"Namun saat packing, ternyata tas dia tidak muat untuk membawa laptop.
Sehingga laptopnya ditinggal dirumah," kata Suwanto kepada Republika.
Sekembalinya ke rumah pada Jumat (16/5) dinihari, Diego seketika emosi ketika
mengetahui laptopnya hilang. Diego pun langsung mengarahkan dugaan kepada
Hendra. Di saat itu pula, Diego diduga melakukan aksi penganiayaan.
Hendra, jelas Suwanto, sebenarnya satpam perumahan. Namun, sudah cukup lama
dipercaya untuk membantu dan menjaga salah satu rumah manajer Mitra Kukar,
Ronny Fauzan, yang ditempati Diego.
"Jadi kunci rumah yang pegang si Hendra. Hendra juga sering membantu
membawa pakaian kotor untuk di-laundry, juga bersih-bersih rumah," jelas dia.
"Diego emosi karena banyak hal-hal privasi di laptopnya," tambah Suwanto.
Jika pada umumnya kita mendapati konflik biasanya dialami anak-anak dengan
teman sebaya, atau sesama orang dewasa, belakangan kita melihat ada kasus yang
melibatkan orang dewasa dengan remaja.
Contoh paling hangat adalah rencana sparring partner (tinju) antara pengacara
Farhat Abbas dengan anak-anaknya musisi Ahmad Dhani.
Menurut psikolog Roslina Verauli, konflik adalah hal yang tak mungkin dihindari
dalam kehidupan manusia.
"Sama diri sendiri pun kita sering berkonflik kok, apalagi dengan orang lain.
Namun yang pasti, semua konflik itu bisa diselesaikan," katanya kepada Kompas
Female melalui sambungan telepon.
Namun, kasusnya akan lain jika permasalahan ini terjadi antara anak-anak dan
dewasa. Roslina mengungkapkan adanya perbedaan cara pandang antara anak-
anak dan orang dewasa akan membuat masalah justru jadi semakin kusut.
"Kalau sudah beda pandangan, bisa jadi orang dewasanya yang bersikap seperti
anak-anak, atau anak-anak yang berpikir terlalu dewasa. Enggak akan ketemu
win-win solution-nya. Sebaiknya cari titik awal masalahnya dan selesaikan oleh
orang yang memang bermasalah. Jangan sampai melebar ke mana-mana," papar
psikolog yang disapa Vera ini.
4. SEPAK BOLA adalah juga drama manusia. Konflik dalam sebuah pertandingan
tidak hanya mengetengahkan indikator-indikator adu teknik, adu taktik, dan adu
fisik. Kalau sekadar kepintaran dan daya tahan yang dipertarungkan, drama
turginya tidak akan memuat klimaks-klimaks ekspresi kemanusiaan. Hanya
seperti robot yang di-remote control oleh mereka yang duduk di tepi lapangan.
Maka ada tangis dan tawa, ada kesedihan dan kebahagiaan di balik kemenangan
dan kekalahan. Ada ketegangan yang dibangun dalam adu penalti, luapan
perasaan, bisa jadi pula dendam dan permusuhan.
Tak bisa dimungkiri, di balik sportmanship selalu termuat kata hati. Ada
penanaman ideal sifat fair, gentle, tetapi tak terhapus pula bawah sadar sifat kasar,
licik, bahkan brutal.
Ketegangan menjadi makin dramatik karena kedua pemain muda itu berasal dari
satu klub, Manchester United. Banyak disebut hubungan kurang harmonis di
internal klub, namun keduanya membantah. Rooney memang dikenal sebagai
sosok temperamental, tetapi Ronaldo pun berpembawaan panas dan diketahui
pernah hampir berkelahi dengan Ruud van Nistelrooy.
Peristiwa ini bermula ketika sekitar 20 pelajar dari SMAN 70 datang dan menyerang 15
siswa SMAN 6 yang akan bermain futsal. Penyerangan ini terjadi saat jam pulang
sekolah. Alawi dan teman-temannya saat itu sedang berkumpul di sebuah tempat
nongkrong terkenal di Jakarta Selatan.
"Tadi lagi nongkrong di Sevel, tiba-tiba diserang," jelas Faruq, teman Alawi.
Diserang tiba-tiba, para pelajar itu tak bisa berbuat banyak. Termasuk Alawi yang tak
bisa menghindari sabetan senjata tajam pelajar SMAN 70. Ia mengalami luka serius di
bagian dada.
Faruq mengaku setelah melihat Alawi terkapar bersimbah darah, ia dan teman-temannya
langsung membawa korban ke Rumah Sakit Muhammadiyah, Kebayoran Baru. Namun
nyawa Alawi tak dapat diselamatkan.
Sementara itu, menurut Kepala Kepolisian Resort Jakarta Selatan Kombes Wahyu
Hadiningrat selain satu tewas, terdapat juga dua korban luka lainnya. Diduga dua korban
terkena lemparan batu. Ia belum menyebutkan identitas dua korban itu.
"Peristiwanya sangat cepat, begitu mereka menyerang dan langsung bubar," tuturnya.
Saat ini, kata Wahyu, pihaknya sedang melakukan penyelidikan latarbelakang kasus
pembunuhan tersebut, termasuk memeriksa beberapa saksi di tempat kejadian.
Peristiwa ini menyebabkan sekitar lima rumah rusak pada bagian kaca jendela dan
genting. Hal ini disebabkan karena lemparan batu oleh massa yang melakukan
penyerangan. Untuk mencegah bentrok susulan, di lokasi kejadian ditempatkan polisi
dibantu aparat TNI.
Bentrokan sebenarnya terjadi sejak Jumat (9/8) antara Kampung Babakan Jawa
Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi dengan Kampung Pasir Pogor Kecamatan
Gunung Puyuh Kota Sukabumi. Pemicu konflik hanya disebabkan memperebutkan jalan
yang bagus untuk dilintasi kendaraan.Permasalahan ini langsung ditangani Wali Kota
Sukabumi, Mohamad Muraz yang langsung turun ke lapangan.
‘’Kondisi jalan di kampung kurang mulus, sehingga warga berebutan mencari jalan yang
bagus,’’ terang Muraz, kepada wartawan, Senin (12/8).
Kasus ini akhirnya menimbulkan gesekan antar warga dua kampung tersebut. Menurut
Muraz, kehadirannya langsung ke tengah mayarakat diharapkan dapat menyelesaikan
konflik antar warga. Ia secara langsung menemui perwakilan dan tokoh masyarakat yang
ada di dua kampung tersebut. Muraz mengungkapkan, seharusnya pada momen Idul
Fitri ini semua masyarakat dapat menjalin tali silaturahmi. Sehingga potensi konflik
dapat diredam semaksimal mungkin.
Maraknya pemberitaan kerusuhan di desa Pelauw pada Jum’at, (10/2/2012) lalu telah menyita
perhatian kaum muslimin di negeri ini. Terlebih, dengan gaya penyajian tertentu, membuat
opini bahwa insiden desa Pelauw itu terkait dengan persoalan SARA antara Islam dan Kristen
seperti insiden pembantaian Muslim Ambon 11 September 2012 lalu.
Dampaknya, sebagian aktivis Islam menyatakan tekad ingin berangkat ke Maluku untuk
berjihad membantu kaum muslimin yang mereka anggap sedang terzalimi.
Untuk menjawab pertanyaan berbagai kalangan, baik secara langsung ke meja redaksi
maupun jejaring sosial, wartawan voa-islam.com di Ambon melakukan penelusuran lebih
lanjut mengenai kejadian sesungguhnya.
Apakah umat Islam yang menjadi korban dalam insiden desa Pelauw itu mengalami
penyerangan oleh pihak non muslim? Demikian kira-kira kesimpulan pertanyaan umat.
Dalam penelusuran wartawan voa-islam.com, ternyata konflik di desa Pelauw Kabupaten
Maluku Tengah itu bukan konflik berlatar belakang agama antara kaum Muslimin dan kaum
Nasrani. Melainkan konflik antarwarga desa Pelauw sendiri, yaitu antara penduduk bagian
depan desa Pelauw dengan penduduk bagian belakang desa Pelauw. Konflik antarwarga ini
berkaitan dengan persoalan politik internal desa Pelauw sendiri.
Sedikit gambaran, Desa Pelauw meskipun penduduknya ber-KTP Islam, namun nuansa
keislaman kurang nampak. Bahkan masyarakat lebih kental dengan tradisi dan adat istiadat
lokal.
Suasana shalat Jum’at dan shalat berjamaah misalnya, tidak nampak dilakukan di masjid
meskipun masjid ada di setiap kampung. Praktik-praktik ritual yang berbau kemusyrikan
sangat marak di desa tersebut. Sebagai contoh adalah budaya tari Cakalele. Dalam tarian ini,
para penari membacok badan mereka sendiri dengan parang tanpa terluka sedikitpun karena
dipengaruhi oleh kekuatan magis. Dan masih banyak lagi praktik-praktik ritual kemusyrikan
yang marak di desa tersebut.
Perseteruan antar suporter Persija dan Persib sudah berlangsung lama, tepatnya
sejak tahun 2000 yaitu bertepatan dengan Liga Indonesia 6 berlangsung. Di
putaran 1 sekitar 6 buah bis suporter Persib datang ke Lebak Bulus dan masuk ke
Tribun Timur. Dan terdiri dari banyak unit suporter seperti Balad Persib, Jurig,
Stone Lovers, ABCD, Viking dll. Saat itu yang terbesar masih Balad Persib.
Meski sempat nyaris terjadi gesekan dengan the Jakmania, tapi alhamdulilah tidak
terjadi bentrokan yang lebih luas. Justru kita suporter Persib bergerak ke arah the
Jakmania tuk berjabat tangan. Gw inget banget yel-yel kita waktu itu : “ABCD …
Anak Bandung Cinta Damai”. Selesai pertandingan suporter Persib juga
didampingi the Jakmania menuju bus. Dan The Jakmania mengikuti dengan
menyanyikan lagu Halo Halo Bandung.
Penerimaan the Jakmania membuat kita (Viking) berniat tuk mengundang datang
ke Bandung saat putaran 2. Dialog berlangsung lancar karena seorang Pengurus
the Jakmania yang bernama Erwan rajin ke Bandung tuk bikin kaos. Hubungan
Erwan dengan Ayi Beutik juga konon akrab banget sampe2 Erwan pernah cerita
kalo dia suka sama adiknya Ayi Beutik. Melalui Erwan jugalah Viking
menyatakan keinginannya tuk mengundang dan menyambut the Jakmania di
Bandung meski kita sendiri masih khawatir dengan sikap bobotoh yang lain.
The Jakmania saat itu belum sebesar sekarang. Yang nonton di Lebak Bulus aja
cuma di sisi Selatan tribun Timur. Jadi bersebelahan dengan Viking. Nah ajakan
Viking itu langsung ditanggapi oleh the Jakmania yg memang sudah punya niat jg
tuk melakoni partai tandang. Dibentuklah kemudian perencanaan, salah satunya
dengan mengutus Sekum dan Bendahara Umum the Jakmania saat itu yaitu Sdr
Faisal dan Sdr Danang. Mereka ditugaskan tuk melobi Panpel Persib dari mulai
masalah tiket hingga tribun the Jakmania. Kebetulan Danang lagi kuliah di
Bandung sehingga tempat kosnya jadi tempat kumpulnya the Jakers disana.
Rombongan besar 8 buah bis akhirnya tiba juga. Tapi karena terlambat, stadion
Siliwangi sudah penuh sesak. Lagipula kita tetap tidak berhasil mendapatkan tiket.
Panpel memang kelihatan salah tingkah dan berusaha mengumpulkan dari calo2
yang masih beredar di sekitar stadion, namun jumlahnya juga tidak memadai
hanya 300 lembar. Sementara bobotoh yang masih berada di luar juga mulai
melakukan serangan terhadap the Jakmania. Gw sempet coba menenangkan dan
cekcok dengan seorang rekan bobotoh yang ngambil dengan paksa kacamata
anggota The Jakmania. Bobotoh itu bilang kalo dia kesal sama anak Jakarta
karena mereka juga diperlakukan dengan tidak simpatik di Jakarta ketika
menyaksikan pertandingan Persijatim vs Persib di Lebak Bulus. Bobotoh tidak
mau tau kalo Persijatim tu beda dengan Persija. Seingat gw kejadian ini sempat
direkam foto oleh wartawan dari Tabloid GO dan terpampang jelas esoknya di
media tersebut.
Gw lalu ngambil inisiatif tuk nyari rombongan pertama the jakmania yang dateng
duluan dan mengajak mereka tuk gabung ke rombongan besar. Disana gw minta
maaf ke semua anggota The Jakmania karena gagal membawa rombongan sampai
masuk ke stadion dan pulang dengan aman. Di situ dari Panpel juga sempat minta
maaf. Namun kondisi ini tidak bisa diterima oleh seluruh rombongan The
Jakmania, bahkan mereka juga tidak mau berjabat tangan dengan gw dan 2 orang
Viking lainnya yang masih setia mengawal meski pertandingan sudah
berlangsung.
Ketika rombongan hendak pulang, tiba2 The Jakmania diserang lagi oleh bobotoh
yang masih nunggu di luar stadion. Kondisi ini jelas tidak bisa diterima oleh The
Jakmania. Sudah ga bisa masuk masih juga diserang. Akhirnya The Jakmania
balas perlakuan mereka (Oknum Bobotoh). Jumlah bobotoh di luar stadion masih
ratusan sehingga terjadilah bentrokan yang mengakibatkan pecahnya kaca2 mobil
akibat terkena lemparan dari kedua kubu. Ketika polisi datang, keributan mereda
dan the Jakmania mulai beranjak pulang. Sempat pula terjadi bentrok beberapa
kali ketika rombongan berpapasan dengan bobotoh yang pulang karena tidak
kebagian tiket.
Sejak saat itulah api dendam dan permusuhan terus berkobar di kedua belah pihak.
Puncaknya di acara Kuis Siapa Berani di Indosiar. Acara ini diprakarsai oleh Sigit
Nugroho wartawan Bola yang terpilih menjadi Ketua Asosiasi Suporter Seluruh
Indonesia.
Sayang bentrokan ternyata ga bisa dihindari. Bukan gw memihak tapi faktanya
memang Viking yang mulai. Mereka neriakin yel2 “Jakarta Banjir” yang dibales
juga oleh the Jak. Suasana memanas hingga akhirnya terjadi benturan fisik.
Gw juga heran gimana Viking menyatakan klo hadiah menang kuis dirampok the
Jak padahal hadiah itu kan belum diserahkan pihak Indosiar. Hadiah itu pun
sampe sekarang ga kita terima. Saat itulah nama the Jakmania menjadi buruk. Di
mata media the Jakmania tidak menerima kalah sehingga menyerang. Opini sudah
terbentuk dan masyarakat di Bandung juga ikutan menghujat, sementara di Jakarta
menyayangkan.
Sikap ini justru malah mengobarkan api kebencian suporter Persija terhadap
Viking. Sehingga the Jakers banyak yang benci mereka bukan karena tau kejadian
awalnya, tapi karena mereka ga suka dikata-katain terus. Belakangan Komisi
Disiplin mengeluarkan larangan akan hal-hal seperti ini. Terlambat! Dan
penerapannya juga ga konsisten, masih banyak yang tetap melakukannya, bukan
hanya Viking atau the Jakmania tapi hampir di semua stadion di Indonesia.
Sekarang permusuhan the Jakmania kontra Viking menjadi warna tersendiri bagi
sepakbola Indonesia. Seorang sutradara tertarik menjadikan perseteruan ini
sebagai inspirasi dalam filmnya yang berjudul ROMEO & JULIET. Di tengah
perseteruan, Viking justru kompak untuk menolak film ini dengan alasannya
masing2. Ketua Viking dengan didukung anggotanya membuktikan ucapannya
dengan menggagalkan pemutaran film ini. Sementara di Jakarta justru sebaliknya,
meski pimpinan menyatakan akan menuntut tapi toh hampir semua bioskop2 di
jabodetabek dipenuhi oleh The Jakmania yang memang sudah ga sabar menanti
film ini diputar.
Klo lu tanya ke gw, masih ada ga kemungkinan damai? Jawabanya ‘bomat” alias
bodo amat. Ngapain mikirin? Bagi gw damai tu bukan kata benda, tapi kata kerja.
Jadi ga usah banyak ngomong, yang penting buktiin. Lebih baik mikirin
KOMITMEN masing2 aja, lebih cinta mana kita sama PERSIB atau sama
PERMUSUHAN DENGAN THE JAKMANIA
6.