DISUSUN OLEH :
RATNA BUDIARTI
NIM.P.13042
DISUSUN OLEH :
RATNA BUDIARTI
NIM.P.13042
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
Tulis Ilmiah dengan judul “Aplikasi Tindakan Kompres Jahe dan Massage
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
2. Ns. Meri Oktariani, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Kusuma Husada Surakarta dan selaku dosen penguji yang telah membimbing
DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
iv
4. bc. Yeti Nurhayati M. Kes, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
6. Kedua orang tuaku, Bapak H. Suroto dan Ibu Hj. Tutik Astiningrum Purnomo
S.Pd, yang selalu mendoakan, menyayangi dengan sepenuh hati, serta menjadi
Kusuma Husada Surakarta ini dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
vi
B. Tempat dan waktu …………………………………………….. 58
C. Media dan alat yang digunakan………………………………... 58
D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset …………………. 59
E. Alat ukur evaluasi tindakan berdasarkan riset ……………….... 60
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ………………………………………………….. 88
B. Perumusan masalah ……………………………………….... 94
C. Perencanaan ………………………………………………… 99
D. Implementasi ……………………………………………….. 101
E. Evaluasi …………………………………………………….. 108
BAB VI KESIMPULAN
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).
adalah penyebab utama untuk kehilangan kekuatan otot. Kerusakan otot terjadi
karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi secara umum pada organ dan
degeneratif yang umumnya terjadi pada dewasa madya dan lansia dengan
gangguan pada sendi dan mempunyai gejala utama nyeri kronik. Nyeri yang
1
2
prevalensi penyakit sendi di Indonesia sangat tinggi sebesar 30,3%. Pada usia
45-54 pravelensinya sebesar 46,3%, usia 55-64 sebesar 56,4%, usia 65-74
sebesar 62,9%, usia lebih dari 75 sebesar 65,4% (Badan Penelitian dan
<40 tahun, 30% pada usia40-60 tahun dan 65% pada usia >61 tahun
70 tahun di Malang Jawa Timur juga cukup tinggi sekitar 21,7% menyerang
pada usia 49-60 tahun, terdiri dari 6,2% pria dan 15,5% wanita (Koentjoro,
2010).
stimulasi elektrik saraf kulit transkutan, tehnik distraksi, tehnik relaksasi dan
memberikan efek mengatasi dan menghilangkan sensasi nyeri, tehnik ini juga
punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh
atau gejala pada beberapa macam penyakit yang merupakan indikasi untuk
terapeutik lebih baik dan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
Osteoartritis.
dengan Osteoartritis.
Osteoartritis.
Osteoartritis.
Osteoartritis.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
terapi kompres jahe dan massage pada osteoartritis serta dapat dijadikan
nonfarmakologis.
3. Bagi Lansia
5. Praktek keperawatan
Dapat digunakan sebagai salah satu cara alternatif atau intervensi mandiri
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Lansia
a. Definisi
kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (1), (2), (3), dan
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Usia lanjut
dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai
menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan
dalam Yuli Reni (2014), yang dikatakan lanjut usia tersebut dibagi
6
7
masa senium.
c. Ciri-ciri Lansia
2. Osteoartritis
a. Definisi
2006).
kekakuan pada sendi yang sering diderita pada tahap menua yaitu pada
b. Etiologi
1) Umur.
2) Jenis Kelamin.
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal
3) Genetik
4) Suku
orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih
pertumbuhan.
5) Kegemukan
7) Trauma
9) Joint Mallignment
rawan sendi.
c. Patofisiologi
tepi sendi.
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
d. Manifestasi klinis
Tanda dan Gejala dari Osteoartritis menurut Yuli Reni (2014) antara
lain :
c) Peradangan
d) Mekanik
lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin,
e) Pembengkakan sendi
f) Deformitas
g) Gangguan fungsi
e. Penatalaksanaan
1) Pencegahan
b) Pencegahan cedera
2) Terapi Farmakologi
a) Acetaminophen
ginjal.
c) Topical pain
d) Tramadol
f) Corticosteroids
g) Hyaluronic acid
3) Terapi nonfarmakologi
a) Olahraga
b) Proteksi/perlindungan sendi
c) Terapi konservatif
d) Diet
osteoartritis.
e) Fisioterapi
4) Operasi
pembersihan osteofit.
5) Akupuntur
f. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
b) LED meningkat
2) Foto Rontgent
3) Serologi
4) Tes-tes khusus
cairan)
keras itu.
b) Tes Fluktuasi
Caranya : ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan diletakkan
maka ibu jari dan jari telunjuk tadi seolah-olah terdorong oleh
c) Tes lekuk
bagian lateral, maka lekuk kecil yang medial itu akan kelihatan
terisi cairan.
3. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
21
2) Keluhan utama
mobilitas.
merokok.
22
6) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Tanda-tanda vital :
kebersihannya.
warna.
ketidakmampuan mobilisasi.
24
kesehatan.
identitas diri.
termasuk spiritual.
b. Diagnosa Keperawatan
kontraktur.
kehidupan.
c. Intervensi Keperawatan
manajemen nyeri.
b) Intervensi :
nyeri (durasi)
ketidaknyamanan
kontraktur).
dengan pengawasan.
diperlukan.
b) Intervensi :
Joint mobility)
program latihan.
rencana latihan.
ROM aktif/pasif.
kehidupan.
bentuk tubuh.
fungsi tubuh.
30
b) Intervensi :
dialaminya.
lain.
d. Evaluasi Keperawatan
pencegahan nyeri.
mencari pertolongan.
pengawasan.
diperlukan.
gangguan.
4. Nyeri
a. Definisi
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi
secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau
Oleh karena itulah dikatakan klien sebagai expert tentang nyeri yang ia
antara lain:
1) Usia
terima nantinya.
nyeri. Sering kali lansia memiliki sumber nyeri lebih dari satu.
2) Jenis Kelamin
3) Kebudayaan
intervensi.
4) Makna Nyeri
6) Perhatian
7) Ansietas (kecemasan)
8) Keletihan
9) Pengalaman Sebelumnya
c. Intensitas nyeri
(Tamsuri, 2006).
38
d. Pemeriksaan nyeri
nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan
nyeri.
39
dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit
40
pada abdomen”.
pendeskripsi kata.
garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
Gambar 2.1
Visual Analog Scale
angka dari 0-10, yaitu angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan
yang hebat atau klien yang baru mengalami operasi. Tingkat angka
Gambar 2.2
Numeric Rating Scale
Keterangan:
beradaptasi.
Skala nyeri 10 : nyeri sangat berat pasien sudah tidak mampu lagi
Gambar 2.3
Faces Pain Rating Scale
44
Keterangan :
a) 0 = tidak menyakitkan
b) 1 = sedikit sakit
c) 2 = lebih menyakitkan
f) 5 = benar-benar menyakitkan
dari respon stres. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf
(misal infark miokard, kolik akibat kandung empedu, atau batu ginjal)
yang tepat.
1) Respon Perilaku
dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan
disekitarnya.
f. Klasifikasi nyeri
nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi
dalam waktu (durasi) dari 1 detik sampai dengan kurang dari enam
waktu lebih dari enam bulan. Nyeri akut umumnya terjadi pada
merasa putus asa dan frustasi. Klien yang mengalami nyeri kronis
48
laserasi, luka bakar dan sebagainya. Nyeri jenis ini memiliki durasi
somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi pada
sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal ke
dibeberapa tempat atau lokasi. Nyeri jenis ini dapat timbul karena
saraf yang berada pada bagian tubuh lainnya. nyeri yang timbul
biasanya pada beberapa tempat yang kadang jauh dari lokasi asal
nyeri.
3) Berdasarkan organ
neuralgia, Nyeri ini dapat terjadi secara akut maupun kronis. Nyeri
2007).
5. kompres Hangat
a. Definisi
b. Tujuan
jaringan tersebut
ketegangan.
6. Massage
a. Definisi
pada punggung dan bahu, atau dilakukan pada satu atau beberapa
memisahkan otot dari tulang selaputnya atau dari otot yang lain
kaki, tengkuk, bahu, lengan atas dan bawah, tangan dan bagian
dahulu.
53
jari tengah, dan jari manis) yang merapat, ibu jari, ujung siku,
telapak tangan.
c. Efek massage
menurunkan impuls nyeri. Pijat yang dilakukan oleh orang yang ahli
yang diberikan pada terapi pijat adalah efek relaksasinya, dan pijat bisa
7. Jahe
a. Farmakologi
b. Kandungan
c. Manfaat
d. Efek farmakologi
kekakuan pada satu atau lebih sendi pada pasien. Bahkan mampu
B. Kerangka Teori
- Umur
- Jenis Kelamin
- Genetik penyakit degeneratif penyebab nyeri dan
- Suku kekakuan pada sendi yang sering diderita
pada tahap menua (usia diatas 60 tahun)
- Kegemukan atau obesitas
membuat sendi-sendi menjadi sulit untuk
- Pengausan (wear and tear) digerakkan dan apabila tidak digerakkan
- Trauma akan memperparah keadaan.
- Akibat penyakit radang sendi lain
- Joint Mallignment
- Penyakit Endokrin Penatalaksanaan :
- Deposit rawan sendi
- Pencegahan (penurunan
berat badan, pencegahan
cedera, screening sendi
paha)
- Terapi Farmakologi
- Terapi Konservatif
- Terapi Non Farmakologi
- Fisioterapi
- Operasi
- Akupuntur
Gambar 2.4
Kerangka Teori
BAB III
METODE PENYUSUNAN
Subjek yang akan digunakan pada aplikasi riset ini adalah pada pasien
Dalam aplikasi riset ini menggunakan media dan alat-alat yang antara lain:
ii. Bak steril berisi 3 buah kain dengan ukuran yang sesuai.
iii. Pengalas
v. Baby oil
vi. Handscoon
58
59
angka dari 0-10, yaitu angka 0 menunjukkan bebas nyeri dan angka 10
menunjukkan nyeri yang paling hebat dan tidak terkontrol. Skala ini
diberi tanda. Skala ini dapat dipakai pada klien dengan nyeri yang hebat
atau klien yang baru mengalami operasi. Tingkat angka yang ditunjukkan
3) Cuci tangan
7) Jahe tersebut diparut dan dicelupkan sebentar di air hangat bersuhu 40o
ganti kompres per 5 menit agar tetap hangat, dalam 5 menit ada 3 kali
penggantian kompres.
60
berdampingan, melakuka
melakukan
n pijatan tekanan secara bergantian. Pijatan
dimulai dari atas lipatan lutut, tengah lipatan lutut, dan bawah lipatan
Gerusan dimulai dari atas lipatan lutut, tengah lipatan lutut, dan bawah
nyeri yang paling hebat dan tidak terkontrol.. Skala ini merupakan garis
panjang berukuran 10 cm, yaitu setiap panjangnya 1 cm diberi tanda. Skala ini
dapat dipakai pada klien dengan nyeri yang hebat atau klien yang baru
Menurut Potter dan Perry (2005) dalam Manurung (2013), skala ini dapat
Keterangan:
Skala nyeri 1-3 : nyeri sangat ringan hampir tidak terasa sampai nyeri ringan
dapat beradaptasi.
Skala nyeri 4-6 : nyeri sedang sampai dengan sedang kuat, secara obyektif
dengan baik.
Skala nyeri 7-9 : nyeri kuat sampai dengan nyeri kuat sekali. Secara obyektif
Skala nyeri 10 : nyeri sangat berat pasien sudah tidak mampu lagi
(Manurung, 2013).
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
70 tahun yang merupakan kepala Panti Sasana Tresna Wredha Dharma Bhakti
Wonogiri.
B. Pengkajian
dirasakan klien adalah nyeri dan kaku pada kedua lututnya sudah lebih
nyeri pada lutut dan kakuselama lebih dari 1 tahun, nyeri bertambah pada
pagi hari waktu bangun tidur, rasa nyeri cenut-cenut (seperti ditekan
dengan keras), nyeri pada kedua lututnya, skala nyeri 6 biasanya nyeri
62
63
nyeri biasanya pasien diberi obat dari dokter yang ada dipanti seperti
mmHg, respiratory rate 16 kali permenit, heart rate 90 kali permenit dan
pasien tampak berjalan lambat dan berpegangan pada dinding atau benda-
tidur malam selama kurang lebih 5 jam, pasien tidak tidur siang, tidurnya
kurang puas, dan kadang terbangun jika nyeri timbul, wajah pasien
sendi (osteoartritis) yang sudah ia derita selama lebih dari 1 tahun yang
menyebabkan rasa nyeri pada lututnya, dulunya saat masih muda pasien
64
banyak dengan jarak yang lumayan jauh, namun lama kelamaan timbul
pernah dirawat dan baru sekali ini dirawat di panti Wredha Dharma
belum pernah operasi. Pasien juga tidak memiliki riwayat seperti alergi
Genogram :
Gambar 4.1
Genogram Ny. Y
65
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Perempuan meninggal
: Laki-laki meninggal
: tinggal serumah
cukup, sirkulasi udara cukup, pembuangan air serta sampah baik, lantai
mengatakan kesehatan itu penting dan mahal. Jika pasien ada keluhan atau
merasa sakit, segera diperiksakan ke dokter yang ada di panti serta taat
sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari, dengan menu nasi, sayur, lauk,
buah dan minum air putih kurang lebih 8 sampai 10 gelas sehari, kadang
juga teh atau susu. pasien makan 1 porsi habis dan tidak ada keluhan
apapun. Dan selama sakit pasien tetap makan seperti biasa yaitu makan 3
kali sehari, dengan menu nasi, sayur, lauk, buah dan minum air putih
66
kurang lebih 8 sampai 10 gelas sehari, kadang juga teh atau susu. pasien
pasien buang air kecil sebanyak kurang lebih 6 kali dalam sehari, 1 kali
buang air kecil sebanyak 1 gelas belimbing, air kencing berwarna kuning
jernih, dan tidak ada keluahan saat buang air kecil. Pasien juga
mengatakan sebelum sakit pasien buang air besar sebanyak 1 kali sehari di
pagi hari, bentuknya lunak, berwarna kuning kecoklatan dan tidak ada
keluhan saat buang air besar. Dan selama sakit pasien buang air kecil
sebanyak kurang lebih 6 kali dalam sehari, 1 kali buang air kecil kurang
lebih sebanyak 1 gelas belimbing, air kencing berwarna kuning jernih dan
tidak ada keluhan saat buang air kecil. Pasien mengatakan selama sakit
pasien buang air besar seperti biasa saat sebelum sakit yaitu sebanyak 1
kali sehari di pagi hari, bentuknya lunak, berwarna kuning kecoklatan dan
nyeri kambuh jika terlalu banyak pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan,
skala nyeri 6.
sebelum sakit pasien tidur selama kurang lebih selama 8 jam sehari, pasien
67
mengatakan jarang tidur siang, pasien tidur dengan nyaman dan nyenyak,
dan tidak ada gangguan saat tidur. Dan selama sakit pasien mengatakan
sulit tidur, tidur malam selama kurang lebih 5 jam sehari, pasien tidak
sebelum sakit pasien tidak merasakan nyeri. Dan selama sakit pasien
mengatakan nyeri dan kaku pada kedua lututnya selama lebih dari 1 tahun.
hari waktu bangun tidur, Quality pasien mengatakan rasa nyeri cenut-cenut
skala nyeri 6, dan Time pasien mengatakan rasa nyeri hilang timbul
riwayat gangguan reproduksi. Dan selama sakit tetap sama yaitu belum
sebelum sakit jika ada masalah sering dipendam sendiri karena pasien
dan beruban, serta kulit kepala yang bersih dan tidak ada bekas luka. Pada
ikterik, palpebra tidak udem, pupil isokor, refleks terhadap cahaya positif,
hidung didapatkan hasil hidung kanan dan kiri simetris, bersih, tidak
terdapat sekret ataupun polip, dan tidak terpasang alat bantu pernafasan.
Pada pemeriksaan fisik mulut didapatkan hasil gigi dan mulut bersih, ada
lembab. Pada pemeriksaan fisik telinga didapatkan hasil telinga kanan dan
kiri simetris, bersih, dan tidak terdapat serumen. Pada pemeriksaan fisik
kelenjar tiroid, tidak kaku kuduk, dan juga tidak ada distensi vena
jugularis.
70
simetris, ekspansi paru kanan dan kiri sama, tidak menggunakan otot
fremitus kanan dan kiri sama, hasil perkusi didapatkan suara paru kanan
dan kiri sonor, dan hasil auskultasi yaitu vesikuler, tidak terdapat suara
didapatkan hasil bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak. Palpasi
didapatkan hasil suara kuadran I redup, kuadran II, III, dan IV timpani.
hasil kekuatan otot kanan dan kiri 5 (gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan penahanan penuh), ROM kanan dan kiri aktif, capillary
kanan dan kiri skala4 (gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
sedikit penahanan), ROM kanan dan kiri aktif, capillary refile kurang dari
71
mengatakan nyeri dan kaku pada lutut selama lebih dari 1 tahun, nyeri
bertambah pada pagi hari waktu bangun tidur, quality nyeri cenut-cenut
(seperti ditekan dengan keras), region nyeri pada kedua lututnya, scale
skala nyeri 6, time nyeri hilang timbul dengan durasi sekitar 5 sampai 10
lebih 5 jam, pasien tidak tidur siang, pasien mengatakan tidurnya kurang
puas, dan kadang terbangun jika nyeri timbul. Dan data objektifnya wajah
kantung mata.
subjektif pasien mengatakan merasa nyeri dan kaku pada kedua lututnya,
kakinya gemetaran jika berjalan atau berdiri terlalu lama, jika nyeri timbul
penahanan).
D. Rencana Keperawatan
yang akan dilakukan pada Ny. Y yaitu kaji secara komprehensif tentang
dengan kriteria hasil: jumlah jam tidur dalam batas normal 6 sampai 8 jam
per hari, perasaan segar sesudah tidur atau istirahat. Rencana keperawatan
yang akan dilakukan pada Ny. Y yaitu monitor atau catat kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan jam dengan rasional untuk mengetahui jumlah jam
dengan klien dan keluarga tentang teknik tidur klien dengan rasional agar
pasien lebih mudah untuk tidur, kolaborasi pemberian obat tidur dengan
yang akan dilakukan pada Ny. Y yaitu kaji kemampuan pasien dalam
pada pukul 10.00 WIB yaitu mengkaji secara komprehensif tentang nyeri
vital, dengan respon subjektifpasien mengatakan nyeri dan kaku pada lutut
75
selama lebih dari 1 tahun, nyeri bertambah pada pagi hari waktu bangun tidur,
kualitas nyeri cenut-cenut (seperti ditekan dengan keras), nyeri pada kedua
lututnya, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul dengan durasi sekitar 5 sampai 10
menit dan respon objektif yaitu pasien tampak meringis menahan nyeri, pasien
tanda vital tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 90 kali permenit, respirasi 16
kali permenit. Pukul 10.30 WIB melakukan pemberian kompres jahe dan
kompres jahe dan dipijat pada bagian yang nyeri, dan respon objektif pasien
tampak tenang saat diberi kompres jahe dan massage pada kedua lututnya.
kompres jahe dan massage dengan respon subjektif pasien mengatakan masih
nyeri, hanya terasa sedikit hangat dan respon objektif yaitu pasien tampak
masih merasakan nyeri, tetapi tampak nyaman saat dipijat, skala nyeri masih
skala 6.
Pukul 11.25 WIB memonitor atau mencatat kebutuhan tidur pasien setiap
hari dan jam dengan respon subjektif pasien mengatakan sulit tidur, tidur
malam selama kurang lebih 5 jam, pasien tidak tidur siang, pasien mengatakan
tidurnya kurang puas, dan kadang terbangun jika nyeri timbul. Respon
menguap, hasil pemeriksaan fisik mata tampak sayu, tampak warna kehitaman
atau kantung mata. Pukul 11.30 WIB menciptakan lingkungan yang nyaman
dengan respon subjektif pasien mengatakan menyukai suasana yang sepi dan
76
tenang saat tidur, dan respon objektif yaitu pasien masih tampak mengantuk
mobilisasi dengan respon subjektif pasien mengatakan merasa nyeri dan kaku
pada kedua lututnya, kakinya gemetaran jika berjalan atau berdiri terlalu lama,
jika nyeri timbul pasien kesulitan menggerakkan kedua kakinya. Dan respon
bawah kanan dan kiri skala 4 (gerakan normal penuh menentang gravitasi
pasien saat mobilisasi dengan respon subjektif pasien mengatakan tidak mau
dibantu dan ingin berjalan secara mandiri, pasien mengatakan capek jika
berdiri atau berjalan terlalu lama. Dan respon objektifnya yaitu pasien tidak
pada pukul 10.00 WIB yaitu mengkaji secara komprehensif tentang nyeri
pasien mengatakan nyeri dan kaku pada lututnya masih terasa, nyeri
bertambah pada pagi hari waktu bangun tidur, quality nyeri cenut-cenut
(seperti ditekan dengan keras), region nyeri pada kedua lututnya, scale skala
nyeri 6, dan time rasa nyeri hilang timbul, durasi 5 sampai 10 menit, dengan
lututnya. Pukul 10.30 WIB melakukan pemberian kompres jahe dan massage
dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia diberi kompres jahe dan
dipijat pada kedua lututnya, setelah kompres dan dipijat pasien mengatakan
rasanya nyaman, nyeri berkurang, lututnya terasa hangat, dan tidak terlalu
kaku saat digerakkan. Dan respon objektifnya yaitu pasien tampak tenang dan
subjektif pasien mengatakan lebih enakan dan nyeri berkurang dari hari-hari
kompres dan dipijat rasanya hangat, nyeri dan kaku berkurang. Respon
objektifnya yaitu pasien tampak senang karena nyeri lututnya berkurang, skala
sedikit, pasien merasa nyaman, respon objektifnya pasien tampak tenang dan
bisa mengikuti arahan dari perawat, setelah diberi tindakan relaksasi nafas
dalam pasien tampak bisa melakukan tehnik relaksasi nafas dalam. Pukul
11.40 WIB memonitor atau mencatat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan
jam dengan respon subjektif pasien mengatakan tidur malam selama kurang
lebih 5 sampai 6 jam, pasien tidak tidur siang, pasien mengatakan masih
mengantuk dan kadang terbangun jika nyeri timbul. Respon objektifnya wajah
pasien tampak mengantuk dan pasien terlihat sering menguap, mata tampak
78
sayu, tampak warna kehitaman atau kantung mata. Pukul 11.50 WIB,
mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang teknik tidur klien, dengan
bawah lututnya diganjal dengan selimut agar lebih nyaman sedangkan respon
pasien tampak antusias mengikuti arahan dari perawat, kedua lutut pasien
Quality, Region, Scale, Time) dan memonitor tanda-tanda vital dengan respon
pagi hari waktu bangun tidur, kualitas nyeri cenut-cenut (seperti ditekan
dengan keras), nyeri pada kedua lututnya, skala nyeri 5, dan rasa nyeri hilang
timbul, durasi 1 sampai 5 menit, dengan respon objektif pasien tampak tenang
130/90 mmHg, nadi 76 kali permenit, respirasi 16 kali permenit. Pukul 10.30
nyaman, hangat, dan lebih enakan setelah diberi tindakan kompres jahe dan
dipijat. Dan respon objektifnya yaitu pasien tampak tenang saat diberi
kompres jahe dan massage, setelah tindakan pasien tampak tidak merasakan
79
setelah diberi kompres dan dipijat rasanya hangat, nyeri dan kaku berkurang.
skala 4 dan durasi 1 sampai 5 menit. Pukul 11.45 WIB memonitor atau
mencatat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam dengan respon subjektif
pasien mengatakan tidur malam selama kurang lebih 5 sampai 6 jam, pasien
tidak tidur siang, pasien bisa tidur malam karena nyeri berkurang. Respon
objektifnya pasien terlihat tidak menguap, mata tidak tampak sayu, tampak
tidur sedikit-sedikit karena lingkungan tenang dan nyeri berkurang, dan respon
warna kehitaman pada kantung mata. Pukul 12.15 WIB berkolaborasi dengan
respon objektif pengurus panti tampak mengawasi aktifitas pasien dan tampak
Quality, Region, Scale, Time) dan memonitor tanda-tanda vital dengan respon
80
pagi hari waktu bangun tidur, kualitas nyeri cenut-cenut (seperti ditekan
dengan keras), nyeri pada kedua lututnya, skala nyeri 4, dan rasa nyeri hilang
timbul, durasi 1 sampai 5 menit, dengan respon objektif pasien tampak tenang
130/80 mmHg, nadi 72 kali permenit, respirasi 20 kali permenit. Pukul 10.30
nyaman, hangat, nyeri berkurang, dan lebih enakan setelah diberi tindakan
kompres jahe dan dipijat. Dan respon objektifnya yaitu pasien tampak tenang
saat diberi kompres jahe dan massage, setelah tindakan pasien tampak tidak
merasakan nyeri.
kompres jahe dan massage dengan respon subjektif pasien mengatakan lebih
enakan dan nyeri berkurang dari hari-hari sebelumnya, setelah diberi kompres
dan dipijat rasanya hangat, nyeri dan kaku berkurang. Respon objektifnya
yaitu pasien tampak senang, nyeri berkurang menjadi skala 3 dan durasi 1
sampai 5 menit. Pukul 11.45 WIB memonitor atau mencatat kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan jam dengan respon subjektif pasien mengatakan
tidurnya semalam sudah enakan, lebih nyenyak dari hari sebelumnya karena
nyerinya tidak kambuh, jumlah jam tidur malam 7 jam, pasien tidak tidur
siang. Respon objektifnya pasien terlihat tidak menguap, dan tidak tampak
mengantuk, mata tidak tampak sayu, tidak tampak warna kehitaman atau
81
karena lingkungan tenang dan nyeri tidak kambuh, dan respon objektifnya
pasien tampak lebih segar, tidak tampak mengantuk dan menguap, tidak
tampak warna kehitaman atau kantung mata. Pukul 12.15 WIB berkolaborasi
pasien, respon objektif pengurus panti tampak mengawasi aktifitas pasien dan
F. Evaluasi Keperawatan
hasil sebagai berikut subjektif pasien mengatakan masih nyeri, hanya terasa
sedikit hangat, provoking pasien mengatakan nyeri bertambah pada pagi hari
waktu bangun tidur, quality nyeri cenut-cenut (seperti ditekan dengan keras),
region nyeri pada kedua lututnya, scale nyeri 6, time nyeri hilang timbul,
82
dengan durasi sekitar 5 sampai 10 menit dan objektif yaitu pasien tampak
masih merasakan nyeri, tetapi tampak nyaman saat dipijat, skala nyeri masih
Scale, Time), lakukan aplikasi pemberian kompres jahe dan massage, ajarkan
gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (akibat nyeri)
diperoleh hasil sebagai berikut, subjektif pasien mengatakan sulit tidur, tidur
malam selama kurang lebih 5 jam, pasien tidak tidur siang, pasien mengatakan
tidurnya kurang puas, dan kadang terbangun jika nyeri timbul, objektifnya
wajah pasien tampak mengantuk dan pasien terlihat sering menguap, hasil
pemeriksaan fisik mata tampak sayu, tampak warna kehitaman atau kantung
monitor/catat kebutuhan tidur pasien tiap hari dan jam, diskusikan dengan
berikut subjektif pasien mengatakan merasa nyeri dan kaku pada kedua
lututnya, kakinya gemetaran jika berjalan atau berdiri terlalu lama, jika nyeri
nyeri berkurang dari hari-hari sebelumnya, lututnya terasa hangat, dan tidak
terlalu nyeri dan kaku saat digerakkan, lebih enakan dan nyeri dan provoking
nyeri bertambah pada pagi hari waktu bangun tidur, quality nyeri cenut-cenut
(seperti ditekan dengan keras), region nyeri pada kedua lututnya, scale nyeri
5, dan time nyeri hilang timbul. Objektifnya pasien tampak senang, nyeri
berkurang menjadi skala 5, tampak tenang dan bisa mengikuti arahan dari
perawat, setelah diberi tindakan relaksasi nafas dalam pasien tampak bisa
pemberian kompres jahe dan massage, monitor tanda-tanda vital. Pukul 12.50
dengan posisi bawah lututnya diganjal dengan selimut, dengan objektif pasien
dan jam, ciptakan lingkungan yang nyaman. Pukul 12.40 WIB diagnosa
tindakan kompres jahe dan massage lebih enakan dan nyeri berkurang dari
pasien mengatakan nyeri bertambah pada pagi hari waktu bangun tidur,
quality nyeri cenut-cenut (seperti ditekan dengan keras), region nyeri pada
kedua lututnya, scale nyeri 4, time nyeri hilang timbul, durasi 1 sampai 5
85
4, hasil tanda-tanda vital tekanan darah 130/90 mmHg, nadi76 kali permenit,
kompres jahe dan massage, berikan posisi nyaman jika nyeri timbul kembali.
lingkungan tenang dan nyeri berkurang, dan respon objektifnya pasien tidak
tampak mengantuk dan menguap, mata tidak tampak sayu, masih tampak
pasien, objektif pengurus panti tampak mengawasi aktifitas pasien dan tampak
pergerakan pasien.
kompres jahe dan massage lebih enakan dan nyeri berkurang dari hari-hari
mengatakan nyeri dan kaku pada lutut selama lebih dari 1 tahun, nyeri
bertambah pada pagi hari waktu bangun tidur, quality nyeri cenut-cenut
(seperti ditekan dengan keras), region nyeri pada kedua lututnya, scale nyeri
3, time nyeri hilang timbul. Objektif yaitu pasien tampak senang, berkurang
menjadi skala 3, hasil tanda-tanda vital Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 76
PQRST (Provoking, Quality, Region, Scale, Time), berikan posisi nyaman jika
sebagai berikut mengatakan ia bisa tidur dengan nyenyak karena nyeri tidak
kambuh, dan respon objektifnya pasien tampak lebih segar, tidak tampak
mengantuk dan menguap, tidak tampak warna kehitaman atau kantung mata.
87
kebutuhan tidur pasien tiap hari dan jam, ciptakan lingkungan yang nyaman.
pasien, objektif pengurus panti tampak mengawasi aktifitas pasien dan tampak
pergerakan pasien.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai pemberian terapi kompres jahe
dan massage terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan Ny. Y dengan
Pembahasan pada bab ini terutama membahas adanya kesesuaian antara penilitian
jurnal dan teori dengan kasus yang terjadi di lapangan. Proses asuhan keperawatan
A. Pengkajian
relevan dan kontinyu tentang respon manusia, status kesehatan, kekuatan, dan
88
89
riwayat medis masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial, dan
(Darmawan, 2012).
pasien mengatakan nyeri dan kaku pada lututnya selama lebih dari 1 tahun.
menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi yang sering diderita pada tahap
menua yaitu pada usia diatas 60 tahun sehingga membuat sendi-sendi menjadi
keadaan (Yuli Reni, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan pada pasien
antara teori dan kenyataan yang terjadi pada gejala osteoartritis yang dialami
oleh Ny.Y.
Pasien juga mengatakan dulunya saat masih muda pasien sering bekerja
keras menggendong pakan ternak (rumput) dalam jumlah banyak dengan jarak
90
sendi.
antara teori dan kenyataan yang terjadi pada etiologi osteoartritis yang dialami
secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu
Yuli, 2014).
kasus Ny. Y adalah pasien mengatakan nyeri dan kaku pada lututnya selama
lebih dari 1 tahun. Klien mengatakan nyeri bertambah pada pagi hari waktu
bangun tidur, quality rasa nyeri cenut-cenut (seperti ditekan dengan keras),
region nyeri pada kedua lututnya, scale skala nyeri 6, time nyeri hilang timbul
Ny. Y tergolong nyeri kronis dimana nyeri kronis memiliki awitan yang tiba-
tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi secara
konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
Seperti yang dijelaskan pasien bahwa ia mengalami nyeri dan kaku pada
kedua lututnya, dalam buku Bambang (2011) osteoartritis yang diderita Ny. Y
sendi lutut, yang merupakan suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi
91
umur. Osteoartritis hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur
bertambah ketika pada pagi hari dan sore hari, hal ini juga sesuai dengan buku
nyeri mempunyai irama diurnal, nyeri akan menghebat pada pagi hari waktu
Nyeri yang dirasakan Ny. Y tergolong nyeri sedang karena skala nyeri
yang dirasakan skala 6 (agak mengganggu). Nyeri pada pasien diukur dengan
Numeric Rating Scale (NRS), skala ini berbentuk garis horizontal yang
nyeri atau bebas nyeri dan angka 10 menunjukkan nyeri yang paling hebat.
Skala ini merupakan garis panjang berukuran 10 cm, yaitu setiap panjangnya 1
cm diberi tanda. Skala ini dapat dipakai pada klien dengan nyeri yang hebat
atau klien yang baru mengalami operasi. Tingkat angka yang ditunjukkan oleh
klien dapat digunakan untuk mengkaji efektivitas dari intervensi pereda rasa
nyeri. Keterangan skala 0 adalah tidak nyeri atau bebas nyeri, skala 1-3 adalah
nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, skala 4-6
perintah dengan baik, skala 7-9 adalah nyeri berat, secara obyektif klien
terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi, skala 10 nyeri sangat
berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul (Potter &
Perry, 2005).
Nyeri merupakan salah satu manifestasi klinis dari osteoartritis, hal ini
sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
deformitas, dan adanya hipertropi atau nodulus (Soeparman, 1995 dalam Yuli
Reni, 2014). Berdasarkan tanda dan gejala, masalah paling utama pada
kronis akibat adanya proses degradasi pada tulang rawan dan proses inflamasi
pada daerah sinovium (Doengoes dkk, 2008). Dari data pengkajian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan yang
selama kurang lebih 5 jam, pasien tidak tidur siang, pasien mengatakan
tidurnya kurang puas dan kadang terbangun jika nyeri timbul. Dan data
objektifnya Pasien wajah pasien tampak mengantuk dan pasien terlihat sering
menguap, hasil pemeriksaan fisik mata tampak sayu, tampak warna kehitaman
atau kantung mata. Klien yang mengalami nyeri akan berpengaruh pada
perubahan pola istirahat tidur (Potter dan Perry, 2005). Dari data pengkajian
dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan
keluhan utama ditemukan masalah pasien merasa nyeri dan kaku pada lutut,
hal ini sudah sesuai dengan teori menurut Yuli Reni (2014) yaitu keluhan
seperti osteoartritis, hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami
Gangguan mobilitas fisik dapat timbul akibat dari nyeri yang ditandai dengan
kekuatan otot pada Ny. Y yang terjadi pada ekstremitas bawah (kaki) kanan
dan kiri mengalami penurunan kekuatan otot yaitu kekuatan otot 4 (gerakan
Penurunan otot disebabkkan karena nyeri yang bersifat kronis pada pasien
B. Perumusan masalah
2012).
nyeri dapat mengganggu kebutuhan rasa aman dan nyaman serta merupakan
masalah yang paling utama maka harus didahulukan daripada kebutuhan yang
lain.
95
pada tanggal 05 sampai 07 Januari 2016 pada Ny. Y di Panti Sasana Tresna
muskuloskeletal.
dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Sedangkan Nyeri yang dialami Ny. Y
tahun. Sesuai teori bahwa nyeri kronis merupakan nyeri yang memiliki awitan
yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi
secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung lebih dari 6 bulan (Herdman, 2012). Pada Ny. Y
mengatakan nyeri dan kaku pada lutut selama lebih dari 1 tahun, nyeri
bertambah pada pagi hari waktu bangun tidur, quality rasa nyeri cenut-cenut
(seperti ditekan dengan keras), region nyeri pada kedua lututnya, scale skala
96
nyeri 6, time nyeri hilang timbul dengan durasi sekitar 5 sampai 10 menit.
tanda vital tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 90 kali permenit, respirasi 16
diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik yang sesuai
pasien mengatakan sulit tidur, tidur malam selama kurang lebih 5 jam, pasien
tidak tidur siang, pasien mengatakan tidurnya kurang puas dan kadang
terbangun jika nyeri timbul, dan data objektifnya wajah pasien tampak
mengantuk dan pasien terlihat sering menguap, hasil pemeriksaan fisik mata
tampak sayu, tampak warna kehitaman atau kantung mata. Gangguan pola
bahwa karakteristik gangguan pola tidur yaitu bangun lebih awal atau lebih
kesulitan untuk tidur, keluhan verbal tentang perasaan tidak dapat beristirahat
yaitu lingkaran gelap dibawah mata, penurunan rentang perhatian, aek datar,
penulis yaitu kurang kontrol tidur (akibat nyeri). Berdasarkan data tersebut
subjektif pasien mengatakan merasa nyeri dan kaku pada kedua lututnya,
kakinya gemetaran jika berjalan atau berdiri terlalu lama, jika nyeri timbul
kekuatan otot ekstremitas bawah kanan dan kiri skala 4 (gerakan normal
diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik yang sesuai
merespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan
nadi, pernafasan, suhu, sikap badan dan apabila nyeri berada pada derajat
akibat nyeri dapat merangsang respon stress yang dapat menekan sistem imun
gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (akibat nyeri)
karena jika nyeri sudah bisa teratasi maka secara otomatis akan
mempengaruhi pola tidur pasien karena sesuai dengan hasil pengkajian yaitu
subjektif klien mengatakan tidur malam selama kurang lebih 5 jam, pasien
99
tidak tidur siang, pasien mengatakan tidurnya kurang puas dan kadang
terbangun jika nyeri timbul, hal ini sesuai dengan teori bahwa klien yang
mengalami nyeri akan berpengaruh pada perubahan pola istirahat tidur (Potter
dengan gangguan muskuloskeletal, hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri
bisa diatasi maka hambatan mobilitas fisik pada pasienpun akan teratasi.
C. Rencana tindakan
dilakukan, kapan akan dilakukan, dan siapayang akan melakukan dari semua
keperawatan nyeri kronis, gangguan pola tidur dan hambatan mobilitas fisik
Tujuan dan kriteria hasil ini disusun berdasarkan NOC (Nursing Output
100
ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dan kolaborasi dengan dokter dalam
tidur pasien setiap hari dan jam, ciptakan lingkungan yang nyaman,
diskusikan dengan klien dan keluarga tentang teknik tidur klien, dan
pasien dalam mobilisasi, dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi, ajarkan
D. Implementasi keperawatan
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil dalam rentang
tanda-tanda vital dengan respon subjektif pasien mengatakan nyeri dan kaku
pada lutut selama lebih dari 1 tahun, mengatakan nyeri bertambah pada pagi
hari waktu bangun tidur, kualitas nyeri cenut-cenut (seperti ditekan dengan
keras), nyeri pada kedua lututnya, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul dengan
durasi sekitar 5 sampai 10 menit dan respon objektif yaitu pasien tampak
lokasi nyeri, intensitas nyeri dan waktu serangan nyeri (Saputra, 2013).
dipijatpada bagian yang nyeri, dan respon objektif pasien tampak nyaman saat
meningkatkan suhu lokal pada kulit yang akan mengakibatkan kulit menjadi
maka hal ini akan diteruskan ke pembuluh darah di jaringan yang lebih dalam
akan terjadi mild heating yang merangsang saraf afferent Aß dan propiceptor
menurunkan nyeri. Efek pada jaringan kapsul meningkatkan kadar air terjadi
kelenturan kapsul ligamen dan fasia nyeri menurun, efek panas pada jaringan
2012).
energi listrik (impuls saraf) oleh reseptor sensorik untuk nyeri (nosiseptor),
mediator nyeri, sehingga terjadi penurunan nyeri sendi. Sehingga jahe dapat
Pijat yang dilakukan oleh orang yang ahli dapat membantu menangani
beberapa masalah otot. Manfaat utama yang diberikan pada terapi pijat adalah
efek relaksasinya, dan pijat bisa sangat membantu orang yang memiliki
hangat bersuhu 40o celcius sampai 50o celcius kemudian jahe sebanyak 100
104
gram di parut dan di dicelupkan sebentar di air hangat yang sudah disiapkan
kemudian diletakkan pada kain lalu dikompreskan pada daerah sendi yang
mengalami nyeri selama 20 menit, ganti kompres per 5 menit agar tetap
hangat.
yang bertujuan untuk meringankan atau mengurangi keluhan atau gejala pada
2011). Tehnik remedial massage yang digunakan antara lain tehnik petrisage
(pijatan) dan friction (gerusan) dan dilakukan selama 10 menit dengan posisi
bergantian. Pijatan dimulai dari atas lipatan lutut, tengah lipatan lutut, dan
bergantian. Gerusan dimulai dari atas lipatan lutut, tengah lipatan lutut, dan
pasien mengatakan nyeri berkurang dan lutut terasa hangat dan respon
105
objektif yaitu pasien tampak merasa nyaman, skala nyeri berkurang menjadi
skala 5. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian terapi kompres jahe dan
Hasil analisa pada tindakan kompres jahe dan massage ini yaitu dalam 4
hari pengelolaan ini penulis mendapatkan data sebagai berikut pada hari
pertama didapatkan hasil sebelum diberi terapi kompres jahe dan massage
yaitu skala 6 dan durasi nyeri pasien 5 sampai 10 menit dan setelah diberi
terapi nyeri masih skala 6 dan durasi masih 5 sampai 10 menit. Skala nyeri
aplikasi kompres jahe dan massage sesuai jurnal utama, dalam jurnal tersebut
pertama pemberian terapi kompres jahe dan massage yaitu subjektif pasien
mengatakan masih nyeri, hanya terasa sedikit hangat dan respon objektif yaitu
pasien tampak masih merasakan nyeri, tetapi tampak nyaman saat dipijat,
Kompres Hangat Memakai Jahe Untuk Meringankan Skala Nyeri Pada Pasien
Grobogan”. Dalam jurnal tersebut dijelaskan jahe 100 gram yang diparut dan
di letakkan diatas kain yang sudah di celupkan pada air hangat yang bersuhu
40-50oC setelah itu di kompres pada daerah yang nyeri selama 20 menit.
Penelitian ini dilakukan 3 hari dengan hasil bahwa rata-rata skala nyeri
sebelum dilakukan kompres hangat memakai jahe adalah 6,00 (nyeri sedang),
setelah dilakukan kompres hangat memakai jahe adalah 3,67 (nyeri ringan).
kompres jahe dan massage sesuai dengan cara pada jurnal pendamping.
Hari kedua pemberian terapi kompres jahe dan massage yaitu subjektif
durasi 1 sampai 5 menit. Dan dihari terakhir pemberian terapi kompres jahe
kesesuaian pada jurnal dan kasus yang ada pada Ny.Y. dalam jurnal
disebutkan bahwa penelitian ini dilakukan 3 hari dengan hasil bahwa rata-rata
skala nyeri sebelum dilakukan kompres hangat memakai jahe adalah 6,00
107
(nyeri sedang), setelah dilakukan kompres hangat memakai jahe adalah 3,67
(nyeri ringan).
pasien diajari untuk melakukan relaksasi nafas dalam yang bertujuan untuk
pada otak dan otot seseorang. Dengan penggunaan teknik relaksasi, maka
untuk mengawasi aktifitas pergerakan pasien (NIC dalam Yuli Reni, 2014).
108
E. Evaluasi Tindakan
respon perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk
kesehatan (Dermawan,2012).
dan massage lebih enakan dan nyeri berkurang dari hari-hari sebelumnya,
nyeri dan kaku pada lutut selama lebih dari 1 tahun, nyeri bertambah pada
pagi hari waktu bangun tidur, quality nyeri cenut-cenut (seperti ditekan
dengan keras), region nyeri pada kedua lututnya, scale nyeri 3, time nyeri
hilang timbul. objektif yaitu pasien tampak senang karena nyeri lututnya
bisa tidur dengan nyenyak karena nyeri tidak kambuh, dan respon objektifnya
pasien tampak lebih segar, tidak tampak mengantuk dan menguap, tidak
tiap hari dan jam, ciptakan lingkungan yang nyaman. Diagnosa keperawatan
pasien untuk lebih berhati-hati saat melakukan kegiatan atau aktifitas, pasien
pergerakan pasien.
pengkajian yaitu skala 6 dan durasi 5 sampai 10 menit dan setelah 4 hari
110
sampai 5 menit. Untuk masalah keperawatan gangguan pola tidur pada saat
pengkajian didapatkan pasien tidur kurang lebih hanya 5 jam dalam sehari,
masih tampak mengantuk saat bangun, dan tampak sering menguap, tampak
hasilnya pasien mengatakan bisa tidur dengan nyenyak karena nyeri tidak
kambuh, pasien tampak lebih segar, tidak tampak mengantuk dan menguap,
merasa nyeri dan kaku pada kedua lututnya, kakinya gemetaran jika berjalan
atau berdiri terlalu lama, jika nyeri timbul pasien kesulitan menggerakkan
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
mengatakan nyeri dan kaku pada lutut selama lebih dari 1 tahun, nyeri
bertambah pada pagi hari waktu bangun tidur, quality nyeri cenut-
cenut (seperti ditekan dengan keras), region nyeri pada kedua lututnya,
scale skala nyeri 6, time nyeri hilang timbul dengan durasi sekitar 5
111
112
selama kurang lebih 5 jam, pasien tidak tidur siang, pasien mengatakan
tidurnya kurang puas dan kadang terbangun jika nyeri timbul, dan data
lututnya, kakinya gemetaran jika berjalan atau berdiri terlalu lama, jika
2. Diagnosa keperawatan
muskuloskeletal.
3. Intervensi keperawatan
kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam, ciptakan lingkungan yang
pergerakan pasien.
114
3. Implementasi
memonitor atau mencatat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam,
4. Evaluasi
tindakan kompres jahe dan massage lebih enakan dan nyeri berkurang
region nyeri pada kedua lututnya, scale nyeri 3, time nyeri hilang
B. Saran
1. Bagi Pasien
satunya osteoartritis.
memperluas wawasan.
4. Bagi Penulis
manfaat pemberian tehnik kompres jahe dan massage bagi pasien yang
mengalami osteoartritis.
117
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, A. 2010. Pengaruh Ekstrak Jahe (ZINGIBER OFFICINALE) Terhadap Tanda Dan
Gejala Osteoartritis Pada Pasien Rawat Jalan di puskesmas Pandan Wangi Kota
Malang. Program Magister Ilmu Keperawatan kekhususan KMB. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Depok.
Brunner dan Suddart. 2002. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Wolters Kluwer Health.
Carpenitto, Lynda Juall. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica
Ester, Edisi 8. EGC. Jakarta.
Darmawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan : Penerapan Konsep Dan Kerangka Kerja.
Gosyen Publishing. Yogyakarta.
Grzanna, etal. 2005. Ginger : an herbal medicinal product with broad anti-inflammatory
actions. Journal of Medicinal Food, 8(2), 125-32. 16 januari 2010. CINAHL Batabase.
Haghighi, M., Khalvat, A., Toliat, T., dan Jallaei, S. 2005. Comparing the Effects
of Ginger (Zingiber Officinale) Extract and Ibuprofen on Patients with Osteoarthritis.
Archives of Iranian medicine. Volume 8. No. 4: Hal 267-271.
Herdman, T.H. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification. John, Willey, inc.
USA terjemahan Sumarwati, M. Dan Subekti, N.B. 2012. EGC. Jakarta.
Izza, Syarifatul. 2014. Perbedaan Efektifitas Pemberian Kompres Air Hangat dan Pemberian
Kompres Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Sendi pada Lansiadi Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran.Skripsi. Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran, KabupatenSemarang.
Knee Osteoartritis Risk Factors. 2010. Data on knee osteoartritis risk factors published by
researchers at Harvard University. Clinical Trials Week. 15 Maret. Pg. 478. Proquest
Database.
Koentjoro, SL. 2010. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Derajat
Osteoartritis Lutut menurut Kellgren dan Lawrence. Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran. Fakultas Kedokteran UNDIP. Semarang.
Leach, MJ & Kumar, S. 2008. The Clinical Effectiveness Of Ginger (Zingiber Officinale) in
Adults with Osteoartritis. International Journal Of Evidence Based Health Center.
Lemone & Burke. 2010. Medical Surgical Nursing : Critical Thinking in Client Care. Third
Edition. Addison Wesley Nursing. California.
Masyhurrosyidi, Hadi. 2013. Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe terhadap Tingkat
Nyeri Subkutan dan Kronis Pada Lanjut Usia dengan Osteoartritis lutut di Puskesmas
Arjuna Kecamatan Klojen Malang Jawa Timur. Program Keperawatan Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal.
EGC. Jakarta.
Nurarif, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Jilid 2. MediAction. Yogyakarta.
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. EGC. Jakarta.
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi. 1999. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
Reni Yuli Aspiani. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Aplikasi NANDA, NIC,
dan NOC Jilid 1. CV Trans Info Media. Jakarta.
Rusnoto, dkk. 2015. Jurnal Pemberian Kompres Hangat Memakai Jahe terhadap Nyeri Pada
Pasien Yang Terkena Asam Urat Di Desa Kedungwungu Kecamatan Tegowanu
Kabupaten Grobogan. Program Studi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus.
Kudus.
Sarafino, EP. 2006. Health Pshycology Byopsichosocial Interactions. Fifth Edition. John
Wiey & Sons Inc. USA.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Stanley, M, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC. Jakarta.
Sisi Maryam, S dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba. Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Diagnosa NANDA,
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Buku Kedokteran. ECG. Jakarta.
Yuliastari Aminurul. 2012. Pengaruh Kompres Panas dengan Kompres Dingin Terhadap
Pengurangan Nyeri pada Osteoarthritis Sendi Lutut. Naskah Publikasi. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universiats Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.