKK
Warna: hipopigmentasi
Ukuran: plakat
Tepi: difus
Suhu: normal
Nyeri tekan: +
Susunan/bentuk : tidak beraturan
(B)
3
C. Saran Pemeriksaan Anjuran (Penunjang)
1. Uji tempel (patch test)
1.5 Diagnosis
A. Diagnosis Banding
Dermatitis kontak iritan kronik kumulatif e.c. penggunaan sandal jepit
Dermatitis kontak alergi
B. Diagnosis Kerja
Dermatitis kontak iritan kronik kumulatif e.c. penggunaan sandal jepit
1.6 Tatalaksana
A. Tatalaksana Umum
Menjelaskan bahwa penyakit ini umumya merupakan sebuah reaksi akibat
paparan dengan zat iritan yang apabila paparan tersebut dihentikan akan
menghentikan perjalanan penyakit
Menghentikan paparan terhadap faktor yang diduga sebagai zat iritan (plester)
Menjelaskan kepada pasien agar jangan membiarkan pasien menggaruk
tangannya serta mengurangi gesekan / trauma pada daerah lesi kulit
Memberikan edukasi untuk menjaga daerah lesi tetap bersih dan kering
B. Tatalaksana Khusus (Farmakologi)
• Oral :
o Loratadine tab 10 mg; 2 x 1 (pagi dan malam)
4
• Topikal:
o Cream kortikosteroid potensi tinggi (betamethasone diproprionate 0,05%) +
neomycin digunakan 2x / hari selama 5-7 hari (tidak lebih dari 2 minggu) pada
lesi kering
o Kompres terbuka povidone iodine 0,7% pada lesi basah (2x per hari sebanyak
masing – masing 3 jam) – resep luar
1.7 Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
5
BAB II
ANALISIS KASUS
Nyeri tekan: +
Susunan/bentuk
: tidak beraturan
6
Penyebaran dan
lokalisasi :
– Regional, bilateral
Pemeriksaan Belum ada pemeriksaan Uji tempel (patch test) memiliki
Penunjang penunjang hasil negatif, kecuali terdapat dermatitis
kontak alergi secara bersamaan
7
menimbulkan DKI akut, sedangkan zat iritan lemah membutuhkan waktu pajanan
lama untuk dapat menimbulkan reaksi. Selain itu pada pasien dengan riwayat atopik
atau pernah / sedang menderita dermatitis atopik akan meningkatkan risiko terkena
DKI. Patogenesis DKI terjadi apabila mekanisme pertahanan / perbaikan dari kulit
tidak dapat mempertahankan integritas dan fungsi kulit normal ketika terjadi penetrasi
dari zat iritan sehingga menimbulkan reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi yang terjadi
hanya terbatas pada daerah yang berkontak dengan zat iritan. Mekanisme yang
menyebabkan DKI akut berbeda dengan DKI kronis. Pada DKI akut terjadi kerusakan
sitotoksik langsung pada keratinosit, sedangkan DKI kronis terjadi akibat pajanan
berulang dengan zat iritan yang menyebabkan kerusakan lambat pada membran sel,
merusak barrier kulit dan menyebabkan denaturasi protein serta toksisitas selular.
Akibat proses peradangan yang terjadi, pasien biasanya mengeluhkan rasa gatal,
nyeri, terbakar, tersengat, panas setelah terpajan dengan zat iritan. Selain itu pada
manifestasi klinis dapat ditemukan eritema, edema, vesikel, bula, erosi dan pada kasus
berat dapat nekrosis. Pada DKI umumnya tidak ditemukan gejala konstitusi.
Umumnya pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada DKI adalah uji tempel (patch
test) untuk menyingkirkan diagnosis banding tersering yaitu dermatitis kontak alergi.
Penatalaksanaan pada DKI yang utama adalah menghentikan pajanan zat
iritan. Pada umumnya apabila pajanan dihentikan akan terjadi fenomena decresendo
dimana reaksi iritan segera mencapai puncak lalu segera membaik setelah bahan iritan
dibuang. Penyembuhan sempurna dapat terjadi setelah 4 minggu dengan prognosis
baik. Selain itu pengobatan yang dapat diberikan berupa kortikosteroid topikal poten
(potensi kuat – sangat kuat) untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi.
Sedangkan pada DKI berat, dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid oral
berupa prednisone selama 2 minggu dengan dosis awal 60 mg dan dilakukan tapering
off.
8
DAFTAR PUSTAKA
3. Menaldi Sri Linuwih SW, Bramono K, Indriatmi W. Buku Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi 7. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2016.