Anda di halaman 1dari 12

J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No.

1, 42-53
Perhimpunan Entomologi Indonesia

Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles


dan Kejadian Penyakit Malaria
SUWITO1), UPIK KESUMAWATI HADI2), SINGGIH H SIGIT2),
DAN SUPRATMAN SUKOWATI3)
1)
Sekolah Tinggi Kesehatan Abdi Nusa Pangkalpinang,
Subdit Pengendalian Vektor Depkes RI
2)
Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner, FKH IPB
3)
Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Depkes RI

(diterima Januari 2010, disetujui Maret 2010)

ABSTRACT
Correlations of Climate, Anopheles Density and Malaria Incidence.
Districts of South Lampung and Pesawaran are malaria endemic areas. The
purpose of this study was to analyze the relationship between climate,
Anopheles density and malaria incidence. Mosquito collections were caught
by human landing collection all night 06:00 PM-06:00 AM. The relation of
climate with Anopheles density and Anopheles density with malaria
incidence were analysed by Pearson Product Moment test. The Anopheles
bite all night, peaks with 02:00-04:00 AM, outdoor bitings were more
frequent than indoor biting. There were relationships between relative
humidity and rain fall with Anopheles density, and Anopheles density with
malaria incidence one month later.
KEY WORD: Climate, Anopheles density, malaria insidence

25-27oC (Epstein et al. 1998).


PENDAHULUAN Penelitian mengenai simulasi mate-
matis transmisi malaria yang dikaitkan
Indonesia merupakan negara ke- dengan perubahan iklim sangat mem-
pulauan yang memiliki iklim tropis bantu deteksi dini merebaknya kasus
yang heterogen dan rentan terhadap malaria (Martens 1997).
dampak perubahan iklim regional dan Sektor kesehatan merupakan salah
global. Perubahan iklim makro dan satu sektor yang rentan terhadap
mikro dapat mempengaruhi penyebar- dampak perubahan iklim, sehingga
an penyakit menular, termasuk penya- antisipasi perubahan iklim terhadap
kit tular vektor nyamuk. Peningkatan sektor kesehatan di Indonesia dan
kelembaban dan curah hujan ber- lingkungannya merupakan hal yang
banding lurus dengan peningkatan sangat penting. Sukowati (2008) me-
kepadatan nyamuk, sedangkan suhu nyatakan di Indonesia faktor iklim
mempunyai batas optimum bagi berpengaruh signifikan terhadap risiko
perkembangbiakan nyamuk antara penularan penyakit tular vektor seperti

42
Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

demam berdarah dan malaria. Model an atau penurunan kepadatan nyamuk


matematis menunjukkan bahwa pe- Anopheles serta kaitannya dengan
ningkatan suhu global 3 oC menjelang peningkatan dan penurunan penyakit
tahun 2100 dapat meningkatkan pe- malaria. Adapun tujuan penelitian ini
nyakit malaria 50-80 juta per tahun adalah untuk mengetahui hubungan
(Martens 1997). iklim dengan kepadatan nyamuk
Penyakit malaria di Lampung Anopheles serta untuk mengetahui
disinyalir berkorelasi dengan kepa- hubungan kepadatan nyamuk Ano-
datan nyamuk Anopheles sebagai pheles dengan kejadian penyakit
vektor, sebagaimana pernyataan malaria.
Rozendal (1997) bahwa banyaknya
vektor akan berkorelasi positif dengan BAHAN DAN METODE
tingginya kasus penyakit. Kepadatan Tempat dan Waktu Penelitian
populasi vektor yang tinggi dapat Penelitian dilaksanakan di Lam-
meningkatkan kontak vektor yang pung Selatan dan Pesawaran yang
infektif terhadap manusia (Mc. Kelvey merupakan wilayah kategori kasus
et al. 1991). Nyamuk Anopheles yang sedang malaria (medium case inciden-
telah ditemukan kontak dengan ce/MCI) di Indonesia. Tepatnya di dua
manusia di Lampung Selatan antara kecamatan endemis malaria status
lain A. sundaicus, A. subpictus, A. kasus tinggi malaria (high incidence
vagus, A. indefinitus, A. nigerrimus, A. area/HIA), yaitu Kecamatan Rajabasa
peditaeniatus, A. kochi, A. Barbiro- dan Kecamatan Padangcermin. Pene-
stris, A. annullaris, A. separatus, A. litian dilaksanakan selama satu tahun,
tessellatus dan A. aconitus (Idram Idris mulai September 2008 sampai dengan
et al. 1999). September 2009.
Kepadatan vektor yang tinggi Bahan dan Alat
menjadikan Lampung Selatan daerah Bahan dan peralatan yang diguna-
endemis malaria sepanjang tahun. kan yaitu mikroskop stereo, aspirator,
Jumlah penyakit malaria berdasarkan kloroform dan kuesioner terstruktur
hasil penghitungan angka parasit mengenai iklim, kepadatan nyamuk
malaria atau annual parasite incidence dan penyakit malaria.
(API) perseribu penduduk tahun 2005
sebesar 15,5 0 00 , tahun 2006 sebesar Pengamatan Iklim
Data iklim diperoleh dari data
7,4 0 00 , tahun 2007 sebesar 12 0 00 dan
sekunder, yang diambil dari Badan
tahun 9,9 0 00 (Depkes 2009).
Meteorologi Klimatologi dan Geo-
Berdasarkan latar belakang ter- fisika (BMKG) Raden Intan Lampung
sebut, maka penelitian iklim menjadi Selatan, meliputi suhu udara, ke-
penting untuk memprediksi peningkat-

43
J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53

lembaban udara dan curah hujan. Suhu tertentu) yang tertangkap per malam
dan kelembaban udara dirata-ratakan dibagi jumlah penangkap. Karena per
tiap bulannya. Nilai indeks curah hujan orang per jamnya menangkap 45
bulanan dihitung dengan mengalikan menit, berarti permalam menangkap
jumlah curah hujan perbulan dengan sembilan jam, maka dikalikan 12/9.
hari hujan perbulan, lalu dibagi dengan Σnyamuk ( permalam) 12
MBR = x
jumlah hari pada bulan yang ber- Σpenangkap 9
sangkutan.
Pengamatan Penyakit Malaria
Penangkapan Nyamuk Malam Hari Jumlah kasus malaria diperoleh
Kepadatan nyamuk diperoleh dari dari data sekunder, yang diambil dari
hasil penangkapan nyamuk yang Puskesmas di wilayah Kecamatan
hinggap di badan pada malam hari Rajabasa dan Padangcermin, yaitu
pukul 18:00-06:00, dengan metode Puskesmas Waymuli, Hanura dan Pa-
HLC (human landing collection). dangcermin.
Digunakan tiga rumah sebagai lokasi
Analisis Data
penangkapan, dimana masing-masing
Kepadatan nyamuk Anopheles
rumah terdapat seorang penangkap,
menggigit per orang per malam (MBR)
masing-masing di luar dan di dalam
dirata-ratakan tiap bulannya dan di-
rumah. Dalam tiap jamnya bekerja
sajikan dalam bentuk grafik selama
selama 45 menit dan istirahat 15 menit.
satu tahun, di dalam dan di luar rumah.
HLC dilakukan selama satu tahun,
Fluktuasi suhu udara, kelembaban
dimana tiap bulannya empat malam di
udara dan indeks curah hujan disajikan
Kecamatan Rajabasa dan empat malam
dalam bentuk grafik selama satu tahun.
di Padangcermin. Nyamuk yang hing-
Untuk mengetahui hubungan iklim
gap di badan ditangkap menggunakan
dengan kepadatan nyamuk Anopheles,
aspirator, kemudian nyamuk dibunuh
dilakukan uji korelasi pearson product
mengunakan cloroform, dihitung jum-
moment pada α=0,05. Jika terdapat
lahnya dan diidentifikasi spesiesnya
hubungan bermakna, maka diteruskan
menggunakan mikroskop stereo. Iden-
dengan uji regresi linier sederhana
tifikasi nyamuk menggunakan kunci
untuk mengetahui seberapa besar
identifikasi nyamuk Anopheles dari
pengaruh iklim terhadap kepadatan
O’Connor dan Soepanto (1999). Ke-
nyamuk Anopheles, dengan mencari
padatan nyamuk Anopheles menghisap
nilai kooefesien determinasi (r2). Data
darah per orang per malam dihitung
kasus malaria selama satu tahun
berdasarkan nilai man bitting rate
(MBR). Nilai MBR didapat dari
jumlah nyamuk Anopheles (spesies

44
Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

6,00

5,00

4,00

MH
3,00

2,00

1,00

0,00
18-19 19-20 20-21 21-22 22-23 23-24 24-01 01-02 02-03 03-04 04-05 05-06

A. sundaicus 1,66 1,21 1,13 1,52 2,08 2,46 3,27 3,60 3,75 4,80 3,14 1,55
A. vagus 0,18 0,39 0,12 0,29 0,28 0,17 0,03 0,16 0,04 0,09 0,22 0,00
A. tessellatus 0,05 0,04 0,04 0,10 0,00 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
A. aconitus 0,50 0,34 0,11 0,03 0,11 0,08 0,06 0,11 0,14 0,11 0,08 0,14
A. subpictus 0,02 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,06 0,00
A. annullaris 0,09 0,14 0,11 0,00 0,03 0,14 0,06 0,03 0,06 0,00 0,08 0,03
A. kochi 0,26 0,00 0,17 0,00 0,11 0,00 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,06
A. minimus 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00
A. barbirostris 0,00 0,11 0,07 0,07 0,04 0,04 0,04 0,04 0,00 0,04 0,01 0,00
A. maculatus 0,00 0,00 0,00 0,22 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 0,00
Jam

Gambar 1. Fluktuasi kepadatan Anopheles per orang per jam (MHD) di Rajabasa,
Lampung Selatan

disajikan dalam bentuk grafik. Untuk HASIL DAN PEMBAHASAN


mengetahui hubungan kepadatan Wilayah Kecamatan Rajabasa
Anopheles dengan kasus malaria didapatkan 10 spesies Anopheles yang
menggunakan uji korelasi pearson kontak dengan manusia, yaitu A.
product moment pada α=0,05. Jika sundaicus, A. vagus, A. tessellatus, A.
terdapat hubungan bermakna, maka aconitus, A. subpictus, A. annularis, A.
dilanjutkan dengan uji regresi linier kochi, A. minimus, A. barbirostris dan
sederhana untuk mengetahui seberapa A. maculatus. Wilayah Kecamatan
besar pengaruh kepadatan nyamuk Padangcermin didapatkan delapan
Anopheles terhadap kasus malaria, spesies Anopheles yang kontak dengan
dengan mencari nilai kooefesien manusia, yaitu A. sundaicus, A.
determinasi (r2). subpictus, A. barbirostris, A. kochi, A.
aconitus, A. tessellatus, A. vagus dan

45
J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53

7,00

6,00

5,00

4,00
MHD
3,00

2,00

1,00

0,00
18-19 19-20 20-21 21-22 22-23 23-24 24-01 01-02 02-03 03-04 04-05 05-06
A. sundaicus 3,88 2,97 2,61 3,10 4,17 4,96 5,93 6,10 6,33 5,60 3,88 2,60
A. subpictus 0,00 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 0,00 0,00 0,00
0
A. barbirostris 0,04 0,00 0,00 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,00 0,04 0,00
4
A. kochi 0,00 0,11 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
A. aconitus 0,00 0,11 0,00 0,11 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
A. tessellatus 0,00 0,00 0,92 0,08 0.00 0,00 0,00 0,04 0,00 0,04 0,04 0,00
A. vagus 0,07 0,04 0,02 0,01 0.02 0,00 0,02 0,03 0,00 0,02 0,02 0,00
A. hyrcanus gr. 0,00 0,00 0,00 0,00 0.00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 0,00

Jam Pengamatan

Gambar 2. Fluktuasi kepadatan Anopheles per orang per jam (MHD) di


Padangcermin-Pesawaran

A. hyrcanus group. Nyamuk A. sunda- Suhu udara berkisar antara 25,60-27,30


o
icus merupakan spesies dominan di C. Rata-rata suhu udara terendah pada
Kecamatan Rajabasa dan Padang- Desember dan tertinggi pada Sep-
cermin, sebagaimana ditunjukkan dari tember. Kepadatan Anopheles me-
angka gigitan per orang per jam ningkat pada kisaran suhu 26-26,5 oC,
(MHD) sangat tinggi melebihi spesies mencapai puncaknya pada suhu 26,1
o
lainnya (Gambar 1 dan Gambar 2). C. Pada suhu udara di atas 27 oC
Kepadatan nyamuk Anopheles per grafik kepadatan Anopheles menurun.
orang per malam (MBR) menunjukkan Hasil uji korelasi pearson pada α=0,05,
Anopheles menghisap darah sepanjang didapatkan nilai p=0,757 (p>0,05)
bulan, tertinggi pada Desember, de- (Gambar 4), artinya tidak ada hubu-
ngan rata-rata 108 gigitan per orang ngan bermakna suhu udara dengan
per malam pada Desember. Nyamuk kepadatan nyamuk Anopheles per
Anopheles lebih banyak menghisap orang per malam (MBR).
darah di luar rumah dibandingkan
dengan di dalam rumah (Gambar 3).

46
Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

MBR

Bulan Pengamatan

Gambar 3. Fluktuasi kepadatan Anopheles per orang per malam (MBR) di


Rajabasa, Lampung Selatan dan Padangcermin-Pesawaran

27,50 120,00

27,00 100,00
Suhu udara ('C)

26,50 80,00

MBR
26,00 60,00

25,50 40,00
Korelasi pearson (α=0,05)
25,00 p=0,757 20,00

24,50 0,00
Sep Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

Suhu ('C) 26,90 25,60 26,10 26,20 26,50 27,10 26,10 27,10 26,40 26,30 26,10 27,30
MBR 21,94 36,00 108,11 73,72 76,06 80,67 81,28 59,22 64,39 73,89 60,28 62,94
Bulan pengamatan

Gambar 4. Hubungan suhu udara dengan kepadatan Anopheles (MBR) di


Rajabasa, Lampung Selatan dan Padangcermin-Pesawaran

Kelembaban udara berfluktuasi, de- korelasi pearson pada α=0,05 di-


ngan rata-rata tertinggi pada Desember dapatkan nilai p=0,026 (p<0,05). Nilai
sebesar 84,30% dan terendah pada koefesien determinasi sebesar 0,405,
Agustus sebesar 76%. Kelembaban artinya kepadatan Anopheles 40,5% di-
udara mempunyai hubungan bermakna pengaruhi oleh kelembaban udara,
dengan kepadatan nyamuk Anopheles selebihnya 59,5% oleh faktor lain di
per orang per malam (MBR). Hal ini luar kelembaban udara (Gambar 5).
dibuktikan berdasarkan uji statistik

47
J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53

86,00 120,00

84,00
100,00
Kelembaban udara (%)

82,00
80,00
80,00

MBR
78,00 60,00

76,00
40,00
74,00 Korelasi pearson (α=0,05)
72,00 p=0,026 r2 = 0,405 20,00

70,00 0,00
Sep Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

Kelembaban (%) 76,40 79,30 84,30 82,00 81,00 80,00 81,80 79,00 83,00 77,00 76,00 77,00
MBR 21,94 36,00 108,1 73,72 76,06 80,67 81,28 59,22 64,39 73,89 60,28 62,94
Bulan pengamatan

Gambar 5. Hubungan kelembaban udara dengan kepadatan Anopheles (MBR) di


Padangcermin-Pesawaran

Gambar 6. Hubungan indeks curah hujan dengan kepadatan Anopheles (MBR)


di Rajabasa, Lampung Selatan dan Padangcermin-Pesawaran

Curah hujan berfluktuasi pada tiap kepadatan nyamuk Anopheles per


bulannya, fluktuasi indeks curah hujan orang per malam (MBR). Koefesien
tertinggi pada Desember sebesar 22 ml determinasi menunjukkan nilai 0,569,
dan terendah pada Mei sebesar 10 ml. artinya kepadatan nyamuk Anopheles
Hasil perhitungan statistik hubungan 56,9% disebabkan oleh curah hujan
antara indeks curah hujan dengan (Gambar 6).
kepadatan nyamuk Anopheles pada Kepadatan nyamuk Anopheles di-
α=0,05 didapatkan nilai p=0,005 kaitkan dengan penyakit malaria, me-
(p<0,05), artinya ada hubungan ber- nunjukkan tidak ada hubungan ber-
makna indeks curah hujan dengan makna kepadatan Anopheles dengan

48
Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

kasus malaria (p=0,901) (Gambar 7). Padangcermin. Jumlah kepadatan per


Namun, pada saat kepadatan Ano- orang per jam di luar rumah selalu
pheles dihubungkan dengan kasus lebih tinggi dibandingkan dengan di
malaria satu bulan berikutnya, didapat- dalam rumah. Hasil ini serupa dengan
kan nilai p=0,021 (p<0,05), artinya ada temuan Sukowati dan Shinta (2009),
hubungan bermakna kepadatan Ano- bahwa A. sundaicus aktif menghisap
pheles dengan kasus malaria satu bulan darah manusia sepanjang malam
berikutnya. Hubunganya positif kuat dengan puncak kepadatan antara pukul
(ρ=0,681), semakin tinggi kepadatan 02:00-03:00, kepadatan di luar rumah
nyamuk per orang per malam (MBR) lebih banyak dibandingkan di dalam
maka semakin besar kasus malaria rumah.
pada bulan berikutnya (Gambar 8). Mardiana et al. (2007) menyatakan
Hasil penangkapan malam hari aktivitas menghisap darah A. sundai-
metode HLC mendapatkan 11 spesies cus lebih banyak di luar rumah dengan
Anopheles, yaitu A. sundaicus, A. puncak kepadatan pukul 01.00-02.00,
vagus, A. tessellatus, A. aconitus, A. sedangkan di dalam rumah puncak
subpictus, A. annularis, A. kochi, A. kepadatan pukul 24.00-01.00. Joshi et
minimus, A. barbirostris, A. maculatus, al. (1977) menyatakan A. aconitus
dan A. hyrcanus group. Spesies A. lebih banyak menghisap darah di luar
sundaicus merupakan spesies dominan rumah dari pada di dalam rumah,
menghisap darah sepanjang malam puncak kepadatan tertinggi pada te-
mulai dari pukul 18:00-06:00, dengan ngah malam. Berdasarkan aktivitas
puncak kepadatan pukul 03:00-04:00 menghisap darah A. sundaicus, bahwa
di Rajabasa dan 02:00-03:00 di

Korelasi pearson (α=0,05)


p=0,901

Gambar 7. Hubungan kepadatan Anopheles (MBR) dengan kasus malaria di


Rajabasa, Lampung Selatan dan Padangcermin-Pesawaran

49
J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53

Gambar 8. Hubungan kepadatan Anopheles (MBR) dengan kasus malaria (satu


bulan berikutnya) di Rajabasa, Lampung Selatan dan Padangcermin-
Pesawaran

penularan malaria di Rajabasa dan meningkatkan kasus (Rozendal 1997),


Korelasi pearson ρ=0,681
Padangcermin berlangsung sepanjang maka dapat diprediksi
r 2
= 0,464 kasus malaria
(α=0,05), p=0,021
malam, baik di luar maupun di dalam akan meningkat pada Desember,
rumah. Meskipun dari hasil pe- dengan anggapan daya tahan tubuh
nangkapan menunjukkan nyamuk lebih masyarakat stabil setiap bulan.
banyak menghisap darah di luar Kepadatan Anopheles per orang per
rumah. Akan tetapi, apabila pada malam dipengaruhi oleh kelembaban
malam hari tidak mendapatkan orang udara dan curah hujan. Hasil per-
di luar rumah, maka nyamuk akan hitungan statistik kelembaban udara
masuk ke dalam rumah untuk mencari mempunyai hubungan bermakna de-
darah (Depkes 1999). ngan kepadatan Anopheles per orang
Penelitian ini mempunyai kelebih- per malam (p=0,025). Kepadatan
an dibanding dengan penelitian lainnya Anopheles 40,5% dipengaruhi oleh
yang ada di Indonesia, karena data kelembaban udara. Kelembaban udara
kepadatan nyamuk Anopheles yang adalah jumlah uap air yang terdapat
diperoleh berturut-turut setiap bulan dalam udara. Uap air di udara sebagian
selama satu tahun, belum pernah besar berasal dari penguapan air laut.
didapatkan oleh penelitian lainnya. Lampung Selatan dan Pesawaran me-
Nyamuk Anopheles menghisap darah rupakan daerah pantai berbatasan
sepanjang bulan, kepadatan per orang dengan laut. Pada daerah pantai ke-
per malam tertinggi pada Desember. lembaban udara relatif lebih tinggi,
Besarnya jumlah nyamuk vektor yang disebabkan penguapan air laut relatif
menghisap darah manusia akan besar. Kelembaban mempengaruhi ke-

50
Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

langsungan hidup dan kebiasaan nya- banyak habitat perkembangbiakan


muk menghisap. Kelembaban yang mempermudah nyamuk meletakkan
rendah akan memperpendek umur telur, sehingga kepadatan nyamuk
nyamuk, sebaliknya kelembaban tinggi semakin tinggi. Hujan yang diselingi
memperpanjang umur nyamuk. Pada dengan cuaca panas akan meningkat-
kelembaban yang lebih tinggi, nyamuk kan berkembangbiaknya Anopheles
akan menjadi lebih aktif dan lebih vektor (Mendoza dan Oliveira 1996).
sering menggigit (Gunawan 2000). Kepadatan Anopheles mempunyai
Peningkatan kelembaban udara dan hubungan bermakna dengan jumlah
curah hujan berbanding lurus dengan kasus malaria satu bulan berikutnya
peningkatan kepadatan nyamuk (Eps- (p=0,021). Hubunganya positif kuat
tein et al. 1998). (ρ=0,681), semakin tinggi kepadatan
Curah hujan berhubungan ber- Anopheles per orang per malam maka
makna dengan kepadatan Anopheles semakin besar kasus malaria pada
(p=0,005). Kepadatan Anopheles per bulan berikutnya. Dengan kata lain,
orang per malam 56,9% dipengaruhi terjadinya peningkatan kepadatan
oleh curah hujan. Hasil ini serupa de- Anopheles pada bulan ini, peningkatan
ngan pernyataan Mardiana dan Munif kasus malaria akan terjadi satu bulan
(2009), bahwa kepadatan nyamuk berikutnya. Hasil ini sesuai dengan
Anopheles di Sukabumi mempunyai masa inkubasi intrinsik parasit malaria,
hubungan positif dengan curah hujan. mulai dari masuknya parasit ke dalam
Epstein el at. (1998) menyatakan tubuh manusia sampai dengan timbul-
semakin tinggi curah hujan akan me- nya gejala klinis Plasmodium falci-
naikan kepadatan nyamuk, demikian parum membutuhkan waktu 8-11 hari
juga sebaliknya rendahnya curah hujan (Garcia & Brucher 1996), P. vivax
mengurangi kepadatan nyamuk. Ada- membutuhkan waktu 12-17 hari
nya hujan akan menambah jumlah dan (Nadesul 1998). Kebiasaan masyarakat
jenis genangan air, yang sebelumnya datang berobat ke Puskesmas setelah
hanya sedikit atau tidak ada pada menggigil beberapa hari dan tidak
musim kemarau. Keberadaan tambak membaik setelah minum obat warung.
terbengkalai, kobakan dan kubangan Pencatatan kasus malaria yang dilaku-
menjadi lebih banyak, bak benur kan oleh Puskesmas melebihi waktu
(terbengkalai) yang kering menjadi masa inkubasi penyakit, karena pasien
berisikan air, kondisi air lagun dan datang bukan pada gejala awal, me-
rawa-rawa menjadi lebih payau. Kon- lainkan sering kali pasien datang pada
disi perairan ini merupakan habitat kondisi lebih parah. Jumlah kasus
yang disenangi oleh A. sundaicus un- malaria sebulan mendatang 46,4%
tuk perkembangan larva. Semakin disebabkan oleh kepadatan Anopheles

51
J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53

pada bulan sekarang. Hasil penelitian DAFTAR PUSTAKA


ini serupa dengan hasil penelitian
[Depkes] Departemen Kesehatan.
Mardiana dan Munif (2009), menyata-
1999. Modul Epidemiologi Mala-
kan bahwa A. aconitus di Purworejo
ria. Jakarta : Ditjen P2M&PL.
mempunyai hubungan positif dengan
[Depkes] Departemen Kesehatan.
insiden malaria, dengan nilai r2 =
2009. Penemuan Penderita Ma-
0,491.
laria Provinsi Lampung. Jakarta :
KESIMPULAN Ditjen PP&PL.
Nyamuk A. sundaicus merupakan Epstein PR, Diaz HR, Elias S,
spesies dominan di Kecamatan Raja- Grabherr G, Graham NE, Mar-
basa dan Padangcermin. Suhu udara tens WJM, Thomson EM, Sus-
tidak mempunyai hubungan bermakna skind J. (ED). 1998. Biological
dengan kepadatan nyamuk Anopheles. and physical signs of climate
Kelembaban udara dan curah hujan change : focused on mosquito-
mempunyai hubungan bermakna de- borne diseases. Bul Amer Meterol
ngan kepadatan nyamuk Anopheles, Soc 79 : 409-17.
sedangkan kepadatan nyamuk Ano- Gracia SL, Brucher DA. 1996.
pheles mempunyai hubungan ber- Diagnostic Medical Parasito-
makna dengan kasus malaria satu logy. Los Angeles: UCLA Medi-
bulan berikutnya. cal Center.
Gunawan S. 2000. Epidemiologi Mala-
UCAPAN TERIMA KASIH ria. Jakarta : EGC.
Penulis mengucakan terima kasih Idram-Idris NS, Sudomo M, Sujitno.
kepada Muspida Kabupaten Lampung 1999. Fauna Anopheles di daerah
Selatan dan Pesawaran, mulai dari pantai hutan mangrove Kecama-
Bupati, Camat dan Kepada Desa atas tan Padang Cermin Lampung
izin dan kemudahan menggunakan Selatan. Bul Penel Kes 32 (2) :
lokasi penelitian. Kepada Kepala 49-61.
Dinas Kesehatan Lampung Selatan dan Joshi P, Self LS, Usman S, Pant CP,
Pesawaran, Pimpinan Puskesmas Way- Nelson MJ, Supalin. 1977. Eco-
muli, Hanura dan Padangcermin terima logical studies on Anopheles
kasih atas bantuan pelaksanaan pene- aconitus in Semarang area of
litian. Khususnya kepada pihak mala- Central Java. Indonesia. WHO/
ria transmission concource (MT-C) VBC/77.677.
Indonesia terima kasih atas dana pene- Mardiana, Munif A. 2009. Hubungan
litian yang telah diberikan. antara kepadatan vektor Ano-
pheles aconitus dan insiden

52
Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

malaria di daerah endemik di retes. Mem Ins Cruz 91 (3): 265-


Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. 270.
Jur Ekol Kes 8 (1) : 901-914. Nadesul H. 1998. Penyebab, Pence-
Mardiana, Sukowati S, Wigati RA. gahan dan Pengobatan Malaria.
2007. Beberapa aspek perilaku Jakarta : Puspa Swara.
nyamuk Anopheles sundaicus di O’connor CT, Soepanto A. 1999.
Kecamatan Sumur Kabupaten Kunci Bergambar untuk Ano-
Pandeglang. J Ekol Kes 6 (3) : pheles Betina dari Indonesia.
621-627. Jakarta : Ditjen P2M&PL Dep-
Martens WJM. 1997. Malaria and kes.
climate change. enviromental Rozendal JA. 1997. Vector control,
health perspectives. University of Methods for use by individuals
Limburg, Maastricht, The Ne- and communities. Genewa:
therland. 97 : 103-116. WHO.
Mc.Kelvey JJ, Eldridge BE, Mara- Sukowati S. 2008. Masalah Keraga-
morosch K. 1991. Vector of man Spesies Vektor Malaria dan
Disease Agents Interaction with Cara Pengendalianya di Indo-
Plants, Animal and Man. New nesia. Orasi Pengukuhan Pro-
York: Praeger Publisheres, CBC fesor Riset Bidang Biologi Ling-
Educational and Professional kungan. Jakarta : Badan Litbang-
Publising a division of CBC, Inc. kes Depkes.
521 Fith Avenue. Sukowati S, Shinta. 2009. Habitat
Mendoza CF, Oliveira RLD. 1996. perkembangbiakan dan aktivitas
Bionomic of A. aquasalis curry menggigit nyamuk Anopheles
1932, in Guarai, State of Rio de sundaicus dan Anopheles subpic-
Janerio, Southeastern Brazil. I tus di Purworejo, Jawa Tengah. J
Seasonal distribution and parity Ekol Kes. 8 (1) : 915-925.
___________________

53

Anda mungkin juga menyukai