Oleh :
Oleh :
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
karya ilmiah akhir ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan
dan keyakinan penulis, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk, saya
nyatakan dengan benar. Bila ditemukan adanya plagiasi, maka saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes
Rochmatun Nikhmah
NIM 1730074
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 1730074
Dr.Ramelan Surabaya
menyetujui laporan karya ilmiah akhir ini guna memenuhi sebagian persyaratan
NERS (Ns.)
Surabaya, 2018
Pembimbing
Mengetahui,
Stikes Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi Pendidikan Profesi Ners
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya Ilmiah Akhir ini disusun
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program Pendidikan Profesi Ners.
bukan hanya karena kemampuan penulis saja, tetapi banyak bantuan dari pihak
kepada :
1. Laksamana Pertama TNI dr. I Dewa Gede Nalendra DI, Sp. B., Sp. BTKV.,
iv
5. Bapak Budi Kartono.,S.Kep.,Ns selaku Pembimbing ruangan yang dengan
6. Bapak dan Ibu Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan makna
dalam penyempurnaan penulisan Karya Ilmiah Akhir ini, juga kepada seluruh
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik yang
Karya Ilmiah Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
3.1.1 Identitas ..........................................................................................................52
3.1.2 Riwayat Sakit dan Kesehatan ........................................................................52
3.1.3 Pemeriksaan Fisik ..........................................................................................55
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................59
3.1.5 Terapi Medis ..................................................................................................59
3.2 Diagnosis Keperawatan ..................................................................................60
3.3 Prioritas Masalah Keperawatan .....................................................................61
3.4 Rencana Keperawatan ...................................................................................62
3.5 Tindakan Keperawatan dan Catatan Perkembangan .....................................65
vii
DAFTAR TABEL
Pneumonia ..................................................................................... 57
Tabel 3.3 Terapi obat Tn. D tanggal 16 Juli 2018 dengan diagnosis medis DM
Hiperglikemi + Pneumonia............................................................ 63
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
glukosa dalam darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan salah satu
tanda khas penyakit diabetes mellitus (DM), meskipun juga mungkin didapatkan
pada beberapa keadaan yang lain. Kadar glukosa darah yang tinggi meningkatkan
kerentanan atau memperburuk infeksi. Kadar glukosa yang tidak terkendali perlu
segera diturunkan, antara lain dengan menggunakan insulin, dan setelah infeksi
teratasi dapat diberikan kembali pengobatan seperti semula. Infeksi yang sering
terjadi pada diabetes melitus seperti Tuberkulosis, Infeksi saluran kemih, Infeksi
8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Sedangkan
penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta
pada tahun 2035. Menurut laporan Riskesdas tahun 2013, provinsi Jawa Timur
melitus terbesar 2,1% (Riskesdas 2013). Berdasarkan data yang didapat dari dinas
pada pasien rawat jalan di rumah sakit tipe B diabetes melitus merupakan
penyakit terbanyak nomor dua setelah hipertensi yakni sebanyak 102.399 kasus.
1
2
melakukaan pencatatan mulai bulan April 2018 hingga bulan Juni 2018
didapatkan pasien dengan prevalensi mencapai angka 14,04% dari 242 pasien
ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
paru seperti penyumbatan saluran nafas oleh mukus dan proses inflamasi
terhadap penderita diabetes melitus tipe II agar selalu menjaga pola makan dan
pola hidup sehat. Dengan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian guna
Mengetahui lebih lanjut dari dalam perawatan penyakit ini maka penulis
Ramelan Surabaya.
Surabaya.
Surabaya.
Surabaya.
4
Surabaya.
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
manfaat :
1. Secara Teoritis
khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan dirumah
b. Bagi penulis
Hasil penulisan ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulisan
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat sebagai tambahan ilmu bagi profesi
Surabaya.
1. Metode
Studi kasus yaitu metode yang memusatkan perhatian pada satu obyek
tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam
a. Wawancara
b. Observasi
reaksi, respon pasien dan keluarga pasien sangat diterima kehadiran saya
dengan baik.
c. Pemeriksaan
selanjutnya.
3. Sumber data
a. Data primer
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang
c. Studi kepustakaan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam memahami dan mempelajari
studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
2. Bagian inti terdiri, dari lima bab, yang masing – masing bab terdiri dari
diabetes melitus.
BAB 4 : Pembahasan kasus yang ditemukan yang berisi data, teori dan
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diulas mengenai anatomi fisiologi paru-paru, konsep
yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak
dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
(Sylvia A.price). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang
aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
Kusuma, 2016).
(rongga hidung, sinus paranasalis, dan faring) dan saluran pernpasan bawah
7
8
atrium kiri), paru (paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru kiri terdiri dri 2
a. Rongga Hidung
oleh mukosa serta sel epitel batang, bersilia, dan berlapis semu.
(Nurachmah, 2011)
b. Sinus Paranasalis
c. Faring
esophagus dan batas tulang rawan krikoid. Faring terdiri dari tiga
d. Nasofaring
e. Orofaring
f. Laringofaring
a. Laring
b. Trachea
c. Bronchus
Pada bronchioli tak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkioli
(Nurachmah, 2011).
12
d. Alveoli
dewasa pada usia 8 tahun, yakni 300 juta alveoli. Setiap unit
e. Paru – paru
sifatnya lunak, elastis, sifatnya ringan dan terapung dalam air serta
karena adanya partikel debu yang masuk dan dimakan oleh fagosit.
Hal ini terlihat nyata pada paru pekerja tambang. Paru-paru terletak
dalam mediastinum.
kiri. Paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus superior, medius
dan inferior. Paru kiri terdiri dari 2 lobus yaitu, superior dan
inferior.
1. Ventilasi Pulmonal
yang masuk kedalam jala napas. Dari jumlah ini, sekitar 150 mL
udara tersebut dinamakan udara ruang rugi (dead space air) 350 mL
alveoli sekitar 4,2 L per menit (350mL x 12). Kendati tidak turut
mukous dari kedua sumber tersebut. Serabut saraf ini bekerja lewat
neurotransmiternya.
2. Ventilasi alveolar
udara yang tertinggal didalam jalan napas atas dan tidak turut serta
dalam peetukaran gas (ruang rugi anatomik VD) serta hanya sekitar
350 mL udara yang mencapai alveoli paru dan turut serta dalam
pertukaran gas.
3. Transportasi Gas
a. Transportasi Oksigen
2) Terikat dengan Hb
dengan jumlah yang jauh lebih besar akan diangkut dalam keadaan
Aureginosa dan Enterobacter. Dan pada masa kini terjadi karena perubahan
1. Pneumonia komunitas
2. Pneumonia Nosokomial
obat.
3. Pneumonia Aspirasi
lambung. Edema paru dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit yang
beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Pada tingkat lanjut, aliran darah
Secara perlahan, sel darah merah yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari
kimia akibat aspirasi bahan toksik. Penyakit juga bisa disebabkan oleh aspirasi
cairan inert, misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru, dan
nasofaring, scleroderma).
21
jumlah bahan aspirasi, hyiegene gigi yang tidak baik dan gangguan
Luas dan beratnya kondisi pasien sering tergantung pada voluma dan
obstruksi akibat dari aspirasi atau cairan yang masuk kesaluran napas. Namun
pada pasien dengan gangguan kesadaran atau pasien dengan gangguan reflek
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan
infeksi ringan.
meninges. Kepala nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher adanya tanda
kernig dan bridzinski, dan kan berkurang pada saat suhu turun
22
yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit,
4. Muntah, pada anak kecil mudah sekali mengalami muntah sebagai tanda
infeksi pernapasan
sedikit rinorea atau bahkan kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau
tahap infeksi
2.1.6 Penatalaksanaan
Pada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik
per oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita
dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya,
harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan
oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
pemberian.
5. Untuk pneumonia hospital based : sefatoksim 100 mg/ kg BB/ hari dalam
Menurut Price & Wilson, (2006) dalam Ernawati (2013) diabetes mellitus
yaitu:
a. Faktor genetik
7) DNA Mitokondria
8) dan lain-lain
lainnya
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu berkurangnya pemakaian
abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah dan
akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan tubuh (Brunner & Suddarth,
2013).
kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada
26
glukosa darah sebesar 160-180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena
fosfat. Poliuri dapat menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsia. Efek yang
lain yakni mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang
serta rasa lapar semakin besar (polifagia) (Lyndon, 2009). Akibat yang lain
yang dapat terjadi adalah kekurangan energi sehingga menjadi cepat lelah dan
mengantuk yang disebabkan oleh kurangnya atau hilangnya protein tubuh dan
(Price, 2009)
insulin price & wilson (2006) dalam Nurarif dan Kusuma (2016)
(polidipsia)
DM yaitu:
1. Edukasi
4. Intervensi Farmakologis
jumlah reseptor insulin pada otot dan sel lemak, meningkatkan efisiensi
sel otot dan jaringan lemak serta penurunan produksi glukosa oleh hati.
2011).
b. Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau
(Soewondo, 2009).
29
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
b. Hiperglikemia
Fenomena fajar adalah kenaikan glukosa darah antara jam 4 pagi dan
b. Ketoasidosis Diabetik
c. HHNK
2. Komplikasi Kronis
a. Komplikasi Makrovaskuler
gula darah yang buruk dalam waktu yang lama yang disertai dengan
pasien non DM, namun pasien DM memilki kemungkinan dua kali lipat
hingga tiga kali lipat dibandingkan pasien non-DM. hal ini disebabkan
dan kaludikasio intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan).
b. Komplikasi Mikrovaskuler
1) Retinopati Diabetik
c). Nefropati
ditandai dengan albuminuria menetap (> 300 mg/24 jam) pada minimal
2009).
d) Neuropati Diabetes
bergantung pada tahap ini (Somantri, 2012). Tahap ini terbagi atas:
1. Pengambilan data
a. Identitas Pasien
40x lebih sering dalam merokok. Pada kasus pneumonia aspirasi (PA)
b. Keluhan Utama
f. Riwayat Psikososial
dialaminya.
3. Pemeriksaan Fisik
setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care
a. Gambaran Umum
b. Breath
disertai bunyi resonansi atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi
melemah dan bunyi npas tambhan atau ronkhi basah pada sisi yang
sakit.
c. Blood
penyerta lain).
37
4) Auskultasi :tekanan darah biasanya pada rentang normal dan tidak ada
d. Brain
e. Bladder
oliguria, karena hal paling sulit ditangani dan merupakan tanda awal
dari shock.
f. Bowel
g. Bone
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboraturium
b. Pemeriksaan Radiologis :
dijumpai pada pasien pneumonia yang terpasang ventilator adalah sebagai berikut:
sekret
mengeluarkan sekresi. Lalu catat kental (efek infeksi dan hidrasi yang
karakter dan volume sputum. tidak adekuat).
3 Pantau tanda-tanda vital Perubahan Tanda-tanda vital terutama
pada karakteristik napas menunjukan
adanya distrees pernapasan.
4 Berikan posisi semi/fowler tinggi Posisi fowler memaksimalkan
dan bantu pasien latihan napas ekspansi paru dan menurunkan upaya
dalam dan batuk efektif. bernapas. Ventilasi maksimal
membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret kejalan
napas besar untuk dikeluarkan.
Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami sesak nafas, BGA (Blood Gas
sianosis.
40
No Intervensi Rasional
1 Lakukan pengkajian Pneumonia mengakibatkan efek
karakteristik nafas (bunyi nafas, luas pada paru, bermula dari
frekuensi pernafasan), bagian kecil bronkhopenia sampai
peningkatan upaya pernapasan, inflamasi difus yang luas, nekrosis,
ekspansi thoraks, dan efusi pleura, dan fibrosis yang luas.
kelemahan. Efeknya terhadap pernapasan
bervariasi dari gejala ringan,
dispnea berat,
2 Pantau tanda-tanda vital Perubahan Tanda-tanda vital
terutama pada karakteristik napas
menunjukan adanya distrees
pernapasan.
3 Pantau perubahan tingkat Akumulasi sekret dan
kesadaran, kaji adanya sianosis berkurangnya jaringan paru yang
dan perubahan warna kulit sehat dapat mengganggu
oksigenasi organ vital dan jaringan
tubuh.
4 Tingkatkan tirah baring, batasi Menurunkan konsumsi oksigen
aktivitas, dan bantu kebutuhan selama priode penurunan
perawatan diri sehari – hari pernapasan dan dapat menurunkan
sesuai keadaan pasien. beratnya gejala.
5 Pemberian oksigen sesuai Terapi oksigen dapat mengoreksi
kebutuhan tambahan. hipoksemia yang terjadi akibat
penurunan ventilasi/ menurunnya
permukaan alveolar paru.
6 Kolaborasi pemberian antibiotik Pengobatan antibiotik yang ideal
dan analgesik sesuai indikasi. berdasarkan pada tes uji resistensi
bakteri terhadap jenis antibiotik
kebutuhan oksigen
tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus
keperawatan mempunyai lima tahap yaitu, mengkaji ulang pasien, menelaah dan
difokuskan difokuskan hanya pada satu dimensi atau sistem. Setiap kali perawat
keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status pasien
dimodifikasi.
status kesehatan terbaru pasien. Data baru yang dimasukkan dalam rencana
relevan dihapuskan, dan diagnosa keperawatan yang baru ditambahkan dan diberi
maka prioritas, tujuan dan hasil yang diharapkan juga harus direvisi. Tanggal
diagnosa keperawatan yang baru dan tujuan pasien yang baru. Revisi ini
mencerminkan status pasien saat ini. Selain itu, implemenasi yang direvisi dapat
keperawatan. Jika respons pasien tidak konsisten dengan hasil yang diharapkan,
medikasi baru atau mengharapkan prosedur baru. Informasi ini dapat diperoleh
dari buku prosedur atau panduan rumah sakit, anggota tim perawatan kesehatan
metoda ini lebih dibutuhkan dari metoda lainnya untuk mempunyai pengetahuan
dan anggota tim perawatan kesehatan lain. Perhatian dan rasa saling percaya
pasien. Perawat juga harus sensitif pada respon emosional pasien terhadap
respons pasien terhadap pengobatan dicatatkan pada lembar catatan yang sesuai.
satu perawat ke perawat lainnya atau dari tenaga perawat professional lainnya.
dikomunikasikan secara verbal, bahasa yang digunakan harus jelas, ringkas, dan
tidak terbelit-belit.
lainnya mencangkup supervise dan evaluasi dari anggota tim perawatan kesehatan
2. Konseling
menerima perubahan aktual atau yang akan terjadi yang diakibatkan oleh stres.
3. Penyuluhan
prinsip, prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatan kesehatan untuk pasien
diberikan.
49
keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
Tahap evaluasi ini terdiri atas dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Evaluasi proses dilakukan selam proses perawatan berlangsung atau menilai
respons pasien, sedangkan evaluasi hasil dilakukan atas target tujuan yang
1. Evaluasi Formatif
segera.
2. Evaluasi Sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada
Disamping itu, evaluasi juga menjadi alat ukur atas tujuan yang mempunyai
kriteria tertentu untuk membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai, atau
tercapai sebagian.
a. Tujuan tercapai.
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara
Partial oclusi
Hipoksemia
TINJAUAN KASUS
Penulis mengamati mulai tanggal 16 Juli 2018 sampai dengan 18 Juli 2018
dengan data pengkajian pada tanggal 16 Juli 2018 p ukul 11.00 WIB untuk
kasus Anamnesa di peroleh dari pasien, keluarga pasien dan rekam medis
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
bahasa yang sering digunakan adalah bahasa jawa, pasien sudah menikah.
biaya rumah sakit pasien dengan menggunakan BPJS. Pasien MRS tanggal
1. Keluhan utama
batuk ± 2 bulan
52
IGD pasien dilakukan pemasangan IV line plug pada tangan kanan,
pengkajian pukul 11.00 didapatkan hasil keluhan nyeri dada (P: saat batuk,
badan terasa sakit semua, dan lemas. GCS 456, TD: 130/80 mmHg, nadi:
95 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 36 0C, SPO2 : 96%, ews: 2, GDA : 386
mg/dl.
DM dan TB
5. Genogram
perempuan, 1 laki-laki .
6. Riwayat alergi
x/menit, suhu: 36°C, RR: 20 x/menit, SPO2 : 96% tinggi badan 170 cm dan
a. Inspeksi : Bentuk dada normochest, dada kanan dan dada kiri simetris,
keseimbangan gerak nafas dada dan perut simetris bentuk dada normal
ada sianosis, tidak ada retraksi dada, tidak ada fail chest, tidak ada
kanan.
a. Inspeksi: dada kanan dan dada kiri simteris dan tampak denyutan ictus
c. Perkusi: pekak
spontan, orientasi pasien penuh, respon motorik pasien baik), tidak ada
kejang. Refleks fisiologi : bisep +/+, trisep +/+, patella +/+, Refleks
patologis : babinski -/-, kaku kuduk -/-, chaddock -/-, kernik -/, laseque -/-,
membedakan antara bau makanan dan obat, Nervus cranial II pasien dapat
melihat lapang pandang secara normal, Nervus cranial III pasien mampu
Nervus cranial VII otot wajah pasien simetris tidak ada masalah, Nervus
menelan dengan baik, Nervus cranial XI bahu pasien simetris tidak ada.
masalah, Nervus cranial XII pasien dapat membedakan rasa pahit dan
manis.
terdapat distensi urin pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan, eliminasi
urin SMRS frekuensi 5-6x/hari, eliminasi urin pada saat MRS 8-9x/hari,
Mukosa bibir kering, gigi bersih, faring tidak ada peradangan, tidak ada
gangguan menelan, porsi makan habis 1 porsi 3 kali sehari saat SMRS,
saat MRS makan habis 1 porsi 3 kali sehari, diit B1 1700 kal. Tidak
terdapat nyeri tekan pada perut. Frekuensi bab saat sebelum masuk rumah
ada. Frekuensi bab setelah masuk rumah sakit 2 hari sekali, warna kuning
kecoklatan, keluhan tidak ada. Abdomen simetris, tidak ada asites. Tidak
Keadaan umum lemah, tidak terdapat fraktur, dan turgor kulit elastis,
3. Melawan gravitasi
5. Normal
Memasak 1
Pemeliharaan rumah 1
pasien mandi 2 kali sehari, pasien belum keramas selama masuk rumah
penyakitnya dan pasien berharap agar dapat bisa sembuh dan segera
pulang”
Konsep diri :
pulang.
penyakitnya.
anaknya.
1. Laboratorium
3. EKG 15/07/2018
Sinus Rhytem
3.1.5 Terapi
Tabel 3.3 Terapi obat Tn. D tanggal 16 Juli 2018 dengan diagnosis medis
DM Hiperglikemi + Pneumonia
Tgl. Terapi Obat Dosis Indikasi
saluran napas,
infeksi saluran
kemih, peritonitis,
kolangitis, infeksi
intra abdominal.
16/072018 Infus Futrolit 500 ml/ Untuk penderita
terjadi peningkatan
mellitus.
meringankan batuk
P.O kekurangan
neurotropik,
suplemen pada
pasien dengan
keluhan lemas,
IV untuk mengobati
infeksi bakteri
seperti infeksi
pneumonia, sinisitis
3.2 Diagnosis Keperawatan
3.2.1 Analisis Data
2. DS : Gangguan Ketidakstabilan
Pasien mengatakan lemas. toleransi gula kadar glukosa darah
darah
DO :
- GDA : 386 mg/dl
- Sering berkemih 8-9x/hari
- mulut kering
R
1. Bersihan jalan nafas tidak 16-07-2018 18-07-2018
efektif berhubungan dengan
proses infeksi
R
2. Nyeri akut berhubungan 16-07-2018 18-07-2018
dengan Agen Cedera
fisiologis
R
3. Ketidakstabilan kadar 16-07-2018 18-07-2018
glukosa darah berhubungan
dengan Gangguan toleransi
gula darah
3.4 Rencana Keperawatan
Tabel 3.6 Rencana Keperawatan Tn. D dengan diagnosis medis DM Hiperglikemi + Pneumonia
63
membantu mencairkan
sekresi yang kental.
7. Untuk mengeluarkan
dahak
8. Antibiotik Untuk
mengatasi pneumonia,
Tropidryl untuk
ekspectoran, kultur
sputum untuk
mengetahui adanya
kuman TB
64
farmakalogis pemberian obat neurodex 1x1 tab pegal-pegal otot klien.
65
3.5 Tindakan Keperawatan Dan Catatan Perkembangan
Tabel 3.7 Tindakan Keperawatan Dan Catatan Perkembangan Tn. D dengan diagnosis medis DM Hiperglikemi + Pneumonia
Senin Senin Dx 1
16/07/18 16/07/18 S : Pasien mengatakan masih batuk
1,2 11.00 Mengobservasi TTV 14.00 O:
TD : 130/80 mmHg - Sputum banyak hijau kental
N : 95 x/menit
S : 36,3o C
R - Suara nafas ronki kasar pada paru
kanan
R
RR : 18 x/menit - pasien mampu batuk efektif
SpO2 : 96% A : Bersihan jalan nafas teratasi
EWS : 2 sebagian
GCS : 456 P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,6,8
1 11.20
kanan
Mencatat kemampuan
sebelah kanan
P : saat batuk
R
kefektifan batuk. Pasien R Q : seperti di tekan
mampu melakukan batuk R : dada sebelah kanan
efektif dengan baik S : skala 4
T : hilang timbul
1 11.20 Mengevaluasi jumlah dan jenis O:
sekresi yang di produksi. - Pasien mampu mempraktekkan teknik
66
Sekresi sputum banyak warna
hijau kental
R relaksasi dengan baik
- TTV:
TD : 130/80 mmHg
2 11.25 Mengkaji tingkat nyeri pasien N : 95 x/menit
P : saat batuk S : 36,3o C
Q : seperti di tekan RR : 18 x/menit
R : dada sebelah kanan SpO2 : 96% R
S : skala 4
T : hilang timbul
R EWS : 2
GCS : 456
A : Nyeri akut teratasi sebagian
2 11.30 Mengajarkan teknik relaksasi P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,5
nafas dalam saat nyeri datang
setelah batuk
Hasil : Px mampu R Dx 3
S : pasien mengatakan lemas
mempraktekknya dengan O:
baik - keadaan umum pasien lemah
67
1 13.30 Dr.Indah Sp.P visite: - Suara nafas ronki kasar pada paru
Levoflaxim 750 ml kanan
Cek sputum BTA PS, cek
sputum gram, kultur sputum
R - hasil foto thorax : pneumonia
A : Bersihan jalan nafas teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,6,8
1 15.00 Hasil foto Rontgen: Pneumonia Levoflaxim 500 ml ganti 750 ml
68
Q : seperti di tekan
R : dada sebelah kanan
R Dx 3
S : pasien mengatakan lemas
S : skala 4
T : hilang timbul
O:
- keadaan umum pasien lemah
R
- hasil GDA: 386 mg/dl
1,2 05.00 Mengobservasi TTV: A : ketidakstabilan kadar glukosa darah
TD : 120/80 mmHg teratasi sebagian
N : 96 x/menit
S : 36,6o C R P : Lanjutkan intervensi 1,2,4,5
RR : 22 x/menit 07.00 Dx 1
SpO2 : 98% S : Pasien mengatakan masih batuk
EWS :0 O:
GCS : 456 - Sputum banyak hijau kental
Auskultasi suara napas. Suara - Suara nafas ronki kasar pada paru R
nafas ronki pada paru kanan kanan
- sputum ditampung dalam botol kultur
1 05.30 Menjelaskan kepada pasien - Pasien tampak rileks setelah minum
untuk menampung dahak air hangat 200 ml
dalam botol untuk pemeriksaan A : Bersihan jalan nafas teratasi
sputum BTA P.S, sputum sebagian
gram, kultur sputum. Pasien R P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,6,8
memahami dan menampung
dahak dalam botol kultur Dx 2
S : pasien mengatakan masih nyeri dada
1 05.35 Mengevaluasi jumlah dan jenis sebelah kanan
sekresi yang di produksi. P : saat batuk
Sekresi sputum banyak warna Q : seperti di tekan
hijau kental R R : dada sebelah kanan
69
2 05.40 Mengkaji tingkat nyeri pasien S : skala 4
P : saat batuk T : hilang timbul
Q : seperti di tekan O:
R : dada sebelah kanan - TTV:
S : skala 4 R TD : 120/80 mmHg R
T : hilang timbul N : 96 x/menit
S : 36,6o C
1 05.45 Menganjurkan minum hangat . RR : 22 x/menit
pasien rileks SpO2 : 98%
70
S : 36,2 oC
RR : 18 x/menit
R ronki berkurang pada paru kanan
A : Bersihan jalan nafas teratasi
R
SpO2 : 98% sebagian
EWS :0 P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,8
GCS : 456 Tropydril stop ganti KADS batuk
Auskultasi suara napas. Suara
nafas ronki berkurang pada Dx 2
paru kanan S : pasien mengatakan masih nyeri dada
sebelah kanan
1,3 11.35 -Injeksi humalog 6 ui/SC P : saat batuk
- KADS batuk Q : seperti di tekan
R R : dada sebelah kanan R
2 11.40 Mengkaji tingkat nyeri pasien S : skala 2
P : saat batuk T : hilang timbul
Q : seperti di tekan O:
R : dada sebelah kanan - TTV:
S : skala 2
T : hilang timbul
R TD : 120/80 mmHg
N : 89 x/menit
S : 36,2 oC
1 15.00 Memantau Hasil lab kimia RR : 18 x/menit
klinik: SpO2 : 98%
- Gluc 393 mg/dl (74-106) EWS :0
- Chol 163 mg/dl (<200) R GCS : 456
- TG : 201 mg/dl (70-140) A : Nyeri akut teratasi sebagian
- HDL : 39 mg/dl ( 30-92) P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,5
- LDL : 110 mg/dl (<130)
- SGOT: 39 u/L (0-50)
- SGPT : 22 u/L (0-50)
71
- UA : 6,4 (2.0-7.0) Dx 3
S:-
1,2 17.00 Mengobservasi TTV:
TD : 192/80 mmHg
O:
- keadaan umum pasien baik
R
N : 99 x/menit - Hasil lab kimia klinik
S : 37,9 oC - Gluc 393 mg/dl (74-106)
RR : 20 x/menit R - Chol 163 mg/dl (<200)
SpO2 : 98% - TG : 201 mg/dl (70-140)
EWS : 2 - HDL : 39 mg/dl ( 30-92)
GCS : 456 - LDL : 110 mg/dl (<130)
1 17.10 Auskultasi suara napas. Suara - SGOT: 39 u/L (0-50)
nafas vesikuler pada kedua - SGPT : 22 u/L (0-50)
- UA : 6,4 (2.0-7.0)
1 17.15 Mengevaluasi jumlah dan jenis R A : ketidakstabilan kadar glukosa darah
sekresi yang di produksi. teratasi sebagian
Sekresi sputum tidak keluar P : Lanjutkan intervensi 1,2,4,5
72
1,2 05.00 Mengobservasi TTV:
TD : 118/73 mmHg
R Dx 2
S : pasien mengatakan masih nyeri dada
N : 85 x/menit
S : 36 oC
R sebelah kanan
P : saat batuk
R
RR : 19 x/menit Q : seperti di tekan
SpO2 : 94% R : dada sebelah kanan
EWS :2 S : skala 2
GCS : 456 T : hilang timbul
Auskultasi suara napas. Suara O:
nafas vesikuler pada kedua - TTV:
TD : 192/80 mmHg
1 05.30 Mengevaluasi jumlah dan jenis N : 99 x/menit
sekresi yang di produksi. S : 37,9 oC
Sekresi sputum sedikit kental RR : 20 x/menit
putih SpO2 : 98%
R EWS : 2
2 05.35 Mengkaji tingkat nyeri pasien GCS : 456
P : saat batuk A : Nyeri akut teratasi sebagian
Q : seperti di tekan P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,5
R : dada sebelah kanan
S : skala 1 R Dx 3
T : hilang timbul S:-
O:
1,2,3 06.00 -Injeksi humalog 6 ui/SC
-levoflaxacim 750 ml/ drip
- keadaan umum pasien baik
- Hasil GDA 393 mg/dl (74-106) R
- KADS batuk
- neurodex 1 tab
R A : ketidakstabilan kadar glukosa darah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1,2,4,5
73
Rabu, 07.00 Dx 1
18/07/20 S : Pasien mengatakan batuk berkurang
18 O:
3 09.00 Mengambil darah 2 JPP - Sputum sedikit kental putih
- Auskultasi suara napas. Suara nafas
1,2 11.30 Mengobservasi TTV: vesikuler pada kedua
TD : 120/70 mmHg R A : Bersihan jalan nafas teratasi
N : 84 x/menit
S : 36,2 oC
sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,8 R
RR : 20 x/menit
SpO2 : 96%
R Dx 2
EWS :0 S : pasien mengatakan masih nyeri dada
GCS : 456 sebelah kanan
Auskultasi suara napas. Suara P : saat batuk
nafas vesikuler pada kedua Q : seperti di tekan
paru R : dada sebelah kanan
74
1 12.00 Visite Dr.Indah Sp.P P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,5
- Pro TB 4 -0-0-4 tab
- KADS batuk 3x1
Hasil GDA : 447 mg/dl
R Dx 3
S:-
O:
3 15.00 Visite Dr Sartono - keadaan umum pasien baik
Pasien KRS - Hasil GDA 393 mg/dl (74-106)
Dx 2
S : pasien mengatakan masih nyeri dada
sebelah kanan
P : saat batuk
Q : seperti di tekan
R : dada sebelah kanan R
75
S : skala 1
T : hilang timbul
O:
- TTV:
TD : 120/70 mmHg, N: 84 x/menit
S : 36,2 oC, RR : 20 x/menit
SpO2 : 96%, EWS :0
GCS : 456
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : pasien KRS
Dx 3
S:-
O:
- keadaan umum pasien baik
- Hasil GDA 447 mg/dl (74-106)
A : ketidakstabilan kadar glukosa darah
teratasi sebagian
R
P : Lanjutkan intervensi
-pasien KRS
-Edukasi :
kontrol poli paru tanggal
23/07/2018 dan kontrol poli
endokrin tanggal 24/07/2018
obat yang dibawa pulang:
Humalog 2x 6 ui, Pro Tb 4
diminum sebelum tidur, KADS
batuk 3x1
76
BAB 4
PEMBAHASAN
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang dilaksanakan mulai tanggal 16 Juli sampai
4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas
terutama pada usia diatas 40 tahun (Tandra, 2013). Pasien yang disebutkan di
Somantri (2012), Manifestasi klinis dari pneumonia ialah nyeri dada karena
mengalami batuk disertai nyeri dada tetapi tidak diikuti peningkatan suhu
77
78
pasien pernah mengalami TB paru pada tahun 2011. Tahun 2014 pernah
menentukan penyakit saat ini juga perlu melihat riwayat penyakit dahulu,
TB relaps.
dari keluarga. Penulis berasumsi bahwa diabetes melitus yang dialami oleh
terdapat sputum kental warna hijau teraba taktil fremitus pada semua
lapang paru. Perkusi : Terdengar sonor (resonan) pada semua lapang paru,
Auskultasi: terdapat suara napas tambahan ronkhi kasar pada paru kanan.
ditandai dengan gejala batuk produktif, sputum hijau, nyeri dada pleuritik.
foto rontgen dimana terdapat pneumonia process pada lobus kanan paru,
tidak ada sesak maupun peningkatan suhu tubuh. Tetapi terdapat sputum
hijau kental dan suara nafas tambahan ronki sehingga Penulis pun akhirnya
Pada Inspeksi: dada kanan dan dada kiri simteris dan tampak denyutan
ictus cordis pada ICS 5 midklavikula sinistra. Palpasi: teraba ictus cordis
spontan, orientasi pasien penuh, respon motorik pasien baik), tidak ada
pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan, eliminasi urin SMRS
frekuensi 5-6x/hari, eliminasi urin pada saat MRS 8-9x/hari, warna urin
kuning. Menurut price & wilson (2006) dalam Nurarif dan Hardhi (2016)
gigi bersih, faring tidak ada peradangan, tidak ada gangguan menelan,
porsi makan habis 1 porsi 3 kali sehari, diit B1 1700 kal. Tidak terdapat
nyeri tekan pada perut. Frekuensi bab sakit 2 hari sekali, warna kuning
kecoklatan, keluhan tidak ada. Abdomen simetris, tidak ada asites. Tidak
adalah jumlah kalori yang diberikan harus habis. J2 adalah jadwal diet
harus diikuti sesuai dengan intervalnya yaitu tiga jam. Diet untuk
penderita diabetes diberikan dengan cara tiga kali makanan utama dan tiga
kali makanan antara kudapan (snacks) dengan jarak antara (interval) tiga
jam. Penulis berasumsi diit pasien sudah diatur jadwal, jenis makanan
sudah di atur dengan ahli gizi. Maka dari itu Tn.D mendapat diit B1 1700
kal.
terdapat fraktur, dan turgor kulit elastis, perfusi hangat kering merah.
7. Sistem Endokrin
tahun, hasil GDA: 386 mg/dl. Menurut Nurarif dan Hardhi (2016)
seseorang dikatakan diabetes melitus jika kadar glukosa >200 mg/dl, <140
4.2 Diagnosa
4.2.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
82
Klien mengatakan batuk, Terdapat sputum kental hijau, Ronki kasar paru
kanan, WBC: 13.56 10^3/uL, Hb: 10,1 g/dl, RR: 20 x/menit, Suhu: 36 0C,
nafas yaitu batuk tidak efektif, terdapat suara nafas tambahan mengi,
jalan nafas.
Pasien mengatakan nyeri dada (P: saat batuk, Q: seperti ditekan, R: dada
batasan karakteristik dari nyeri akut yaitu ekspresi wajah nyeri, pasien
penulis rasa nyeri timbul jika batuk hal ini disebakan membran paru- paru
lain pasien mengeluh lemas, kadar glikosa dalam darah/urin tinggi, mulut
4.3 Intervensi
4.3.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
pernapasan dan Auskultasi suara napas, Evaluasi jumlah dan jenis sekresi
skala nyeri menurun, ekspresi wajah tenang, istirahat cukup, klien mampu
nadi, RR, suhu, Monitor kualitas nyeri pasien, Berikan alternative tindakan
pernafasan terfokus)
84
4.4.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
vital : tekanan darah, nadi, Observasi tanda gejala infeksi misal dispnea,
1. Evaluasi pada hari ke-1 perawatan (16 Juli 2018) didapatkan hasil pasien
mengatakan masih batuk, Sputum banyak hijau kental, Suara nafas ronki
kasar pada paru kanan, hasil foto thorax : pneumonia, terapi Levoflaxim
2. Evaluasi pada hari ke-2 perawatan (17 Juli 2018) didapatkan hasil pasien
3. Evaluasi pada hari ke-3 perawatan (18 Juli 2018) didapatkan hasil pasien
napas. Suara nafas vesikuler pada kedua, Hasil sputum BTA positif,
pasien mendapat terapi Pro TB 4 tab, pasien KRS, kontrol poli paru
maka dilakukan Observasi Monitor vital sign (tekanan darah, nadi, RR,
pernafasan terfokus)
1. Evaluasi pada hari ke-1 perawatan (16 Juli 2018) didapatkan hasil pasien
2. Evaluasi pada hari ke-2 perawatan (17 Juli 2018) didapatkan hasil pasien
mengatakan masih nyeri dada sebelah kanan, skala nyeri turun menjadi 2,
86
3. Evaluasi pada hari ke-3 perawatan (18 Juli 2018) didapatkan hasil pasien
mengatakan masih nyeri dada sebelah kanan skala nyeri turun menjadi 1,
1. Evaluasi pada hari ke-1 perawatan (16 Juli 2018) didapatkan hasil pasien
2. Evaluasi pada hari ke-2 perawatan (17 Juli 2018) didapatkan hasil keadaan
3. Evaluasi pada hari ke-3 perawatan (18 Juli 2018) didapatkan hasil keadaan
umum pasien baik. Hasil GDA 447 mg/dl (74-106). Pasien KRS, Edukasi
Humalog 2x 6 ui
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.1.1 Pengkajian didapatkan pada pasien mengeluh batuk sampai nyeri dada
sebelah kanan, (P: saat batuk, Q: seperti ditekan, R: dada sebelah kanan, S: skala
4, T: hilang timbul), GDA: 386 mg/dl, terdapat sputum kental warna hijaau,
5.1.2 Diagnosa keperawatan yang muncul Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan proses infeksi, Nyeri akut berhubungan dengan Agen Cedera
dengan tujuan utama diharapkan jalan nafas bersih, nyeri teradaptasi atau
87
88
dengan tujuan utama diharapkan jalan nafas bersih, nyeri teradaptasi atau
5.1.5 Evaluasi pada tanggal 18 juli 2018 kondisi pasien tampak baik, batuk
sudah berkurang, suara nafas vesikuler, skala nyeri berkurang menjadi 1, GDA:
447 mg/dl. Sehingga dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masalah
5.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis dapat memberikan saran sebgai berikut:
1. Untuk pasien
Diharapkan hasil studi kasus ini dapat menjadi masukan bagi pasien setalah
dirawat agar tetap melakukan kontrol tepat waktu, minum obat sesuai dengan
2. Untuk keluarga
3. Untuk perawat
Diharapkan studi kasus ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi perawat
dalam merawat pasien diabetes dan pneumoni untuk menyediakan pelayanan yang
lebih baik.
89
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Brunner & Suddarth
Edisi 12. Jakarta : EGC
Corwin. Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta :
EGC. Hal 618-642.
Lampiran 1
MOTTO
PERSEMBAHAN
5. Sahabat seperjuangan Ners Vivi, Riro, Ricky, Mahesta, Cintya, Vero, Eka
yang sudah berjuang selama 1 tahun ini.