OLEH:
ERISKY TRY PRASETYANINGRUM
NIM. 163.0020
Karya Ilmiah Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners
OLEH:
ERISKY TRY PRASETYANINGRUM
NIM. 163.0020
Saya bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa karya
ilmiah akhir ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang
berlaku di STIKES Hang Tuah Surabaya. Berdasarkan pengetahuan dan
keyakinan penulis, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk, saya
nyatakan dengan benar. Bila ditemukan adanya plagiasi, maka saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
STIKES Hang Tuah Surabaya.
NERS (Ns.)
Pembimbing
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya Ilmiah Akhir ini disusun
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi Pendidikan Profesi
Ners.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran Karya Ilmiah Akhir
ini bukan hanya kemampuan penulis saja, tetapi adapula bantuan dari berbagai
pihak yang telah membantu penulis demi terselesainya penulisan, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, S. Kp., M. Kep., selaku Ketua STIKes Hang
Tuah Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan pendidikan Ners di STIKes Hang Tuah Surabaya.
2. Bapak Ns. Nuh Huda, M. Kep., Sp. Kep. MB, selaku Kepala Program
Pendidikan Profesi Ners dan selaku Pembimbing Karya Ilmiah Akhir, dimana
beliau selalu memberikan dorongan penuh, bimbingan dan arahan serta
bimbingan dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.
3. Bapak Rudianto, S. Kep., Ns., selaku Pembimbing di Ruang ICU IGD
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, dimana beliau selalu memberikan arahan
dan bimbingan dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen STIKes Hang Tuah Surabaya yang telah memberikan
bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan makna
dalam penyempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini, juga kepada seluruh tenaga
administrasi yang dengan tulus ikhlas membantu melayani keperluan penulis
selama menjalani studi dan penulisannya.
5. Teruntuk kedua orang tuaku tercinta, Papa dan Ibu, terima kasih atas do’a dan
support yang telah diberikan demi keberhasilan dan kelancaran penulis
menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners dan Karya Ilmiah Akhir ini.
6. Teruntuk Mama tercinta, terima kasih atas do’a dan dukungan yang diberikan
untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners
dan Karya Ilmiah Akhir ini.
7. Kakak-Kakakku tersayang, terima kasih atas dukungan kalian penulis mampu
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini tepat waktu.
8. Suamiku tercinta, terima kasih atas do’a, kesabaran yang penuh kasih sayang
dan motivasi yang diberikan hingga terselesainya Karya Ilmiah Akhir ini.
9. Sahabat-sahabat sepejuanganku, terima kasih atas dorongan dan semangat
yang telah kalian berikan sehingga Karya Ilmiah Akhir ini dapat terselesaikan
tepat waktu.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuannya. Penulis hanya dapat berdo’a, semoga Allah SWT membalas amal
baik semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian Karya
Ilmiah Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saran dan kritik
diperlukan demi sempurnanya Karya Ilmiah Akhir ini. Penulis berharap semoga
Karya Ilmiah Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang
membacanya terutama Civitas STIKes Hang Tuah Surabaya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum...............................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................................................................4
1.4 Manfaat........................................................................................................4
1.5 Metode Penulisan.........................................................................................6
1.6 Sistematika Penulisan...................................................................................7
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian..................................................................................................87
4.1.1 Identitas......................................................................................................87
4.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................89
4.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................91
4.4 Implementasi Keperawatan........................................................................92
4.5 Evaluasi......................................................................................................94
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan....................................................................................................96
5.2 Saran...........................................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................99
LAMPIRAN........................................................................................................100
DAFTAR TABEL
1.1 Latar Belakang tahun 1960 menjadi 22,8 pada tahun 2006.
Pneumonia adalah salah satu
Pria memiliki angka kematian lebih tinggi
penyakit peradangan akut parenkim paru
terkait influenza dan pneumonia daripada
yang biasanya dari suatu infeksi saluran
wanita, dengan rasio 1,4 berbanding 1,0.
pernafasan bawah akut (Price, 2006 dalam
Perbedaan dalam angka kematian
Huda, dkk, 2016). Pneumoni disebabkan
berhubungan dengan influenza dan
oleh infeksi bakteri, virus, jamur, aspirasi,
pneumonia antara ras dan etnis berbeda
pnemonia hipostatik. Penyebab pneumonia
relatif kecil; penduduk Asia/Pasifik
aspirasi dapat berupa makanan, kerosene
memiliki angka terendah pada 20,5 per
(bensin, minyak tanah), cairan amnion,
100.000 dan orang hitam/Amerika Afrika
benda asing. Manifestasi klinis seseorang
memiliki angka tertinggi pada 24,3 per
terkena pneumoni adalah demam,
100.000 (ALA, 2009 dalam LeMone, dkk,
meningismus, anoreksia, muntah, diare,
2015). Di Amerika Serikat pneumoni
nyeri abdomen, sumbatan nassal, keluaran
aspirasi yang terjadi pada komunitas
nassal, batuk, bunyi pernapasan, dan sakit
sebanyak 10%, pneumonia pada pusat
tenggorokan. Kebanyakan pneumoni
perawatan kesehatan 30%, dan pneumonia
terjadi setelah aspirasi mikroorganisme
aspirasi nosokomial sebanyak 800 pasien
dari rongga mulut atau orofaring (Huda,
per 100.000 pasien rawat inap per tahun
dkk, 2016). Masalah keperawatan yang
(Yulinda, dkk, 2007). Pneumoni aspirasi di
dapat diambil dari kasus diatas meliputi
fasilitas kesehatan jangka panjang
ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
ditemukan tiga kali lipat lebih banyak
ketidakefektifan pola nafas, dan resiko
daripada pneumoni aspirasi di komunitas.
infeksi (Wilkinson, 2016).
Pada tahun 2011 suatu survey acak pada mengandung mikroba. Mikroorganisme
memberikan informasi bahwa 44% dari ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin,
sampel berada dibawah usia pensiun dan atau bicara. Air aerolisasi yang
24% dari kohort tersebut sepenuhnya tidak terkontaminasi juga dapat diinhalasi, alat
dapat bekerja akibat pneumonia (Britton, penting penyebaran virus dan beberapa
2011). Data yang diperoleh dari ICU IGD jenis lain pneumonia. Akhirnya, bakteri
(Intensive Care Unit Instalasi Gawat dapat menyebar ke paru melalui aliran
Darurat) Rumkital Dr. Ramelan Surabaya darah dari infeksi di semua tempat di
selama 3 bulan terakhir pada bulan April- menanggulangi baik dengan jumlah
Juni 2017 sebanyak 168 orang terdapat 13 organisme atau virulensi organismenya
oleh sebab itu penulis tertarik untuk Ruang ICU IGD Rumkital Dr.
Aspirasi. lain.
d. Bagi penulis selanjutnya b. Observasi
Karya ilmiah akhir ini dapat Data pada karya ilmiah akhir
(nosokomial) (hospital-acquired
`Bab ini akan menguraikan mengenai pneumonia), pneumonia pada pejamu yang
map yang merupakan kerangka teori dari terisi dengan cairan dan sel radang, dengan
patofisiologi penyakit sampai dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke
70% orang dewasa. Bakteri tersebut dapat dengan sputum purulen atau berwarna
edema alveolar dan pembentukan eksudat. atipikal primer karena manifestasi dan
Karena alveoli dan bronkiolus pernafasan rangkaian penyakit sangat berbeda dengan
terisi dengan eksudat serosa, sel darah, pneumonia bakteri lainnya. Infeksi
paru terjadi. Lobus bawah paru biasanya atau bronkitis. Ketika terjadi pneumoni,
bagian besar seluruh lobus paru disebut septum alveolar dan jaringan interstisial
pneumonia lobal. Ini adalah pola umum paru. Eksudat alveolar dan konsolidasi
dalam air, terutama air hangat. Perokok, mengalami kondisi kronik. Biasanya
lansia, dan orang yang menderita penyakit terjadi epidemik komunitas. Gejala seperti
kronik atau gangguan pertahanan imun flu, sakit kepala, demam, keletihan,
merupakan orang yang paling rentan malaise, dan nyeri otot umum terjadi
10 hari setelah pajanan. Batuk kering, yang disebabkan oleh suatu protozoa
dispnea, malaise umum, menggigil dan bernama Pneumocytis carinii. Protozoa ini
demam, sakit kepala, konfusi, anoreksia dikenal sejak 1909 dan mulai dekade
dan diare, mialgia, dan artralgia 1980-an menampakkan diri lagi sebagai
dewasa adalah virus. Influenza dan ditemukan pada bayi prematur, penderita
paling umum akan tetapi insiden terutama limfoma atau leukimia yang
meningkat pada orang yang luluh imun. kortikosteroid, pasien transplantasi organ
Virus lain seperti virus herpes dan virus yang diterapi kortikosteroid atau
merupakan penyakit ringan yang sering keadaan istirahat telah terjadi dispnea,
takipnea, batuk nonproduktif, dan tanpa ketika diaspirasi ke saluran nafas. Edema
demam, pada foto thoraks, terlihat infiltrat pulmonal dan gagal nafas dapat terjadi.
aspirasi. Faktor risiko yang utama pada noninfeksius. Bakteri, virus, jamur,
gangguan tertekan, dan gangguan menelan. Penyebab nonnfeksius antara lain aspirasi
Pasien pembedahan yan berusia lanjut isi lambung dan inhalasi gas beracun atau
berisiko besar mengalami pneumonia ini. gas yang mengiritasi. Pneumonia infeksius
Nutrii enteral dengan slang nasogastrik sering kali diklasifikasikan sebagai infeksi
anestesia dari tubuh, dan mencegah mual pneumonia yang didapat di komunitas
aeruginosa, dan basili enterik, termasuk (ventrikel kanan, arteri pulmonal, kapiler
Escherichia coli, sering kali berdampak pulmonal, venula pulmonal vena pulmonal
pada penyebab pneumonia nosokomial. dan atrium kiri), paru (paru kanan terdiri
Organisme seperti Pneumonocystis dari 3 lobus dan paru kiri terdiri dari 2
pernafasan merupakan pertukaran O2 dan hidung. Rongga hidung adalah dua kanal
CO2 antara sel-sel tubuh serta lingkungan. sempit yang satu sama lainnya dipisahkan
menghirup udara dari luar yang dilapisi oleh mukosa serta sel epitel
dan menghembuskan udara keluar tubuh merupakan bagian dari rongga hidung
disebut proses ekspirasi. Evelyn (2008) yang berambut yang berfungsi menyaring
pernafasan terdiri dari saluran pernafasan agar tidak masuk ke saluran pernafasan
bagian atas (rongga hidung, sinus bagian bawah. Dalam hidung juga terdapat
mata. Bagian ini dikenal dengan kantung melalui 2 garis (di belakang hidung),
berfungsi mengalirkan air melalui hidung dan palatum lunak serta laring yang
yang berasal dari kelenjar air mata jika merupakan gerbang untuk sistem
air atau melalui nasilakrimalis, dan kavum nasi dan terhubung dengn kavum
membantu permukaan rongga hidung agar nasi melalui konka dinding lateral yang
tetap bersih dan lembab. Sinus paranasal dibentuk oleh musculus tensor platini,
juga termasuk dalam wilayah sistem musculus levator vili (membentuk palatum
dan bagian superior konka. Reseptor cavum oris dan terbentang dari palatum
didalam epitel penghidu ini akan merasan mole sampai ketepi atas epiglotis,
berotot yang bermula dari daar tengkorak lateral. Orofaring mempunyai dua cabang,
dan berakhir sampai persambungannya yakni ventral dengan kavum oris dan
dengan esophagus dan batas tulang rawan kaudal terhadap radiks lingua.
6) Laringofaring
krikoid. Faring terdiri dari tiga bagian Bagian ini terhubung dengan laring
epithelium) yang mengandung banyak sel mengalami kolaps. Agar tidak kolaps,
yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru. tipe II, walau sebetulnya yang merupakan
Parenkim itu mengandung berjuta-juta sel progenitor epitel alveoli adalah sel tipe
udara yang sangat kecil, dan merupakan pneumosit I. Tugas pneumosit II adalah
Tumbuh jik
dewasa pada usia 8 tahun, yakni 300 juta
Tidak tumbuh jika dikultur
Tahan terha
alveoli. Suplai tiap unit alveoli pada
Sensitif terhadap peningkatan O2 Berisi surfa
prepulmonary dan pulmonary kapiler
5) Paru-paru
sekitar 9-11. Alveolus (airspace) dibentuk Paru-paru adalah salah satu organ
dan dibatasi oleh dinding alveolus yang paling penting dalam sistem pernafasan.
dibentuk oleh dua macam sel, yaitu sel Paru-paru terletak pada rongga dada,
alveolar tipe I atau pneumosit tipe I dan sel berbentuk kerucut yang ujungnya berada
alveolar tipe II atau pneumosit tipe II yang di atas tulang iga pertama dan dasarnya
juga disebut sebagai granular pneumocyte. berada pada diafragma. Organ ini berada
Kedua macam sel ini saling berhubungan dalam kantong yang dibentuk oleh pleura
erat. Sel pneumosit skuamosa disebut tipe parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru-
paru ini bersifat lunak, elastis, ringan dan mencapai linea mediana pada ketinggian
dan berbintik-bintik karena adanya partikel sendi sternokondralis keenam, disini batas
debu yang masuk dan dimakan oleh bawah melengkung ke lateral dan sedikit
radiks pulmonalis, dimana antara paru satu kedelapan pada linea medioaksilaris.batas
dengan yang lain dipisahkan oleh jantung, ini kemudian menuju ke posterior dan
pembuluh darah besar, dan struktur- medial pada ketinggian prosesus spinosus
sepuluh unit terkecil yang disebut sama dengan batas anterior paru kanan,
kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang keempat paru kiri berdeviasi ke lateral
disebut mediastinum. Batas anterior paru karena terdapat jantung. Batas bawah paru
kanan menuju ke bawah dimulai di kiri lebih inferior dibandingkan paru kanan
belakang sendi sternoklavikular dan karena paru kanan terbatas oleh hepar.
"https://cdn.pixabay.com/pho
to/2012/04/25/00/58/health-
41508_960_720.png" \*
MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE
"https://cdn.pixabay.com/pho
to/2012/04/25/00/58/health-
41508_960_720.png" \*
MERGEFORMATINET Gambar 2.1 Anatomi Paru
2. Fungsi Pernafasan
Setiadi (2007) menjelaskan
parietal. Pleura viseralis yaitu selaput yang Tekanan darah pada pembuluh yang
membungkus paru, sedangkan pleura berasal dari arteri bronkialis lebih tinggi
parietal yaitu selaput yang menempel pada dibandingkan tekanan arteri pulmonalis.
rongga dada. Kavum pleura merupakan Darah yang dipasok oleh arteri brnkialis
kavum diantara pleura viseralis dan pleura sampai ke saluran pernafasan, septa
parietal (Guyton, 2007). Rongga pleura interlobular, dan pleura. Sepertiga darah
normal berisi cairan pleura dalam jumlah yang meninggalkan paru melalui vena
yang sangat sedikit (0,1-0,2 mL/kgBB), azigos menuju vena cava sedangkan yang
jadi hanya berupa lapisan cairan pleura dua pertiga lagi melalui vena pulmonalis
cairan ini telah dapat memisahkan lapisan jaringan ikat seperti pleura, septa
sistem arteri, yaitu arteri pulmonalis dan limfa bronkopulmonales, nodus limfa
bercabang dua mengikuti bronkus utama paratrakeales, nodus limfa skaleni dan
kanan dan kiri untuk kemudian bercabang- nodus limfa di arkus aorta.
Pembuluh limfe besar disebelah
cabang membentuk ramifikasi yang
kanan adalah trunkus limfatikus
memasok darah ke interstisial paru.
bronkomediatinalis, trunkus limfatikus
Tekanan darah pada arteri pulmonalis
jugularis, serta trunkus limfatikus
sangat rendah sehingga memungkinkan
subklavius; disebelah kiri terdapat duktus
torasikus. Paru diinervasi oleh saraf saluran nafas bawah. Oragnisme yang
parasimpatis nervus vagus dan saraf melintasi barier ini biasanya difagosit
simpatis. Otot polos saluran napas dalam alveolus oleh makrofag yang ada,
diinervasi oleh nervus vagus aferen, nervus kemudian diserang oleh inflamasi dan
membantu mempertahankan lingkungan saat ini telah terjadi pembentukan otak dan
yang steril ini. Partikel infeksius tulang belakang serta jantung dan aorta
hidung yang dikeluarkan dengan bersin, jantung). Perkembangan terus terjadi dari
sedangkan partikel yang menumpuk di sini, pada minggu ke-5 terbentuk 3 lapisan
diludahkan. Refleks menutup epiglotis dan Ectoderm adalah lapisanyang paling atas
kontaminan lain. Silia dan mukus yang yang akan membentuk organ jantung,
melintasi saluran nafas dan refleks batuk paru, buah pinggang, tulang, dan organ
mengeliminasi benda asing yan masuk ke lapisan paling dalam yang akan
membentuk usus, hati, pankreas, dan pundi oksigen. Oksigen dibawa oleh darah dalam
paru-paru dengan tenggorokan), mulai Hb oleh O2 adalah 90%. Dibawah nilai ini,
janin akan terus berlanjut hingga pada 40 mmHg, saturasi Hb oleh O2 adalah 75%
minggu ke-12 semua organ dan khususnya atau dengan kata lain, setiap 100 ml darah
pada sistem pernafasan mengalami proses hanya dapat membawa 14 ml O2. Darah
normal, setiap 100 ml darah arterial akan dan kandungan O2 14 ml%. Pada saat
100 mmHg. Akibat gradien tekanan, O 2 kapiler pulmonal. Paparan diatas tampak
berdifusi dari udara alveoli dengan segera jelas bahwa pengangkutan oksigen ke
Cl-. Dalam jaringan perifer, darah akan serius pada status asam-basa dan fungsi
kandungan CO2-nya adalah 52 ml% (jauh keberadaan sejumlah besar serabut elastik
darah tersebut). Dari 52 ml ini, 10% pada paru-paru yaitu paru-paru cenderung
terdapat dalam bentuk terlarut secara fisik. untuk menjadi kolaps. Tegangan
70% sebagai bikarbonat dan 20% sebagai permukaan cairan yang melapisi alveoli
dalam bentuk terlarut secara fisik jika rekoil pada paru-paru. Dinding toraks juga
berkaitan dnegan koefisien solubilitas yang bekerja dengan arah kebalikan yaitu
variasinya jauh lebih luas. Variasi pCO2 toraks (kavum torakal). Penurunan tekanan
paru. Pernafasan yang tenang, ekspirasi kelenjar mukus pada bronkus dan sel-sel
paru tidak memerlukan kerja muskuler. goblet sehingga terjadi peningkatan sekresi
Gerakan ekspirasi ini ditimbulkan oleh mukus dari kedua sumber tersebut. Serabut
tendensi rekoiling paru-paru yang saraf ini bekerja lewat reseptor muskarinik
sangat penting, kontrol saraf tersebut aferen meneruskan ke SSP (reflek batuk)
mencapai paru-paru, udara harus melewati menit (500 ml x 12), ventilasi alveoli
serangkaian jalan nafas yaitu hidung, sekitar 4,2 L per menit (350 ml x 12).
faring, laring, trakea, bronkus, dan Kendati tidak turut serta dalam pertukaran
merupakan rangkaian pipa berongga yang banyak mekanisme pertahanan yang sangat
menjadi semakin kecil dan semakin Dinding trakeobronkial terdiri dari lapisan
banyak cabangnya pada setiap submukosa yang terdiri dari otot polos
paru. Zona konduksi merupakan 16 divisi Tersebar diantara torak bersilia terdapat
pertama, 7 divisi berikutnya yang meliputi sel-sel goblet yang melepaskan mukus ke
area saluran bronchial respirasi, saluran dalam lumen jalan nafas. Sumber utama
alveoli (duktus alveolaris) merupakan zona mukus pada lumen tersebut adalah kelenjar
takipnea berat (25 sampai 45 kali kanker, dan pada mereka yang
dan basilus Gram Negatif, jamur, dan virus mengisi alveoli, mengganggu ventilasi dan
(paling sering terjadi pada anak-anak). pertukaran gas. Pneumonia dapat terjadi
Benda yang paling umum
pada empat pola berbeda: pneumonia
masuknya patogen ke paru adalah aspirasi
lobar, bronkopneumonia, pneumonia
sekresi orofaring yang mengandung
interstitial, dan pneumonia milier
mikroba. Mikroorganisme juga dapat
(LeMone, dkk, 2015).
diinhalasi setelah dilepaskan ketika orang Paru merupakan struktur kompleks
yang terinfeksi batuk, bersin, atau bicara. yang terdiri atas kumpulan unit yang
dapat diinhalasi, alat penting penyebaran jalan nafas. Saluran nafas bagian bawah
virus dan beberapa jenis lain pneumonia. yang normal berada dalam keadaan steril,
melalui aliran darah dari infeksi di semua besar mikroorganisme yang menempati
dalam mengatasi bakteri yang terjadi. penyaringan yang efektif oleh sistem
beberapa kali leukosit dari kapielr paru- pembiusan, dan tumor otak).
2. Disfagia sekunder akibat penyakit
paru. Aliran darah menurun sehingga
esophagus atau saraf (kanker
alveoli penuh akan leukosit dan eritrosit
nasofaring, scleroderma).
pada tingkat lanjut. Kuman pneumococcus 3. Keruskaan spinkter esofagus oleh
resolusi makrofag masuk ke dalam tahap jumlah bahan aspirasi, hygiene gigi
hepatisasi kelabu dan tampak berwarna yang tidak baik dan gangguan
disebabkan oleh infeksi kuman, aspirasi atau cairan yang masuk kesaluran
hasil pewarnaan gram dan pedoman pria dibanding kaum wanita dikarenakan
kaum pria berpotensi 40x lebih sering Apakah pasien pernah mengalami
dalam merokok. Kasus pneumonia aspirasi infeksi saluran pernafasan dengan gejala-
terjadi hampir 80% dari penderita gejala seperti luka tenggorokan, kongesti
atau sputum purulen (Smeltzer, 2010). pasien dalam keluarga dan masyarakat
Muttaqin (2012) menjelaskan bahwa pada serta respon atau pengaruhnya dalam
pneumonia adalah rasa sesak dan batuk keluarga ataupun dalam masyarakat
perubahan posisi, nafas dalam, dan pada pneumonia, oleh karen aitu
kebutuhan. abdomen.
5. Risiko ketidakseimbangan Rasional : Bising usus
normal. lain.
Rasional : Adanya kondisi e. Lakukan isolasi sesuai dengan
(hipotensi/syok). alami.
b. Demonstrasikan teknik mencuci g. Monitor keefektifan terapi
Terhirup/teraspirasi
Proses peradangan
Konsolidasi di alveoli
Akumulasi sputum di jalan Difusi menurun
nafas
Complience paru menurun
Akumulasi cairan di alveoli
MK: Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas Suplai O2 menurun
MK: Ketidakefektifan Pola Nafas
BAB 3 hari dan sering tersedak saat minum serta
ICU IGD RUMKITAL Dr. Ramelan airway pasien paten, pergerakan dada
dan belum menikah. No. Register 50-90- mendapatkan terapi O2 (Oksigen) masker
36. Pasien dirawat dengan diagnosa medis non rebreathing 10 lpm, infus RL (Ringer
Dyspnea dan Pneumoni Aspirasi. Pasien Laktat), infus paracetamol, injeksi ranitidin
masuk ICU IGD RSAL Dr. Ramelan 50 mg (miligram), dan pemasangan folley
Surabaya melalui IGD pada tanggal 10 kateter ukuran 16. Di IGD pasien
Juni 2017 pukul 15.41 WIB. Pasien mendapatkan rencana terapi dari dokter
merupakan pasien non rujukan dimana spesialis paru yang meliputi pemberian
dari dokter spesialis paru menyatakan BGA. Hasil cek BGA pH 7,318 (7,35-
pasien ACC tindakan intubasi. Pasien juga 7,45), pCO2 29,2 mmHg (35-45), pO2
laboratorium yang meliputi urea nitrogen spesialis syaraf rencana terapi yang akan
7,6 mg/dl (8,0-24,0), kreatinin 0,9 mg/dl diberikan ke pasien yaitu Citicolin 2 x 250
Kalium 3,81 mmol/L (3,50-5,00), Chlorida nebul ventoline 4x/hari dan nebul
x 103/uL (4,0-10,0), Eritrosit 5,56 x 106/uL Acetylcysteine 3 x 200 mg. Pasien dicoba
pada shift malam pukul 22.00 WIB dokter berupa foto thorax post pemasangan CVC,
spesialis anastesi visite dan menyarankan kemudian setelah cairan infus RL habis
pasien diberikan cairan infus lanjutan yaitu perintah dokter spesialis anastesi stop),
cairan D5% 20 tpm dengan cabang infus Kalbamin 28 tpm, dan infus NS 0,9%
infus D5% habis, terapi cairan yang dipuasakan, dokter spesialis syaraf visite
selanjutnya diberikan adalah NS 21 tpm atas perintah hari rabu cek DL. Pukul
dengan cabang Norephineprine 50 nano, 10.30 dokter spesialis anastesi visite FiO2
pasien juga dipuasakan dikarenakan residu diturunkan menjadi 35%, Psupp = 10, peep
hitam. Pasien terpasang infus tutofusin ops infus tutofusin ops 30 tpm, infus ivelip 30
mode Sim-V, FiO2 = 30%, peep = 5, SpO2 = 100%. GCS pasien E4 Vx M6.
Pcontrol = 24, Psupp = 11, RR = 15. GCS Pasien mulai mendapatkan diet per sonde 6
pasien E4 Vx M6. Pasien masih x 100 cc. Pasien terpasang infus tutofusin
dipuasakan dikarenakan NGT berwarna ops 30 tpm, infus ivelip 30 tpm, dan infus
dilakukan pemasangan ventilator dengan pukul 08.08 WIB, pasien masuk RSAL Dr.
mode PS, FiO2 = 30%, peep = 5, Pcontrol Ramelan Surabaya di Ruang H1 dengan
= 24, Psupp = 10, RR = 15. GCS pasien keluhan sakit kepala yang disertai
dikarenakan NGT berwarna coklat. Pasien riwayat tumor otak (cerebellum) dan
terpasang infus tutofusin ops 30 tpm, infus terpasang VP Shunt tanggal 3 November
ivelip 30 tpm, dan infus kalbamin 30 tpm. 2016. Tanggal 13 Desember 2016 pukul
Pasien dilakukan pemasangan NGT baru dokter spesialis anastesi mengenai pro
Suhu 36℃, Nadi 88 x/menit. Hasil disarankan oleh dokter spesialis bedah
konsultasi dengan dokter spesialis syaraf untuk rawat inap di Ruang H1.
16 Desember 2016 pukul 15.00 WIB 150/90 mmHg, Nadi = 100 x/menit, Suhu
Shunt, dimana pasien mendapatkan terapi pasien tampak tenang. Hasil CT Scan
injeksi Ceftriaxone 2 gr, Transamin 1 gr, kepala pada tanggal 2 Februari 2017
dan Ketotolac 30 gr. Pukul 17.00 WIB adalah Hidrocephalus. Pasien dinyatakan
pada hari yang sama dokter spesialis bedah KRS tanggal 9 Februari 2017. Tanggal 14
syaraf menyatakan pasien ACC pindah Februari 2017 pasien disarankan untuk
dinyatakan KRS dan rencana tindak lanjut Astrositoma. Pasien dalam keadaan umum
selanjutnya adalah kontrol poli bedah lemah, observasi TTV selama pengkajian
SpO2 = 100%, BB = ±100 kg. tampak ikterus pada sklera, irama nadi
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
Tanggal 19 Juni 2017 pada saat reguler 99 x/menit, nadi teraba kuat,
pemeriksaan fisik yang meliputi: CRT <2 detik, turgor kulit baik saat
a. Airway dan Breathing
Jalan napas pasien paten, pasien perkusi terdapat suara pekak, bunyi
menggunakan alat bantu berupa ETT jantung S1 S2 tunggal, tidak ada bunyi
uk. 7,5 dengan O2 T. Piece 3 lpm, tidak jantung tambahan, Intake pasien: infus
tampak adanya sianosis central, Tutofusin 500 cc, ivelip 200 cc, MLP
otot bantu nafas, irama nafas reguler, M6, reaksi pupil terhadap cahaya -/-,
berwarna kuning kental, suara pada 3mm, pada kepala bagian dekstra
kedua lapang paru ronchi, saat di terdapat adanya edema karena riwayat
lapang paru dextra dan agak meredup tidak terdapat kelainan atau normal.
d. Urinary
pada lapang paru sinistra. Pasien dilakukan pemasangan folley
b. Sirkulasi
Tidak terdapat perdarahan external, catheter uk. 16, jumlah urine pada saat
akral teraba hangat kering merah, pengkajian 150 cc pada pukul 08.00
pasien dilakukan pemasangan CVC WIB, warna urine kuning pekat, tidak
dengan terpasang cairan tutofusin 500 kandung kemih, tidak terdapat nyeri
cc tpm dan ivelip 200 cc 7 tpm, tekan pada kandung kemih. Intake
pasien: infus Tutofusin 500 cc, ivelip 5555 5555
3.1.3 Terapi
200 cc, MLP (diet per sonde) 200 cc. Tanggal 10 Juni 2017 pasien
belum BAB, pasien mendapatkan diet x 1 gr, infus Levofloxacin 1 x 750 mg,
MLP per sonde 6 x 200 cc, pasien obat oral N-Acetylcysteine 3 x 200 mg,
terpasang NGT uk. 16, bising usus nebul Ventoline 4 x 2,5 mg, nebul
terdengar lemah 7-8 x/menit, saat Pulmicort 2 x 0,25 mg, infus NS 1000 cc,
diperkusi terdengar timpani saat posisi infus D5% 500 cc, ekstra infus RL 1500
Novaldo 3 x 500 mg, injeksi Ranitidin 2 x 50 mg, injeksi Primperan 2 x 10 mg, obat
50 mg, injeksi Primperan 2 x , obat oral N- oral N-Acetylcysteine 3 x 200 mg, obat
Acetylcysteine 3 x 200 mg, obat oral oral Sucralfat 4 x 10 cc, nebul Ventoline 4
Sucralfat 4 x 10 cc, nebul Ventoline 4 x 2,5 x 2,5 mg, nebul Pulmicort 2 x 0,25 mg,
mg, nebul Pulmicort 2 x 0,25 mg, infus infus Tutofusin ops 1000 cc, infus
Tutofusin ops 1000 cc, infus Kalbamin 500 Kalbamin 500 cc, infus Ivelip 200 cc,
cc, infus Ivelip 200 cc, infus RL 1000 cc, pasien dipuasakan karena residu NGT
x 1 gr, infus Levofloxacin 1 x 750 mg, x 1 gr, infus Levofloxacin 1 x 750 mg,
Novaldo 3 x 500 mg, injeksi Ranitidin 2 x Novaldo 3 x 500 mg, injeksi Ranitidin 2 x
50 mg, injeksi Primperan 2 x 10 mg, obat 50 mg, injeksi Primperan 2 x 10 mg, obat
oral N-Acetylcysteine 3 x 200 mg, obat oral N-Acetylcysteine 3 x 200 mg, obat
oral Sucralfat 4 x 10 cc, nebul Ventoline 4 oral Sucralfat 4 x 10 cc, nebul Ventoline 4
x 2,5 mg, nebul Pulmicort 2 x 0,25 mg, x 2,5 mg, nebul Pulmicort 2 x 0,25 mg,
infus Tutofusin ops 1000 cc, infus infus Tutofusin ops 1000 cc, infus
Kalbamin 500 cc, infus Ivelip 200 cc, infus Kalbamin 500 cc, infus Ivelip 200 cc,
RL 500 cc, transfusi PRC 1 bag, MLP 6 x transfusi PRC 1 bag, pasien dipuasakan
x 1 gr, infus Levofloxacin 1 x 750 mg, x 1 gr, infus Levofloxacin 1 x 750 mg,
injeksi Dexamethasone 2 x 5 mg, injeksi Acetylcysteine 3 x 200 mg, obat oral
Novaldo 3 x 500 mg, injeksi Ranitidin 2 x Sucralfat 4 x 10 cc, nebul Ventoline 4 x 2,5
50 mg, injeksi Primperan 2 x 10 mg, obat mg, nebul Pulmicort 2 x 0,25 mg, infus
oral N-Acetylcysteine 3 x 200 mg, obat Tutofusin ops 500 cc, infus Kalbamin 500
oral Sucralfat 4 x 10 cc, nebul Ventoline 4 cc, infus Ivelip 200 cc, MLP 6 x 200 cc.
Tanggal 20 Juni 2017 pasien
x 2,5 mg, nebul Pulmicort 2 x 0,25 mg,
mendapatkan terapi injeksi
infus Tutofusin ops 1000 cc, infus
Dexamethasone 2 x 5 mg, injeksi Novaldo
Kalbamin 500 cc, infus Ivelip 200 cc, MLP
3 x 500 mg, injeksi Ranitidin 2 x 50 mg,
6 x 200 cc.
Tanggal 18 Juni 2017 pasien injeksi Primperan 2 x 10 mg, injeksi
mendapatkan terapi injeksi Cefoperazone 2 Cinam 4 x 1,5 gr, injeksi Amikasin 1,5 gr,
x 1 gr, infus Levofloxacin 1 x 750 mg, obat oral N-Acetylcysteine 3 x 200 mg,
Novaldo 3 x 500 mg, injeksi Ranitidin 2 x Ventoline 4 x 2,5 mg, nebul Pulmicort 2 x
50 mg, injeksi Primperan 2 x 10 mg, obat 0,25 mg, infus Tutofusin ops 500 cc, infus
oral N-Acetylcysteine 3 x 200 mg, obat Kalbamin 500 cc, infus Ivelip 500 cc, MLP
mendapatkan terapi injeksi Cinam 4 x 1,5 gr, injeksi Amikasin 1,5 gr,
3 x 500 mg, injeksi Ranitidin 2 x 50 mg, obat oral Sucralfat 4 x 10 cc, nebul
injeksi Primperan 2 x 10 mg, obat oral N- Ventoline 4 x 2,5 mg, nebul Pulmicort 2 x
0,25 mg, infus Tutofusin ops 500 cc, infus yang dapat digunakan untuk mengatasi
Kalbamin 500 cc, infus Ivelip 500 cc, MLP alergi, mengatasi peradangan, meredakan
digunakan untuk mengobati infeksi yang injeksi Primperan merupakan obat yang
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri kembung, ulkus peptikum, stenosis piloris
merupakan kelompok obat kortikosteroid injeksi Cinam untuk infeksi kulit dan
struktur kulit, intra abdomen, dan No Jenis Has Satua Nilai
. Laboratori il n Norm
ginekologi; injeksi Amikasin merupakan um al
bronkhial.
Juni 2017
Hasil: Sinus Tachycardia.
pada lapang paru dextra dan agak ronchi, pada saat dilakukan perkusi
meredup pada lapang paru sinistra, terdengar sonor pada lapang paru
meningkat atau melebihi jumlah Berikan air hangat; kaji efek dari
atau sianosis sentral; kaji status mental; keperawatan yang akan diberikan pada
monitor denyut/irama jantung; monitor pasien yaitu monitor vital sign, terutama
suhu tubuh atas indikasi. Lakukan tindakan setelah proses terapi; demonstrasikan
mengurangi demam dan menggigil, misal teknik mencuci yang benar; ubah posisi
ganti posisi, suhu ruangan yang nyaman, dan berikan pulmonary toilet yang baik;
dalam, dan batuk efektif; kaji tingkat Tingkatkan intake nutrisi secara adekuat;
pulse oximetry.
138,4 mmHg.
c. Implementasi tanggal 21 Juni 2017
mg, nebul Pulmicort 2 x 0,25 gr, injeksi Amikasin 1,5 gr,
(LeMone, dkk, 2015). Gejala yang fisik airway dan breathing, ditemukan data
mungkin muncul menurut Smeltzer (2013) jalan napas pasien paten, pasien
adalah ISPA, sakit kepala, demam derajat menggunakan alat bantu berupa ETT uk.
rendah, nyeri pleuritik, mialgia, ruam, dan 7,5 dengan O2 T. Piece 3 lpm, tidak tampak
faringitis; setelah beberapa hari, sputum adanya sianosis central, bentuk dada
Pasien datang ke IGD dengan tidak ada fraktur dada, tidak ada lesi, tidak
keluhan nafas grok-grok kurang lebih dua ada penggunaan otot bantu nafas, irama
hari dan sering tersedak saat minum serta nafas reguler, RR = 16 x/menit, terdapat
panas kurang lebih 2 hari. Observasi TTV sputum berwarna kuning kental, suara
pasien selama di IGD meliputi TD = pada kedua lapang paru ronchi, saat di
32x/menit, S = 37,3℃. Tanggal 19 Juni lapang paru dextra dan agak meredup pada
saat dilakukan perkusi terdengar sonor sekret yang dihasilkanpun semakin banyak
pada lapang paru dextra dan agak meredup akibatnya pasien mengalami
x/menit, terdapat sputum berwarna kuning karena adanya obstruksi pada jalan nafas
kental. Masalah bersihan jalan napas tidak akibat sekret yang berlebihan.
2. Ketidakefektifan pola nafas
efektif berhubungan dengan mukus/sekret
berhubungan dengan sindrom
yang berlebih yang ditandai dengan
hipoventilasi, didapatkan data ronchi,
adanya suara nafas tambahan direncanakan
irama nafas pasien reguler, pada saat
untuk teratasi dalam waktu 3 x 24 jam
dilakukan perkusi terdengar sonor pada
maka intervensi yang dibutuhkan kaji
lapang paru dextra dan agak meredup pada
frekuensi, kedalaman, dan upaya
lapang paru sinistra, RR = 16 x/menit,
pernafasan pasien; auskultasi bagian dada
terdapat sputum berwarna kuning kental.
anterior dan posterior; atur posisi pasien
Tujuan keperawatan pola nafas pasien
semifowler; lakukan fisioterapi dada;
efektif dimana kriteria hasil yang
monitor status O2 pasien; lakukan
diharapkan yaitu mempunyai irama dan
suctioning, bila diperlukan; kolaborasikan
pola nafas efektif, mempunyai fungsi paru
dengan tenaga medis lain dalam pemberian
dalam batas normal, TTV dalam rentang
bronkodilator. Hasil laboratorium tanggal
normal. Intervensi keperawatan yang akan
17 Juni 2017 menunjukkan jumlah leukosit
diberikan pada pasien yaitu monitor
yang meningkat disebabkan oleh adanya
tekanan darah, nadi, RR; monitor frekuensi
bakteri Diplococcus gram negatif,
pernafasan dan irama pernafasan; monitor
sehingga tubuh memproduksi sekret yang
suara paru; monitor adanya sianosis
bertujuan untuk menangkap bakteri
perifer; berikan O2 sesuai kebutuhn pasien;
tersebut. Oleh karena bakteri tersebut
berikan posisi semifowler pada pasien;
kolaborasikan dengan tim medis lain 1. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas tidak efektif sebagai akibat dari bersihan jalan nafas efektif dimana kriteria
penumpukan jumlah sekret yang berlebih hasil yang diharapkan yaitu mempunyai
sehingga menghalangi proses difusi antara jalan nafas yang paten, pada pemeriksaan
O2 dan CO2 di alveolus dan di sel jaringan auskultasi, memiliki suara nafas yang
tubuh sehingga pertukaran O2 dan CO2 jernih, mempunyai irama dan frekuensi
hasil laboratorium leukosit yang dan pola nafas efektif, mempunyai fungsi
meningkat atau melebihi jumlah normal. paru dalam batas normal, TTV dalam
4.3 Intervensi Keperawatan
rentang normal. Intervensi keperawatan
yang akan diberikan pada pasien yaitu berikan obat antimikrobial atas indikasi
monitor tekanan darah, nadi, RR; monitor sebagai hasil dari pemeriksaan kultur
bakteri, kuman, atau jamur. Intervensi sesuai advis dokter seperti injeksi
pasien yaitu monitor vital sign, terutama Novaldo 3 x 500 mg, injeksi
teknik mencuci yang benar; ubah posisi Primperan 2 x 10 mg, obat oral N-
dan berikan pulmonary toilet yang baik; Acetylcysteine 3 x 200 mg, obat
Tingkatkan intake nutrisi secara adekuat; Kalbamin 500 cc, infus Ivelip 200
jalan nafas pasien agar proses pernafasan menggunakan Masker Non Rebreathing
RR secara adekuat.
b. Memonitor frekuensi pernafasan d. Memonitor keefektifan terapi
medis lain dalam pemberian nebul pertumbuhan bakteri gram negatif tersebut
pasien menggunakan alat bantu pernafasan belum teratasi dikarenakan pasien masih
extubasi suara nafas pasien terdengar Evaluasi hari keempat didapatkan pasien
gurgling. Sputum pasien berwarna kuning menjalani extubasi ETT dan menggunakan
RR pasien 22x/menit, masih terdapat suara 10 lpm, hal ini dilakukan untuk melatih
ronchi pada lapang paru pasien. Evaluasi otot paru serta pernafasan pasien agar
hari pertama sampai dengan evaluasi hari dapat bekerja secara optimal tanpa
nafas teratasi sebagian dikarenakan pasien diatas jumlah normal 15,29 x 103/uL, hasil
dilakukan extubasi ETT dan oksigen T. leukosit yang meningkat tersebut diduga
Piece 3 lpm, namun RR pasien terkadang terjadinya proses inflamasi pada paru yang
meningkat jika sputum dalam jumlah disebabkan oleh adanya bakteri pada paru.
berlebih dan segera dilaksanakan suction Hal ini dibuktikan melalui pemeriksaan
untuk mengurangi rasa sesak pada pasien, gram staining tanggal 12 Juni 2017 yang
tidak tampak sianosis, terdengar suara menunjukkan hasil bahwa terdapat bakteri
gurgling, dan masih terdapat sekret dalam Diplococcus Gram Negatif serta pasien
sampai dengan hari ketiga pasien masih injeksi Amikasin 1,5 gr dimana kegunaan
menggunakan O2 T. Piece 3 lpm hal ini obat ini untuk mengobati adanya infeksi
dilakukan karena ekspansi paru masih serius yang disebabkan oleh bakteri gram
Nama Pasien: Tn. R (25 tahun) No. Register: 50-90-36 Hari/Tanggal: Senin, 19 Juni 2017
Jam Tensi RR HR Suhu MAP SpO2 CVP Resp. Mode FiO2 Input (cc) Output (cc)
06.00
07.00
08.00 164/74 16 100 36 100% O2 T. Piece 3 lpm 300 300
09.00 164/102 16 100 366, 100% O2 T. Piece 3 lpm
10.00 160/100 18 100 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
11.00 154/105 18 100 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm 400 450
12.00 159/96 18 100 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm
13.00 144/85 17 100 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
14.00 164/94 16 100 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm 400 300
15.00 151/102 19 98 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
16.00 163/95 19 110 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
17.00 160/95 20 95 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm 350 300
18.00 156/95 20 96 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
19.00 160/95 19 95 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
20.00 150/98 19 96 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm 300 300
21.00 156/95 19 95 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
22.00 151/92 19 96 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
23.00 146/100 17 99 36,9 100% O2 T. Piece 3 lpm 300 150
24.00 149/96 17 92 36 100% O2 T. Piece 3 lpm
01.00 145/95 17 96 36 100% O2 T. Piece 3 lpm
02.00 144/81 17 90 36 100% O2 T. Piece 3 lpm 200 150
03.00 152/100 19 98 36 100% O2 T. Piece 3 lpm
04.00 152/96 15 98 36 100% O2 T. Piece 3 lpm
05.00 147/88 16 98 36,2 100% O2 T. Piece 3 lpm 200 100
Jam Tensi RR HR Suhu MAP SpO2 CVP Resp. Mode FiO2 Input (cc) Output (cc)
06.00 163/102 19 107 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm
07.00 145/83 18 119 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm
08.00 145/91 18 117 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm 150 100
09.00 150/100 17 113 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
10.00 154/86 18 118 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
11.00 148/91 19 110 36 100% O2 T. Piece 3 lpm 300 250
12.00 145/84 19 115 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
13.00 138/100 20 118 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
14.00 130/82 18 99 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm 350 250
15.00 126/86 17 94 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
16.00 130/92 17 95 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm
17.00 133/93 16 93 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm 200 100
18.00 131/88 17 93 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm
19.00 130/89 17 90 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm
20.00 136/84 16 91 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm 150 100
21.00 135/87 16 97 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
22.00 135/90 18 95 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
23.00 140/85 18 94 36 100% O2 T. Piece 3 lpm 300 300
24.00 141/84 18 94 36,4 100% O2 T. Piece 3 lpm
01.00 139/91 18 96 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
02.00 130/90 17 99 36,4 100% O2 T. Piece 3 lpm 200 100
03.00 136/92 17 100 36,4 100% O2 T. Piece 3 lpm
04.00 136/90 17 98 36,4 100% O2 T. Piece 3 lpm
05.00 137/88 18 95 36 100% O2 T. Piece 3 lpm 150 100
Jam Tensi RR HR Suhu MAP SpO2 CVP Resp. Mode FiO2 Input (cc) Output (cc)
06.00 133/93 17 91 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm
07.00 130/90 17 91 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm
08.00 146/88 15 104 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm 200 200
09.00 137/85 17 102 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
10.00 141/82 17 97 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
11.00 145/97 13 107 36 100% O2 T. Piece 3 lpm 150 100
12.00 148/89 15 105 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
13.00 147/88 16 109 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
14.00 144/90 17 110 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm 150 100
15.00 150/89 16 111 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
16.00 136/68 15 85 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm
17.00 120/75 15 77 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm 250 200
18.00 122/78 16 76 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm
19.00 130/73 15 75 36,7 100% O2 T. Piece 3 lpm
20.00 125/72 16 79 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm 200 200
21.00 125/82 17 80 36,6 100% O2 T. Piece 3 lpm
22.00 130/81 16 86 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
23.00 128/80 18 85 36 100% O2 T. Piece 3 lpm 250 200
24.00 135/85 16 90 36,4 100% O2 T. Piece 3 lpm
01.00 135/89 16 86 36,5 100% O2 T. Piece 3 lpm
02.00 158/103 20 63 36,4 100% O2 T. Piece 3 lpm 200 200
03.00 130/90 22 94 36,4 100% O2 T. Piece 3 lpm
04.00 130/90 22 95 36,4 100% O2 T. Piece 3 lpm
05.00 143/76 21 98 36 100% O2 T. Piece 3 lpm 200 150
Jam Tensi RR HR Suhu MAP SpO2 CVP Resp. Mode FiO2 Input (cc) Output (cc)
06.00
07.00 140/93 18 117 36,5 100% O2 masker NRB 10 lpm
08.00 120/90 19 100 36,5 100% O2 masker NRB 10 lpm 300 200
09.00 130/85 19 106 36,5 100% O2 masker NRB 10 lpm
10.00 156/78 12 106 36,5 100% O2 masker NRB 10 lpm
11.00 138/71 20 100 36,5 100% O2 masker NRB 10 lpm 200 200
12.00 149/81 21 120 36,5 100% O2 masker NRB 10 lpm
13.00 151/82 20 125 36,5 100% O2 masker NRB 10 lpm
14.00 146/64 21 121 36,5 97% O2 masker NRB 10 lpm 200 200
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
Lampiran 2 a) Jelaskan prosedur kepada
pasien.
b) Cuci tangan.
SOP PEMERIKSAAN TANDA-TANDA c) Gunakan sarung tangan.
d) Atur posisi pasien.
VITAL e) Tentukan letak bawah
lidah.
f) Turunkan suhu
Pemeriksaan tanda vital merupakan
termometer dibawah 34-
suatu cara untuk mendeteksi adanya
35℃.
perubahan sistem tubuh. Tanda vital g) Turunkan suhu
jam.
Lampiran 3 1) Memberikan salam dan sapa
nama pasien.
2) Menjelaskan tujuan dan
SOP SUCTIONING
prosedur pelaksanaan.
3) Menanyakan persetujuan
sampiran.
b. Tahap Pelaksanaan
SOP NEBULIZER 1) Cuci tangan dan pakai sarung
tangan.
2) Mengatur pasien dalam posisi
1. PENGERTIAN
Pemberian inhalasi uap dengan duduk atau semifowler.
3) Mendekatkan peralatan yang
obat atau tanpa obat menggunakan
berisi set nebulizer ke bed
nebulizer.
pasien.
2. TUJUAN 4) Mengisi nebulizer dengan
a. Mengencerkan sekret atau sputum
aquades sesuai takaran.
agar mudah dikeluarkan. 5) Memasukkan obat sesuai
b. Melonggarkan jalan nafas.
dosis.
3. ALAT DAN BAHAN 6) Memasang masker pada
a. Set nebulizer
b. Obat bronkodilator pasien.
c. Bengkok 1 buah 7) Menghidupkan nebulizer dan
d. Tissue
e. Spuit 5 cc meminta pasien nafas dalam
f. Aquades
g. Sarung tangan sampai obat habis.
8) Matikan nebulizer.
4. PROSEDUR KERJA 9) Bersihkan mulut dan hidung
a. Tahap Persiapan
1) Memberi salam dan dengan tissue.
10) Bereskan alat.
memperkenalkan diri. 11) Buka sarung tangan dan
2) Menjelaskan tujuan.
3) Menjelaskan langkah atau mencuci tangan.
c. Tahap Terminasi
prosedur yang akan dilakukan. 1) Evaluasi perasaan pasien.
4) Menanyakan persetujuan 2) Kontrak waktu untuk kegiatan
keluarga meninggalkan
ruangan.
Lampiran 5 3. ALAT kasi 1) Cuci
pengobata an pasie n
n. salam n. untuk
b. Tahap
. penyu
2) Meng Kerja
klarifi
ntika ukkan salura a obat
n. . n masu
4) Mem 6) Mem
infus k ke
asang astika
denga salura
perla n atau
n n
k meng
hati- vena
pada klaim
hati denga
area infus.
7) Mela denga n
dibaw
kukan n baik.
ah
desinf kemir Jika
yang
ektan ingan saat
terpas
pada 15-45 aspira
ang
area deraja si
infus.
5) Meng karet t. terlih
9) Mela
ecek salura at
kukan
kelan n darah
aspira
caran infus kelua
si
tetesa set. r ke
8) Menu atau
n selan
sukka meng
infus g
n hisap
sebel infus
jarum spuit
um maka
ke untuk
obat obat
bagia mema
dimas siap
n stikan
dimas
karet bahw
ukkan lokasi 14) Hitun 17) Mele
. tusuk g pas
10) Masu
an tetsan sarun
kkan
jarum infus g
obat
. sesuai tanga
secar 12) Mem
denga n.
a buka 18) Cuci
n
perla klem tanga
ketent
han. cairan n.
11) Cabut uan c. Tahap
infus
jarum progr Terminas
dan
dari am i
meng 1) Meng
bagia pemb
obser evalu
n erian
vasi asi
karet cairan
kelan respo
salura .
caran 15) Mera n
n
tetsan pikan pasie
infus
aliran pasie n.
denga 2) Meny
cairan n.
n 16) Mem impul
.
melet 13) Buan beres kan
selanj
utnya
denga
pasie
(wakt
u,
tempa
t, dan
topik
atau
kegiat
an).