Tugas Akhir
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Uji Kompetensi
Sekolah Menengah Kejuruan Analis Kimia Tunas Harapan
Oleh :
Zeffa Aprilasani
432
(Zeffa Aprilasani)
DAFTAR ISI
Lembar persetujuan ...................................................................................
Lembar pengesahan ...................................................................................
Kata pengantar............................................................................................ i
Daftar isi..................................................................................................... iii
Daftar gambar............................................................................................... v
Daftar tabel................................................................................................... v
Daftar Lampiran............................................................................................ v
Bab I Pendahuluan
I.1.Latar Belakang Prakerin..................................................................….. 1
I.2.Tujuan Prakerin..................................................................................... 2
I.3.Tujuan Analisis Bahan............................................................................ 2
I.4.Tujuan Penulisan Laporan................................................................…. 2
Daftar Pustaka................................................................................................ 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1. Proses Waste Water Treatment Plant (WWTP).................. 15
Gambar III.2. Struktur Kimia Parasetamol................................................. 25
Gambar III.3. Diagram Kotak Spektrofotometer....................................... 30
Gambar III.4. Dispersi cahaya oleh prisma................................................ 31
Gambar III.5. Skema Spektrofotometer single beam................................. 33
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Hasil Penetapan Kadar Parasetamol
Menggunakan Spektrofotometer............................................ 44
Tabel 5.2. Hasil Penetapan Kadar Parasetamol dengan Uji Disolusi...... 45
Tabel 5.3. Hasil analisis Penetapan Uji Fisika Produk Parasetamol........ 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi GlaxoSmithKline Indonesia ............. 50
Lampiran 2 . Denah Lokasi GlaxoSmithKline Indonesia.......................... 51
Lampiran 3. Alur Bahan Baku..................................................................... 52
Lampiran 4. Alur Produk Ruahan Sediaan Kaplet....................................... 53
Lampiran 5. Alur Produk Ruahan Yang Ditolak.......................................... 54
Lampiran 6. Data Hasil Penetapan Kadar Parasetamol Menggunakan
Spektrofotometer UV Visible.................................................. 55
Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Parasetamol dengan
Uji Disolusi (Menggunakan Spektrofotometer UV Visible)... 56
Lampiran 8. Gambar Basket pada Alat Disolusi.......................................... 57
Lampiran 9. Gambar Dayung pada Alat Disolusi ....................................... 58
Lampiran 10. Gambar Alat Spektrofotometer UV Visible Shimadzu 1601... 59
Lampiran 11. Gambar Alat Disolusi SR-8 plus Hanson Research................. 60
Lampiran 12. Gambar Alat Uji Fisika............................................................ 61
Lampiran 13. Gambar Neraca Analitik Mettler Toledo XS 205.................... 62
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
INSTITUSI PERUSAHAAN
II.1. Sejarah Singkat Perusahaan
GlaxoSmithKline (GSK) merupakan perusahaan multinasional yang berbasis
pada riset yang memiliki keunggulan dibidang penelitian, pengembangan,
kekuatan pemasaran, dan keuangan. Selain itu, GlaxoSmithkline adalah satu-
satunya perusahaan farmasi yang mengatasi tiga penyakit utama yang di
identifikasi oleh World Health Organization, yaitu HIV/AIDS, Tuberculosis, dan
malaria. GlaxoSmithkline terdapat di 117 negara dengan jumlah karyawan lebih
dari 100,000 jiwa. Dan lebih dari 15,000 jiwa tim peneliti. GlaxoSmithkline
memonitoring lebih dari 65 juta senyawa setiap tahun dalam penelitiannya
terhadap obat baru. Dan memproduksi hampir 4 milyar pack obat-obatan dan
produk kesehatan. Serta mensuplai seperempat dari vaksin di seluruh dunia.
Terdapat beberapa produk yang menjadi unggulan dalam keberhasilan program
pemasaran GlaxoSmithKline. Yaitu empat diantara lima kelas terapeutik utama di
dunia ; anti infeksi, Susunan Saraf Pusat/SSP (Central Nervous System, CNS),
saluran nafas (respiratory), dan saluran cerna (gastrointestinal), selain itu
didukung pula oleh keberhasilan produk vaksin, dan beberapa produk dibidang
perawatan oral seperti perawatan gigi serta minuman kesehatan bernutrisi.
GlaxoSmithKline merupakan gabungan 2 perusahaan farmasi yaitu Glaxo
Wellcome dan SmithKline Beecham. Masing-masing perusahaan memiliki sejarah
perkembangan yang panjang.
SmithKline Beecham, dimulai dari SmithKline dan Company merupakan
rumah grosir obat terbesar di Philadelphia pada tahun 1890. Yang kemudian
berkembang dengan pesat setelah bergabung dengan beberapa perusahaan lain,
serta ditemukannya obat saraf Eskay’s Neurophosphates, kapsul lapas lambat, obat
cold dan flu, dan obat tukak lambung (tagment). SmithKline and Co lantas
mengalami beberapa proses penggabungan dengan Beecham yang didirikan tahun
1842. Beecham menjadi besar karena akusisi serta berdirinya laboratorium riset
(Beecham Research Laboratories), dan pada akhirnya menemukan antibiotik
amoxilin dan augmentin. Demi meningkatkan efisiensi kerja, pada tanggal 26 juli
1989 dilakukan penggabungan antara SmithKline Beecham dan Beecham Group
menjadi Smithkline Beecham, kemudian SmithKline Beecham mengakusisi
Sterling Health.
Glaxo Wellcome sebelumnya terdiri dari gabungan 2 perusahaan besar,
yaitu Glaxo dan Burroughs Wellcome. Glaxo berasal dari produksi susu dan
mentega, yang kemudian berkembang dengan ditemukannya streptomycin dan
vitamin B12. Sementara Burroughs Wellcome terbentuk pada tahun 1818, terkenal
dengan produknya digoxin dan polymixin. Tahun 1995 Glaxo dan Burroughs
bergabung menjadi Glaxo Wellcome.
II.1.4. Kepegawaian
Pekerja yang ingin meninggalkan pekerjaan lebih cepat dari pada biasanya
karena hal-hal yang mendesak, harus mendapat ijin tertulis terlebih dahulu dari
atasannya langsung dan diketahui oleh kepala departemen.
Selain itu, GlaxoSmithKline pun memperhatikan kesejahteraan
karyawannya dalam bentuk fasilitas dan jaminan sosial yang diberikan.
Kesejahteraan tersebut didasari atas kerjasama antara serikat pekerja dengan
perusahaan yang diatur dalam Kesepakatan Kerja Bersama (KKB). KKB berisi
tentang jaminan bagi serikat pekerja, aturan kerja, aturan penggajian, jaminan
sosial, cuti, keselamatan kerja, perawatan kesehatan, jaminan hari tua,
penyelesaian keluhan, dan pengaduan karyawan.
Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) dilakukan
berupa pencegahan, penjagaan, pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya
bahaya akibat kebakaran, ledakan, kecelakaan kerja, serta kebocoran gas atau
cairan yang berbahaya. Aktivitas ini dilakukan secara menyeluruh oleh komisi
kesehatan dan keamanan lingkungan (Environment Health and Safety).
a. QA/QC Koordinator
- Mengatur agar kegiatan di QA/QC berjalan lancar.
- Melaporkan kepada QA/QC Manager apabila menemukan kelainan-kelainan
pada grey area dan factory umumnya. Serta mengemukakan ide/inisiatif yang
berhubungan dengan penerapan CPOB.
- Memeriksa kalibrasi alat di Laboratorium sesuai jadwal yang ditentukan.
- Melakukan pemeriksaan packaging material.
- Membuat surat penerimaan product complain.
- Memeriksa Retained Sampel.
- Memeriksa MBR dan PBR.
- Bekerjasama dengan QA/QC Technician dalam melakukan trial analisa,
validasi proses, validasi metode analisis, dsb.
- Bekerjasama melakukan dokumentasi keperluan QA/QC termasuk Certificate
of Analysis, Stability Study, dsb.
b. QA/QC Sekretaris
- Membuat trend data semua bahan baku (raw material), bahan kemas
(packaging material), dan barang jadi (finished goods). Serta membuat
Certifikat of Analist.
- Melakukan pengetikan form-form yang terkait dengan analisa.
- Mengurus dan mendata absent QA/QC.
- Membuat surat-menyurat keperluan QA/QC dan menghubungi supplier serta
relasi.
- Bertanggung jawab terhadap dokumentasi training, memelihara form training
dan membuat rangkuman setiap training.
d. QA/QC Asisten
- Melakukan pencucian alat dengan bersih dan teliti.
- Menyimpan sisa-sisa analisa pada tempat yang telah disediakan.
- Melakukan Scrapping pada sisa analisa maupun produk retained sampel.
- Membantu QA/QC Technician dalam preparasi reagen maupun analisa, bila
diperlukan.
- Menjaga ruangan QA/QC tetap bersih.
II.3. Administrasi Laboratorium
Quality Assurance merupakan bagian yang bertugas menjamin bahwa
produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya sebelum produk tersebut dipasarkan ke masyarakat luas.
Ruang lingkup QA meliputi semua fungsi analisis yang dilakukan di
laboratorium. Bagian QA memiliki laboratorium terpisah dari ruang produksi.
Dan dirancang sedemikian rupa sehingga antara laboratorium kimia, fisika, dan
mikrobiologi terpisah satu sama lain.
Masing-masing laboratorium memiliki pengukur suhu berupa chart satu
arah. Semua peralatan di QA digunakan untuk pengukuran, dan dikalibrasi sesuai
jadwal yang ditetapkan. Semua analisis yang dilakukan di QA harus terdaftar
dalam catatan analisis yang telah disediakan.
Bahan dan reagen ditempatkan berdasarkan sifatnya, yaitu asam, basa, dan
mudah terbakar serta korosif. Reagen yang dibuat, diberi label yang
mencantumkan identitas, kadar, tanggal pembuatan dan waktu kadaluarsa.
Secara sederhana dapat digambarkan bahwa tugas yang dilakukan oleh QA, yaitu:
- Pemerisaan bahan baku dan produk ruahan.
- Pemeriksaan bahan kemas (packaging material).
- Pemeriksaan bahan jadi (bulk /finished product)
- Pemeriksaan barang yang di komplain.
- Melakukan audit.
- Melakukan validasi dan kalibrasi alat.
- Melakukan uji stabilitas produk (Dalam BAB III).
- Melakukan pelatihan GMP (Good Manufacturing Practice),
atau lebih dikenal dengan CPOB.
- Melakukan inspeksi diri.
- Menerapkan sistem EHS (Environment Health and Safety).
- Menjamin bahwa produk GSK adalah paten.
II.3.1. Validasi
Proses validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan.
Validasi meliputi validasi proses, validasi prosedur pemeriksaan dan
validasi pembersihan.
a. Validasi Proses
Validasi Proses adalah cara pemastian dan memberi pembuktian
terdokumentasi bahwa proses (berlangsung dalam parameter desain yang telah
ditentukan) mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk yang sesuai dengan
kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keberulangan yang tinggi.
Validasi proses dilakukan jika terdapat adanya proses baru, perubahan tahan/alat
yang digunakan, perubahan besar batch, produk yang telah diproduksi tetapi
belum pernah divalidasi dan program revalidasi.
1) Presisi
2) Akurasi
Akurasi adalah kesesuaian hasil uji yang didapat dari metode tersebut dengan
nilai yang sebenarnya, dengan kata lain akurasi ukuran ketepatan
dari hasil suatu metode analitik. Akurasi sering dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) dari suatu pengujian terhadap
penambahan sejumlah analit dengan jumlah yang diketahui, syarat
dari perolehan kembali adalah 95 %-105 % (USP,1995).
3) Selektivitas
4) Limit Deteksi
Limit deteksi adalah konsentrasi terendah dari analit dalam contoh yang masih
dapat dideteksi atau jumlah analit yang terkecil yang dapat
memberikan respon yang signifikan dibandingkan blanko tanpa
adanya pengaruh dari alat.
5) Limit Kuantitas
6) Linieritas
Linieritas adalah kemampuan dari suatu metode uji untuk menghasilkan hasil
uji yang proporsional terhadap kepekatan analit dalam contoh dalam jangkauan
kepekatan tertentu. Lineritas suatu metode dapat diperoleh dengan memplot hasil
uji terhadap kepekatan analit, biasanya ditetapkan dengan perhitungan garis
regresi dengan metode least square (kuadrat terkecil) dari hasil uji terhadap
kepekatan analit. Slope dari garis regresi terhadap variabel menghasilkan
perhitungan matematik dari linearitas.
7) Ruggedness
Ruggedness adalah tingkat kemampuan dari hasil uji yang diperoleh melalui
analisis sampel yang sama dengan perbedaan waktu (hari) analisis.
Ruggedness dapat ditetapkan dengan analisis sejumlah sampel yang
sama pada kondisi laboratorium yang berbeda, analis yang berbeda
dengan kondisi operasional dan laboratorium yang mungkin berbeda
tetapi masih dapat dalam batas-batas parameter yang telah
ditetapkan untuk metode tersebut. Ruggedness digunakan untuk
mendapatkan suatu stabilitas dari metode analitik.
8) Robustness
c. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan untuk peralatan perlu dilakukan karena proses
pembersihan peralatan harus segera dilaksanakan setelah suatu produk selesai
dibuat atau dikemas. Validasi pembersihan bertujuan untuk memastikan bahwa
prosedur pembersihan sudah tepat dan efektif menghilangkan sisa produk
sebelumnya (termasuk melihat cemaran mikroba). Agar mendapatkan peralatan
yang bersih dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka cara pembersihan
dan detergen yang digunakan harus sesuai dengan PROTAP yang ditetapkan.
Salah satu persyaratan CPOB yang harus dipenuhi oleh industri farmasi
adalah sanitasi dan hygiene. Hal ini terangkum dalam program EHS
(Environtment, Health and Safety) yang diterapkan oleh GlaxoSmithKline.
Aplikasi nyata penerapan EHS tertuang dalam prosedur tetap setiap kegiatan yang
dilakukan dalam lingkungan industri, sehingga seluruh personalia mendapat
jaminan keselamatan kerja, serta bangunan dan peralatan dijamin aman untuk di
gunakan. Dari segi environment kegiatan industri yang dilakukan diupayakan
sedapat mungkin bersifat ramah lingkungan dan memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh GlaxoSmithKline maupun hukum dan ketetapan yang berlaku di Indonesia,
antara lain dengan kegiatan identifikasi, regulasi dan pengolahan limbah,
misalnya sistem Waste Water Treatment Plant (WWTP) untuk pengolahan limbah
cair (Gambar II.1.). Dari segi healthy monitoring dilakukan terhadap seluruh
karyawan maupun pengunjung yaitu dengan pemantauan perorangan dan
pemantauan lingkungan, sedangkan dari segi safety diwujudkan dalam program
penyusunan prosedur dan cara kerja yang aman, antisipasi terhadap keadaan
darurat dan kecelakaan, serta adanya MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk
semua bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan industri.
Dilihat dari sisi EHS khususnya environmental, salah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah penanganan limbah. Limbah GlaxoSmithKline dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
1. Limbah Domestik adalah limbah hasil kegiatan kantin, MCk, dan fasilitas
lainnya. Limbah jenis ini digolongkan menjadi dua berdasarkan bentuknya,
yaitu: limbah cair misalnya air detergen yang berasal dari kantin dan MCK
dan limbah padat misalnya kertas dan plastik dari perkantoran.
2. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah limbah hasil kegiatan
produksi, laboratorium QC, dan pemeliharaan peralatan. Limbah jenis ini juga
dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuknya, yaitu: limbah cair misalnya
larutan pereaksi, cairan sisa reagen, air bekas cucian mesin. Dan limbah padat
misalnya debu produk tumpahan, sisa bahan atau obat untuk bahan pengemas
dan contoh pertinggal atau bahan baku yang sudah kadaluwarsa.
Penanganan limbah
a. Limbah domestik cair dari MCK dialirkan menuju septik tank dan
dilewatkan rembesan ditampung di Waste water treatment plant (WWTP),
yang dari kantin langsung menuju WWTP.
Setlink pit
Sedimentasi
Air Sludge/lumpur
Dengan gravitasi r
disedot
Aerasi 1 drying bath
Dienapkan lagi
Dengan dipompa PPLI
Aerasi 2
Outlet Dipompa melalui filter
III.1. Obat
Obat adalah tiap bahan atau campuran bahan yang dibuat, ditawarkan untuk
dijual atau disajikan serta digunakan untuk:
1. Dalam pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit,
kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan.
2. Dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia
atau hewan.
c). Sirup
Yaitu sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa (C12H22O11)
tidak kurang dari 64,0% dimana zat tambahan yang digunakan berupa cairan
yang cocok. Biasanya berupa sediaan pekat dalam air atau gula atau pengganti
gula dengan atau tanpa penambahan zat pewangi.
d). Injeksi
Yaitu sediaan steril berupa larutan atau serbuk yang harus dilarutkan terlebih
dahulu sebelum digunakan dan disuntikkan ke dalam aliran darah atau otot.
e). Infus
Infus adalah sediaan obat berbentuk cair. Berisi zat untuk nutrisi dasar,
restorasi keseimbangan elektrolit seperti larutan ringer, pengganti cairan tubuh
seperti larutan NaCl dan dekstrosa. Sebagai pelarut, digunakan aquadest steril.
a). Tablet/Kaplet
Tablet/Kaplet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan
atau tampa bahan pengisi. Tablet dibuat dengan proses pencetakan. Ada dua
cara pencetakan, yaitu dengan tekanan tinggi (tablet kempa) dan dengan
tekanan rendah (tablet cetak). Tablet cetak umumnya menggunakan laktosa,
manitol, sorbitol, atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi.
Biasanya juga mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk
meningkatkan penampilan dan rasa. Tablet cetak biasanya terdapat sebagai
multivitamin kunyah untuk anak–anak. Tablet kempa mengandung zat aktif,
bahan pengisi, pengikat, pewarna, serta pemanis. Bahan pengisi yang umum
digunakan adalah selulosa mikrokristal. Kaplet pada hakekatnya adalah tablet
dengan bentuk kapsul.
b). Tablet bersalut/dragee
Yaitu tablet disalut untuk berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif
dari udara, kelembaban cahaya, menutupi rasa & bau yang tidak enak,
membuat penampilan lebih baik serta untuk mengatur tempat pelepasan obat
dalam saluran cerna. Macam-macam tablet salut, yaitu salut gula dibuat
dengan larutan gula, salut film dibuat dengan salut polimer, dan salut enterik
dibuat dengan asam ftalat, resin dan asam stearat.
c). Kapsul
Yaitu sediaan padat yang terbungkus oleh cangkang yang umumnya terbuat
dari gelatine dengan atau tanpa zat tambahan lain. Macam-macam kapsul,
yaitu kapsul gelatin keras, dan kapsul gelatin lunak.
d). Suppositoria
Suppositoria merupakan suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya
dengan cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana
sediaan akan melebur, melunak, dan memberikan efek lokal atau sistemik.
e). Serbuk
Yaitu bentuk sediaan padat berupa kumpulan granul kecil yang cara
pemakaiannya beragam, tergantung fungsi, jenis, dan kandungan serbuk
tersebut.
4. Aerosol
Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas dibawah tekanan. Zat aktif
terapetik yang dikandung oleh obat akan dilepas pada saat sistem katup ditekan.
Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga pemakaian
lokal pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol lingual), atau paru–paru (arosol
inhalasi). Ukuran partikel obat yang disemprotkan harus teratur, sebagai contoh
pada aerosol inhalasi ukuran partikelnya <10 um.
Sedangkan sediaan obat yang diteliti oleh penulis adalah sediaan obat padat,
yaitu kaplet Parasetamol.
b. Mixing (Pencampuran), pada tahap ini dilakukan 2 proses, yaitu; dry mixing
(pencampuran bahan aktif dengan bahan tambahan) dan wet mixing
(pencampuran bahan baku dengan purified water).
c. Milling, merupakan proses pembuatan massa granul menggunakan tekanan.
Tahap ini dapat dilewati bila hasil campuran basah sudah baik.
- Tipe II, “long term stability testing” dari bahan aktif atau obat jadi yang akan
dipasarkan untuk mendapatkan atau mencari waktu kadaluarsanya.
- Tipe III, “scale up production” penyelidikan lanjutan atas stabilitas bahan aktif
atau obat jadi setelah dilakukan long term stability testing.
Bahan baku adalah semua bahan yang digunakan dalam pengolahan obat.
Tujuan analisis bahan baku adalah untuk menghasilkan produk obat yang bermutu
tinggi dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Bahan baku yang akan
digunakan, diambil dari gudang penyimpanan. Namun sebelumnya, bahan baku
tersebut terlebih dahulu melalui beberapa proses seperti yang tercantum dalam
lampiran 3. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, meliputi:
Produk ruahan adalah produk yang telah melalui semua tahap pengolahan
dan siap dikemas untuk menjadi obat jadi. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan selama proses pembuatan obat dan produk ruahannya, produk yang
berupa kaplet contoh diambil selama proses pencetakan (awal, tengah, akhir)
dalam ruang IPC. Produk ruahan yang telah diperiksa dan memenuhi syarat akan
memperoleh release dari QA. Alur produk ruahan dapat dilihat dalam lampiran 4.
Berikut ini adalah beberapa jenis bahan pengemas dan jenis analisanya :
a. Alumunium foil, analisa yang dilakukan adalah : identifikasi bahan lapisan
(PVC/PVDC, lapisan surlyn, nitroselulose dan propylene), bentuk luar
(goresan, lubang, kemurnian material), kekuatan lekat, pemeriksaan internal
(logo, teks, warna), dimensi, dan bobot.
b. Plastic foil (PVC), analisa yang dilakukan adalah : bentuk luar, identifikasi
bahan pelapis (PVC, plastic foil, nitroselulose, polypropylene), transmisi
ultraviolet, penyusutan, pemeriksaan internal (logo, teks, warna), dimensi, dan
bobot.
c. Botol, analisa yang dilakukan adalah : bentuk luar (cetakan, warna, teks),
identifikasi inframerah, keseragaman bobot, tebal, isi, diameter, dan tinggi.
d. Alutube, analisa yang dilakukan adalah : identifikasi inframerah porositas
lapisan dalam, kekerasan badan, dan dimensi.
e. Karton, analisa yang dilakukan adalah : panjang, lebar, tinggi, teks, daya
retak/kekuatan, dan gramatur (gram/m2).
f. Kotak atau doos, analisa yang dilakukan adalah : ukuran, bobot, dan teks.
g. Blister, analisa yang dilakukan adalah uji kebocoran.
b. Farmakokinetik Parasetamol
Rasa sakit atau nyeri sebenarnya merupakan suatu tanda atau peringatan
yang menyatakan bahwa di bagian tubuh ada suatu masalah. Timbulnya masalah
atau ketidaknormalan itu didapat karena adanya rangsangan kimiawi, rangsangan
termis atau panas, toksin bakteri akibat infeksi, rangsangan mekanis seperti
trauma maupun desakan jaringan tumor. Melalui serangan reaksi, rangsangan
yang mengenai sel tubuh itu akan menghasilkan suatu zat atau senyawa yang
dikenal sebagai mediator nyeri (pengantara). Zat yang berperan sebagai mediator
nyeri, diantaranya; histamin, serotonin, plasmokinin, prostaglandin, leukotrien dan
bradikinin. Mediator inilah yang antara lain berpengaruh terhadap timbulnya rasa
sakit atau nyeri, demam serta reaksi inflamasi, karena zat ini merangsang reseptor
yang letaknya pada ujung saraf sensoris di kulit, selaput lendir, maupun jaringan
lainnya sehingga terjadilah impuls. Impuls tersebut lantas dialirkan oleh saraf
sensoris ke Susunan Saraf Pusat (SSP), melalui sum-sum tulang belakang ke
talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana impuls terasa
sebagai nyeri. Di dalam tubuh, zat aktif Parasetamol yang telah diabsorpsi akan
melalui sisem pembuluh aorta, masuk ke hati, dan kembali masuk dalam
peredaran darah lantas didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh untuk meredakan
demam atau nyeri. Mekanisme kerja obat pereda nyeri (seperti Parasetamol),
antara lain mempengaruhi pusat pengatur suhu yang berada di hipotalamus. Obat
ini dapat menambah pengeluaran panas bagi yang sedang menderita demam, serta
menghambat pembentukan zat mediator nyeri, sehingga meredakan rasa sakit.
b. Farmakodinamik Parasetamol
Io = Ia + Ir + It
Ia
Io It
Ir
Keterangan :
Bila dipakai cuvet dari gelas, maka harga Ir kecil dan dalam praktik,
contoh dan standar sama, sehingga harga Ir dapat diabaikan.
yang berbunyi: “Bila suatu cahaya monokromatis melalui suatu media yang
transparan, maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan
sebanding dengan bertambah tebal dan kepekatan media”
Si M C D K
Keterangan :
Si : Sumber sinar D : Detektor
C : Kuvet M : Monokromator
K : Komputer pengolah data
a. Sumber cahaya
Sebagai sumber cahaya dapat dipakai lampu Wolfram yang menghasilkan sinar
dengan diatas 375 m atau lampu Deuterium ( D2 ) yang memiliki dibawah
375 m. Dengan memilih salah satu dari keduanya kita dapat melakukan
penetapan pada daerah ultra violet atau daerah sinar tampak. Sinar yang
dipancarkan dipusatkan pada sebuah cermin datar yang kemudian dipantulkan dan
diteruskan melalui monokromator.
b. Monokromator
Ada dua macam monokromator yang dapat digunakan untuk memilih sinar
yang dipakai, yaitu :
1). Prisma
2). Grating
Bila ada cahaya jatuh maka cahaya itu akan didispersikan, grating lebih
baik dibandingkan prisma karena mempunyai daya dispersi yang lebih besar dan
dapat dipakai pada semua daerah spektra. Jadi gelombang akan dibelokkan.
Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah ( slit width ) yang
dipakai.
Makin sempit slit yang dipakai maka sinar yang ditransmisikan akan
makin selektif, artinya makin monokromatis.
c. Kuvet
Gelas yang biasa dipakai adalah Plexiglass atau kwarsa yang tahan
terhadap pelarut organik, asam ataupun basa kuat yang pekat serta
mentransmisikan sinar UV maupun tampak sedangkan kaca pyrex hanya
mentransmisikan sinar tampak. Bentuk kuvet dapat berbentuk bulat atau bujur
sangkar yang lebarnya 1 cm.
d. Detektor
Sebagai detektor dapat diapakai photo tube atau barrier layer cell yang
keduanya dapat mengubah cahaya menjadi arus listrik (photosensitive detector).
Suatu photo tube yang lebih peka lagi adalah photo multiflier tube. Energi listrik
ini dapat direkam oleh suatu recorder yang saat ini telah dibuat dalam bentuk
digital sehingga hasilnya dapat langsung diketahui biasanya berupa persen
tranmisi (%T) atau Absorbansi (A).
Pada alat ini sinar dari simber cahaya dibagi menjadi 2 berkas oleh cermin
yang berputar (chopper).
1 2
4 3
8
3
5 9
3
3
6 7
3
3
Gambar III.5. Skema Spektrofotometer single beam
Keterangan:
7. Cuvet 8. Fotocell
9. Galvanometer
Disolusi adalah jumlah aktif dari sediaan obat padat yang larut dalam
kondisi baku yaitu pada suhu, kecepatan pengadukan, komposisi media dan pH
yang sesuai. Uji disolusi adalah uji yang dilakukan diluar tubuh manusia (in-
vitro). Alat disolusi dibuat sebagai simulasi lambung manusia dengan media
berupa larutan ionik yang mendekati keadaan saluran pencernaan.
Hasil uji disolusi dinyatakan dalam persen (%) per satuan waktu. Disolusi
merupakan suatu karakteristik umum yang penting dalam menilai mutu sediaan
obat yang digunakan per oral. Metode uji disolusi yang digunakan dan
dikembangkan farmakope adalah:
b. Dayung (Paddle)
Pada prinsipnya alat ini sama dengan alat keranjang. Namun bentuknya
berbeda. Alat ini memiliki bentuk seperti dayung dengan lebar bagian bawah 42.0
mm, dan menggunakan tabung sebagai wadahnya. Jarak antara ujung dayung
dengan dasar bagian dalam tabung adalah sekitar 25 mm (± 2.0mm). Alat ini
terbuat dari baja tahan karat yang dilapisi dengan polimer flourokarbon untuk
mencegah korosi dan kontaminasi.
Alat disolusi berbentuk dayung ini, biasa digunakan untuk melarutkan obat
berbentuk tablet/kaplet. Hasil yang didapat pada kedua metode dinyatakan dalam
persen (%).
b. Reaksi :
ONa
+ NaOH + H2O
- Spektrofotometer UV Visible
- Neraca Analitik
- Ultrasonik bath
- Labu ukur 200ml
- Labu ukur 100ml
- Gelas botol 100 ml
- Pipet gondok 10 ml
- Pipet gondok 5 ml
- Pipet gondok 1 ml
- Kertas saring
- Corong
- Serbuk kaplet Parasetamol
- Larutan NaOH 0.1 N
- Standar baku Parasetamol GSK
d. Cara Kerja
1). Persiapan Sampel
- Timbang dengan teliti sebanyak 20 kaplet produk Parasetamol menggunakan
neraca digital analitik secara statistika.
- Gerus kaplet tersebut, masukan kedalam gelas botol.
e. Perhitungan
Kadar Parasetamol dalam produk Parasetamol :
*Parasetamol (mg/kaplet): Au x Wstd x Acw
Astd x Wu
a. Dasar : Zat aktif dalam produk Parasetamol dapat dilepaskan dengan cara
mendisolusikan produk pada media buffer fosfat (pH 5.80), volume
900ml, suhu 370C, kecepatan rotasi 100 rpm,selama 30 menit. Lalu
diukur resapannya menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang (λ) 249nm.
b. Reaksi :
OK
+ KH2PO4 + H2PO4-
d. Cara Kerja
1). Persiapan Larutan Buffer Fosfat
- Timbang sebanyak ± 68.5 gr hablur KH2PO4.
- Larutkan dengan 10 liter aquadest.
- Di homogenkan menggunakan magnetic stirer.
- Di netralisir menggunakan Natrium Hidroksida sambil diukur dengan pH
meter hingga pH 5.80.
e. Perhitungan
Kadar Parasetamol dengan Uji Disolusi :
*Parasetamol (mg/kaplet): (%)parasetamol yang diperoleh x 500
100
IV.3. Penetapan Uji Fisika produk parasetamol
IV.3.1.Uji Kekerasan
a. Dasar : Penetapan kekerasan kaplet Parasetamol ditentukan berdasarkan satuan
tekanan (kilopound) yang dibutuhkan untuk memecahkan/
menghancurkan setiap kaplet uji.
c. Cara Kerja :
- Masukan data yang diperlukan, pada alat hardness tester.
- Letakan kaplet uji menggunakan pinset pada wadah di alat tersebut.
- Bersihkan serpihan kaplet dengan kuas, lalu letakan kaplet uji berikutnya
hingga 10 kaplet.
c. Cara Kerja :
- Timbang sebanyak 20 kaplet uji secara statistika menggunakan neraca analitik.
Kemudian print hasilnya.
- Masukan kaplet uji kedalam alat friability tester, operasikan alat tersebut pada
kecepatan rotasi 25 rpm selama 4 menit.
- Setelah selesai, bersihkan serpihan debu dari kaplet uji, lalu timbang kembali
secara statistika dan print hasilnya.
d. Perhitungan :
%F = a–b x 100%
a
Keterangan :
a = Bobot awal penimbangan
b = Bobot akhir penimbangan
F = Friability
c. Cara Kerja :
- Diatur suhu dalam bak disintegration time tester hingga ± 370C.
- Masukan sampel kedalam masing-masing basket.
- Secara bersamaan tekan tombol start pada stopwatch.
- Amati dan catat waktu hancur tiap-tiap sampel.
IV.3.4. Penetapan Keseragaman Bobot
a. Dasar : Penetapan keseragaman bobot kaplet Parasetamol dilakukan untuk
menyesuaikan bobot rata-rata kaplet uji dengan limit bobot yang
telah ditetapkan.
c. Cara Kerja :
- Timbang sebanyak 20 kaplet Parasetamol menggunakan neraca analitik secara
statistika.
- Sesuaikan bobot rata-rata kaplet yang diperoleh dengan limit bobot yang telah
ditetapkan, dengan demikian dapat segera diketahui apakah bobot kaplet
memenuhi syarat atau tidak.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1. Hasil
Keterangan :
Au = Absorbansi sampel (rata-rata)
Astd = Absorbansi standar (rata-rata)
Wu = Bobot (mg) sampel
Wstd = Bobot (mg) standar
Perhitungan :
Kadar Parasetamol dengan Uji Disolusi :
*Parasetamol (mg/kaplet) : (%)Parasetamol yang diperoleh x 500
100
Contoh (sampel A) : 100.92 % x 500 = 504.60 mg/kaplet
100
V.2. Pembahasan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang selama dua bulan di
GlaxoSmithKline Indonesia, penulis menyimpulkan:
3. Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa metode yang digunakan untuk
prosedur pemeriksaan kaplet Parasetamol, memenuhi syarat .
4. Dari hasil analisis terhadap beberapa produk ruahan, dapat disimpulkan bahwa
produk ruahan tersebut dapat digunakan. Karena sesuai dengan persyaratan
yang berlaku.
VI.2. Saran
Saran saya, demi tetap terjalinnya kerjasama yang baik antara SMK Analis
Kimia Tunas Harapan dengan GlaxoSmithKline, maka saya memohon agar adik-
adik kelas saya kelak, diberi kesempatan seperti saya untuk dapat melaksanakan
prakerin di GlaxoSmithKline.
DAFTAR PUSTAKA
Yuliana Hepi, Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Aventis Pharma
Indonesia Jakarta, Bogor : Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor, 2003.
Moh. Anief, Prinsip Umum Dan Dasar Farmakologi, cetakan ketiga, Jogyakarta :
Gadjah Mada University Press, 2004.
http:// www.gsk.com
http://ms.wikipedia.org/wiki/Asetaminofen