Anda di halaman 1dari 13

(16) IODOFORM

PENJELASAN
Reaksi pembuatan Iodoform (haloform) merupakan senyawa kimia yang dapat
disintesis berdasarkan reaksi halogenasi alfa dengan bahan dasar iodium yang
direaksikan dengan aseton dengan bantuan natrium hidroksida.
NaOH bertindak sebagai katalis, yaitu zat yang dapat mempercepat reaksi.
Iodoform berupa kristal kuning.
Titik leleh Iodoform adalah 119-120 °C.

MEKANISME REAKSI
Mekanisme Reaksi Halogenasi α
Mekanisme Reaksi Subtitusi Nukleofilik

DISKUSI
DISKUSI 1
 Pada saat reksristalisasi dibutuhkan pelarut yang bisa melarutkan pada titik didih
pelarut dan tidak melarutkan pada suhu kamar, sehingga zat atau kristalnya akan
terjadi.
 Pada percobaan ini digunakan etanol sebagi pelarut 1  melarutkan pada suhu
panas dan dingin  ditambahkan air sebab air tidak larut panas dan dingin.
 Air tidak dapat digunakan sebagai pelarut untuk rekristalisasi iodoform, sebab
iodoform tidak larut dalam air dingin maupun panas.
 Senyawa yang memiliki gugus metil karbonil dapat membentuk iodoform bila
direaksikan dengan NaOH.
 Saring panas digunakan apabila dalam larutan terdapat pengotor.
 Pelarut tunggal dan pelarut campuran.
 Pelarut tunggal: pelarut yang dapat melarutkan zat dengam mudah pada kondisi
panas dan tidak larut pada keadaan dingin/suhu kamar.
 Pelarut campuran digunakan apabila tidak ada pelarut tunggal yang benar-benar
sesuai untuk senyawa tersebut. Syarat pelarut campuran, salah satu pelarut harus
dapat melarutkan senyawa pada semua suhu sedangkan pelarut yang lain sama
sekali tidak dapat melarutkan pada semua suhu dan kedua pelarut harus saling
campur.
(Catatan: Selebihnya pada saat diskusi ditanya tentang jawaban pertanyaan di
diktat dan mekanisme reaksi).

Catatan diskusi dan beberapa alasan mekanisme

 Reaksi pembentukan suatu haloform adalah suatu proses halogenisasi alfa, dimana
terjadi substitusi unsure halogen pada aldehida atau keton, dimana substitusi terjadi
pada struktur metil karbonil. Jadi, hanya senyawa aldehid atau keton yang
mempunyai struktur metil pada gugus karbonil saja yang dapat mengalami reaksi
ini.
 Fungsi penambahn NaOH: Pendonor OH (H2O (lepas)) terbentuk ion enolat,
Melarutkan iodium dengan membentuk kompleks NaI3, Membentuk senyawa
iodoform.
 Alasan dipilihnya etanol sebagai pelarut rekristalisasi adalah kemampuannya
melarutkan iodoform pada titik didih pelarut, sedikit atau sama sekali tidak
melarutkan iodoform pada suhu kamar, mempunyai daya larut yang berbeda
terhadap senyawa dan pengotor, tidak bereaksi dengan senyawa yang dimaksudkan
(inert), toksisitas rendah dan harga relatif lebih murah. Perlu diketahui bahwa saat
memanaskan larutan di atas hot plate, larutan tidak boleh sampai mendidih
mengingat sifat zat yang mudah menyublim.

DISKUSI 2
1. reaksi dalam suasana basa dengan menggunakan NaOH sbg katalis. NaOH dalam
reaksi ini berfungsi mendonorkan ion hidroksidanya untuk berikatan dengan atom
hidrogen dari metil karbonat memebentuk H2O, yang kemudian lepas sehingga
terbentuklah ion enolat. Hal ini dapat terjadi karena hidrogen alfa bersifat asam.
a. Selain berfungsi menyumbang kan ion OH-, NaOH juga berfungsi melarutkan
iodium dengan membentuk kompleks NaI3 yang menaikkan kelarutan iodium.
b. Fungsi lainnya yaitu untuk pembentukan senyawa iodoform dimana setelah
terbentuk tri-iodo aseton, maka OH- akan menyerang C karbonil kemudian
terjadi serah terima yang akhirnya membentuk iodoform dan ion asetat
2. Alasan dipilihnya etanol sebagai pelarut rekristalisasi adalah kemampuannya
melarutkan iodoform pada titik didih pelarut, sedikit atau sama sekali tidak
melarutkan iodoform pada suhu kamar, mempunyai daya larut yang berbeda
terhadap senyawa dan pengotor, tidak bereaksi dengan senyawa yang dimaksudkan
( inert ), toksisitas rendah dan harga relatif lebih murah. Perlu diketahui bahwa saat
memanaskan larutan diatas hot plate, larutan tidak boleh sampai mendidih
mengingat sifat zat yang mudah menyublim. Jumlah etanol yang ditambahkan
adalah secukupnya hingga endapan iodoform tepat larut. Penambahan etanol ini
juga tidak boleh berlebihan karena justru menyebabkan sulit atau bahkan tidak
terbentuk endapan iodoform meski telah didinginkan pada suhu kamar. Jika hal ini
terjadi, larutan harus dipanaskan lagi untuk menguapkan pelarut yang berlebihan,
hingga pelarut paling tidak telah berkurang separuhnya.
3. Untuk mendapatkan Kristal iodoform yang bagus, filtrat dibiarkan mendingin
selama 15 menit pada suhu kamar, baru kemudian ditambahkan air untuk
menyempurnakan endapan yang terbentuk. Penambahan air ini merangsang
pembentukan Kristal iodoform karena penggantian pelarut dari etanol menjadi air.
Etanol cenderung lebih larut air disbanding dengan iodoform, jadi dengan adanya
air, kemampuan untuk melarutkan iodoform menurun sehingga iodoform
mengendap kembali.

DISKUSI 3
1. 5 g iodium, 5 g aseton dan5 ml air suling dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
200 ml (Iodium merupakan senyawa yang sedikit larut dalam pelarut organik dan
larut dalam pelarut air (FI III hlm 316), agar iodium dapat larut, aseton, dan air
harus dicampur terlebih dahulu), kemudian dikocok.
2. Tambahkan larutan NaOH 2N kedalam larutan tersebut di atas sedikit demi sedikit
dengan terus menerus, dikocok sampai dengan larutan yang berwarna cokelat
(karena iodium) berubah menjadi endapan yang berwarna kuning dari iodoform
(bila larutan sudah berwarna cokelat muda, penambahan dari NaOH menggunakan
pipet tetes).
3. Setelah itu segera masukkan 125 ml air kedalam labu Erlenmeyer dan endapan
kuning segera disaring dengan Buchner (tujuanditambahkan airadalah menghindari
reaksi berjalan berbalik arah ke arah reaktan, karena reaksinya yang reversible,
juga mencuci dan melarutkan sisa aseton, NaOH serta NaI yang larut air). Endapan
di atas corong tersebut dicuci dengan air sampai terbebas dari NaOH.

4. Rekristalisasi
Rekristalisasi dilakukan dengan sedikit mungkin penggunaan etanol, karena
penambahan etanol yang berlebihanjustru menyebabkan sulit atau bahkan tidak
terbentuk endapan iodoform meski telah didinginkan pada suhu kamar. Alasan
dipilihnya etanol sebagai pelarut rekristalisasi adalah kemampuannya melarutkan
iodoform pada titik didih pelarut, sedikit atau sama sekali tidak melarutkan
iodoform pada suhu kamar, mempunyai daya larut yang berbeda terhadap senyawa
dan pengotor, tidak bereaksi dengan senyawa yang dimaksudkan ( inert ), toksisitas
rendah dan harga relatif lebih murah.
Pertanyaan saat diskusi
1. Reaksi oksidasi pada alkohol primer akan menghasilkan senyawa apa?
2. Jika etanol dioksidasi akan menghasilkan senyawa apa dan apakah bisa
menghasilkan iodoform?
3. Ibuknya nanyain langkah kerja, kenapa ditambah NaOH, trus kenapa etanolnya
sedikit? Itu udah dijelasin di bagian atas

Jawab:

1. Alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid maupun asam karboksilat. Bila
proses oksidasi menggunakan oksidator kuat, misalnya KMnO4/KOH atau
K2Cr2O4/H2SO4, maka alkohol primer segera teroksidasi menjadi aldehid, tetapi
reaksi oksidasi akan berlanjut sehingga akhirnya terbentuk asam karboksilat.

Oksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat:

Untuk menghasilkan suatu aldehid dari oksidasi alkohol primer, proses oksidasi
alkohol primer harus dengan oksidator tertentu. Yaitu dengan oksidator lemah PCC
(piridium klorokromat) dalam pelarut CH2Cl2 (diklorometana) dan umumnya
berlangsung pada suhu kamar.
Proses oksidasi tidak dalam pelarut air karena aldehid dapat bereaksi dengan air
membentuk suatu aldehid hidrat. Aldehid hidrat dapat bereaksi dengan HCrO4-
(dan H+) membentuk suatu ester kromat yang mudah teroksidasi membentuk asam
karboksilat.

Jika suatu alkohol primer, misalnya etanol direaksikan dengan PCC dan CH2Cl2 akan
membentuk suatu senyawa aldehid, yaitu etanal (asetaldehid).

Source :
Solomons, T.W. Graham and Fryhle, Craig B. 2011. Organic Chemistry Tenth
Edition. United States of America : John Wiley & Sons,Inc. (Page 557-560)

2. Jika etanol dioksidasi menggunakan oksidator kuat misalnya KMnO4/KOH maka


akan menghasilkan aldehid, namun akan terjadi oksidasi kembali mnjadi asam
karboksilat. Jika suatu alkohol primer, misalnya etanol dioksidasi dengan PCC dan
dengan pelarut CH2Cl2 akan membentuk suatu senyawa aldehid, yaitu etanal
(asetaldehid).

Etanol dapat membentuk iodoform ketika dioksidasi menjadi aldehid terlebih dahulu.
Karena pembentukan iodoform hanya dapat terjadi pada senyawa aldehid ataupun
keton yang memiliki gugus metil karbonil. Reaksi halogenasi α dalam
pembentukan iodoform hanya dapat terjadi pada gugus metil karbonil, dimana pada
gugus metil karbonil tersebut terjadi subtitusi unsur halogen pada aldehida atau
keton.
Ketika etanol telah teroksidasi menjadi etanal/asetaldehid, senyawa tersebut
ditambahkan NaOH. Ion hidroksida dalam NaOH tersebut menarik atom H dari
metil yang memiliki ikatan lebih lemah karena efek induksi dari gugus karbonil
yang memiliki ikatan lebih kuat. Hal ini mengakibatkan asetaldehid kehilangan
atom H dan menjadi ion yang tidak stabil, ketika bertemu dengan I2, ion tersebut
secara cepat bereaksi dengan I- membentuk aldehid yang terhalogenasi α dimana
sebelumnya terlebih dulu membentuk karbanion. Hal ini terus menerus terjadi
hingga ketiga atom H yang terikat pada metil karbonil tersubtitusi oleh atom I
hingga membentuk CI3CHO. Karena C karbonil bersifat parsial positif sebagai
akibat dari keelektronegatifan O yang lebih tinggi dibandingkan dengan C
karbonil, maka atom C akan berusaha mencapai kestabilan. Ketika masih terdapat
ion hidroksida, atom C akan berikatan dengan ion hidroksida namun O ikatan
rangkap akan mengalami penambahan elektron dari ikatannya dengan atom C
karbonil, sehingga O memiliki muatan negatif. Hal ini mengakibatkan atom O
menarik atom C untuk membentuk ikatan rangkap dan ikatan antara C karbonil
dengan CI3 putus sebab elektron yang digunakan C karbonil untuk berikatan
dengan CI3 diberikan kepada CI3, sehingga CI3 kelebihan elektron dan bersifat
negatif. Karena CI3 tidak stabil, maka CI3 menarik atom H dari HCOOH, akibatnya
terbentuk suatu karboksilat anion (HCOO-) dan senyawa iodoform.

DISKUSI 4
 Saat mencampurkan Iodium, Aseton dan Air. Aseton dan air dibiarkan bercampur
terlebih dahulu, baru setelah itu Iodium dicampurkan. Hal ini dikarekan campuran
Air-Aseton akan mempercepat larutnya iodium.
 NaOH ditambahkan untuk mengikat –H dari struktur metil karbonil keton

( ), sehingga atom –I bisa berikatan pada atom –C karbonil

( ). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada mekanisme reaksi.


 Penamabahan NaOH dilakukan sedikit demi sedikit karena jika peambahan NaOH
berlebih maka iodoform yang terbentuk dapat larut kembali karena reaksi ini
bersifat reversibel.
 Setelah Kristal iodoform terbentuk, lalu ditambahkan 125 ml air hal ini bertujuan
untuk mencuci sisa-sisa NaOH yang ada.
 Kristal iodoform yang terbentuk lalu disaring dengan corong Buchner, lalu dicuci
dengan air sampai bebas NaOH. CARA MENGETAHUI JIKA SUDAH BEBEAS
NaOH : uji air yang menetes dari bawah corong Buchner dengan kertas lakus
merah, jika kertas berubah jari biru  masih ada NaOH, jika kertas tetap merah
 bebas NaOH.
 Dilakukan rekristalisasi dengan satu pelarut, yaitu etanol karena etanol dapat
melarutkan iodoform dalam keadaan panas (1 : 16) dan sedikit melarutkan
iodoform dalam keadaan dingin (1 : 60).
 Cara rekristalisasi : etanol dipanaskan diatas hot plate  setelah etanol panas,
baru dituangkan ke dalam iodoform yang sudah disaring dan diletakkan didalam

Erlenmeyer yang ujungnya diberi corong  dipanaskan diatas hot plate


sampai semua iodoform terlarut  saring panas (HANYA JIKA ADA
PENGOTOR MEKANIK)  biarkan dingin 15 menit  tambahkan air 12,5 ml
(INI BERTUJUAN UNTUK MENURUNKAN KELARUTAN IODOFORM
DALAM ETANOL DINGIN, SEHINGGA KRISTAL IODOFORM DAPAT
TERBENTUK DENGAN LEBIH SEMPURNA)  Kristal yang terbentuk
kemudian disaring dengan corong Buchner lalu di oven sampai kering.
 Selesai 

JAWABAN PERTANYAAN
1. Terangkan cara halogenasi untuk pembuatan iodoform ini selain dengan iodium.
Jawab:
Cara halogenasi untuk pembuatan iodoform selain dengan menggunakan iodium
dapat juga dengan menggunakan KI sebagai reaktan. Namun apabila digunakan KI,
perlu ditambahkan kaporit atau Ca(ClO)2 sebagai oksidator pengganti Na(OH).
Penambahan kaporit dilakukan sedikit demi sedikit hingga larutan menjadi netral.
Setelah netral, dicuci dengan corong Buchner dengan pencuci aquadest. Pembuatan
iodoform dari KI dan Ca(ClO)2 membutuhkan proses refluks dan disaring kembali,
digunakan filtratnya untuk didinginkan dengan es batu sehingga iodoform yang
dilarutkan dalam alkohol mengkristal kembali.

Jika menggunakan NaOH sebgai katalis maka

Halogenasi terus berlanjut sampai semua –H pada metil karbonil diganti dengan –I.
Lalu dilanjutkan dengan subtitusi nukleofilik dengan bantuan ion –OH dari NaOH
sehingga Iodoform (CHI3) terbentuk.

2. Selain dengan aseton, iodoform juga dapat dibuat dari etanol. Terangkan!
Jawab:
Etanol dapat membentuk iodoform ketika dioksidasi menjadi aldehid terlebih
dahulu.

Keterangan :
Merah : proses oksidasi;
Biru : halogenasi alfa sampai subtitusi (untuk lebih jelasnya akan dijelaskan
dibawah)
Dalam reaksi ini I2 digunakan sebagai oksidator yang mengoksidasi etanol, hingga
etanol mengalami oksidasi menjadi etanal (aldehid), kemudian etanal dapat dapat
bereaksi dengan NaOH membentuk iodoform, karena etanal memiiki gugus metil
karbonil.
Ketika etanol telah teroksidasi menjadi etanal/asetaldehid, senyawa tersebut
ditambahkan NaOH. Ion hidroksida dalam NaOH tersebut menarik atom H dari
metil yang memiliki ikatan lebih lemah karena efek induksi dari gugus karbonil
yang memiliki ikatan lebih kuat. Hal ini mengakibatkan asetaldehid kehilangan
atom H dan menjadi ion yang tidak stabil, ketika bertemu dengan I2, ion tersebut
secara cepat bereaksi dengan I- membentuk aldehid yang terhalogenasi α dimana
sebelumnya terlebih dulu membentuk karbanion. Hal ini terus menerus terjadi
hingga ketiga atom H yang terikat pada metil karbonil tersubtitusi oleh atom I
hingga membentuk CI3CHO. Karena C karbonil bersifat parsial positif sebagai
akibat dari keelektronegatifan O yang lebih tinggi dibandingkan dengan C
karbonil, maka atom C akan berusaha mencapai kestabilan. Ketika masih terdapat
ion hidroksida, atom C akan berikatan dengan ion hidroksida namun O ikatan
rangkap akan mengalami penambahan elektron dari ikatannya dengan atom C
karbonil, sehingga O memiliki muatan negatif. Hal ini mengakibatkan atom O
menarik atom C untuk membentuk ikatan rangkap dan ikatan antara C karbonil
dengan CI3 putus sebab elektron yang digunakan C karbonil untuk berikatan
dengan CI3 diberikan kepada CI3, sehingga CI3 kelebihan elektron dan bersifat
negatif. Karena CI3 tidak stabil, maka CI3 menarik atom H dari HCOOH, akibatnya
terbentuk suatu karboksilat anion (HCOO-) dan senyawa iodoform.
Mekanisme reaksi :
Mekanisme reaksi halogenasi α
Mekanisme reaksi subtitusi nukleofilik

Mekanisme reaksi berdasarkan prinsip mekanisme reaksi haloform (Solomons,


2011:839)

3. Terangkan cara mempercepat larutnya Iodium dalam aseton!


Jawab:
Iodium merupakan senyawa yang sedikit larut dalam pelarut organik dan larut
dalam pelarut air (FI III hlm 316), sehingga proses pembuatan diawali dengan
melarutkan iodium dalam pelarut aseton dan air, yang terlebih dahulu dicampur
untuk meningkatkan daya larut iodium  sesuai dengan prinsip kosolvensi dimana
hal ini dapat meingkatkan kelarutan.
ATAU
Caranya dapat ditambah NaOH akan membentuk kompleks NaI yang akan
menaikkan kelarutan iodium.
4. Dimanakah letak kemungkinan kegagalan pembuatan iodoform ini ?
Jawab :
a. Kegagalan dapat terjadi jika suasana terlalu basa. Saat menambahakan NaOH
yang terlalu banyak maka endapan iodoform akan terlarut kembali karena reaksi
bersifat reversible
b. Reaksi antara asam dan iodium kurang sempurna, dimana tidak semuanya
membentuk iodoform.
c. Penimbangan yang tidak tepat.
d. Kegagalan pembuatan iodoform dapat terjadi karena jumlah etanol yang
ditambahkan tidak sesuai (jumlah etanol berlebih atau kurang), sehingga tidak
tepat larut. Jumlah etanol yang ditambahkan adalah secukupnya hingga
endapan iodoform tepat larut. Penambahan etanol ini juga tidak boleh
berlebihan karena justru menyebabkan sulit atau bahkan tidak terbentuk
endapan iodoform meski telah didinginkan pada suhu kamar. Jika hal ini
terjadi, larutan harus diuapkan lagi (dengan menggunakan hair dryer) untuk
menguapkan pelarut yang berlebihan, hingga pelarut paling tidak telah
berkurang separuhnya. Hal ini sangat beresiko untuk dilakukan pada sintesis
iodoform karena zat ini akan menyublim dan terurai jika dipanaskan.
e. Saat dilakukan pengeringan di dalam oven, iodoform dapat berkurang jika
dipanaskan terlalu lama.
5. Jelaskan definisi asam basa berdasarkan 3 teori Asam Basa.
Jawab:
a. Teori Asam Basa Arhenius
 Asam
 Asam adalah senyawa kimia apabila dilarutkan dalam air akan membebaskan
ion-ion hidrogen (H+).
 Memiliki rasa asam.
 Mengubah warna lakmus biru menjadi merah.
 Larutan asam dalam air dapat menghantarkan listrik.
Contoh: asam florida (HF), asam klorida (HCl), asam bromida (HBr), asam
iodide (HI), asam sianida (HCN).

 Basa
 Basa adalah senyawa kimia apabila dilarutkan dalam air akan membebaskan
ion-ion hidroksida (OH-).
 Memiliki rasa pahit.
 Mengubah lakmus merah menjadi biru.
 Larutan basa dalam air dapat menghantarkan listrik.
Contoh: Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH).

Kelemahan dari teori adalah Arrhenius hanya berlaku jika pelarutnya air
saja. Jika pelarutnya bukan air dan zat yang terurai tidak mengandung hidrogen
dan hidroksida maka teori asam basa Arrhenius tidak berlaku.

b. Teori asam basa Brosted Lowry


Asam adalah spesi yang memberikan donor proton sedangkan basa adalah
spesi yang menerima proton dalam suatu reaksi transfer proton.
Aplikasi teori ini tidak terbatas pada pelarut air, melainkan untuk semua
pelarut yang mengandung atom Hidrogen dan bahkan tanpa pelarut. Asan dan
basa tidak hanya berwujud molekul, tetapi juga dapat berupa anion dan kation.
c. Teori Asam Basa Lewis
Asam adalah penerima pasangan (akseptor) elektron bebas, sedangkan basa
adalah pemberi (donor) pasangan elektron bebas.
Contoh: BF3 dan NH3.

6. Berapa berat Iodoform yang terbentuk setelah rekristalisasi ?


Jawab :

 Berat teorotis iodoform = 2,5968 g


 Kelarutan iodoform dalam etanol panas (1 : 16)  Banyat Etanol panas yang
dibutuhkan untuk melarutkan 2,5968 g Iodoform = 2,5968 g x 16 mL/g = 41,5776
mL ≈ 42 mL
 Kelarutan iodoform dalam etanol dingin (1 : 60)  banyak iodoform yang terlarut
1𝑔
dalam etanol dingin = 42 𝑚𝐿 × 60 𝑚𝐿 = 0,7 𝑔

 Sehingga banyak iodoform yang didapat = berat teoritis iodoform – berat


iodoform yang terlarut dalam etanol dingin = 2,5968 g – 0,7 g = 1,898 g

Anda mungkin juga menyukai