Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS KELUARGA DAN

SIMULASI KESIAPSIAGAAN BENCANA DENGAN METODE

BERMAIN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD 3 PELIATAN

DESA PELIATAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR

Oleh :

Kelompok 2

Pengabdi Utama : Ni Putu Candra Dewi NIM. P07120215028

Pengabdi 1 : Putu Diah Pebrisundari NIM. P07120215058

Pengabdi 2 : Ni Luh Gd Yupita Astri Suryandari NIM. P07120016002

Pengabdi 3 : Kadek Sanistya Astuti NIM. P07120016032

Pengabdi 4 : I Dewa Gede Fathu Rama NIM. P07120016041

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Proposal Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Keluarga dan Simulasi Kesiapsiagaan

Bencana Dengan Metoda Bermain Pada Anak di SD 3 Peliatan, Desa Peliatan, Kecamatan

Ubud, Kabupaten Gianyar.

2. Bidang Pengabdian : Keperawatan

3. Ketua Tim Pengusul (Pengabdi)

a. Nama : Ni Putu Candra Dewi

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIM : P07120215028

d. Jurusan : Keperawatan

e. Alamat : Jalan P. Moyo No. 33A Denpasar

f. Telp/Faks/E-mail : (0361) 725273 / (0361)724563 / -

g. Alamat Rumah : Br. Sudimara Kaja, sudimara Tabanan.

4. Jumlah Anggota (Pengabdi)

a. Nama Anggota I : Putu Diah Pebrisundari

b. Nama Anggota II : Ni Luh Gd Yupita Astri Suryandari

c. Nama Anggota III : Kadek Sanistya Astuti

d. Nama Anggota IV : I Dewa Gede Fathu Rama

5. Lokasi Kegiatan

a. Lokasi Kegiatan / (Mitra (1) : SD 3 Peliatan

b. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Kecamatan Ubud

c. Kabupaten / Kota : Gianyar

d. Provinsi : Bali

ii
e. Jarak PT ke lokasi mitra (km) : 1 Km

Denpasar, 12 Februari 2019

Ketua Jurusan, Ketua Tim Pengusul,

I. D. P. Gede Putra Yasa, Ni Putu Candra Dewi

S.Kp.,M.Kep.,Sp.MB NIM. P07120215028

NIP. 197108141994021001

Mengetahui

Direktur,

Anak Agung Ngurah Kusumajaya,SP.,MPH.

NIP. 19691112 199203 1 003

iii
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami patjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa kami telah dapat

menyelesaikan proposal pengabdian kepada masyarakat dengan judul”

Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Keluarga Dan Simulasi Kesiapsiagaan Bencana

Dengan Metode Bermain Pada Anak Sekolah Dasar Di SD 3 Peliatan” tepat pada

waktunya.

Kami mendapat banyak dukungan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian

kepada masyarakat dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan

pengahargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah memberikan dukungan moril

selama kegiatan berlangsung

2. Bapak I Dewa Putu Gede Putra Yasa, S.Kp., M.Kep.Sp.MB. selaku Ketua

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah

memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan.

3. Bapak I Made Dwi Sutaryantha selaku Kepala Desa Peliatan, Kecamatan

Ubud, Kabupaten Gianyar yang telah memberikan dukungan dan membantu

kesuksesan kegiatan pengabdian masyarakat ini.

4. Bapak dan Ibu dosen pembimbing kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) /

Interprofessional Education (IPE) yang telah memberikan ilmu yang dapat

digunakan dalam penyusunan proposal pengabdian masyarakat ini.

iv
Tiada gading yang tak retak, itulah dasar pijak kami, untuk itu kritik dan

saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya semoga proposal ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

Om Santih Santih Santih om.

Februari, 2019

Pengabdi

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL……………………………………………….………………viii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1

A. Pendahuluan ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….6

C. Tujuan………………………………………………………………………...6

D. Manfaat Kegiatan……………………………………………………………..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..8

A. Kesiapsiagaan Bencana Di Keluarga…………………………………………8

1. Pengertian Kesiapsiagaan Bencana Di Keluarga……………………………..8

2. Parameter Kesiapsiagaan Bencana Di Keluarga……………………………...9

3. Peran Keluarga Dalam Kesiapsiagaan Bencana…………………………….10

B. Kesiapsiagaan Bencana Di Sekolah Dasar…………………………………..11

1. Pengertian Kesiapsiagaan Bencana Di Sekolah………………………..…...11

2. Parameter Kesiapsiagaan Bencana Pada Siswa Sekolah…………………...12

3. Peran Siswa Dalam Kesiapsiagaan Bencana………………………………..13

BAB III METODE PELAKSANAAN…………………………………………..14

A. Kerangka Pemecahan Masalah……………………………………………...14

vi
B. Realisasi Pemecahan Masalah………………………………………………14

C. Metode Pengabdian………………………………………………………….15

D. Sasaran………………………………………………………………………16

E. Waktu Dan Tempat………………………………………………………….16

F. Alat Dan Bahan……………………………………………………………...16

G. Pihak Yang Terlibat…………………………………………………………16

H. Penilaian Kegiatan…………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………26

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Letak geografis Negara Republik Indonesia yang dilalui oleh dua

lempeng benua yaitu lempeng Eurasian dan lempeng Indo-Australia, sehingga

dapat dikatakan negara Republik Indonesia berada di wilayah rawan bencana

alam. Jika aliran konveksi panas pada mantel bumi meningkat, maka lempang

bumi akan bergerak. Pergerakan dua lempang tersebut dapat saling bertumbukan

atau saling menjauhi. Akibat pergeseran tersebut dapat menyebabkan terjadinya

bencana alam gempabumi yang dapat menimbulkan banyak korban jiwa (BNPB,

2014).

Bencana adalah rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan masyarakat baik yang disebabkan oleh faktor alam atau non alam

maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (Undang-

Undang No. 24 Tahun 2007). Salah satu bencana yang mengancam kehidupan

adalah gempa bumi. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di

permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan

aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan (Bakornas PB, 2007).

Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), selama

Januari hingga Agustus 2016, rata-rata terjadi 379 gempa bumi dengan rentang 3

skala richter hingga 9,5 skala richter setiap bulannya. Gempa bumi tektonik yang

1
berpusat di bawah laut merupakan salah satu penyebab terjadinya tsunami

(BMKG, 2012). Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang

timbul karena adanya pergesaran di dasar laut akibat gempa bumi (Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2007). Selama 2004 hingga 2010 terjadi sebanyak lima

tsunami diantaranya di Aceh (Desember 2004), Nias (2005), Jawa Barat (2006),

Bengkulu (2007), dan Mentawai (2010) (Katalog Tsunami-BMKG, 2010 dalam

BMKG, 2012). Tingginya frekuensi gempa bumi yang terjadi di Indonesia,

menyebabkan masyarakat di Indonesia sangat rentan terdampak gempa bumi dan

tsunami. Selain karena faktor geografis, kondisi demografis, sosial dan ekonomi

di Indonesia turut berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat

dalam menangani bencana (Ariantoni, Paresti, Hidayati, 2009).

Bali sebagai salah satu provinsi di Indonesia, juga sering mengalami

gempa. Selama Desember 2013 hingga Desember 2016, terjadi 40 gempa bumi

dengan rentang kekuatan 3 SR sampai 4,9 SR, (InaTEWS-BMKG, 2016). Dalam

kurun waktu tiga tahun tersebut, Buleleng mengalami 12kali gempa bumi, disusul

Karangasem sebanyak sembilan kali gempa bumi, Tabanan mengalami lima kali

gempa bumi, Jembrana mengalami empat kali gempa bumi, Denpasar mengalami

dua kali gempa bumi sedangkan Gianyar, Bangli dan Badung masing-masing

mengalami satu kali gempa bumi, (InaTEWS-BMKG, 2016). Klungkung sebagai

salah satu kabupaten di Bali, merupakan salah satu daerah yang berpotensi tinggi

mengalami kejadian gempa bumi, (Bappeda Bali dan PPLH UNUD, 2006). Selain

itu, Klungkung merupakan peringkat ke-10 daerah rawan gempa dan tsunami di

Indonesia dan peringkat pertama di Bali pada tahun 2011, (Kurniawan, dkk.,

2
2011). Kabupaten Klungkung mengalami lima gempa bumi dengan rentang

kekuatan 3 SR sampai 3,8 SR selama Desember 2013 hingga Desember 2016 dan

tigagempa bumi tersebut berpusat di tengah laut, (BMKG, 2016). Pesisir pantai

Kabupaten Klungkung khususnya di Kecamatan Dawan merupakan wilayah yang

berpotensi tinggi terkena dampak kejadian tsunami yang melanda daerah tersebut,

(GITEWS, 2010; Bappeda Bali dan PPLH UNUD, 2006). Klungkung berpotensi

tinggi mengalami gempa bumi dan tsunami sehingga diperlukan suatu

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

Adapun kejadian gempa bumi terbaru yang melanda kabupaten Gianyar

adalah gempa bumi yang berpusat di Lombok pada bulan Agustus 2018, dimana

terjadi beberapa kali gempa bumi dengan kekuatan terbesar 7.0 SR. Meskipun

berpusat di pulau Lombok, namun gempa juga terasa sampai ke kabupaten

Gianyar, sehingga menyebabkan beberapa kerusakan seperti rumah warga,

tembok, maupun gapura. Sekda kabupaten Gianyar mengatakan bencana tersebut

tidak sampai menimbulkan korban jiwa (Tribun Bali, 2018).

Kesiapsiagaan terhadap bencana harus diimplementasikan di setiap sektor

yang ada mulai dari sektor rumah tangga, sektor pariwisata, hingga sektor

pendidikan. Rencana kesiapsiagaan keluarga (family preparedness plan) harus

disusun dan dikomunikasikan dengan anggota keluarga di rumah, kerabat yang

ada dalam daftar kontak darurat, serta mempertimbangkan sistem yang diterapkan

lingkungan sekitar dan pihak (BNPB, 2018). Sektor pendidikan merupakan salah

satu media yang tepat untuk membangun budaya kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana, (Konsorsium Pendidikan Bencana, 2011). Upaya yang

3
dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007 mengenai penanggulanan

bencana yang menjadi tonggak sejarah dalam upaya penanggulangan bencana di

Indonesia. Sebagai implementasi terhadap Undang-Undang tersebut, pemerintah

membentuk Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) melalui Peraturan

Presiden Nomor 8 Tahun 2008 dan diikuti dengan pembentukan Badan

Penanggulanan Bencana Daerah di setiap provinsi dan kabupaten di Indonesia.

Pemerintah juga melakukan pendidikan dan pelatihan yang ditujukan untuk

meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi bencana yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 21 Tahun 2008.

Masalah mendasar yang ditemukan di masyarakat diantaranya adalah

belum mengetahui ancaman dan informasi peringatan dini, lokasi titik kumpul dan

arah jalur evakuasi baik di rumah maupun di luar rumah, melanggar batas rambu

peringatan wilayah/ area bahaya saat erupsi gunung, panik dan tergesa-gesa saat

kejadian bencana yang menimbulkan kecelakaan, tersengat listrik saat banjir,

kelalaian dampak arus pendek mengakibatkan terjadinya kebakaran di pasar dan

pemukiman, serta kurangnya pengarahan penanganan untuk kelompok rentan

khususnya lansia. Terakhir, kejadian Gempabumi Lebak, Banten 6.1 SR (2018)

yang berdampak pada Gedung, Perkantoran, dan Pemukiman di Jakarta telah

menimbulkan kepanikan sekaligus peringatan bahwa mendesaknya kesiapsiagaan

masyarakat untuk selamat. Semua hal tersebut mendorong diperlukannya

peningkatan kapasitas secara terus-menerus (BNPB, 2018).

4
Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia juga memberikan

edaran kepada gubernur, bupati dan walikota se-Indonesia perihal

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah yang tertuang dalam

surat edaran No. 70a/MPN/SE/2010. Untuk mendukung pelaksanaan

Sekolah/Madrasah Aman Bencana (SMAB), secara khusus telah diterbitkan

Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pembangunan Sekolah dan

Madrasah Aman Bencana. Hingga November 2016, Bali memiliki empat sekolah

siaga bencana diantaranya SMPN 6 Negara, SMPN 2 Blahbatuh, SMPN 3 Bangli

dan SMPN 2 Tabanan, (BPBD Provinsi Bali, 2016).

Penelitian Adiyoso dan Hidehiko (2013) menyebutkan bahwa penerapan

kurikulum berbasis bencana dapat meningkatkan sikap kesiapsiagaan siswa.

Chairummi (2013) menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan siswa SD

mempunyai pengaruh terhadap tingkat kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa

bumi.

Penelitian Cindrawaty & Purborini (2015) menyatakan bahwa tingkat

kesiapsiagaan siswa terhadap bahaya lahar dingin di daerah Magelang masih

sangat kurang meskipun sudah diadakannya kampanye “1 juta sekolah dan rumah

sakit aman” di daerah tersebut. Dalam penelitian Chairummi. (2013)

menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan siswa SD mempunyai pengaruh

terhadap tingkat kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa bumi.

Berdasarkan hasil survey dari 20 KK yang dilakukan di Desa Peliatan,

bencana yang paling mungkin terjadi di desa ini adalah gempa bumi, dimana cara

keluarga dalam menyelamatkan diri ketika terjadi gempa bumi belum efektif serta

5
hamper seluruh responden belum mendapatkan penyuluhan mengenai siaga

bencana. Selain itu, berdasarkan hasil survey yang dilakukan di SD 3 Peliatan

semua siswa belum pernah mendapatkan sosialisasi tentang kesiapsiagaan

bencana.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana efektifitas pengembangan

kesiapsiagaan bencana di keluarga dan anak sekolah dasar dengan metode

bermain di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan pelayanan kesehatan berupa penyuluhan dan simulasi

kesiapsiagaan bencana kepada keluarga dan anak sekolah dasar dengan metoda

bermain di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada keluarga di Desa

Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar

b) Mengidentifikasi pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada anak sekolah

dasar di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar

c) Menilai peningkatan pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada keluarga di

Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar

d) Menilai peningkatan pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada anak sekolah

dasar di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar

6
e) Mensimulasikan kesiapsiagaan bencana kepada anak sekolah dasar dengan

metoda bermain di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar

D. Manfaat Kegiatan

Hasil kegiatan ini diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya

keluarga dan siswa SD dalam menghadapi bencana. Juga diharapkan menjadi

sumber atau awal terbentuknya kesiapsiagaan keluarga dan sekolah dasar dalam

menghadapi bencana.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesiapsiagaan Bencana di Keluarga

1. Pengertian Kesiapsiagaan Bencana di Keluarga

Bencana dapat mengenai siapa saja secara cepat, tanpa peringatan, dan

kapan saja. Bencana juga memaksa setiap orang keluar rumah untuk mengungsi.

Apa yang dapat dilakukan, jika kebutuhan dasar seperti air, listrik, atau telepon

terputus? Pemerintah kota, kabupaten, provinsi, dan pusat tidak dapat berbuat

banyak dengan keadaan ini, mereka juga tidak dapat menjangkau semua orang

yang terkena bencana dalam waktu yang singkat. Bagi setiap keluarga sebaiknya

menyediakan kebutuhan dasar seperti menyediakan air bersih, lampu cars, baterai,

PowerBank dan untuk kebutuhan dasar permakanan yaitu seperti mie instan, ikan

kaleng, biscuit dan pakaian seperti: pakaian, pakaian dalam, selimut, dan

dokumen berharga dan lain-lain.

Keluargalah yang dapat mengatasi bencana dengan menyediakan

kebutuhan selama terjadi bencana dan bekerjasama dengan tetangga sebagai suatu

tim regu. Mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh setiap keluarga untuk

perlindungan anak dan tanggung jawab mereka. Hal ini yang dapat dilakukan

melalui belajar lebih banyak mengenai Kesiapan Keluarga Hadapi Bencana.

Bagaimana menyusun kesiapan keluarga hadapi bencana? Setiap keluarga dapat

mengajak anak-anaknya untuk berkunjung dan banyak bertanya serta berdiskusi

dengan petugas yang ada di Palang Merah atau LSM yang bergerak di bidang

8
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Provinsi atau Kabupaten/Kota.

2. Parameter Kesiapsiagaan Bencana di Keluarga

Kajian tingkat masyarakat menggunakan framework yang dikembangkan

LIPI bekerja sama dengan UNESCO / ISDR pada tahun 2006. Ada lima

parameter yang digunakan dalam mengkaji tingkat kesiapsiagaan dalam

kebencanaan, yaitu:

a. Pengetahuan tentang risiko bencana yang dimiliki oleh masyarakat akan

memengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi

bencana, terutama penduduk yang tinggal di daerah pesisir yang rentan

terhadap gempa dan tsunami

b. Kebijakan dan panduan merupakan upaya konkrit untuk melaksanakan

kegiatan siaga bencana. Kebijakan dan panduan yang berpengaruh terhadap

kesiapsiagaan meliputi pendidikan public, emergensi planning, system

peringatan bencana dan mobilisasi sumber daya termasuk pendanaan,

organisasi pengelola, SDM dan fasilitas – fasilitas penting untuk kondisi

darurat bencana. Kebijakan dapat dituangkan dalam berbagai bentuk, tetapi

lebih konkrit apabila berbentuk peraturan seperti SK dan Perda.

c. Rencana tanggap darurat terkait dengan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan agar

korban bencana dapat diminimalkan. Berbagai tindakan tanggap darurat sangat

penting untuk meminimalkan jatuhnya korban, terutama pada saat terjadi bencana

dari hari pertama sampai hari ketiga sebelum bantuan datang.

9
d. Parameter peringatan bencana yang meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi

akan terjadinya bencana tidak kalah pentingnya dengan parameter lainnya. Adanya

peringatan dini dapat mengurangi korban jiwa, harta benda, dan kerusakan lingkungan.

Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan latihan dan simulasi apa yang harus dilakukan

apabila mendengar peringatan, ke mana dan bagaimana harus menyelamatkan diri

dalam waktu tertentu sesuai dengan lokasi di mana masyarakat sedang berada saat

terjadi bencana.

e. Parameter mobilisasi sumber daya baik sumber daya manusia (SDM), pendanaan, dan

prasarana-sarana penting untuk keadaan darurat merupakan potensi yang dapat

mendukung kesiapsiagaan. Namun sebaliknya, mobilisasi sumber daya juga dapat

menjadi kendala apabila mobilisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu,

mobilisasi sumber daya merupakan parameter kesiapsiagaan yang cukup penting.

3. Peran Keluarga dalam Kesiapsiagaan Bencana

Dalam paradigma baru penanggulangan Bencana perlu suatu kerjasama

dan dukungan semua pihak dalam penanggulangannya, terutama dalam upaya

mengembangkan budaya pengurangan risiko Bencana sehingga dapat

dilaksanakan secara terarah dan terpadu. Untuk itu, Badan Perserikatan Bangsa

Bangsa (PBB) mengusulkan hari untuk peringatan Pengurangan Bencana pada 13

Oktober sebagai salah satu cara untuk mempromosikan budaya pengurangan

risiko bencana, termasuk pencegahan bencana, mitigasi dan kesiapsiagaan.

Hal yang terpenting dalam program pengurangan risiko bencana adalah

masyarakat, sebagai salah satu pihak yang terkena dampak Bencana, diharapkan

untuk selalu siap siaga atau waspada menghadapi bencana yang akan terjadi di

10
masa yang akan datang. Kesiapsiagaan masyarakat dapat dimulai dari lingkup

terkecil, yakni dengan menyertakan peran orang tua dalam upaya pengurangan

risiko bencana.

“Orang tua telah memiliki pengalaman hidup yang lebih dibandingkan

anggota keluarga lainnya. Peran orang tua dianggap memiliki sikap yang bijak

dalam memprediksi hingga mempersiapkan diri dalam bencana yang akan

dihadapi di masa yang akan datang,” jelas Budi A. Adiputro, Sekretaris Jenderal

PMI.

Oleh karena itu, butuh edukasi kepada para orang tua serta meningkatkan

kesadaran dan pemahaman mereka tentang pentingnya kesiapsiagaan dan

pengurangan risiko bencana. Dengan demikian, pesan tentang pengurangan risiko

Bencana dan kesiapsiagaan Bencana dapat menjadi pesan berantai yang

disampaikan para orang tua kepada masyarakat luas.

B. Kesiapsiagaan Bencana di Sekolah Dasar

1. Pengertian Kesiapsiagaan Bencana di Sekolah

Komunitas sekolah, sebagai salah satu dari stakeholder utama memiliki

peran yang besar dalam penyebaran pengetahuan tentang kebencanaan sejak

sebelum, saat, hingga setelah terjadinya bencana. Usaha dalam kesiapsiagaan

bencana di sekolah merupakan perwujudan dari Kerangka Aksi Hyogo

Framework 2005-2015 dan disempurnakan dalam Kerangka Aksi Sendai

Framework 2015-2030 yaitu peningkatan kesiapsiagaan untuk respon efektif dan

“membangun kembali dengan lebih baik” dalam proses pemulihan, rehabilitasi

11
dan rekonstruksi. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan di sekolah, Kementerian

Pendidikan Nasional Republik Indonesia juga memberikan edarankepada

gubernur, bupati dan walikota se-Indonesia perihal pengarusutamaan pengurangan

risiko bencana di sekolah yang tertuang dalam surat edaran No.

70a/MPN/SE/2010. Untuk mendukung pelaksanaan Sekolah/Madrasah Aman

Bencana, secara khusus telah diterbitkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun

2012 tentang Pembangunan Sekolah dan Madrasah Aman Bencana. Atas dasar

hukum tersebut, dibentuk Sekolah Siaga Bencana (SSB) atau Sekolah/Madrasah

Aman Bencana (SMAB). Hingga November 2016, Bali memiliki 4 sekolah siaga

bencana diantaranya SMPN 6 Negara, SMPN 2 Blahbatuh, SMPN 3 Bangli dan

SMPN 2 Tabanan, (Pusdalops PB Bali, 2015). Dari seluruh sekolah siaga bencana

yang dibentuk, belum ada sekolah dasar yang merupakan sekolah siaga bencana di

Bali.

2. Parameter Kesiapsiagaan Bencana Pada Siswa Sekolah

Siswa merupakan salah satu bagian penting dalam suatu komunitas

sekolah. LIPI-UNESCO/ISDR (2006) merumuskan parameter kesiapsiagaan pada

siswa sekolah yaitu:

1) Pengetahuan dan sikap

Pengukuran meliputi pengetahuan tentang bencana, kejadian bencana yang

diketahui atau pernah dialami siswa, tanda awal terjadinya bencana, sumber

pengetahuan tentang bencana dan sikap bila terjadi suatu bencana.

2) Perencanaan keadaan darurat

12
Pengukuran meliputi kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan diri

dalam menghadapi bencana, pengetahuan mengenai hal yang perlu diselamatkan

bila terjadi bencana, dan pengetahuan tentang jalur evakuasi serta pertolongan

dalam tanggap darurat bencana.

3) Sistem peringatan bencana

Pengukuran meliputi pengetahuan tentang sistem peringatan bencana dan

hal utama yang dilakukan setelah mendengar tanda peringatan bencana

4) Mobilisasi sumber daya

Pengukuran meliputi kegiatan atau pelatihan yang dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang kebencanaan.

3. Peran Siswa Dalam Kesiapsiagaan Bencana

Siswa sebagai bagian dari komunitas sekolah memiliki andil yang besar

dalam peningkatan kesiapsiagaan di lingkungan sekolah. Siswa mempunyai peran

aktif dalam penyebarluasan pengetahuan tentang kebencanaan. Penyebarluasan

pengetahuan tersebut dapat berupa pemberian pelatihan kepada pelajar yang lebih

muda. Contohnya dalam pelatihan Palang Merah Remaja (PMR) diselipkan

pengetahuan kebencanaan dari siswa yang lebih dewasa kepada siswa yang lebih

muda. Pemberian pengetahuan tersebut dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Selain itu, siswa dapat menyebarkan pengetahuan langsung kepada masyarakat

utamanya orang terdekat di lingkungannya tentang petunjuk praktis persiapan

sebelum, saat dan setelah terjadinya bencana. (LIPI-UNESCO/ISDR,2006;P2MB-

UPI, 2010)

13
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah

Anak SD 3 Peliatan dan


Keluarga Bermasalah

Penyuluhan kesiapsiagaan bencana


Meningkatkan pemahaman
berbasis keluarga dan simulasi
dan kesigapan keluarga dan
kesiapsiagaan bencana dengan metode
siswa dalam penyelamatan
bermain di SD
diri saat simulasi bencana

Mendukung sekolah
siap siaga bencana

Ket :

: kegiatan yang dilakukan

Gambar 2

Kerangka Pemecahan Masalah Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Keluarga Dan

Simulasi Kesiapsiagaan Bencana Pada Anak Sekolah Dasar

B. Realisasi Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah kesiapsiagaan bencana berbasis keluarga dan

sekolah pada sasaran dilakukan melalui penyuluhan di keluarga dan simulasi

kesiapsiagaan bencana di SD. Kegiatan diawali dengan mengadakan kesepakatan

14
dengan pihak keluarga dan pihak SD 3 Peliatan. Kegiatan pengabdian masyarakat

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kemampuan kesiapsiagaan bencana

Identifikasi kemampuan kesiapsiagaan bencana pada keluarga dan anak sekolah

dasar dilakukan dengan tanya jawab berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana. Sasaran

keluarga yaitu 20 KK yang belum pernah menerima penyuluhan tentang kesiapsiagaan

bencana, serta siswa SD 3 Peliatan yang hadir sebanyak 36 orang anak.

2. Simulasi Kesipasiagaan Bencana

Simulasi dilakukan oleh tim mahasiswa Keperawatan dan dibantu oleh

mahasiswa Kesehatan Lingkungan, Keperawatan Gigi, Analis Kesehatan,

Kebidanan, Gizi. Sasaran yang hadir saat simulasi sebanyak …. orang. Simulasi

dilaksanakan selama 2 jam. Pemaparan materi selama 30 menit kemudian

dilanjutkan dengan diskusi dan dilanjutkan dengan simulasi keseiapsiagaan

bencana gempa bumi dengan metoda bermain. Kendala dalam pelaksanaan

kegiatan pengabdian masyarakat yaitu waktu belajar siswa. Pemecahan kendala

tersebut yaitu mengatur waktu yang tepat sehingga tidak mengganggu proses

pembelajaran di kelas. Maka waktu pelaksanaan kegiatan pengabdian masysrakat

ditetapkan pada hari Rabu.

C. Metoda Pengabdian

Pengabdian masyarakat dilakukan dengan metoda memberikan simulasi

kesiapsiagaan bencana gempa bumi dengan metoda bermain kepada siswa kelas

15
sekolah dasar. Sebelum bermain akan diberikan pemaparan materi berupa video

(bentuk dan frekuensi kegiatan ada pada jadwal)

D. Sasaran

Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat adalah keluarga sebanyak 20

KK dan siswa kelas 4 sekolah dasar di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud,

Kabupaten Gianyar. Kecamatan Ubud merupakan salah satu area di wilayah

Bali yang sering terkena bencana gempa bumi. Sasaran direncanakan adalah

sekitar 40 orang yang berasal dari perwakilan SD di Desa Peliatan, Kecamatan

Ubud, Kabupaten Gianyar.

E. Waktu dan Tempat

Kegiatan pengabdian dilaksanakan di masing-masing KK mulai Selasa,

12 Januari 2019 – Sabtu 16 Januari 2019, serta di SD 3 Peliatan, Desa Peliatan,

Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar pada Kamis, 14 Januari 2019.

F. Alat dan bahan

Alat dan bahan simulasi berupa leaflet, tanda jalur evakuasi, titik aman

berkumpul, video simulasi, papan nama/peran.

G. Pihak yang Terlibat

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh Mahasiswa Jurusan

Keperawatan Poltekkes Denpasar dengan melibatkan pihak Sekolah Dasar dan

16
Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan, Gizi, Kebidanan, Kesehatan Lingkungan,

Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar.

H. Penilaian Kegiatan

Penilaian kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan mulai dari proses

dan hasil. Hasil penilaian kegiatan tersebut dipaparkan dalam tabel berikut:

Tabel 1

Hasil Evaluasi Pengabdian Masyarakat di SD 3 Peliatan

NO Kegiatan Kriteria Evaluasi Capaian/hasil

1 Identifikasi  Kehadiran  Sasaran berjumlah …… orang

kemampuan sasaran hadir dalam identifikasi

kesiapsiagaan tersebut

bencana  Jumlah sasaran  100% sasaran teridentifikasi

yang

teridentifikasi

2 Penyuluhan  Kehadiran  Sasaran berjumlah…… orang

tentang sasaran hadir dalam penyuluhan

kesiapsiagaan tersebut

bencana  Keaktifan 80% sasaran aktif dalam

sasaran proses penyuluhan

3 Simulasi  Kehadiran  Sasaran berjumlah…. orang

kesiapsiagaan hadir dalam pelatihan

bencana  Keaktifan  80% sasaran aktif dalam

sasaran proses pelatihan

17
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Data Geografi

Desa Peliatan merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan Ubud,

Kabupaten Gianyar yang memiliki luas wilayah 4,93 km2 dengan batas-batas

wilayah :

- Di sebelah utara : Desa Petulu

- Di sebelah barat : Desa Ubud

- Di sebelah selatan : Desa Mas

- Di sebelah timur : Desa Pejeng

Desa Peliatan terdiri atas Banjar/Dusun yang membentang dari arah utara ke

selatan berturut-turut, yakni Br. Tebesaya, Br. Ambengan, Br. Pande, Br. Taruna,

Br. Tengah Kangin, Br. Tengah Kauh Br. Kalah, Br. Teges Kawan, Br. Yangloni,

Br. Teges Kanginan. Kesepuluh Banjar tersebut hingga saat ini terjalin erat dan

selalu ada musyawarah untuk mengambil solusi bersama. Dalam konteks desa

pekraman Desa Peliatan terdiri dari Desa Pekraman Peliatan dan Desa Pekraman

Teges Kanginan.

B. Data Kesehatan Desa Peliatan

Berdasarkan data yang diperoleh dari UPT Kesmas Ubud 1, didapatkan hasil

rekapitulasi 12 indikator keluarga sehat meliputi keluarga mengikuti program

keluarga berencana (KB) sebanyak 77,90%, ibu melakukan persalinan di fasilitas

18
kesehatan sebanyak 100%, bayi mendapat imunisasi dasar lengkap sebanyak

100%, bayi mendapat air susu ibu (ASI) ekslusif sebanyak 100%, balita

mendapatkan pemantauan pertumbuhan sebanyak 96,52%, penderita tuberculosis

paru mendapatkan pengobatan sesuai standar sebanyak 75%, penderita hipertensi

melakukan pengobatan secara teratur sebanyak 33,17%, penderita gangguan jiwa

mendapat pengobatan dan tidak ditelantarkan sebanyak 62,50%, anggota

keluarga tidak ada yang merokok sebanyak 60,33%, keluarga sudah menjadi

anggota jaminan kesehatan nasional (JKN) sebanyak 64,89%, keluarga

mempunyai akses sarana air bersih sebanyak 100%, dan keluarga mempunyai

akses atau menggunakan jamban sehat sebanyak 100%.

C. Permasalahan di Desa Peliatan

1. Jurusann Keperawatan

a. Dilaksanakan penyuluhan kesiapsiagaan bencana pada anak sekolah SD

1) Lokasi penyuluhan

Lokasi penyuluhan dan pemberian simulasi kesiapsiagaan bencana gempa

bumi berbasis permainan tradisional pada anak SD di lakukan di SD N 3

Peliatan. SD N 3 Peliatan mempunyai tempat yang stategis bertempat di Jl.

Raya Teges tepatnya di banjar Yangloni, Peliatan Ubud. SD N 3 Peliatan

mempunyai 6 ruang belajar, 1 ruang rapat, 1 ruang guru dan 1 ruang UKS.

2) Karakteristik sasaran

Karakteristik sasaran terdiri atas siswa kelas 4 SD dan jenis kelamin. Yang

berjumlah 36 orang. Terdiri 20 orang perempuan dan 16 orang laki-laki.

19
3) Simulai kesiapsiagaan bencana

Kemampuan kesiapsiagaan bencana setelah dilakukan simulasi yaitu sebagai

berikut:

Tabel 1. Kemampuan Kesiapsiagaan Bencana

Kemampuan kesiapsiagaan F %

bencana

Baik 28 77,78%

Cukup 8 22,22%

Kurang - -

Total 36 100%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan sejumlah 77,78% siswa kelas 4 SD N 3

Peliatan mempunyai kesiapsiagaan yang baik, sebanyak 22,22% siswa

mempunyai kesiapsiagaan yang cukup dan 0% siswa yang mempunyai

kesiapsiagaan yang kurang.

b. Berdasarkan survei didapatkan hasil kurang pengetahuan kesiapsiagaan

bencana yang mungkin terjadi diketahui dari 21 KK sebanyak 24% dan

mengetahui kesiapsiagaan bencana sebanyak 76%. Dari hasil tersebut

mengatakan bencana yang mungkin terjadi adalah gempa bumi dan kebakaran.

Sebanyak 24% tersebut kurang mengetahui apa yang harus dilakukan saat

terjadi bencana atau tentang kesiapsiagaan bencana.

20
Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana

24%

76%

Ya Tidak

Gambar 1. Diagram Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana

c. Berdasarkan survei didapatkan hasil dari 21 KK, keluarga yang pernah

mendapatkan penyuluhan kesiapsiagaan bencana adalah 5% dan yang tidak

pernah mendapatkan penyuluhan kesiapsiagaan bencana adalah 95%

Keluarga Mendapatkan Penyuluhan Kesiapsiagaan


Bencana

5%

95%

Pernah Tidak Pernah

Gambar 2. Diagram Keluarga Mendapatkan Penyuluhan Kesiapsiagaan Bencana

21
d. Berdasarkan survei didapatkan hasil dari 21 KK, keluarga yang menderita

penyakit kronis diantaranya hipertensi adalah 43%. Yang mana

diklasifikasikan berdasarkan umur yaitu remaja akhir (17-25 tahun), lansia

awal (46-55 tahun), lansia akhir (56-65 tahun), dan manula (> 65 tahun).

Keluarga Yang Menderita Penyakit Kronis

43%

57%

Ya (Hipertensi) Tidak

Gambar 3. Diagram Keluarga Yang Menderita Penyakit Kronis

Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Usia

11%
0%

11%

45%

33%

Remaja akhir (17-25 th) Dewasa awal (26-35 th) Dewasa akhir (36-45 th)
Lansia awal (46-55 th) Lansia akhir (56-65 th) Manula (>65 th)

Gambar 4. Diagram Klasifikasi Berdasarkan Usia

22
e. Berdasarkan survei didapatkan hasil dari 21 KK, keluarga yang sedang dalam

pemantauan pelayanan kesehatan adalah 52%

Keluarga Yang Sedang Dalam Pemantauan Pelayanan


Kesehatan

48%
52%

Ya Tidak

Gambar 5. Diagram Keluarga Yang Sedang Dalam Pemantauan Pelayanan Kesehatan

f. Berdasarkan survei didapatkan hasil dari 21 KK, anggota keluarga yang

dalam proses penyembuhan penyakit adalah 24%

23
Anggota Keluarga Dalam Proses Peyembuhan Penyakit

24%

76%

Ya Tidak

Gambar 6. Diagram Anggota Keluarga Dalam Proses Penyembuhan Penyakit

g. Berdasarkan survei didapatkan hasil dari 21 KK, anggota keluarga yang

dirawat dalam 3 bulan terakhir tidak ada dengan presentase 100%

Anggota Keluarga Yang Dirawat Dalam 3 Bulan


Terakhir

0%

100%

Ya Tidak

Gambar 7. Diagram Anggota Keluarga Yang Dirawat Dalam 3 BulanTerakhir

24
h. Berdasarkan survei didapatkan hasil dari 21 KK, tidak pernah mendapatkan

pelayanan komplementer dengan presentase 100%.

Pernah Mendapat Pelayanan Komplementer

0%

100%

Ya Tidak

Gambar 8. Diagram Keluarga Pernah Mendapat Pelayanan Komplementer

25
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pengabdian masyarakat ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Simulasi kesiapsiagaan bencana telah diberikan dan sasaran antusias dalam

menerima dan melakukannya.

2. Kemampuan kesiapsiagaan bencana sasaran kebanyakan memiliki

kemampuan melakukan kesiapsiagaan bencana yang baik yaitu sebanyak

77,78%, cukup sebanyak 22,22% dan tidak ada yg memiliki kemampuan

kurang.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengabdian masyrakat ini maka dapat disarankan kepada

SDN 3 Peliatan untuk secara berkala ddan lebih rutin untuk melakukan simulasi

kesiapsiagaan bencana sehingga nantinya dapat mencegah lebih banyak korban

jiwa dan menjadikan siswa yg tangguh dalam menghadapi bencana khususnya

gempa bumi.

Daftar Pustaka

26
BNPB, 2014. Potensi Ancaman Bencana (online). available:

http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/potensi-ancaman-bencana.

(2016, December 5)

GITEWS, 2010. Peta Bahaya Tsunami (online). available:

http://www.gitews.org/tsunami-kit/id/E1/sumber_lainnya/peta_bahaya/bali

/Peta%20Bahaya%20Tsunami%20Bali%201707-3.jpg(2016, December 5)

Bakornas PB.2007. Pengenalan Karakteristik Bencanadan Upaya Mitigasinya di

Indonesia.Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

BMKG. 2016. Meteorological Climatological and Geophysical Agency, BMKG

Earthquake Database (online). available: http://repogempa.bmkg.go.id/ (2016,

November 17)

BMKG. 2012. Buku Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS –

EdisiKedua. BMKG: Jakarta

Pusdalops-PB Provinsi Bali, 2015-2016. Sekolah Siaga Bencana

http://balisafety.baliprov.go.id.

27
Bappeda Bali dan PPLH UNUD. 2006. Studi Identifikasi Potensi Bencana Alam

Di Provinsi Bali, LaporanPenelitian, BadanPerencanaan Pembangunan

Daerah Provinsi Bali dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga

Penelitian Universitas Udayana, Denpasar.

Noor, Djauhari. 2014. Pengantar Mitigasi Bencana Geologi. Yogyakarta:

Deepublish

Nugroho, Jarwo (2014) Peran Simulasi Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Dalam

Menghadapi Bencana Banjir Melalui Kegiatan Ekstra Kurikuler Pramuka

Di SMP N 1 Kartasura. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

BNPB (2018) Panduan Kesiapsiagaan Bencana Untuk Keluarga. Available :

https://siaga.bnpb.go.id/hkb/po-

content/uploads/documents/Buku_Pedoman_Kesiapsiagaan_Keluarga_FA

_A5.pdf

28
Lampiran 1

SKENARIO SIMULASI KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI

DENGAN METODA BERMAIN

A. Nama permainan

Permainan yang digunakan dalam simulasi ini adalah permainan tradisional

bali yang dikenal dengana nama “Meong-Meongan”

B. Peserta

Peserta dari permainan ini adalah siswa kelas 4.

C. Peran dan tugas

Dalam permainan ini ada yang berperan menjadi fasilitator dan pemain

dengan rincian tugas sebagai berikut:

Peran Tugas

Fasilitator 1. Menjelaskan cara melakukan permainan

2. Menjelaskan makna permainan

3. Menjelaskan tujuan permainan

4. Memfasilitasi permainan

5. Memilih peserta permainan

6. Member komando muali dan menydahi

permainan

7. Melakukan evaluasi

29
Meong 1. Merupakan analogi dampak bencana

2. Mencari bikul yang salah mencari tempat

berlindung

3. Mengejar bikul yang belum mencapai titik

aman berkumpul

Bikul 1. Merupakana analogi orang yanag berisiko

terdampak bencana

2. Mencari tempat berlindung yang tepat dan

aman

3. Berlari mencapai titik aman berkumpul

Label alat rumah tangga 1. Merupakan analogi tempat berlindung

2. Bergoyang-goyang seolah terdampak

getaran gempa bumi

3. Berusaha menghalangi meong yang keluar

D. Setting tempat

Permainan dilakukan di lapangan terbuka dengan membentuk lingkaran

Fasilitator
Titik aman
berkumpul

E. Scenario permainan

30
Permaianan meong-meongan merupakan permainan kucing mencari tikus.

Beberapa siswa akan dipilih peran sebagai meong dan bikul. Meongnya

diperankan oleh 1 orang dan bikul diperankan oleh beberapa orang 8-10

orang. Sisanya akan berperan menjadi alat rumah tangga seperti jendel kaca,

almari kaca, almari kayu, pintu, kolong meja, kursi, jendela, dapur, kolong

tempat tidur dan lainnya. Alat rumah tangga tersebut akan dilabel pada siswa

yang tidak menjadi meong dan bikul.

Setelah pemeran terpilih maka semua siswa membentuk lingkaran besar.

Lingkaran tersebut dibentuk oleh siswa yang berlabel alat rumah tangga

tersebut. meong akan berada di tengah lingkaran sementara bikul ada di luar

lingkaran. Falitator member komando untuk memulai permainan dan

bernyanyi yaitu meong-meong:

Meong-meong alih je bikule

Bikul gede-gede

Buin mokoh-mokoh

Kereng pesan ngerusuhin

Juk…meng

Juk….kul

Saat peserta mulai bernyanyi, meong akan berusaha keluar dari lingkaran

untuk mencari bikul. Dan bikulpun berusaha menghindar dari kejaran meong.

Bikul yang berlindung pada peserta dengan label kaca, atau almari kaca maka

akan didapatkan oleh meong. Bikul yang berlindung pada peserta dengan label

31
bawah kolong meja maka ia akan selamat dari kejaran meong. Terakhir semua

bikul harus mencapai titik aman berkumpul sehingga bebas dari kejaran

meong.

F. Makna permainan:

Permainan meong-meongan dianalogikan sebagai usaha penyelamatan diri

dari gempa bumi. Bikul dianalogikan sebagai orang yang terancam bencana.

Meong dianalogikan sebagai ancaman bencana. Label peralatan rumah tangga

dianalogikan sebagai tempat perlindungan terhadap risiko bencana. Dan

terakhir titik aman berkumpul merupakan tujuan akhir dari upaya

penyelamatan dari dampak gempa bumi. Bila peserta salah memilih tempat

berlindung (misalnya almari kaca), maka dia akan kena tangkapan meong

yang artinya bahwa dia akan kena dampak bencana begitu sebaliknya.

G. Evaluasi

Evaluasi akan dilakukan setelah permainan selesai. Evaluasi akan dilakukan

pada masing-masing peserta dalam memerankan sekenario tersebut. masing-

masing peserta akan ditanyakan apa yang dilakukan tadi, apa alasannya dan

apa dampaknya. Permainan akan diulang sebanyak 3 kali.

32

Anda mungkin juga menyukai