Anda di halaman 1dari 15

SAP (Satuan Acara Penyuluhan)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Toga (Tamanan Obat Keluarga)

Judul : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (Toga)

Sasaran : Pengunjung Puskesmas Cakra

Hari/tanggal : Selasa, 11 Juni 2013

Tempat : Puskesmas Cakra

I. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis megabiodiveersity, yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang
sangat melimpah, termasuk tumbuhan yang berkhasiat obat. Lingkungan sekitar kita sebenarnya telah
melindungi kita dari berbagai macam penyakit dengan menyediakan tanaman berkhasiat obat.. Namun
dengan semakin berkembangnya pertumbuhan jumlah penduduk, lingkungan dan lahan pemukiman
semakin tertekan. Akibatnya kepedulian terhadap lingkungan menurun, sehingga tanaman yang bias
dijadikan obatpun diabaikan begitu saja. Pada hakekatnya adalah berbagai jenis tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan obat bagi keluarga. Ditanam di sekitar rumah dan diperlakukan sebagai
tanaman yang turut mempercantik sekitar halaman rumah.

II. Tujuan intruksional

a) Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan sesuai selama 1 x 35 menit diharapkan pasien
Puskesmas Cakra dapat mengetahui dan memanfaatkan berbagai macam tanaman obat.

b) Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan selama 1 x 35 menit diharapkan pasien dapat
mengetahui:
1. Dapat mengetahui pengertian tanaman obat keluarga

2. Dapat mengetahui fungsi dari tanaman obat keluarga

3. Dapat mengetahui manfaat tanaman obat keluarga

III. Metode

1. Ceramah

2. Tenya jawab

3. Diskusi

IV. Media

Leaflet

V. Kegiatan Penyuluhan

No

Tahap

Kegiatan penyuluh

Kegiatan Responden

Waktu

1.

Preinteraksi

Persiapan diri, materi, alat-alat, dan tempat

---

5 menit

2.

Orentasi
1. Salam pembukaan

2. Memperkenalkan diri.

3. Menyampaikan tujuan yang hendak dicapai.

4. Memotivasi responden untuk berperan aktif dalam kegiatan.

5. Melakukan kontrak waktu

Menjawab salam, dan mendengarkan

5 menit

3.

Kerja

Memberikan materi:

1. Pengertian tanaman obat keluarga

2. Tujuan tanaman obat keluarga

3. Fungsi tanaman obat keluarga

4. Sasaran dan lokasi tanaman obat keluarga

5. Manfaat tanaman obat keluarga

6. Jenis tanaman toga

7. Penataan toga

Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya

mendengarkan

15 menit

4.

Terminasi

1. Evaluasi

2. Menanyakan kepada peserta


- Pengertian TOGA

- Fungsi TOGA

- Manfaat TOGA

3. Mamberikan kesimpulan kegiatan

Mendengar, bertanya, menjawab, dan menerankan

10 menit

VI. Evaluasi

1. Evaluasi formatif

Menilai secara keseluruhan peserta penyuluhan berpartisipasi aktif dan berinofasi dalam kegiatan
penyeluhan

2. Evaluasi sumatif

Peserta mampu menjawab tentang pengertian tamanan obat keluarga (TOGA), fungsi dan manfaat dari
tanaman obat keluarga.

Soal evaluasi

1) Apa yang dimaksud dengan tanaman obat keluarga?

2) Apa fungsi dari tanaman obat keluarga?

3) Apa saja manfaat tanaman obat keluarga?

VII. Pengorganisasian

Pembawa Acara : Wisnu Hamdan

Pembicara : Risdiyan Satria

Fasilitator/observer : Sepna Harjan

VIII. Referensi
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pengelolaan dan Pemanfaatan Tamacvn Obat Keluarga
(TOGA). Jakarta: Dipa Satker Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan
Komplementer.

1. PENGERTIAN

Toga adalah sebidang tanah baik lahan pekarangan rumah, sekolah, kantor, pesantren, kebun dan ladang
dan yang digunakan untuk menanam tanaman yang berkhasiat obat, dalam rangka memenuhi keperluan
keluarga dan masyarakat akan obat.

2. TUJUAN

a. Mengembangkan dan menyebarluaskan tanaman obat kepada masyarakat, sehingga TOGA dapat
menjadi alternatif pilihan masyarakat dalam upaya pemeliharan kesehatan yang aman, bermanfaat dan
terjangkau.

b. Melestarikan tanaman obat asli Indonesia dan dapat meningkatkan ekonomi keluarga.

3. FUNGSI

a. Sebagai sarana mendekatkan tanaman obat kepada masyarakat untuk upaya kesehatan mandiri.

b. Sebagai upaya pemeliharaan kesehatan untuk peningkatan kualitas kesehatan, pencegah timbulnya
resiko sakit dari grup beresiko, mengatasi gangguan kesehatan tertentu.

c. Melestarikan budaya pengobatan tradisional sebagai warisan leluhur dengan memanfaatkan


tanaman yang berkhasiat.
4. SASARAN DAN LOKASI

a. Sasaran

Program, keluarga, dan kelompok masyarakat, contohnya; lingkungan sekolah, pramuka, karang taruna,
asosiasi pengobatan tradisional, TP-PKK, desa siaga.

b. Lokasi Taman Obat

Sesuai namanya TOGA dapat dimulai dari halaman rumah, kebun, ladang, selain itu dapat dilakukan
dihalaman sarana umum seperti; sekolah, puskesmas/rumah sakit, gedung balai desa/kantor kelurahan,
gedung pertemuan dan lahan lain yang dapat dimanfaatkan. Untuk daerah perkotaan, dimana sulit untuk
memiliki rumah dengan halama rumah atau pekarangan rumah yang memadai, TOGA dapat dibuat
dengan menggunakan pot, poli bag, ember dan bahan lain yang cocok untuk pot.

5. MANFAAT

Secara garis besar TOGA mempunyai beberapa manfaat utama, baik dari aspek kesehatan, aspek
lingkungan dan aspek ekonomi.

a. ASPEK KESEHATAN

1. Pemeliharan kesehatan

Kita mengenal slogan “lebih baik mencegah daripada mengobati” yang artinya lebih baik memelihara
kesehatan daripada berobat sesudah sakit. Terkait dengan hal tersebut obat tradisional banyak berperan
dari sisi pencegahan khususnya dalam pemeliharaan kesehatan. Obat tradisional pada umumnya
diminum oleh remaja putri, hamil, melahirkan, menyusui, pria dewasa, sampai lanjut usia.

2. Penanggulangan penyakit

Seperti yang kita ketahui banyak tanaman obat asli Indonesia yang bermanfaat untuk menurunkan angka
kesakitan, misalnya: cacingan, diare, panas, batuk, pilek, hipertensi, diabetes. Apabila cara
penanggulangan tersebut disebarluaskan ke seluruh pelosok tanah air, khusunya ke daerah terpencil
maka kemungkinan dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan serta dapat mengurangi
ketergantungan pada obat kimia.

3. Perbaikan status gizi

Banyak tanaman obat yang lebih dikenal sebagai tanaman buah-buahan atau sayur-sayuran yang dapat
digunakan sebagai obat, contohnya: pisang, pepaya, bayam, daun katuk. Dengan mengembangkan
penanaman tanaman obat tersebut dan mengkonsumsinya asupan gizi dapat diseimbangkan.
b. ASPEK LINGKUNGAN

1. Kelestarian alam

Obat tradisonal dibuat dari bahan alam dan sebagian besar bahan nabati (tumbuh-tumbuhan). Jika
produksi obat tradisional semakin meningkat, maka hal ini harus diikuti dengan peningkatan budi daya
tanaman obat. Saat ini masih banyak simplisia nabati yang diambil dari tanaman yang tumbuh liar secara
terus-menerus seirirng dengan peningkatan produksi obat tradisional, maka apabila tanaman liar ini
tidak segera dibudidayakan, pada suatu waktu akan punah. Kepunahan ini harus dicegah, karena kita
akan kehilangan sumber plasma nutfah, dan tanaman obat juga akan punah, maka ramuan yang berisi
tanaman tadi tidak lagi dapat dibuat. Dengan budidaya tanaman obat melalui TOGA, berarti kita dapat
melestarikan tanaman obat.

2. Penghijauan dan estetika

Sejalan dengan kebijakan pemerintah tentang penghijauan, dengan menggiatkan penanaman tanaman
obat berarti masyarakat telah ikut serta dalam gerakan penghijauan (green movement).

Tanaman obat berbentuk pohon tinggi seperti secang, kedawarung, asam, pulai dan lain sebagainya
dapat memberikan keindahan dari garis, bentuk, warna dan tekstur daun, serta batang, cabang kulit,
akar buah maupun aromanya. Dengan terpeliharanya dan tertatanya taman dengan baik akan
meningkatkan keindahan lingkungan, sehingga akan memiliki nilai estetika. Taman yang indah, dapat
juga digunakan warga setempat untuk memperoleh sarana rekreasi dan tempat anak-anak bermain dan
belajar.

Tanaman obat yang berbuah dan biji-bijian dapat menjadi habitat bagi mahluk hidup lainnya. Pepohonan
yang rimbun dan rindang, dapat terus-menerus menyerap dan mengolah (proses fotosintesis) gas
Carbon Dioksida (CO2), Sulfur Oksida (SO2), Ozon (O3), Nitrogen Dioksida (NO2), Carbon Monoksida
(CO), dan Timbal (Pb) yang 80% merupakan pencemar udara, dan selanjutnya mengeluarkan oksigen
segar yang siap dihirup setiap saat.

c. ASPEK EKONOMI

a. Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa

Dengan menanam tanaman obat, maka masyarakat desa dapat memperoleh tambahan penghasilan dari
penjualan bibit tanaman sampai simplisia yang dihasilkan dari TOGA, contoh: bilamana setiap
pekarangan di desa ditanami kencur, selain untuk konsumsi sendiri tanaman kencur yang berlebih dapat
dijual sehingga akan menambah penghasilan keluarga. Masyarakat desa dapat membuat kelompok
dimana hasil panen dapat diolah langsung dengan sekala industri rumah tangga, misalnya tanaman jahe
diolah menjadi minuman instan siap saji dalam kemasan sachet sehingga dapat meningkatkan nilai jual
hasil panen tanaman obat.

b. Usaha Koperasi

Masyarakat desa yang menanam tanaman obat secara terbatas di lahan pekarangannya, dapat menjual
hasil TOGA melalui Koperasi Desa. Dengan menjual melalui koperasi dapat mencegah penjulan kepada
tengkulak.

c. Diversifikasi Produk

Seluruh bagian dari tanaman obat mulai dai rimpang, umbi, batang, kulit batang, daun, bunga, buah dan
biji selain dimanfaatkan untuk pengobatan dapat juga dipergunakan dalam bentuk lain seperti:
kosmetika, minuman dan makanan yang menyehatkan tubuh.

Seperti layaknya lulur, bedak dingin, minuman (wedan jahe, beras kencur, kunir asem), makanan (cincau,
manisan, dodol) yang sudah banyak diolah, dikonsumsi dan diperjualkan-belikan di masyarakat.

d. ASPEK SOSIAL BUDAYA

Pengembangan TOGA dan pemanfaatannya merupakan bentuk dukungan dalam kemandirian bangsa di
sektor kesehatan dengan memperhatikan kearifan lokal untuk pemeliharaan dan pencegahan penyakit.
Berarti dengan adanya TOGA merupakan upaya pelestarian kearifan lokal ataupun tradisi leluhur dalam
memelihara dan mempertahankan budaya masyarakat, contohnya tradisi pernikahan disalah satu entitas
suku/msayarakat di Papua dimana pengantin pria yang belum memenuhi maharnya diharuskan
memakan daun gandarusa, dimana berdasarkan penelitian daun gandarusa bermanfaat untuk
kontrasepsi.

6. JENIS TANAMAN TOGA

Jenis tanaman obat yang ditanam dalam TOGA, agar memperhatikan hal-hal berikut:

1. Tanaman tersebut sudah lazim terdapat didaerah setempat

2. Tanaman yang mudah diperbanyak, tidak perlu cara penanaman khususnya tidak memerlukan cara
pemeliharaan yang rumit.

3. Dapat dipergunakan untuk keperluan lain, misalnya untuk sumber bahan makanan, bumbu dapur,
bahan kerajinan tangan dan sebagainya.
4. Dapat diolah menjadi simplisia dengan cara sederhana.

5. Tanamannya sudah terancam kepunahan, seperti purwoceng (Dieng), kepel (Jawa Tengah), pole
pendak (Merubetiri), pasak bumi (Kalimantan), nagasari (Jawa Tengah), dll.

6. Tanamannya masih tumbuh liar dan perlu dibudidayakan.

7. PENATAAN TOGA

Dalam pengembangan TOGA perlu diperhatikan penataan dari berbagai tanaman yang akan ditanam
sehingga terlihat serasi, indah dan bernilai estetika sebagai taman. Penataan dalam penanaman tanaman
obat dapat didasarkan pada:

a. Fisik tanaman (yaitu yang tumbuh tinggi, sedang dan rendah);

b. Warna daun (hijau, ungu, kuning, merah);

c. Bentuk daun (besar, kecil, bulat dan panjang);

d. Khasiatnya (sebagai obat batuk, obat pilek, obat diare dan sebagainya);

e. Kegunaan lainnya (sebagai bumbu masak, sayuran dan lalapan)

Penataan TOGA dapat dipadukan dengan tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias, bahkan
tanaman perkebunan yang mempunyai fungsi sebagai obat.

Tahapan dalam penanaman (tanaman obat) agar dapat menghasilkan pertanaman yang sehat dan subur
sehingga dapat berproduksi dengan baik, maka perlu dilakukan tahapan penanaman berikut:

1. Penyiapan lahan/tempat untuk budidaya

Penyiapan lahan/tempat untuk budidaya adalah rangkaian kegiatan mulai dari membersihkan
lahan/tempat budidaya dari bebatuan, gulma dan sisa-sisa tanaman lain sampai lahan siap tanam.

Sebelum lahan disiapkan, perlu ditetapkan lokasi dimana kita akan melakukan budidaya. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman obat sesuai dengan karakteristik
komoditi, dimana nantinya akan mempengaruhi teknik dan cara budidaya tanaman obat untuk
menghasilkan produksi dan mutu yang optimal.

Luas lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman obat mempengaruhi cara bertanam/budidaya. Pada
lahan yang cukup luas, budidaya dapat dilakukan langsung di tanah tanpa menggunakan pot. Sedangkan
pada lahan yang terbatas/sempit seperti di perkotaan, budidaya menggunakan pot menjadi pilihan
masyarakat. Pot yang dapat dipergunakan antara lain pot plastik, pot dari tanah liat, poli bag, pot dari
bambu dan karung plastik. Ukuran besar kecilnya pot dipilih berdasarkan jenis dan tinggi rendahnya
tanaman yang akan ditanam.
Berikut adalah kegiatan penyiapan lahan untuk budidaya tanaman obat:

a. Menyiapkan media tanam di pot (untuk budidaya di dalam pot).

Media tanam dibuat dari tanah yang gembur dan dicampur dengan kompos atau pupuk kandang
(kotoran sapi atau kotoran kambing). Perbandingan tanah dan kompos 2:1 atau 3:1, media diaduk hingga
merata. Pada dasar pot dapat dimasukkan batu kerikil sehingga kelebihan air pada saat hujan dapat
dicegah, karena kelebihan air dapat menghambat pertumbuhan akar.

b. Menyediakan media tanam dilahan perkarangan atau halaman sbb:

1) Lahan dibersih dari bebatuan, gulma dan sisa-sisa tanaman lain;

2) Lahan digemburkan (diolah) dengan menggunakan cangkul atau garpu dengan tujuan untuk
memudahkan akar tanaman tumbuh dan berkembang, dan dapat menyimpan udara serta air tanah
secara maksimal.

3) Membuat saluran pembuangan air disekitar lahan, sehingga tanaman tidak tergenang air di waktu
musim hujan

4) Membuat lubang tanam yang ukurannya di sesuaikan dengan tanaman.

5) Untuk tanaman tahunan seperti kelapa, kedaung, pepaya, kayu putih, delima, jambu biji, mahkota
dewa, jati belanda, belimbing ukuran lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm atau 40 cm x 40 cm x 40 cm.

6) Untuk tanaman semusim/perdu seperti sambiloto, kumis kucing, daun dewa, jahe, kencur, kunyit
ukuran lubang tanam 20 cm x 20 cm, x 20 cm.

7) Jarak antar lubang tanam disesuaikan dengan jenis tanaman, tidak terlalu rapat atau jarang.

8) Lubang dibiarkan terbuka selama kurang lebih 7 hari dan dibiarkan kena sinar matahari untuk
membuang racun di dalam tanah dan mengaktifkan mikroba tanah sebagai sumber makanan tanaman.

9) Tanah bekas galian dicampur dengan kompos atau pupuk kandang dengan pertandingan tanah 3 : 1
atau 2 : 1, disesuaikan dengan kesuburan lahan. Media tanam siap untuk digunakan.

2. Penyiapan benih/bibit

Penyiapan benih adalah proses mempersiapkan benih/bibit untuk mendapatkan benih yang baik dan
siap tanam. Selanjutnya dilakukan persemaian benih untuk menumbuhkan bahkan tanaman yang
berupa: biji, stek, rimpang, cangkokan, serpihan anakan, dan umbi sebelum dipindahkan ke dalam pot
atau lahan dimana tanaman ditanam. Benih tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif maupun
generatif, seperti:

a. Biji (saga, sambiloto, mahkota dewa, tapak dara, dll)

b. Stek (kumis kucing, cabe jawa, sambung nyawa, keji beling, sirih, beluntas, dll)

c. Rimpang (temu-temuan, jahe, kencur, kunyit, lengkuas, dll)

d. Cangkok (delima, mengkudu, dll)

e. Serpihan anakan (lidah buaya, pegagang, serai dapur, dll)

f. Umbi (bidara upas, daun dewa, ubi, jalar, dll)

Benih yang berasal dari biji, harus dibuat persemaian lebih dahulu, bisa menggunakan pot plastik
maupun polybag, ukuran disesuaikan.benih yang berkulit keras, misalnya biji saga sebelum disemai,
direndam air selama satu malam atau dirusak kulit bijinya terlebih dahulu agar dapat cepat tumbuh.

Membuat persemaian dengan polybag atau pot:

a. Polybag diisi dengan campuran tanah gembur dengan kompos atau pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1 atau 2:1.

b. Disiram sampai basah.

c. Biji dibenamkan sedalam 1-3 cm, ditutup dengan tanah kompos tipis-tipis atau bahan stek sedalam
± 5 cm, jaga jangan sampai bergoyang.

d. Letakkan di tempat yang teduh dan lembab, tidak terkena sinar matahari langsung.

e. Disiram pagi dan sore atau sesuai kebutuhan untuk menjaga media tanam tetap lembab/basah.

f. Bibit dapat dipindahkan ke lahan setelah 1-2 bulan dipersemaian atau tumbuhnya daun 3-4 lembar.

3. Penanaman

Penanam adalah proses meletakkan benih/bibit ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disipakan
sesuai jarak tanam. Tujuannya adalah agar benih/bibit dapat tumbuh dengan baik dan seragam.

Bebrapa hal yang perlu diperhatikan pada saat penanaman tanaman obat di lahan adalah sebagai
berikut:
a. Benih yang telah siap tanam, dapat langsung ditanam di lahan yang telah disipakan, sebelumnya
media tanam disiram air terlebih dahulu.

b. Melakukan penanaman pada awal musim penghujan.

c. Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari sehingga dapat terhindar dari sengatan terik
matahari dan juga mengurangi penguapan pada tanaman yang baru ditanam.

d. Sebelum penanaman dilakukan, media tanam dilembabkan terlebih dahulu dengan cara disiram air.

e. Untuk penanaman di dalam pot, benih/bibit yang sudah tumbuh di persemaian dapat ditanam
langsung di dalam pot yang sudah berisi media tanam.

f. Untuk penanaman di lahan pekarangan atau halaman dilakukan dengan cara mengeluarkan
benih/bibit dati polibag ke dalam lubang tanam yang telah disiapkan dengan jarak tanam yang sudah
ditentukan.

g. Untuk penanaman dengan menggunakan rimpang, maka benih/bibit harus dalam posisi rebah atau
tunas menghadap ke atas.

h. Memadatkan tanah di sekitar benih/bibit agar tanaman kokoh.

4. Pemupukan

Pemupukan adalah pemberian unsur hara berupa pupuk organik dan anorganik ke tanaman dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan, sehingga tanaman dapat tumbuh
optimal dan berproduksi maksimal. Pemupukan dapat dilakukan 1 bulan setelah ditanam, dan dapat
diulang setiap 2 bulan sekali. Waktu pelaksanaan pemupukan, dikondisikan media tanam dalam keadaan
lembab, atau segera disiram setelah perlakuan pemupukan. Pupuk yang diberikan adalah:

a. Pupuk organik (pupuk kandang dari kotoran sapi, kerbau, kambing) atau kompos yang bermutu
baik dengan ciri tidak berbau menyengat, remah, tidak membawa gulma dan hama maupun penyakit.
Pemberian pupuk organik pada setiap tanaman atau pot dengan dosis sekitar 0,5-1 kg.

b. Pada tanah yang kurang subur diberi pupuk urea atau NPK, satu sendok teh setiap tanaman atau
pot.

5. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang mencakup kegiatan penyulaman, penyiangan,
penggemburan, pembumbunan, dan pengairan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh, berproduksi
dan memiliki khasiat secara maksimal.

Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi:

a. Penyulaman, pada umur satu bulan setelah tanam dengan menggunakan benih/bibit yang telah
disiapkan dengan umur yang sama.

b. Penyiangan, merupakan kegiatan membuang gulma (rumput) yang tidak ada manfaatnya, karena
dapat menjadi saingan dalam penggunaaa pupuk, air dan sinar matahari. Penyiangan dilakukan sesuai
dengan kondisi gulma. Usahakan pada umur tanaman 3-6 bulan berulang sesuai dengan kebutuhan.
Penyiangan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman dan mencegah masuknya
penyakit.

c. Penggemburan tanah, merupakan kegiatan menggemburkan tanah agar akar tanaman dapat
tumbuh lebih baik.

d. Pembumbunan, dilakukan setiap 2 bulan, mulai umur 2 bulan dan bisa dilakukan bersamaan
dengan penyiangan.

e. Pengairan/penyiraman, penyiraman air biasanya dilakukan pada musim kemarau, sesuai kebutuhan
atau apabila tanaman terlihat daunnya mulai layu. Saluran pembuangan air (parit) di sekitar
lahandiperbaharui secara berkala agar air hujan mudah mengalirnya kesaluran pembuangan. Penyiraman
dilakukan sore hari atau sesuai kebutuhan apabila terlihat tanaman layu.

f. Saluran pembuangan air disekitar lahan diperbaharui secara berkala agar hujan tidak menggenang
atau dapat mengalir dengan lancar ke saluran pembuangan. Apabila menggunakan media tanam dalam
pot, perlu dilakukan penggantian media tanam setiap 6 (enam) bulan sekali agar kesuburan tanah tetap
terjaga.

6. Pengelolaan organisme pengganggu tanaman (OPT)

Pengelolaan OPT adalah tindakan pengendalian yang dilakukan untuk mencegah kerugian pada budidaya
tanaman yang diakibatkan oleh OPT dengan cara memadukan satu atau lebih teknin pengendalian dalam
satu kesatuan. Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko kehilangan hasil dan meningkatkan mutu serta
menjaga kelestarian lingkungan.

a. Pemberantas serangan hama dan penyakit dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan
pestisida hayati yang berupa larutan daun tembakau atau mimba, atau secara mekanik dengan
mencabut bagian atau seluruh tanaman yang terkena penyakit kemudian membakar serta memungut
dan membunu hama yang menyerangnya.
b. Pencegahan serangan hama dan penyakit dapat juga dilakukan dengan membersihkan
rumput/gulma serta membuang tanaman yang kering/mati terserang penyakit agar tidak menular ke
tanaman lain yang sehat.

7. Panen

Pemanenan adalah kegiatan pengambilan hasil dengan cara membongkar, mencabut atau memotong
dengan menggunakan tangan, pisau, garpu atau cangkul.

Tanaman obat harus dipanen pada saat yang tepat, agar kadar zat berkhasiat dalam tanaman cukup
tinggi, sehingga obat yang dihasilkan lebih bermanfaat. Pada umunya zat berkhasiat kadarnya optimal
apabila tanaman dipanen menjelang atau awal tanaman berbunga, tidak dipanen di waktu sore hari atau
pada saat yang tepat.

Cara panen yang terbaik adalah:

a. Panen buah, di ambil buah yang sudah mencapai masak, ditandai dengan perubahan warna dari
hijau menjadi kekuningan, kecoklatan, atau kemerahan.

b. Panen daun, diambil daun yang sudah tumbuh sempurna, maksimal ukurannya, tidak terlalu muda
dan tidak terlalu tua, biasanya daun urutan ke 2-3 dan seterusnya dari daun pucuk. Daundiambil dari
batang/cabang yang menerima sinar matahri langsung.

c. Panen pucuk, diambil daun yang terletak pada ujung cabang/ranting dan warnanya lebih muda
dibandingkan dari warna daun tua.

d. Panen rimpang, diambil dari tanaman yang sudah mengering batang dan daunnya karena umurnya
sudah cukup, biasanya dilakukan pada musim kering/kemarau.

e. Panen kulit/batang, diambil pada saat tanaman cukup umur dan dilakukan pada awal/permulaan
musim kemarau.

f. Panen biji, diambil dari buah yang tua atau kering atau juga buah yang pecah.

8. Pasca panen

Pasca panen adalah tindakan yang dilakukan setelah panen, mulai dari seleksi, pencucian, penirisan,
pengeringan, perajangan, pengemasan/penyimpanan dan pelabelan. Tujuannya adalah untuk
menghasilkan produk, berkualitas dengan mempertahankan kandungan bahan aktif yang memnuhi
standar mutu secara konsisten.
Kegiatan pasca panen mencakup pengolahan bahan hasil panen menjadi bahan baku obat atau
pengolahan pasca panen primer. Selain diproses langsung menjadi jamu atau keperluan lain, hasil panen
dapat diolah menjadi simplisia, sehingga dapat disimpan lebih lama. Tahapan pengolahan pasca panen
menjadi simplisia meliputi:

a. Menyeleksi hasil panen dari campuran benda lain, jenis tanaman lain dan rumput.

b. Mencuci menggunakan air bersih, membuang kotoran dan bagian yang rusak (busuk).

c. Mentiriskan agar air bekas cucian hilang.

d. Mengeringkan daun, pucuk, kulit batang dan biji di bawah sinar matahari, sampai cukup kering.
Untuk menghasilkan bahan baku (simplisia) yang berkualitas tinggi, pada waktu pengeringan bahan yang
dikeringkan ditutupi menggunakan kain hitam, agar tidak terkena sinar matahari secara langsung.

e. Merajang/mengiris rimpang dan buah, tebal irisan antara 2-5mm.

f. Setelah diiris bahan tersebut dikeringkan di bawaqh sinar matahari, sampai kering. Tanda bahwa
sudah cukup kering adalah apabila bahan yang dikeringkan mudah dipatahkan (untuk menghasilkan
bahan baku (simplisia) yang berkualitas.

g. Pengemasan/penyimpanan simplisia yang sudah kering dapat di dalam botol yang berwarna gelap,
bila dalam jumlah besar bisa menggunakan kantong plastik kedap udara atau box plastik agar simplisia
tidak lembab dan diberi label.

Rayy Hari 8/21/2015 09:53:00 PM

Berbagi

Anda mungkin juga menyukai