Anda di halaman 1dari 38

PRAKTIKUM V

ALAT INDERA
Kegiatan I
A. Judul : Reseptor rasa
B. Tujuan : Menentukan daerah pengecap bebagai rasa pada lidah manusia
C. Dasar Teori
Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun
indera pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur
makanan seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan
keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf
nyeri, juga berperan pada pengecap. Makna penting dari indera pengecap adalah
bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan sesuai dengan
keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan akan
substansi nutrisi tertentu (Diah Savitri, 1997).
Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi,
beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap.
Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel
disekitarnya, sehingga beberapa diantaranya adalah sel muda dan lainnya adalah
sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan
larut (Guyton, 1997).
Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan
permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan
papilla, pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan.
Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla lidah menjadi tidak
sensitif terhadap rasa (Lynch et al., 1994; Ganong, 1998; Budi, . 2004)
Sel reseptor pengecap adalah sel epitel termodifikasi dengan banyak
lipatan permukaan atau mikrovili, sedikit menonjol melalui poripori pengecap
untuk meningkatkan luas permukaan sel yang terpajan dalam mulut. Membran
plasma mikrovili mengandung reseptor yang berikatan secara selektif dengan
molekul zat kimia. Hanya zat kimia dalam larutan atau zat padat yang telah larut
dalam air liur yang dapat berikatan dengan sel reseptor. (Amerongen, 1991).

1
Sensasi rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus
di ujung sel pengecap (taste buds) yang terdapat di permukaan lidah dan palatum
molle. Sel pengecap tetap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan
regenerasi. Proses ini bergantung pada pengaruh saraf sensoris karena jika saraf
tersebut dipotong maka akan terjadi degenerasi pada pengecap (Budi, . 2004;
Boron,.2005).
Pada umumnya indera rasa pengecap dianggap kurang penting
dibandingkan indera lainnya, karena penurunan fungsi atau gangguan pengecap
jarang berakibat fatal sehingga tidak mendapatkan perhatian medis khusus.
Gangguan indera rasa pengecap dapat mengurangi kenikmatan hidup dan dapat
menyebabkan penderita menjadi tidak nyaman karena mempengaruhi
kemampuannya untuk menikmati makanan, minuman dan bau yang
menyenangkan. Kelainan ini juga berpengaruh terhadap kemampuan penderita
untuk mengenali bahan kimia yang berbahaya, sehingga dapat menimbulkan
akibat yang serius (Wasjudi, 2000)
D. Alat dan Bahan
a) Larutan asam sitrat
b) Larutan NaCl
c) Aspirin atau kina lemah
d) Gula pasir
e) aplikator (batang kecil dengan salah satu ujungnya diberi kapas)
f) peta rasa
g) kertas hisap/saring

2
E. Prosedur Kerja

Praktikan

- Meminta pasangan praktikan anda berkumur, kemudian


keringka lidahnya dengan kertas hisap (sebaiknya relawan
tutup mata)
- Mencelupkan aplikator kedalam larutan asam, buanglahn
kelebihan larutan dengan menekannya pada sisi pinggan
- Menyentuh aplikator pada daerah ujung sepanjang sisi
tengah, dan belakang lidah pasangan anda
- Menulis tanda (+) pada daerah peta rasa yang sesuai jika
daerah tertentu yang di sentuh tidak sensitive terhadap
larutan yang di uji
- Mengulangi prosedur diatas dengan menggunakan ketiga
larutan lainnya, satu demi satu

Hasil
Pengamatan

3
F. Hasil Pengamatan
Nama Tester Manis Asin Asam Pahit
Fahrul Ujung lidah Pangkal lidah Tepi lidah Tepi lidah
luar dalam
Dewi Ujung lidah Tepi lidah Tepi lidah Pangkal
luar dalam lidah
Wulandari Ujung lidah Tepi lidah Tepi lidah Pangkal
luar dalam lidah
Liberti Ujung lidah Tepi lidah Tepi lidah Pangkal
luar dalam lidah
Firga Ujung Lidah Tepi luar Tepi dalam Pangkal
Lidah Lidah Lidah

G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahwa pada setiap
probandus memiliki kesamaan yaitu mempunyai rasa manis yang terletak di ujung
lidah, asin terletak pada tepi lidah bagian luar, asam terletak pada tepi lidah bagian
dalam, dan pahit terletak dibagian pangkal lidah.
Sedangkan untuk asin, asam dan pahit ketiga probandus memiliki
kesamaan yaitu asin terletak pada tepi lidah bagian luar, asam terletak pada tepi
lidah bagian dalam dan pahit terletak pada pangkal lidah. Sedangkan untuk
probandus yang satu memiliki perbedaan dengan ketiga probandus yaitu pada
bagian asin terletak pada pangkal lidah, asam terletak tepi lidah bagian luar dan
pahit terletak pada tepi lidah bagian dalam. Hal ini mungkin dikarenakan lidah
probandus tidak kering atau masih terdapat cairan saliva sehingga dapat
melarutkan larutan tersebut.
Menurut Sherwood (2001), Saliva akan melarutkan dan mengkatalis zat
yang masuk ke dalam mulut. Kuncup kecap hanya akan dapat terstimulasi bila zat
tersebut telah dikatalis oleh saliva (chemoreseptor), sehingga apabila konsentrasi
saliva terlalu rendah maka dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengkatalis
zat-zat tersebut, dan semakin lambat pula respon rasa tersebut.

4
Ada 4 pengecap dasar yang digunakan untuk mengetahui lokasi reseptor
dan variasi waktu sensasinya, Dimana pada bagian ujung lidah lebih sensitif
terhadap rasa manis, pada bagian tepi depan lidah lebih sensitif terhadap rasa asin,
bagian tepi belakang lidah lebih sensitif terhadap rasa asam dan pada bagian
pangkal lidah lebih sensitif terhadap rasa pahit.
Sensasi reseptor yang berbeda-beda terjadi karena adanya perbedaan
genetik setiap orang yang menyebabkan berbedanya jumlah kuncup kecap di
permukaan lidah. Kuncup kecap adalah salah satu sel reseptor yang menerima
impuls berupa senyawa kimia rasa yang akan diteruskan ke system saraf pusat
untuk diterjemahkan.
Rasa manis dimulai dengan melekatnya molekul gula pada porus perasa.
Kemudian hal ini akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma
yang terdapat pada membran. Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjutnya
akan mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan
pembentukan Camp dari ATP. Terjadinya peningkatan camp akan mengakibatkan
terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K dapat
keluar sehingga mengakibatkan depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan
mengakibatkan terlepasnya neotransmiter ke sinaps dan selanjutnya akan
diteruskan ke otak (Sherwood, 2007).
Rasa asin disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na mengakibatkan
tertutupnya saluran keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmiter
keluar, dan impuls bisa diterima oleh otak. Transtan pahit akan berikatan dengan
reseptor pada membran. Pelekatan ini akan mengakibatkan teraktivasinya protein
G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan enzim fosfolipase. Enzim ini akan
membuat IP3 yang merupakann senyawa yang larut dalam sitoplasma yang
terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan membuat terbukanya ion
Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju Sitoplasma. Peningkatan ion Ca akan
membuat saluran K terbuka dan terjadi sinaps. Tidak sepeti rasa manis dan pahit,
rasa asam terjadi karena konsentrasi proteon atau ion H. Membran sanyat
permeable terhadap proton ini. Masuknya proton akan membuat depolarisasi
akibatnya neotransmiter dilepaskan ke sinaps (Sherwood, 2000).

5
Faktor lain yang mempengaruhi reseptor perasa adalah suhu dan usia.
Suhu kurang dari 20° atau lebih dari 30° akan mempengaruhi sensitifitas kuncup
rasa (taste bud). Suhu yang terlalu panas akan merusak sel-sel pada kuncup rasa
sehingga sensitifitas berkurang, namun keadaan ini cenderung berlangsung cepat
karena sel yang rusak akan cepat diperbaiki dalam beberapa hari. Suhu yang
terlalu dingin akan membius kuncup lidah sehingga sensifitas berkurang
(Cambell, 2003).
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
rasa reseptor rasa bagian lidah mempunyai peta rasa yang berbeda, yakni manis
terletak pada ujung lidah, asin terletak pada tepi lidah bagian luar, asam terletak
pada tepi lidah bagian dalam dan pahit terletak pada bagian pangkal lidah.
I. Pertanyaan
1. Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan di atas sehingga
anda dapat merasakan manis, pahit, asam, dan lain sebagainya?
Jawab : Mekanismejalannyaimpulspadapercobaan di atasyaitupotensial aksi
yang terbentuk baik oleh syaraf puting pengecap rasa pahit, rasa
manis, rasa asam, maupun rasa manis akan berjalan sepanjang nervus
kranial VII (2/3 anterior lidah), IX (1/3 posterior lidah), dan X. Sinaps
pertama akan terjadi di nukleus traktus solitarius pada medula
oblongata. Sinaps kedua berada di nukleus ventral posteromedial
talamus, lalu ke korteks primer gustatorius di area insular dan
opercular.Neuron dari korteks primer diproyeksikan ke korteks
sekunder gustatorius di korteks kaudolateral orbitofrontal. Dari batang
otak, informasi pengecapan ini juga dihantarkan ke hipotalamus,
amigdala, dan basal forebrain untuk menambahkan dimensi afektif.
Jaras gustatorius ini berjalan ipsilateral.

6
Daftar Pustaka
Amerongen AV Nieuw. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah. Abyono R. Percetakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. hlm. 6-7,n 173-8.

Boron WF, Boulpeap EL. 2005. Medical Physiology. Update Ed. Sounders Comp.
America. p. 327.

Budi Riyanto Wreksoatmodjo. 2004. Aspek Neurologik Gangguan Rasa


Pengecapan. Majalah Kedokteran Atma Jaya. 3(3). hlm. 155-6.

Wasjudi Nugroho. 2000. Keperawatan Gerontik. Ed. ke-2. Penerbit EGC. Jakarta.
hlm. 1, 13, 16-20.

Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati S. Ed. ke-9.
Penerbit EGC. Jakarta. hlm. 841-3.

Diah Savitri Ernawati. 1997. Kelainan Jaringan Lunak Rongga Mulut Akibat
Proses Menua. Majalah Kedokteran Gigi (Dental Jurnal). 3(3). hlm. 112.

Lynch MA, Brightman VJ, Greenberg MS. 1994. Ilmu Penyakit Mulut: Diagnosis
dan Terapi. Alih bahasa: Sianita K. Jilid 1. Ed. ke-8. Percetakan Binarupa
Aksara. Jakarta. hlm. 513, 518-19

Ganong WF. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Widjajakusuma MJ. Ed. ke-
17. Penerbit EGC. Jakarta. hlm. 183-5.

Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Alih bahasa: Santoso BI. Ed. ke- 2.
Penerbit EGC. Jakarta. hlm. 189-90.

7
Kegiatan II
A. Judul : Menghitung waktu sensasi
B. Tujuan : Untuk mencari/menghitung waktu sensasi
C. Dasar teori
Lidah merupakan indera pengecapan yang memiliki peran penting sebagai
fungsi pengecap pada mulut. Lidah memiliki empat fungsi pengecapan primer
yaitu asam, asin, manis, dan pahit.Indera pengecap juga dapat mengalami
penurunan fungsi pengecap. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
sensitivitas lidah seperti usia, suhu makanan, penyakit, merokok dan menginang
(Pearce, 2008).
Indera pengecap mulai berkurang saat manusia mencapai umur 50 tahun.
Perubahan-perubahan kecil terjadi di 20 tahun pertama dalam hidup. Saat
mencapai umur 30 tahun, manusia memiliki 245 taste buds pada tiap papilla di
lidah. Saat berumur 70 tahun, jumlah taste buds di setiap papilla berkurang hingga
berjumlah 88 saja dimana rasa manis dan asin lebih dulu terasa efeknya (Fandra,
2014).
Deteksi ambang batas (threshold) didefinisikan sebagai penentuan
konsentrasi terendah larutan uji yang dapat secara konsisten dibedakan dari air
distilasi). Threshold merupakan ambang batas dari kapasitas sensori. Metode yang
popular digunakan dalam menentukan sensitivitas akan rasa adalah uji absolute
threshold (Anis, 2009).
Menurut Sherwood (2001) Threshold dibedakan menjadi empat jenis,
yaitu:
1. The absolute threshold : Kadar terendah yang dapat dirasakan
individu.
2. Recognition threshold : Level stimulus yang dapat dikenali atau
didefinisikan.
3. The differential threshold : Perbedaan terkecil pada intensitas stimulus
yang dapat dirasakan oleh seseorang.

8
4. Terminal threshold : Level stimulus yang tidak meningkatkan
intensitas penerimaan kualitas yang sesuai untuk stimulus itu, di atas
level ini sering terjadi rasa sakit.
Rasa yang dirasakan pada dasarnya ditimbulkan oleh beberapa pengaruh,
seperti kualitas rasa sendiri, intensitas, waktu, dan pola spasial. Kualitas rasa
merupakan ciri yang paling penting dari sensasi rasa, karena kualitas rasa ini yang
dapat menimbulkan rasa umami, manis, asam, asin, dan pahit itu sendiri.
Intensitas berkaitan dengan kekuatan sensasi rasa yang menciptakan fungsi
psikofisik. Pola waktu menggambarkan perjalanan waktu dari persepsi rasa dan
topografi spasial yang berkaitan dengan pengalokasian sensasi rasa (Tumilisar,
2011).
D. Alat dan Bahan
1. 4 buah pinggan kecil, berisi :
a. Gula putih
b. Garam dapur atau NaCl
c. Pil Kina
d. Asam sitrat
2. Aplikator (batang kecil dengan salah satu ujungnya diberi kapas)
3. Peta rasa
4. Kertas hisap/saring (tisu)
5. Stopwach

9
E. Prosedur Kerja

Menghitung waktu sensasi

Membersihkan rongga mulut deengan


berkumur air tawar.
Mengeringkan permukaan lidah dengan tisu
dan pertahankan agar lidah di luar mulut
(sebaiknya relawan tutup mata).
Meletakkqan sedikit gula pada lokasi manis,
sambil menghidupkan stopwach. Ketika
sensasi telah terasa stopwach segera
dimatikan. Catat waktunya.
Berkumur dengan air tawar lagi, tetapi lidah
tidak dikeringkan.
Mengulangi kegiatan 3 dan 4 setelah
beberapa menit, catat rata-rata waktunya.
Mengulangi kegiatan di atas dengan
menggunakan bahan sebagai berikut : bubuk
asam sitrat, garam dapur (NaCl) dan bubuk
kina/mexaguer.

Hasil Pengamatan

10
F. Hasil Pengamatan

No. Nama Gula As.Sitrat Pil Kina Garam


1. Fahrul 2 detik 6 detik 1 detik 4 detik
2. Firga 6 detik 5 detik 4 detik 6 detik
3. Dewi 17 detik 18 detik 3 detik 18 detik
4. Liberty 7 detik 4 detik 3 detik 6 detik
5. Wulandari 4 detik 2,75 detik 2,66 detik 10 detik

G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dari 5 sample yang telah diuji untuk
memeriksa waktu sensasi pada alat indra pengecap didapat bahwa semua sampel
memiliki waktu pengecap yang berbeda. Dimana pada sampel pertama itu dimulai
dari Fahrul memiliki waktu sensasi pada rasa manis yaitu 2 detik, , rasa pahit 1
detik, rasa asin 4 detik , rasa asam 6 detik, hal ini dikarenakan sel reseptor yang
ada pada mulut terlalu cepat mendeteksi rasa pada lidah. Kemudian disusul oleh
sampel kedua yaitu Firga yang memiliki waktu rasa sensasi dimulai dari rasa
manis selama 6 detik, rasa asam 5 detik, rasa pahit 4 detik, dan rasa asin 4 detik,
hal ini dikarenakan sama seperti fahrul dimana sel reseptor rasa pada lidah terlalu
cepat mendeteksi rasa. Kemudian pada sampel ketiga yaitu Dewi yang memiliki
waktu sensasi rasa yang di mulai dari rasa manis 17 detik, rasa asam 18 detik, rasa
asin 18 detik. Hal ini dikarenakan sel reseptor rasa pada lidah terlalu lama untuk
mendeteksi rasa, dan rasa pahit 3 detik hal ini disebabkan sel reseptor pada lidah
cepat mendeteksi rasa.kemudian sampel keempat yaitu Liberty yang memiliki
waktu sensasi rasa yaitu dimulai dari rasa manis 7 detik, rasa asam 4 detik, rasa
pahit 3 detik, dan rasa asin 6 detik. Hal ini disebabkan karena sel reseptor pada
lidah cepat mendeteksi rasa. Kemudian sampel yang terakhir yaitu Wulandari
yang memiliki waktu sensasi rasa yaitu rasa manis 4 detik, rasa asin 10 detik. Hal
ini dikarenakan sel reseptor lidah cepat mendeteksi rasa. Kemudian rasa asam
2,75 detik dan rasa pahit 2,66 detik. Hal ini disebabkan oleh sel reseptor rasa
lambat mendeteksi rasa pada lidah. Jadi lidah ketika merasakan sesuatu itu

11
disebabkan oleh adanya sel reseptor rasa yang berfungsi sebagai pengecap pada
lidah.
H. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa pada lidah
terdapat taste buds yang mengandung sel reseptor. Taste buds ini merupakan sel
epitel yang telah di modifikasi, beberapa diantaranya disebut sebagai sel susten
takular dan lainnya disebut sebagai sel reseptor.

12
Daftar Pustaka
Anis Nadhia Bt Roslan, Jenny sunariani, Anis irmawati. 2009, Penurunan
sensitivitas rasa manis akibat pemakaian pasta gigi yang mengandung
Sodium lauryl sulphate 5%, Jurnal Pdgi, vol. 58, no 2.
Fandra D. Perbedaan sensitivitas lidah terhadap rasa manis dan pahit pada
perokok.
Pearce E. 2008,Anatomi dan fisiologi untuk paramedis (Indera pengecap dan
pencium), Penerjemah: dr. Kartono Mohamad, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Alih bahasa: Santoso BI. Ed. ke- 2.
Penerbit EGC. Jakarta.
Tumilisar D. Tembakau dan pengaruhnya terhadap kesehatan mulut. Jakarta
Departemen Oral Medicine Universitas Kristen Krida Wacana. 2011;17:
19-21.
Wasjudi Nugroho. 2000. Keperawatan Gerontik. Ed. ke-2. Penerbit EGC. Jakarta.
hlm. 1, 13, 16-20.

13
Kegiatan III
A. Judul : Uji Kepekaan
B. Tujuan : Mengukur kepekaan reseptor pengecap
C. Dasar Teori
Hidung merupakan organ fungsional indra pembau yakni menerima zat
terlarut dalam udara atau air yang biasa disebut sebagai bau/aroma. Dengan
adanya indra ini, kita dapat mengenali lingkungan sekitar melalui bau yang
dihasilkan. Di dalam hidung, ada sel kemoreseptor yang dapat mendeteksi
ribuan bau yang berbeda dengan cara menangkap lalu menyampaikannya
kepada sel saraf di otak. Reseptor ini terdapat di langit-langit rongga hidung,
lebih tepatnya pada bagian yang disebut sebagai epitel olfaktori. Epitel ini
terhubung pada silia pembau dan saraf olfaktori. Maka dari itu, sel-sel
penangkap bau pada silia segera meneruskan rangsangan atau sinyal bau ke
saraf olfaktori untuk diteruskan ke otak sehingga kita bisa mengenali jenis bau
yang kita hirup (Dewi, 2017).

Gambar 1. Anatomi Hidung (Dewi, 2017).

Lidah merupakan massa jaringan pengikat dsan otot lurik yang diliputi
oleh membran mukosa. Membran mukosa melekat erat pada otot karena
jaringan penyambung lamina propia menembus ke dalam ruang-ruang antar
berkas-berkas otot. Pada bagian bawah lidah membran mukosanya halus. Lidah
juga merupakan suatu rawan (cartilago) yang akarnya tertanam pada bagian

14
posterior rongga mulut (cavum oris) dekat dengan katup epiglotis yang menuju
ke laryng. Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap yang
terdapat kemoreseptor (bagian yang berfungsi untuk menangkap rangsangan
kimia yang larut pada air) untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit dan
rasa manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan
direspon oleh lidah di tempat yang berbeda-beda (Rifansyah, 2009).

Gambar 2. Anatomo Lidah (Dewi, 2017).

Indra pembau dan pengecap dapat saling bekerja sama. Rangsangan bau
dari makanan mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori,
lalu diteruskan ke pusat rasa dan bau di otak. Dari sinilah otak mulai
memerintahkan berbagai sel dan kelenjar untuk mempersiapkan diri seolah
akan ada makanan yang masuk ke dalam rongga mulut, walaupun pada
kenyataannya tidak selalu demikian. Otak yang telah mengenali bau,
mengirimkan sinyal kepada reseptor di lidah tentang rasa yang cocok untuk
bau tersebut, dan secara otomatis, kelenjar pun akan mempersiapkan diri,
misalnya dengan menghasilkan cukup banyak air liur. Sebagai contoh, saat kita
mencium aroma mangga muda, kita bisa menduga jika mangga tersebut asam.
Otomatis, kelenjar saliva akan menghasilkan air liur lebih banyak. Ini pula
yang terjadi saat kita menghirup aroma lezat dari makanan (Dewi, 2017).

15
Gambar 3. Mekanisme rangsangan bau ke otak (Dewi, 2017).

Kerja sama seperti ini akan terganggu apabila indra pembau tidak
berfungsi secara normal, seperti saat kita sedang menderita flu. Saat sakit flu,
fungsi indra pembau akan terganggu sehingga aroma makanan yang sudah
masuk ke dalam rongga mulut pun tidak terdeteksi oleh sensor saraf ke otak.
Inilah yang membuat seolah makanan tidak memiliki rasa atau kehilangan rasa.
Wajar saja jika pada saat itu nafsu makan pun menghilang (Dewi, 2017).

D. Alat dan Bahan


1) Tusuk gigi
2) Kain untuk menutup mata
3) Jepit kain
4) Buah apel
5) Buah melon
6) Bawang putih
7) Bawang merah

16
E. Prosedur Kerja

Probandus

Memotong apel, bawang putih, bawang merah, dan melon


menjadi potongan-potongann kecil dengan ukuran yang sam.

Meminta teman untuk melakukan percobaan. Tanpa melihat


atau membaui. Teman akan menentukan jenis makanan hanya
dari rasanya.

Sesudah teman menentukan jenis makanan yang diujikan,


lepaskan jepit kain dari hidungnya dan mengulangi langkah
kedua. Kemudian bandingkan rasa makanan sebelum dan
sesudah tercium baunya.

Sesudah teman menentukan jenis makanan yang diujikan,


lepaskan jepit kain dari hidungnya dan mengulangi langkah
kedua. Kemudian bandingkan rasa makanan sebelum dan
sesudah tercium baunya.

Kepekaan rasa

17
F. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan (tutup mata dan hidung)

No Nama Kepekaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Fahrul T. Moha + + + + - + + + + +
2 Sri Wulandari - + + + + + + + + +
Duengo
3 Libertu Lodjo + + - + + - - + + -
4 Dewi Apriyanti G. + + - + + + - + + +
Ina
5 Firga Ayu Ibrahim + + + + + - - + + +

Tabel hasil pengamatan (tutup mata)

No Nama Kepekaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Fahrul T. Moha + + + + - + + + - +
2 Sri Wulandari + + + + + + + + + +
Duengo
3 Libertu Lodjo + - + + + - + - + +
4 Dewi Apriyanti G. + + + - + + + + + +
Ina
5 Firga Ayu Ibrahim + + + + + + + + + +

18
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil yang berbeda antara
kepekaan rasa saat ditutup mata dan hidung dengan hanya ditutup mata. Hal ini
dipengaruhi oleh indra pembau dan indra pengecap saling bekerja sama. Sebab
rangsangan bau dari makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga
hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori. Sehingga ketika indra penciuman
terganggu, uap makanan yang ada di dalam mulut tidak dapat mencapai rongga
hidung dan makanan seakan-akan kehilangan rasanya. Sedangkan untuk
kepekaan rasa yang hanya diberi perlakuan mata tertutup rata-rata tebakan dari
probandus benar. Hanya saja ada beberapa probandus yang tidak dapat
menebak antara rasa dan aroma bawang merah dan bawang putih baik dalam
kondisi mata tertutup hidung tertutup dan mata tertutup dan hidung terbuka.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain bawang merah dan bawang
putih yang digunakan sudah terlalu lama dibiarkan pada ruangan terbuka,
sehingga zat kimia yang terlarut dalam bawang merah dan bawang putih
tersebut berkurang. Akibatnya indra pengecap pada beberapa probandus tidak
dapat mendeteksi rasa bawang merah dan bawang putih.
Berdasarkan teori pengaruh bau sangat menentukan terhadap kesan
pengecapan. Jika rangsangan bau dihalangi dengan menutup mata dan kedua
lubang hidung, maka tiga zat makanan yang berbeda akan mempunyai rasa
yang hampir sama. Ini dikarenakan tidak tersampaikannya rangsangan bau ke
reseptor alfaktori ketika hidung tertutup. Hal lain yang menunjukkan hubungan
diantara keduanya adalah bahwa indra penciuman merupakan reseptor awal
sebelum indra pengecap memutuskan untuk menerima atau tidak suatu
makanan. Sehingga dengan hidung terbuka probandus dapat lebih peka
merasakan stimulus yang diberikan.

19
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
kepekaan rasa saat ditutup mata dan kedua lubang hidung dengan hanya
ditutup mata tanpa menutup hidung. Hal ini dikarenakan indra pembau dan
indra pengecap saling bekerja sama. Rangsangan bau dari makanan dalam
rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor
olfaktori ketika dalam keadaan normal. Sebaliknya jika rangsangan bau
dihalangi dengan menutup mata dan kedua lubang hidung, maka rangsangan
bau ke reseptor alfaktori tidak tersampaikan sehingga tidap dapat mendeteksi
aroma.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Andam. 2017.Kerja Sama Hidung Dengan Lidah : Mengetahui Rasa Dari
Aroma (ONLINE) tersedia di https://news.labsatu.com/kerja-sama-
hidung-dengan-lidah-mengetahui-rasa-dari-aroma/ diakses 20 April
2018, pukul 08 : 35.

Rifansyah, Much. 2009. Indra Pengecapan. Malang : Universitas Negeri Malang.

21
Kegiatan IV
A. Judul : Reseptor Visual
B. Tujuan : a) Menentukan jarak bintik buta dari mata
b) Menentukan daerah bintik buta pada kertas
c) Menentukan bintik pandangan dekat
C. Dasar Teori
Benda yang terkena cahaya akan membiaskan cahayanya melalui kornea
dan diteruskan ke aqeus humor, pupil, lensa mata, vitrous humor, kemudian
retina. Cahaya yang masuk ke bagian bintik kuning retina akan mengenai sel-
sel batang dan kerucut. Sel kerucut sebagai fotoreseptor yang peka cahaya akan
menangkap rangsang dan mengubahnya menjadi impuls yang dihantarkan ke
saraf optik ke otak besar bagian belakang (lobus oksipitalis). Pada lobus
oksipitalis ini terjadi asosiasi berupa kesan melihat benda
Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda
jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya
yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang
meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik meneruskannya ke otak sehingga
terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan suatu benda akan tidak nampak,
jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta
pada retina
D. Alat dan Bahan
8) Penentu bintik buta
9) Penggaris
10) Kertas gambar
11) Jarum pentul

22
E. Prosedur Kerja
1) Menentukan jarak bintik buta

Probandus

Peganglah penentu bintik buta pada jarak 20 inch di depan


wajah sejajar dengan mata kanan

Tutup mata kiri. Fokuskan mata pada tanda positif. Dan


perlahan dekatkan titik penentu bintik buta mendekati wajah

Tepat pada saat hilangnya titik hitam dari pandangan ukurlah


jarak antara alat penentu titik buta dengan mata (dalam cm)

Bandingkan dengan jarak yang diperoleh praktikan lain.

Bintik Buta

2) Menentukan titik pandangan dekat

Probandus

Tutup satu mata dengan tangan dan fokuskan mata pada ujung
jarum pentul

Doronglah perlahan-lahan mendekati mata hingga tampak


blur. Kemudian ukurlah jarak dari mata ke jarum yang blur

Ulangi proses tadi dengan mata yang lain dan bandingkan


keduanya.

Titik pandang dekat

23
3) Peta bintik buta

Probandus

Buatlah pada kertas gambar garis sejajar AB dan CD


sepanjang 33 cm dengan jarak diantaranya 1 cm

Buatlah titik lingkaran hitam pada titik A dari gari AB

Sediakan sepotong kertas tebal segi 4 panjang dengan salah satu


ujungnya diberi tanda bintik hitam seukuran dengan titik A

Letakkan kertas gambar pada meja dan rekatlah ujung-


ujungnya. Duduklah dengan dagu yang ditopang oleh
penopang dagu sehingga kedudukan kepala stabil

Tutuplah mata kiri dan fokuskan mata kanan memandang titik


A. gerakkan kertas petunjuk gerakan perlahan sepanjang garis
AB sehingga tidak tampak titiknya.ukurlah jarak A dan 1

Ulangi operasi tersebut sampai membentuk titik EF.


Kemudian tentukan titik tengah dari 1-2 pada AB dan 3-4 pada
CD

Hubungkan titik 1-3-6-4-2-5-1 daerah yang terlingkupi garis-


garis ini adalh peta bintik buta subyek.

Bintik Buta

24
F. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan jarak bintik buta dari mata

No Nama Jarak Bintik Buta

Kanan Kiri
1 Fahrul T. Moha 12 cm 11 cm
2 Sri Wulandari Duengo 13 cm 10 cm
3 Libertu Lodjo 12 cm 20 cm
4 Dewi Apriyanti G. Ina 12 cm 14 cm
5 Firga Ayu Ibrahim 5 cm 4,5 cm

Tabel hasil pengamatan jarak pandang dekat

No Nama Jarak Bintik Buta

Kanan Kiri
1 Fahrul T. Moha 13 cm 9 cm
2 Sri Wulandari Duengo 7 cm 6 cm
3 Libertu Lodjo 18 cm 7 cm
4 Dewi Apriyanti G. Ina 11 cm 15 cm
5 Firga Ayu Ibrahim 5 cm 5 cm

25
G. Pembahasan
1) Menentukan jarak bintik buta dari mata
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data yang berbeda dari setiap
probandus seperti yang terlihat pada tabel di atas. Hal ini dikarenakan
ukuran bola mata, kecembungan lensa mata, dan jarak lensa ke retina pada
setiap orang berbeda. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan jarak
penglihatan bintik buta tersebut. Bintik buta adalah daerah pada bagian
retina yang tidak terdapat sel-sel totoreseptor yang berfungsi mendeteksi
cahaya, sehingga tidak memiliki reseptor visual. Selain itu, bintik buta
antara mata kiri dan mata kanan memiliki jarak yang berbeda. Seperti data
yang diperoleh seorang probandus ketika mata kanan ditutup jarak bintik
buta adalah 20 cm. Hal ini dipengaruhi oleh kesehatan mata dari probandus
tersebut.
Menurut Octavia (2017) retina merupakan salah satu bagian dari mata
yang fungsinya sangat penting dan terletak di belakang mata dan terhubung
ke otak. Salah satu lapisan retina yaitu jutaan sel-sel peka cahaya yang
dikenal sebagai sel fotoreseptor. Sel-sel fotoreseptor memiliki fungsi
penting dari transmisi impuls listrik ke otak untuk memungkinkan melihat
untuk mengambil tempat. Adapun kelainan sel-sel fotoreseptor pada retina
menyebabkan gangguan yang dinamakan distrofi retina dan salah satu
bentuk distrofi retina yaitu retinitis pigmentosa. Retinitis pigmentosa (RP)
merupakan jenis kebutaan yang disebabkan oleh kelainan pada sel-sel
fotoreseptor.
2) Menentukan daerah bintik buta pada kertas
Menurut (Kimbal, 1983).Reseptor adalah bagian tubuh yang berfungsi
sebagai penerima rangsangan. Bagian yang berfungsi sebagai penerima
rangsangan tersebut adalah indra. Konduktor adalah bagian tubuh yang
berfungsi sebagai penghantar rangsangan. Bagian tersebut adalah sel-sel
saraf (neuron) yang membentuk system saraf. Sel-sel saraf ini ada yang
berfungsi membawa rangsangan ke pusat saraf ada juga yang membawa
pesan dari pusat saraf. Efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi

26
rangsangan, yaitu otot dan kelenjar (baik kelenjar endokrin dan kelenjar
eksokrin).
Ketiga hal ini mempengaruhi sangat besar pada system kerja dan
kordinasi mata. Bintik buta yaitu merupakan suatu bagian dari mata yang
berfungsi sebagai daerah tempat saraf optik meninggalkan bagian dalam
bola mata dan tidak mengandung sel konus dan batang.
Menurut (Pearce, 1999). Saat kita tidak dapat melihat suatu obyek
pada jarak tertentu, maka itulah jarak titik buta. Setiap individu mempunyai
jarak bintik buta yang berbeda dengan individu lainnya saat melihat obyek.
Sebagaimana kita ketahui bersama semua impuls saraf yang dibangkitkan
oleh batang dan kerucut. Sel batang dan kerucut merupakan bagian retina
yang mampu menerima rangsang sinar tak berwarna (sel batang) dan
mampu menerima rangsang sinar kuat dan berwarna (sel kerucut).
Sel batang dan kerucut ini berjalan kembali ke otak melalui neuron
dalam saraf optik, oleh karena itu obyek dapat ditebak bentuknya. Tidak
terlihatnya obyek dengan jarak tertentu disebabkan karena pada bagian
retina terdapat suatu titik tempat kira-kira satu juta neuron bertemu pada
saraf optik, tidak terdapat sel batang dan kerucut. Titik inilah yang disebut
titik buta, dimana seseorang tidak dapat melihat obyek pada jarak tertentu.
Pada praktikum yang dilakukan terlihat bahwa bintik buta banyak
terjadi pada setiap kalangan baik itu wanita maupun pria. Jadi ada suatu
titik dimana mata kita tidak dapat memfokuskan atau melihat benda dengan
jelas sehingga benda tersebut menjadi tidak terlihat. Bintik buta ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor misalnya genetic maupun gaya hidup
yang menyebabkan penyakit berbahaya. Salah satunya ialah bertambahnya
jarak bintik buta yang kita punya.
3) Menentukan bintik pandangan dekat
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil
merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur
jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya
kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau

27
intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur
perubahan pupil tersebut adalah iris, yang merupakan cincin otot yang
berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor, iris juga berperan dalam
menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya
sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous
humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum suspensorium.
Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi
selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina.
Begitu juga menurut Wahl, (2006). Apabila mata memfokuskan pada
objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa
menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek
yang jauh, maka otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih
tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel–sel batang
dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif terhadap cahaya
akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik.
Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata,
lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena
otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan
normal. Supaya benda terlihat jelas, mata harus membiaskan sinar–sinar
yang datang dari benda agar membentuk bayangan tajam pada retina.
Untuk mencapai retina, sinar–sinar yang berasal dari benda harus melalui
lima medium yang indeks biasnya (n) berbeda: udara (n=1,00), kornea
(n=1,38), humor aqueous (n=1,33), lensa (n=1,40 (rata-rata)) dan humor
vitreous (n=1,34). Setiap kali sinar lewat dari satu medium ke medium
yang lain, sinar itu dibiaskan pada bidang batas. Bagian terbesar dari daya
bias mata bukan dihasilkan oleh lensa, akan tetapi terjadi pada bidang batas
antara permukaan anterior kornea dan udara, hal ini dapat terjadi karena
perbedaan indeks bias antara kedua medium ini cukup besar. Perbedaan
indeks bias yang kecil akan sangat menurunkan kekuatan pembiasan
cahaya di kedua permukaan lensa. Maka dari itulah terjadi perubahan

28
perbedaan jarak titik pandang dekat mata karena otot-otot siniaris mata
probandus yang berbeda-beda kelenturannya.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan apat disimpulkan bahwa titik buta
merupakan suatu titik dimana tidak adanya fotoreseptor pada mata yang
memantulkan cahaya dsn setiap orang titik buta itu berbeda-beda dikarenakan
beberapa factor seperti gaya hidup, genetic, dan lainnya. Sedangkan titik
pandang dekat merupakan titik dimana batas otot siliaris mata untuk menebal
sehingga focus objek dekat tidak terlihat sehingga mengakibatkan mata tidak
bisa melihat dengan jelas.
I. Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan bintik buta dan bintik kuning ?
Jawab : Bintik kuning adalah bagian retina ( terdapat di dalam mata) yang
paling peka terhadap cahaya karena merupakan tempat
perkumpulan sel-sel saraf yang berbentuk kerucut dan batang.
Bintik buta adalah bintik pertemuan saraf-saraf atau tempat
keluarnya saraf mata menuju otak. Bintik buta tidak mengandung
sel batang dan sel kerucut sehingga tidak dapat menanggapi
rangsangan cahaya ( titik buta mata). Sedangkan bintik buta
adalah bintik buta adalah bagian pada retina dimana tidak terdapat
sel-sel fotoreseptor yang berfungsi menerima rangsang cahaya.
Sel-sel fotoreseptor (sel konus dan sel batang) akan menerima
cahaya yang datang dan menghantarkan rangsang cahaya tersebut
menuju serabut saraf untuk di interpretasikan di otak. Namun pada
bagian bintik buta tidak terdapat sel-sel ini, sehingga ketika
cahaya jatuh di tempat tersebut tidak akan terjadi penghantaran
rangsang menuju otak.
2. Syaraf apa saja yang berhubungan dengan mekanisme penglihatan ?
Jelaskan
Jawab : Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil
merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang

29
mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar
bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan
apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar,
maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil
tersebut adalah iris, yang merupakan cincin otot yang berpigmen
dan tampak di dalam aqueous humor, iris juga berperan dalam
menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka
cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous
humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui
ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan
kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga
berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata
memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris
akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih
kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka
otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis
dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel–sel
batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif
terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut
ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang
tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi
persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah
dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan
normal.

30
DAFTAR PUSTAKA

Kimball, John W. 1983. Biologi. Jilid 2. Ed ke-5. Terjemahan Siti Soetarmi


Tjitrosomo & Nawangsari sugiri. Erlangga.Jakarta.

Pearce, C Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia


Pustaka Utama.Jakarta.
Wahl, I. 2006. Building Anatomy: An Illustrated Guide to How Structures Work.
McGraw-Hil Book Co. New York.

31
Kegiatan V
A. Judul : Persepsi Termoreseptor
B. Tujuan : Mempelajari persepssi termoreseptor
C. Dasar Teori
Menurut Basuki (2008), indera peraba mencakup tekanan, temperatur
dan rasa sakit. Fungsi dari indera peraba adalah mengubah tekanan mekanis
atau perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak
untuk diproses. Menurut Pinel (2012), sensasi-sensasi dari badan disebut
somatosensations (somatosensori). Sistem somatosensori pada kenyataannya
adalah tiga sistem yang terpisah tetapi saling berinterkasi yakni sebuah sistem
ekstereseptif (yang mengindera stimuli eksternal yang diterapkan pada kulit),
sebuah sistem proprioseptif (yang memonitor informasi tentang posisi tubuh
yang datang dari reseptor-reseptor di otot, sendi, dan organg-organ
keseimbangan), dan sebuah sistem interoseptif (yang memberikan informasi
umum tentang kondisi-kondisi dalam tubuh). Diskusi ini secara nyaris secara
eksklusif berbicara tentang sistemeksteroseptif yang terdiri atas tiga devisi
yang berbeda yaitu sebuah divisi untuk mempersepsi stimuli mekanik
(perabaan), sebuah divisi untuk stimuli thermal (temperatur), dan sebuah devisi
untuk stimuli nosiseptif (rasa sakit).
Menurut Puspitawati dkk (2014), kulit adalah suatu organ pembungkus
seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan tersebar dari
tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa
sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm bergantung pada letak, umur dan jenis
kelamin. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkulit.
Menurut Basuki (2008), kulit yang paling luar merupakan film tipis dari
sel mati yang tidak memiliki sel penerima. Persis di bawah lapisan mati
terdapat penerima pertama yang kelihatan seperti kumpulan benang. Di bagian
tengah yang merupakan lapisan tebal dari kulit terdapat berbagai penerima
(receptor) dengan fungsi dan bentuk yang berbeda.

32
Kulit merupakan bagian tubuh yang sangat peka terhadap rangsangan.
Rangsangan yang datang menuju kulit akan diterima oleh suatu reseptor
khusus. Rangsangan itu bisa berupa sentuhan, tekanan lemah, tekanan keras,
panas, dingin, rasa sakit, gerakan, maupun getaran. Sentuhan, tekanan lemah,
getaran, dan gerakan diterima oleh reseptor khusus yang disebut
mekanoreseptor. Rasa sakit dapat kita rasakan karena adanya noiseptor.
Sedangkan suhu panas dan dingin direspon oleh termoreseptor. Termoreseptor
juga berperan mengatur fungsi suhu tubuh dengan cara mendeteksi suhu
permukaan, yang bagian dalam tubuh.
Termoreseptor merupakan reseptor di dalam tubuh yang peka terhadap
perubahan suhu. Termoreseptor mengirimkan sinyal listrik sebagai respon
terhadap suhu. Sinyal listrik dikirimkan dalam bentuk potensial aksi atau spike.
Spike yang muncul berulang-ulang dalam waktu singkat disebut dengan burst.
Jumlah spike tiap burst dan periode antarburst bergantung pada suhu yang
diterima oleh termoreseptor.
D. Alat dan Bahan
12) Gelas beker
13) Air
14) Es batu
15) Pemanas air

33
E. Prosedur Kerja

Probandus

Menyediakan tiga buah gelas beker dan berilah label a, b, dan c

Mengisi gelas beker a dengan air hangat dan gelas beker b


dengan air dingin yang d campur es batu

Memasukkan ujung jari tangan kanan ke dalam gelas beker a


dan ujung jari tangan kiri ke dalam gelas beker b. rendamlah
keduanya selama 1 menit.

Memasukkan campuran antara air dingin dan air panas ke


dalam gelas beker c.

Mencelupkan kedua jari yang direndam tadi ke dalam gelas


beker c dalam waktu yang bersamaan. Tulislah rasa yang anda
rasakan.

Rasa dingin,
panas, dan hangat

34
F. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan

No Nama 50C 400C 300C


Kiri Kanan
1 Fahrul T. Moha Panas Dingin Dingin Hangat
2 Sri Wulandari Duengo Panas Dingin Dingin Hangat
3 Libertu Lodjo Panas Dingin Dingin Hangat
4 Dewi Apriyanti G. Ina Panas Dingin Dingin Hangat
5 Firga Ayu Ibrahim Panas Dingin Dingin Hangat

35
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa pada suhu 50C
semua probandus merasakan sensasi panas. Pada suhu 400C semua probandus
merasakan dingin, sedangkan pada suhu 300C semua probandus untuk jari kiri
merasakan dingin dan jari kanan merasakan hangat. Namun, sensasi suhu yang
dirasakan oleh jari tangan kiri lebih cepat terasa dibandingkan jari tangan
kanan. Hal ini disebabkan karena reseptor panas (ruffini) lebih cepat menerima
stimulus daripada reseptor dingin (Krause) dikarenakan letak reseptor panas
yang lebih dekat dengan permukaan kulit, sehingga rasa panas lebih dahulu
terasa dibandingkan rasa dingin.
Ketika kedua jari dicelupkan ke dalam air pada suhu ruang, pada
awalnya kedua jari sudah tidak merasakan apapun. Hal ini dikarenakan masih
ada efek dari tindakan sebelumnya. Namun, setelah beberapa waktu, jari yang
awalnya dicelupkan air hangat akan merasakan dingin dan jari yang dicelupkan
ke air dingin akan merasakan hangat ketika dicelupkan ke air suhu ruang . Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan sensasi akibat suhu yang dialami
kedua jari sebelumnya dan tergantung pada cepatnya kulit memperoleh atau
melepas panas serta tergantung pada besar serta arah gradien temperatur.
Menurut teori suhu panas dan dingin tersebut direspon oleh
termoreseptor. Termoreseptor juga berperan mengatur fungsi suhu tubuh
dengan cara mendeteksi suhu permukaan, yang bagian dalam
tubuh. Termoreseptor merupakan reseptor di dalam tubuh yang peka terhadap
perubahan suhu. Termoreseptor mengirimkan sinyal listrik sebagai respon
terhadap suhu. Sinyal listrik dikirimkan dalam bentuk potensial aksi atau spike.
Spike yang muncul berulang-ulang dalam waktu singkat disebut dengan burst.
Jumlah spike tiap burst dan periode antarburst bergantung pada suhu yang
diterima oleh termoreseptor.

36
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat didsimpulkan bahwa pada saat terjadi
perbedaan suhu yang dialami oleh indra sentuhan ( kulit) maka akan terjadi
sensasi dimana kulit masih merasakan suhu yang sebelumnya, dan terjadi
perubahan suhu kea rah normal
I. Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan thermoreceptor , tektoreceptor ,
propioceptor, dan interoceptor ?
Jawab : - Termoreseptor adalah sel saraf khusus yang mampu mendeteksi
perbedaan suhu. Suhu adalah ukuran relatif panas hadir di
lingkungan. Termoreseptor dapat mendeteksi panas dan dingin,
dan ditemukan di seluruh kulit untuk memungkinkan penerimaan
sensorik ke seluruh tubuh. Lokasi dan jumlah termoreseptor akan
menentukan sensitivitas kulit terhadap perubahan suhu.
- Tektoreceptor
- Propioceptor adalah reseptor indera yang didistribusikan
diseluruh otot rangka dan tendo.
- Interoceptor yaitu organ tubuh yang mampu menerima
rangsangan dari dalam tubuh sendiri, misalnya rasa lapar,
haus.

37
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, M. H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Pinel, J. P. (2012). Biopsikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Puspitawati , I., Hapsari, I. I., & Suryaratri, R. D. (2014). Psikologi Faal.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

38

Anda mungkin juga menyukai