Anda di halaman 1dari 10

Laporan Kasus

Dermatitis Kontak Iritan

Penyaji :
dr. Florencia Vanya Vaniara

Pendamping :
dr. Junita Indah Mayasari Siregar

Program Internsip
Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Provinsi DKI Jakarta
Periode 4 Maret 2019 – 5 Juli 2019

1
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. S
Nomor Rekam Medis : 0003856
Umur : 35 tahun
Berat Badan : 65 kg
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cendrawasih VI RT 11/07
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Pemeriksaan : 22 Juni 2019

1.2 ANAMNESIS
Diperoleh secara autoanamnesis.

A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan rasa gatal dan nyeri pada punggung kaki kanan dan kiri
sejak 3 bulan SMRS.

B. Keluhan Tambahan
Kulit kering dan retak pada bagian punggung kaki kanan dan kiri.
C. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan rasa gatal dan nyeri pada kaki kanan dan kiri sejak
3 bulan SMRS. Awalnya kulit dikatakan kering dan kemerahan, kemudian menjadi
bersisik dan mengelupas, hingga akhirnya saat ini menjadi retak. Keluhan ini dikatakan
pasien muncul setelah pasien sehari-hari kerja menggunakan sandal jepit yang berbahan
karet dalam 3 bulan terakhir ini. Keluhan dirasakan pasien pertama kali. Keluhan pada
bagian tubuh lain disangkal.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat alergi disangkal
Riwayat atopik disangkal
Riwayat penyakit asma disangkal

1
Keluhan serupa sebelumnya disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat keluhan seperti yang dialami
oleh pasien. Anggota keluarga yang tinggal serumah tidak ada yang menderita keluhan
seperti ini. Riwayat atopik pada keluarga disangkal.

F. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat dengan menggunakan krim Ketoconazole, namun keluhan
tidak dirasakan membaik.

G. Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi.

H. Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan


Saat ini pasien bekerja sebagai pemilik toko di dekat rumahnya. Pasien sudah
memiliki usaha ini selama 3.5 bulan SMRS. Sebelumnya, pasien bekerja sebagai pegawai
pabrik sejak 5 tahun SMRS. Pasien memiliki kebiasaan menggunakan sandal jepit saat
menjaga warung dan bepergian sehari-hari. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok,
minum alcohol.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Generalis
 Keadaan umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
 Laju nadi : 88 x/menit
 Laju napas : 18 x/menit
 Suhu : 37 oC
 VAS :2
 BB : 71 kg
 TB : 165 cm
 IMT : 26.07 kg/m2

B. Pemeriksaan Dermatologis

2
Regio/Letak Lesi (A)
 Dorsum pedis dekstra, sinistra
Efloresensi
 Primer : -
 Sekunder : skuama, krusta,
likenifikasi, hipopigmentasi, fisura
Sifat UKK
 Warna: hipopigmentasi
 Ukuran: plakat
 Tepi: difus
 Suhu: normal
 Nyeri tekan: +
 Susunan/bentuk : tidak beraturan

Penyebaran dan lokalisasi:


 Regional, bilateral

(B)

3
C. Saran Pemeriksaan Anjuran (Penunjang)
1. Uji tempel (patch test)

1.4 Resume Kasus


Pasien laki-laki usia 35 tahun datang dengan keluhan rasa gatal dan nyeri pada
kaki kanan dan kiri sejak 3 bulan SMRS. Awalnya kulit dikatakan kering dan kemerahan,
kemudian menjadi bersisik dan mengelupas, hingga akhirnya saat ini menjadi retak.
Keluhan ini dikatakan pasien muncul setelah pasien sehari-hari kerja menggunakan
sandal jepit yang berbahan karet dalam 3 bulan terakhir ini. Keluhan dirasakan pasien
pertama kali.
Pada pemeriksaan kulit ditemukan lesi polimorfik pada regio dorsum pedis dekstra
dan sinistra berupa skuama, krusta, likenifikasi, hipopigmentasi, fisura berukuran plakat
dengan batas difus yang terdistribusi secara regional dan bilateral.

1.5 Diagnosis
A. Diagnosis Banding
 Dermatitis kontak iritan kronik kumulatif e.c. penggunaan sandal jepit
 Dermatitis kontak alergi
B. Diagnosis Kerja
Dermatitis kontak iritan kronik kumulatif e.c. penggunaan sandal jepit

1.6 Tatalaksana
A. Tatalaksana Umum
 Menjelaskan bahwa penyakit ini umumya merupakan sebuah reaksi akibat
paparan dengan zat iritan yang apabila paparan tersebut dihentikan akan
menghentikan perjalanan penyakit
 Menghentikan paparan terhadap faktor yang diduga sebagai zat iritan (plester)
 Menjelaskan kepada pasien agar jangan membiarkan pasien menggaruk
tangannya serta mengurangi gesekan / trauma pada daerah lesi kulit
 Memberikan edukasi untuk menjaga daerah lesi tetap bersih dan kering
B. Tatalaksana Khusus (Farmakologi)
• Oral :
o Loratadine tab 10 mg; 2 x 1 (pagi dan malam)

4
• Topikal:
o Cream kortikosteroid potensi tinggi (betamethasone diproprionate 0,05%) +
neomycin digunakan 2x / hari selama 5-7 hari (tidak lebih dari 2 minggu) pada
lesi kering
o Kompres terbuka povidone iodine 0,7% pada lesi basah (2x per hari sebanyak
masing – masing 3 jam) – resep luar

1.7 Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam

5
BAB II
ANALISIS KASUS

2.1. Analisis Diagnosis Kerja


KASUS TEORI: Dermatitis Kontak Iritan
Epidemiologi Laki-laki, usia 35 tahun  Usia <8 tahun atau usia lanjut
 Berhubungan dengan pekerjaan
Etiologi Sandal jepit karet  Zat iritan (kimiawi, fisik dan biologi)
 Faktor individu (ketebalan kulit,
penyakit kulit sebelumnya)
Gejala • Munculnya lesi yang  Rasa nyeri / pedih
gatal dan nyeri pada  Rasa gatal
dorsum pedis dekstra dan  Rasa panas pada kulit
sinistra berupa skuama,  Rasa terbakar / tersengat
krusta, likenifikasi,  Eritema
hipopigmentasi, fisura  Skuama
berukuran plakat dengan
 Hiperkeratosis
batas difus yang
 Likenifikasi
terdistribusi secara
regional dan bilateral.  Difus
 Retak
 Fisura
Lokasi Letak lesi pada dorsum Dapat disemua bagian kulit yang terpajan
predileksi pedis dekstra dan sinistra zat iritan, berhubungan dengan pekerjaan

Karakteristik  Efloresensi Lesi kulit bervariasi:


Lesi – Primer : -  Eritema berbatas difus
– Sekunder : skuama,  Skuama
krusta, likenifikasi,  Hiperkeratosis
hipopigmentasi,  Likenifikasi
fisura  Difus
 Retak
 Sifat UKK  Fisura
 Warna:  Susunan/bentuk : liniar atau tidak
beraturan
hipopigmentasi
 Distribusi: tergantung dengan
 Ukuran: plakat kontak dengan agen iritan
 Tepi: difus Lesi kulit tidak meluas diluar dareah
 Suhu: normal kontak

 Nyeri tekan: +
 Susunan/bentuk
: tidak beraturan

6
 Penyebaran dan
lokalisasi :
– Regional, bilateral
Pemeriksaan Belum ada pemeriksaan  Uji tempel (patch test)  memiliki
Penunjang penunjang hasil negatif, kecuali terdapat dermatitis
kontak alergi secara bersamaan

2.2. Analisis Diagnosis Banding

1. Dermatitis Kontak Alergi


Seringkali ditemukan bersamaan dengan dermatitis kontak iritan dan memiliki
efloresensi kulit yang tidak jauh berbeda. Namun yang khas pada dermatitis kontak
alergi adalah reaksi hanya terjadi pada individu yang sudah tersensitisasi oleh agen
penyebab dermatitis. Selain itu pada fase akut ditemukan efloresensi primer berupa
papul yang tidak terdapat pada dermatitis kontak iritan. Selain itu distribusi lesi dapat
menyebar ke bagian perifer dari daerah kontak dan biasanya tidak terjadi reaksi akut
yang cepat (12 – 72 jam setelah paparan). Pada dermatitis kontak alergi, paparan
dengan konsentrasi rendah dapat memicu timbulnya reaksi namun bergantung pada
derajat sensitisasi terhadap zat pemicu sedangkan pada dermatitis kontak iritan
bergantung pada kuat lemahnya zat iritan serta faktor individu (keadaan kulit,
penyakit kulit penyerta, dsb). Untuk membedakan dengan dermatitis kontak iritan
secara pasti, dapat dilakukan uji tempel (patch test) yang mana akan memberikan
hasil positif pada agen penyebab dermatitis kontak alergi.

2.3. Dasar Teori

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan kulit non-


imunologik yaitu kerusakan kulit yang terjadi langsung tanpa didahului proses
sensitisasi. Dermatitis kontak iritan biasanya terjadi akibat respon kulit berkontak
dengan bahan iritan dari luar seperti bahan kimia, fisik dan agen biologik. Selain itu
terdapat peran dari faktor endogen seperti fungsi barrier (pertahanan) kulit dan
adanya penyakit kulit sebelumnya / penyerta.
Etiologi yang paling sering menyebabkan DKI adalah sabun, deterjen, zat
asam dan basa (alkali), semen, fenol, capsaicin, zat kimia pelarut industri, enzim dan
sekresi dari tumbuhan dan hewan. Zat iritan dapat menyebabkan kerusakan sel bila
terpajan cukup waktu dengan konsentrasi yang adekuat. Iritan kuat dapat

7
menimbulkan DKI akut, sedangkan zat iritan lemah membutuhkan waktu pajanan
lama untuk dapat menimbulkan reaksi. Selain itu pada pasien dengan riwayat atopik
atau pernah / sedang menderita dermatitis atopik akan meningkatkan risiko terkena
DKI. Patogenesis DKI terjadi apabila mekanisme pertahanan / perbaikan dari kulit
tidak dapat mempertahankan integritas dan fungsi kulit normal ketika terjadi penetrasi
dari zat iritan sehingga menimbulkan reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi yang terjadi
hanya terbatas pada daerah yang berkontak dengan zat iritan. Mekanisme yang
menyebabkan DKI akut berbeda dengan DKI kronis. Pada DKI akut terjadi kerusakan
sitotoksik langsung pada keratinosit, sedangkan DKI kronis terjadi akibat pajanan
berulang dengan zat iritan yang menyebabkan kerusakan lambat pada membran sel,
merusak barrier kulit dan menyebabkan denaturasi protein serta toksisitas selular.
Akibat proses peradangan yang terjadi, pasien biasanya mengeluhkan rasa gatal,
nyeri, terbakar, tersengat, panas setelah terpajan dengan zat iritan. Selain itu pada
manifestasi klinis dapat ditemukan eritema, edema, vesikel, bula, erosi dan pada kasus
berat dapat nekrosis. Pada DKI umumnya tidak ditemukan gejala konstitusi.
Umumnya pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada DKI adalah uji tempel (patch
test) untuk menyingkirkan diagnosis banding tersering yaitu dermatitis kontak alergi.
Penatalaksanaan pada DKI yang utama adalah menghentikan pajanan zat
iritan. Pada umumnya apabila pajanan dihentikan akan terjadi fenomena decresendo
dimana reaksi iritan segera mencapai puncak lalu segera membaik setelah bahan iritan
dibuang. Penyembuhan sempurna dapat terjadi setelah 4 minggu dengan prognosis
baik. Selain itu pengobatan yang dapat diberikan berupa kortikosteroid topikal poten
(potensi kuat – sangat kuat) untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi.
Sedangkan pada DKI berat, dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid oral
berupa prednisone selama 2 minggu dengan dosis awal 60 mg dan dilakukan tapering
off.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical


Dermatology. 6th Edition. McGraw-Hill. 2009.

2. Kartowigno S. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit. Departemen Ilmu


Kesehatan Kulit & Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr.
M. Hoesin Palembang. Unsri Press. 2011.

3. Menaldi Sri Linuwih SW, Bramono K, Indriatmi W. Buku Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi 7. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2016.

4. Irritant Contact Dermatitis.; Available from:


http://emedicine.medscape.com/article/1049353-overview

5. Irritant contact dermatitis. DermNet NZ [Internet]. Available from:


http://www.dermnetnz.org/dermatitis/contact-irritant.html

Anda mungkin juga menyukai