Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Energi merupakan bahan baku yang sangat penting peranannya dalam menunjang
kehidupan masyarakat. Dewasa ini tingkat pemakaian bahan bakar minyak semakin
meningkat dari waktu ke waktu, sedangkan ketersedian sumber bahan bakar minyak bumi di
alam semakin menipis, hal ini disebabkan karena jumlah populasi penduduk yang semakin
meningkat, sehingga mengakibatkan peningkatan terhadap penggunaan energi. Pada saat ini
sumber energi yang masih banyak digunakan dikalangan masyarakat masih didominasi oleh
bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, batubara, dan gas-gas alam yang tidak dapat
diperbaharui. Dengan konsumsi energi yang terus menerus meningkat, sedangkan cadangan
bahan bakar fosil yang semakin menipis, maka suatu saat akan mengakibatkan kelangkaan
sumber energi, sehingga diperlukan energi alternative baru yang mampu mencukupi atau
paling tidak mampu untuk menghemat penggunaan energi dari bahan bakar fosil, sehingga
tidak mengakibatkan terjadinya kelangkaan energi. Salah satu energi alternative yang mampu
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari
rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin
diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Biodiesel
bersifat biodegradable, hampir tidak mengandung sulfur, dan bahan bakar terbarukan,
meskipun masih diproduksi dengan jalan yang tidak ramah lingkungan. Biodiesel sebagian
besar dibuat dari proses transesterifikasi sumber daya yang dapat dimakan, seperti lemak
hewan, minyak sayur, dan bahkan limbah minyak goreng, dengan proses katalis kondisi basa.
Namun, konsumsi tinggi katalis, pembentukan sabun, dan rendahnya hasil panen membuat
biodisel saat ini lebih mahal daripada bahan bakar yang diturunkan dari minyak bumi. Oleh
karena itulah dilakukan penelitian tentang pembuatan biodisel dengan menggunakan katalis
Potensi limbah cangkang telur ayam yang manfaat dan kegunannya belum dieksplotasi
secara optimal dapat dijadikan alternative dalam proses pembuatan biodiesel. Rendahnya
pemamfaatan cangkang telur ayam dalam bidang pangan disebabkan karena kurangnya minat
masyarakat dalam pengolahannya. Limbah cangkang telur ayam memenuhi kriteria serta
memiliki beberapa keuntungan sebagai bahan baku pembuatan biodisel. Adapun keuntungan
penggunaan cangkang telur ayam dalam prose pembuatan biodisel antara lain ialah:
Cangkang telur memiliki kandungan CaCO3 (kalsium karbonat) sebanyak 94%, MgCO3
(magnesium karbonat) sebanyak 1%, Ca3(PO4)2 (kalsium fosfat) sebanyak 1% dan bahan-
bahan organik sebanyak 4% (Stadelman, 2000 ). Komponen utama dari cangkang telur yakni
CaCO3 dapat diubah menjadi CaO melalui proses kalsinasi. Oleh karena itu dapat diharapkan
bahwa kulit telur dapat digunakan sebagai sumber CaO yang mempunyai kemurnian tinggi
sehingga mampu berperan sebagai katalis. Katalis CaO merupakan katalis heterogen dan
bersifat basa.
Kelapa sawit dipilih sebagai alternatif untuk diesel karena mampu mengurangi emisi
bersih karbon dioksida yang merupakan penyumbang utama pemanasan global. Upaya
pengembangan biodiesel mendesak dilakukan antara lain untuk mengurangi konsumsi solar
dan juga dapat mengurangi beban masyarakat akibat mahalnya harga solar serta pasokan
yang tidak menentu. Selain itu juga penggunaan biodiesel berfungsi untuk mengurangi polusi
CO2 dari hasil pembakaran fosil. Pembuatan biodiesel selama ini lebih banyak menggunakan
katalis homogen, seperti asam (H2SO4) dan basa (larutan NaOH atau KOH). Namun
penggunaan katalis tersebut memiliki kelemahan yaitu pemisahan katalis dari produknya
cukup rumit. Selain itu, katalis homogen dapat bereaksi dengan asam lemak bebas (ALB)
membentuk sabun sehingga akan mempersulit pemurnian, menurunkan yield biodiesel serta
pengembangan yaitu mengganti katalis dengan katalis basa heterogen seperti katalis CaO
yang berasal dari cangkang telur ayam. Katalis CaO yang berasal dari cangkang telur akan
mengurangi biaya operasional, dan dapat mengurangi dampak negatif bagi lingkungan.
Adapun kajian yang dilakukan yaitu mengaplikasikan katalis CaO superbasa yang dihasilkan
terhadap pembuatan biodiesel dengan bahan baku minyak kelapa sawit dan reaktannya
metanol, mengetahui pengaruh variasi katalis CaO superbasa dan perbandingan rasio mol
biodiesel dengan bahan baku minyak kelapa sawit dan reaktannya methanol?
2. Bagaimana pengaruh variasi katalis CaO superbasa dan perbandingan rasio mol minyak
biodiesel dengan bahan baku minyak kelapa sawit dan reaktannya methanol.
2. Mengetahui pengaruh variasi katalis CaO superbasa dan perbandingan rasio mol minyak
1. Bagi pemerintah, bias menghemat penggunaan bahan bakar fosil yang sudah mulai
2. Bagi masyarakat, bias mengetahui manfaat dan kegunaan biji kluwih sebagai bahan bakar
3. Bagi mahasiswa, bisa mengetahui kajian tentang kadar bioetanol yang dihasilkan,
pengaruh variasi jumlah ragi dan waktu fermentasi dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan buah kapuk sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, dimana minyak dari biji
buah kapuk terdapat asam lemak tidak jenuh sebanyak 71,95% yang membuah minyak dari
biji buah kapuk mudah berbau tengik, sehingga perlu dilakukan proses konversi menjadi
metal ester menggunakan proses esterifikasi dan transesterifikasi. Pada proses esterifikasi biji
buah kapuk direaksikan bersama methanol dengan bantuan katalis KOH, dengan variasi
volume sebanyak 70 ml, 80 ml, 90 ml, 100 ml dan 110 ml. pada proses transesterifikasi
dilakukan dengan menambahkan methanol dengan variasi volume sebanyak 50 ml, 40 ml, 30
ml, 20 ml dan 10 ml. kedua proses tersebut menggunakan variasi suhu sebesar 40°C, 50°C,
60°C, 70°C dan 80°C serta untuk variasi waktu sebesar 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75
menit dan 90 menit. Dari percobaan yang telat dilakukan pada proses esterifikasi diperoleh
hasil konversi tertinggi biodisel sebesar 93,95% menggunakan methanol sebanyak 110 ml
pada suhu 80°C selama 90 menit. Sedangkan pada aproses trasesterifikasi diperoleh hasil
suhu 30°C selama 90 menit. Dan sudah memenuhi sfesifikasi biodiesel menurut SNI-04-
7182-2006 konversi minimum biodiesel yang dihasilkan adalah minimum sebesar 96,5%.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan, prose esterifikasi dan transesterifikasi minyak biji
kapok randu mampu menghasilkan biodiesel, bahwa semakin besar suhu reaksi maka
L) yang diteliti oleh Tasik Sinta (2016), dengan menggunakan katalis Cao dari kulit telur
ayam. Katalis CaO dapat dibuat melalui proses kalsinasi CaCO3, dimana satu sumber
CaCO3 yang mudah diperoleh disekitar kita adalah kulit telur. Kulit telur memiliki
sebanyak 1%, Ca3(PO4)2 (kalsium fosfat) sebanyak 1% dan bahan-bahan organik sebanyak
4%. Proses transesterifikasi dilakukan dengan menggunakan variasi suhu yaitu 30oC, 40oC,
50oC, 60oC dan 70oC. Kemudian di refluks selama 2 jam. Selanjutnya dicuci hingga Ph 7.
Berikutnya biodiesel disaring menggunakan kertas saring yang sudah diberi Na2SO4
anhidrat didalamnya agar dapat menarik air yang kemungkinan masih tersisa pada biodiesel.
Hasil uji pada reaksi transesterifikasi minyak jerami padi (Oryza sativa L.) untuk
menghasilkan metil ester (biodiesel) dengan menggunakan katalis CaO, maka suhu yang
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh zuhra (2015), biodiesel dapat dibuat
dengan menggunakan bantuan katalis dari abu kulit kerang. Dimana katalis dari abu kulit
kerang termasuk kedalam golongan katalis padat, yang dapat dengan mudah untuk
dipisahkan dari campuran reaksi secara filtrasi. Katalis ini juga rendah korosi dan lebih
ramah lingkungan dibandingkan katalis homogen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas penggunaan abu kulit kerang yang mengandung CaO (kalsium
oksida) sebagai katalis heterogen terhadap rendemen biodiesel dengan menggunakan bahan
baku dari minyak buah nyamplung. Dimana katalis disiapkan dengan metode kalsinasi
sederhana pada temperatur: 600, 700, 900°C, dan tanpa kalsinasi. Setelah kalsinasi, katalis
dikarakterisasi dengan metode X-ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscopy
reaktor berpengaduk menggunakan katalis padat dari kulit kerang. Dari pola XRD
mengindikasikan bahwa CaCO3 terkonversi dari kulit kerang sempurna menjadi CaO ketika
kulit kerang dikalsinasi pada suhu 900°C. Hasil rekaman SEM diperoleh ukuran partikel
katalis setelah dipijar menjadi kecil. Aktivitas katalis tertinggi diperoleh pada penggunaan
abu kulit kerang yang dikalsinasi pada suhu 900°C. Rendemen metil ester tertinggi yang
Biodisel juga dapat dibuat dengan menggunakan bantuan dari katalis CaO yang
terdapat pada kulit telur ayam dan abu layang batubara, yang diteliti oleh Ekky Riza
Enggawati dan Ratna Ediati (2013). Menurut penelitian katalis dari hasil kalsinasi kulit telur
memiliki kandungan Ca paling tinggi (99,2%), dari pada cangkang moluska (Golden apple
snail – 99,0%, dan meretrix venus - 98,6%). Selain itu, luas permukaan aktif dan total
volume pori katalis hasil kalsinasi kulit telur juga lebih tinggi (SBET=1,1 m2/g, total volume
pori=0,005 cm3/g) dari pada cangkang moluska (Golden apple snail dengan SBET=0,9
m2/g, total volume pori=0,004 cm3/g, dan meretrix venus dengan SBET=0,5 m2/g, total
volume pori=0,002 cm3/g). Preparasi katalis CaO/abu layang dilakukan dengan metode
impregnasi basah. Katalis dipreparasi dengan empat macam variasi campuran, yang terdiri
dari 50% CaO/abu layang, 75% CaO/abu layang, 50% CaO/abu layang leaching, dan 75%
CaO/abu layang leaching. Selanjutnya campuran tersebut diaduk dalam sistem reflux
menggunakan pengaduk mekanik selama 4 jam pada suhu 70 °C dan pH 12,15. Setelah itu,
campuran didiamkan selama 24 jam dan didekantasi, sehingga didapatkan endapan. Endapan
tersebut dikeringkan dalam oven selama 20 jam pada suhu 100 °C, lalu dikalsinasi pada suhu
1000 °C selama 2 jam. Hasil optimal penggunaan katalis CaO dari kulit telur ayam yang
telah diproses secara kalsinasi terdapat pada suhu 1000°C. Hasil karakterisasi dengan SEM
dan FTIR menunjukkan bahwa CaO menempel pada permukaan abu layang, serta
membentuk ikatan Si-O-Ca dengan silika dari abu layang. Hasil uji katalis pada reaksi
kadar FAME paling besar dicapai oleh katalis 75CFAL, diikuti oleh katalis 75CFA,
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Risfidian Mohadi (2013), biodiesel dapat
dibuat dengan menggunakan bantuan katalis CaO yang bersumber dari tulang ayam. Tulang
ayam berpotensi karena mengandung Ca dalam bentukan garam kalsium dan fosfor,
terdeposit dalam jaringan matriks lunak yang terdiri dari bahan organik mengandung serat
kolagen dan gel mukopolisakarida. Konversi Ca menjadi CaO dilakukan melalui proses
dekomposisi termal kalsium karbonat (CaCO3) dari tulang ayam yang dipanaskan pada
temperatur tinggi selama 3 jam pada variasi temperatur 400°C, 500°C, 700°C, 800°C, 900°C,
1000°C dan 1100°C. temperatur minimal dekomposisi tulang ayam untuk mendapatkan
kalsium oksida adalah 700°C. Semakin tinggi temperatur dekomposisi yang digunakan akan
meningkatkan kristalinitas CaO dari tulang ayam yang ditunjukkan dengan pita runcing pada
data XRD, dengan pola difraksi CaO sesuai dengan standar dari data JCPDS. Karakterisasi
CaO hasil dekomposisi dengan XRD menunjukkan pola difraksi CaO pada temperatur
dekomposisi 1100°C mendekati difraksi CaO standar (JCPDS) yang memiliki nilai 2θ: 34,2º,
37,3º, 58,3º, 64,1º dan 67,3º dengan struktur kristalin. Pita serapan pada spectra FTIR Ca-O
dari tulang ayam terlihat pada daerah 354,90 cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi Ca-O
hasil dekomposisi, diperkuat dengan munculnya puncak pada gelombang 870 cm-1.
Kemudian persentase CaO di dalam sampel dikonfirmasi dengan data EDX yang
DASAR TEORI
3.1 Biodisel
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang dihasilkan dari reaksi
transesterifikasi antara minyak nabati atau lemak hewani yang mengandung trigliserida
dengan alkohol seperti metanol dan etanol. Reaksi transesterifikasi ini memerlukan katalis
basa kuat seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida sehingga menghasilkan senyawa
kimia baru yang disebut dengan metil ester (Lisa Adhani dkk, 2016). Biodiesel merupakan
bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari bahan terbarukan yang terdiri atas ester alkil dari
asam-asam lemak. Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, minyak hewani atau dari
minyak goreng bekas/daur ulang. Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar mesin diesel
yang ramah lingkungan dan dapat diperbarui (renewable). Biodiesel tersusun dari berbagai
macam ester asam lemak yang dapat diproduksi dari minyak tumbuhan maupun lemak
hewan. Minyak tumbuhan yang sering digunakan antara lain minyak sawit (palm oil),
minyak kelapa, minyak jarak pagar dan minyak biji kapok randu, sedangkan lemak hewani
seperti lemak babi, lemak ayam, lemak sapi, dan juga lemak yang berasal dari ikan
Cangkang telur memiliki kandungan CaCO3 (kalsium karbonat) sebanyak 94%, MgCO3
(magnesium karbonat) sebanyak 1%, Ca3(PO4)2 (kalsium fosfat) sebanyak 1% dan bahan-
bahan organik sebanyak 4% (Stadelman, 2000 ). Komponen utama dari cangkang telur yakni
CaCO3 dapat diubah menjadi CaO melalui proses kalsinasi. Oleh karena itu dapat diharapkan
bahwa kulit telur dapat digunakan sebagai sumber CaO yang mempunyai kemurnian tinggi
sehingga mampu berperan sebagai katalis. Katalis CaO merupakan katalis heterogen dan
bersifat basa (Mahreni, 2011). Penggunaan katalis CaO dari cangkang telur ayam terlebih
dahulu dilakukan kalsinasi untuk mendapatkan katalis CaO yang baik. Kalsinasi merupakan
proses menghilangkan senyawa CO2 yang terdapat di dalam telur ayam sehingga membentuk
Penggunaan katalis basa padat heterogen seperti kalsium oksida (CaO) dapat dijadikan
alternatif pengganti katalis homogen. CaO paling banyak digunakan untuk proses
transesterifikasi karena harganya yang murah, kelarutan yang rendah dalam metanol,
dan kebasaan yang tinggi sehingga dapat menghasilkan yield ester yang tinggi (Marinkovic
dkk, 2016). Namun, CaO mudah bereaksi dengan CO2 dan H2O pada kondisi lingkungan
serta laju reaksinya lebih lama dibandingkan dengan katalis homogen. Selain itu, jika CaO
digunakan secara langsung sebagai katalis pada proses transesterifikasi, ion oksigen pada
permukaan CaO akan membentuk ikatan hidrogen dengan metanol atau gliserin yang
menyebabkan viskositas gliserin meningkat dan membentuk suspensi dengan CaO sehingga
katalis serta gliserin sulit untuk dipisahkan dari produk. Karakterisitik dan performa katalis
CaO dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu jumlah katalis CaO yang
diimpregnasi ke dalam support, waktu dan temperatur kalsinasi katalis serta kebasaan katalis
bercabang dari minyak nabati dan lemak menjadi molekul yang lebih kecil, molekul rantai
lurus, dan hampir sama dengan molekul dalam bahan bakar diesel. Minyak nabati atau lemak
hewani bereaksi dengan alkohol (biasanya metanol) dengan bantuan katalis (biasanya basa)
yang menghasilkan alkil ester (atau untuk metanol, metil ester) (Knothe et al., 2005). Tidak
seperti esterifikasi yang mengkonversi asam lemak bebas menjadi ester, pada
transesterifikasi yang terjadi adalah mengubah trigliserida menjadi ester. Perbedaan antara
transesterifikasi dan esterifikasi menjadi sangat penting ketika memilih bahan baku dan
bagaimanapun hanya dikatalisis oleh asam. Pada transesterifikasi, reaksi saponifikasi yang
tidak diinginkan bisa terjadi jika bahan baku mengandung asam lemak bebas yang
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain yaitu adalah pipet tetes,
blender, gelas ukur, indikator PP, batang pengaduk, hot plate, gelas beaker, autoclave,
4.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain yaitu adalah minyak
kelapa sawit, methanol, etanol, NaOH, asam sulfat, CaO dari cangkang telur ayam,
diphenylamine.
Menyiapkan cangkang telur ayam yang diambil dari desa sei Awan Kiri, Kabupaten
Menimbang cangkang telur ayam sebanyak 1000 gram, mencuci dengan air
sampai bersih dan mengeringkannya didalam oven pada suhu 110 selama 24 jam.
Selanjutnya menghancurkan kulit telur hingga menjadi bubuk dan mengayak dengan
ayakan -200+325 mesh. Kemudian bubuk cangkang telur dikalsinasi pada suhu 950
selama 2 jam. Hasil kalsinasi selanjutnya disimpan di dalam desikator untuk menjaga
Sebanyak 3,5 gram CaO dari hasil kalsinasi pertama direndam disertai
menggunakan kertas saring wacthman no. 42. Padatan yang tertahan lalu dikeringkan
pada suhu 110 selama 24 jam atau massanya telah mencapai konstan. Padatan yang
telah kering kemudian dikalsinasi pada suhu 900 selama 1,5 jam. Katalis yang telah
menambahkan 50 ml etanol 95% yang telah dinetralkan dengan 0,1 N NaOH dengan
Menimbang minyak kelapa sawit sebanyak 500 gram dan memanaskan sampai
suhu mencapai 60°C. Mencampurkan sampel dengan methanol sebanyak 100 gram dan
Memasukkan katalis CaO superbasa dan metanol ke dalam labu destilat 1000 ml.
Merefluks campuran selama kurang lebih 2,5 jam. Kemudian didinginkan dan
memisahkan katalis CaO superbasa. Memasukkan campuran ke dalam corong pisah dan
menyimpan pada suhu kamar selama 1 jam kemudian memisahkan antara lapisan atas
dan lapisan bawahnya. Mencuci lapisan bawah dengan air bersuhu ± 80°C. Selanjutnya
menguapkan kandungan air yang terdapat pada biodiesel pada suhu 105°C.
yang terkandung dalam sampel cangkang telur ayam ras sebelum dan setelah kalsinasi
pada tempratur 950°C. Uji Scanning Electron Microscopy (SEM) bertujuan untuk
mengetahui struktur tiga dimensi dari katalis yang dihasilkan dengan pembesaran 3000
kali, 5000 kali, 7500 kali dan 10000 kali. Uji EDS bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi CaO yang terdapat katalis yang dihasilkan dari kalsinasi cangkang telur.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel Anggara dan Chairul Saleh, 2013, Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Biji
Kapok Dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi. Jurnal Teknologi Kimia dan
Ekky Riza Enggawati dan Ratna Ediati, 2013, Pemanfaatan Kulit Telur Ayam Dan
Abu Layang Batubara Sebagai Katalis Heterogen Untuk Reaksi Transesterifikasi Minyak
Nyamplung (Calophyllum Inophyllum Linn), Jurnal Sains Dan Seni Pomits, Vol. 2, No.1
Fadlillahi Hafiz, Zuchra Helwani1 dan Edy Saputra, 2017, Sintesis Katalis Basa Padat
Nanomagnetik Cao atau Serbuk Besi Untuk Reaksi Transesterifikasi Minyak Sawit Off
Lisa Adhani, Isalmi Aziz, Siti Nurbayti dan Cristie Odi Oktaviana, 2016, Pembuatan
Biodiesel Dengan Cara Adsorpsi Dan Transesterifikasi Dari Minyak Goreng Bekas, Jurnal
Risfidian Mohadi, Aldes Lesbani dan Yosine Susie, 2013, Preparasi Dan
Karakterisasi Kalsium Oksida (Cao) Dari Tulang Ayam, Jurnal Teknik Kimia, Vol. 6, No.2
Syahrial Efendi, Farida Hanum Hamzah, dan Akhyar Ali, 2018, Konsentrasi Katalis
Cao Dari Cangkang Telur Ayam Pada Proses Transesterifikasi Biodiesel Minyak Biji Pangi,
Pada Minyak Jerami Padi (Oryza Sativa L.) Menjadi Biodiesel Dengan Menggunakan Katalis
Cao Dari Kulit Telur Ayam, Jurnal Kimia Mulawarman, Vol. 14, No. 1
Zuhra, Husni Husin, Fikri Hasfita dan Wahyu Rinaldi, 2015, Preparasi Katalis Abu