Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


KEJANG
DI RUANG C1L1/ANAK RSDK SEMARANG

Disusun oleh :
Puma Adi Rosiyanto
1.1.10497

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2007
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
KEJANG

Persiapan praktek di ruang : C1 L1/ANAK RSDK SEMARANG


Nama : Puma Adi Rosiyanto
NIM : 1.1.10497
Nama Pembimbing :
Tanda Tangan :

Definisi
Kejang merupakan respon terhadap muatan listrik abnormal di dalam otak.
Kejang dapat berupa kekakuan anggota tubuh, gerakan kejutan berulang secara
periodik, atau campuran keduanya. Bila kontraksi otot hanya mengenai sebagian kecil
serabut otot saja, tidak akan tampak kekejangan otot, tetapi hanya terlihat gerakan
halus pada kulit.
Kejang adalah suatu gerakan anggota tubuh yang tidak disadari, dan
ditimbulkan oleh kontraksi sebagian atau seluruh otot-otot tubuh. Kontraksi otot-otot
secara spontan keras ini tidak dikendalikan dan biasanya disebabkan suatu
rangsangan terhadap susunan syaraf.
Kejang biasanya berlangsung selama 2-5 menit. Sesudahnya penderita bisa
merasakan sakit kepala, sakit otot, sensasi yang tidak biasa, linglung dan kelelahan.
Penderita biasanya tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama dia mengalami
kejang.
2 jenis kejang yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah Kejang
Infantil dan Kejang Demam.
1. KEJANG INFANTIL
Seorang anak yang berbaring terlentang tiba-tiba bangun dan melipat
lengannya, lehernya ditekuk dan badannya membungkuk, sedangkan
tungkainya lurus. Serangan berlangsung hanya selama beberapa detik tetapi
bisa terjadi beberapa kali dalam sehari. Kejang ini biasanya terjadi pada anak-
anak berusia kurang dari 3 tahun, dan banyak yang berkembang menjadi
bentuk kejang lainnya di kemudian hari.
Sebagian anak yang mengalami kejang infantil mengalami gangguan
intelektual atau perkembangan sarafnya tertunda; keterbelakangan mental
biasanya terus berlanjut sampai dewasa. Kejang ini sulit dihentikan dengan
obat anti-epilepsi.
2. KEJANG DEMAM
Kejang demam terjadi karena demam pada anak-anak yang berusia 3 bulan-5
tahun. Kejang ini terjadi pada 4% anak-anak dan cenderung diturunkan.
Biasanya berlangsung kurang dari 15 menit. Anak-anak yang mengalami
kejang demam lebih mudah menderita epilepsi.

Etiologi
1. Demam tinggi (heatstroke, infeksi)
2. Infeksi otak
- AIDS - Sifilis
- Malaria - Tetanus
- Meningitis - Toksoplasmosis
- Rabies - Ensefalitis karena virus
3. Kelainan metabolik
- Hipoparatiroidisme
- Kadar gula atau natrium yang tinggi di dalam darah
- Kadar gula, kalsium, magnesium atau natrium yang rendah di dalam darah
- Gagal ginjal atau gagal hati
- Fenilketonuria
4. Otak kekurangan oksigen
- Keracunan karbon monoksida
- Berkurangnya aliran darah ke otak
- Hampir tenggelam
- Hampir tercekik
- Stroke
5. Kerusakan jaringan otak
- Tumor otak
- Cedera kepala
- Perdarahan intrakranial
- Stroke
6. Penyakit lainnya
- Eklamsi
- Ensefalopati hipertensif
- Lupus eritematosus
7. Pemaparan oleh obat atau bahan beracun
- Alkohol (dalam jumlah besar) - Overdosis kokain
- Amfetamin - Timah hitam
- Kapur barus - Pentilenetetrazol
- Klorokuin - Striknin
8. Gejala putus obat
- Alkohol
- Obat tidur
- Obat penenang
9. Reaksi balik terhadap obat-obat yang diresepkan
- Seftazidim
- Klorpromazin
- Imipenem
- Indometasin
- Meperidin
- Fenitoin
- Teofilin

Manifestasi klinis
 Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu
dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita mengalami sensasi,
gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung kepada daerah otak
yang terkena. Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot
lengan kanan, maka lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan;
jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita
akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak
menyenangkan. Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa
mengalami déjà vu (merasa pernah mengalami keadaan sekarang di masa
yang lalu).
 Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu
(misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan
dengan penyebaran aktivitas listrik di otak.
 Kejang parsial (psikomotor) kompleks dimulai dengan hilangnya kontak
penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit. Penderita menjadi
goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan
tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu
memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan. Kebingungan
berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total.
 Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai dengan
kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini
segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah
mengalami kelainan fungsi.
 Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik abnormal di
daerah otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan
fungsi. Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh
terhadap muatan yang abnormal. Pada kejang konvulsif, terjadi penurunan
kesadaran sementara, kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan di seluruh
tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan hilangnya
pengendalian kandung kemih. Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit
kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah. Biasanya penderita tidak
dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang.
 Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5
tahun. Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal.
Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya
berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan respon
terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak.
 Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana kejang
terjadi terus menerus, tidak berhenti. Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu
bernafas sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam otaknya menyebar
luas. Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang
menetap dan penderita bisa meninggal.
Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena

Sisi otak yg terkena Gejala

Lobus frontalis Kedutan pada otot tertentu

Lobus oksipitalis Halusinasi kilauan cahaya

Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh


Lobus parietalis
tertentu

Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang


Lobus temporalis kompleks
misalnya berjalan berputar-putar

Lobus temporalis anterior Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium

Lobus temporalis anterior Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun


sebelah dalam yg tidak menyenangkan

Patofisiologi
Perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka tedapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membrane dari sel neuron. Dalam
keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl -). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya
Keseimbangan potensial membrane ini dapat berubah oleh adanya:
 Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
 Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau
aliran listrik.
 Perubahan patofisiologi dari membran karena penyakit atau keturunan.
Komplikasi
Jika tidak ditanggulangi dengan cepat dan tepat maka akan baik dan tidak
menyebabkan kematian. Kemungkinan berulangnya kejang antara 25%-50% pada
umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Komplikasi yang dimungkinkan terjadi
epilepsi, tetapi kejadiannya sangat rendah.

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis.
2. EEG (Elektro Encephalo Graf)
3. CT Scan/ MRI

Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
 Pengobatan pasca akut suhu tubuh diturunkan dengan kompres air
dingin dan pemberian antipiretik diazepam. Bila kejang berhenti dengan
diazepam, dilanjutkan fenobarbitol diberikan langsung setelah kejang
berhenti.
 Mencari dan mengobati penyebab pemeriksaan diagnostik
 Pengobatan profilaksis
Ada 2 yaitu:
 Profilaksis intermitten saat demam
 Profilaksis terus menerus dengan konvulsi setiap hari

b. Penatalaksanaan keperawatan
 Selama kejang
 Berikan privacy dan perlindungan pada pasien dari lingkungan luar.
 Mengamankan pasien memungkinkan jika jatuh.
 Melindungi kepala dengan bantalan untuk mencegah cidera.
 Jauhkan benda-benda tajam selama kejang.
 Setelah kejang
 Pertahankan pasien pada salah satu posisi agar tidak terjadi aspirasi.
 Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang, berikan
pendekatan yang lembut dan restrain yang lembut.
 Penatalaksanaan demam
 Menurunkan suhu tubuh dengan kompres air hangat.
 Segera turunkan demam agar dapat terkendali dan kejang dapat
berhenti..

Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
 Riwayat adanya faktor penyebab
 Idiopatik, tidak ada penyebab yang dapat di identifikasi
 Pasca trauma
 Dapatkan riwayat kejang
 Pemeriksaan diagnostik
 EEG
 CT scan
 Pemeriksaan metabolisme

2. Diagnosa keperawatan
 Resti penghentian pernapasan b.d. gerakan otot pernapasan berlebihan,
perubahan kesadaran.
 Resti terhadap cidera b.d. aktifitas kejang
3. Rencana asuhan keperawatan
1. Resti penghentian pernapasan b.d. gerakan otot pernapasan berlebihan, perubahan
kesadaran.
 Tujuan: mempertahan kan jalan napas/ fungsi napas
 KH:
 mengungkapkan pemahaman faktor yang menunjang kemungkinan trauma
dan atau penghentian pernapasan dan mengambil langkah untuk
memperbaiki situasi.
 Mempertahankan aturan pengobatan untuk mengontrol atau menghilangkan
aktifitas kejang.
 Intervensi:
 Gali bersama keluargapasien berbagai stimulasi yang dapat mempengaruhi
kejang.
R: mengetahui penyebab kejang
 Masukkan jalan napas buatan yang terbuat dari plastik
R: menurunkan terjadinya trauma mulut.
 Berikan tambahan oksigen/ ventilasi manual sesuai kebutuhan
R: dapat menurunkan hipoksia serebral

2. Resti terhadap cidera b.d. aktifitas kejang


 Tujuan: mencegah atau mengendalikan aktifitas kejang dan melindungi klien
dari cidera.
 KH:
 keluarga mampu mengungkapkan pemahaman faktor yang menunjang
kemungkinan trauma dan mengambil langkah untuk memperbaiki situasi.
 Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan
 Intervensi:
 Evaluasi kebutuhan untuk diberikan perlindungan pada kepala.
R: pemberian penutup kepala dapat memberikan perlindungan selama
kejang.
 Gunakan termometer dengan bahan metal atau dapatkan suhu melalui
lubang telinga, jika perlu
R: menurunkan resiko pasien menggigit dan menghancurkan termometer
yang terbuat dari kaca jika tiba-tiba kejang
 Kolaborasi pemberian obat (diazepam, Glukosa)
R: mempercapat pasien kembali ke keadaan semula
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 1995. Nursing Care Plans & Documentation, Nursing Diagnoses and
Collaborative Problem. Alih bahasa : Monica Ester, Setiawan. Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
handout diktat mata kuliah Keperawatan Anak Prodi Keperawatan, Poltekkes
Semarang
I Hartantyo, dkk. 1997. Pedoman Pelayanan Medik Anak. Edisi 2. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak. FK Universitas Diponegoro.
Wahab, Samik. 2000.Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai