Anda di halaman 1dari 22

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kalibjian (2013), kolostomi biasanya disebabkan oleh kanker
kolorektal, pecahnya divertikulitis, perforasi usus, trauma usus atau
penyakit/kerusakan sumsum tulang belakang sehingga tidak adanya kontrol
dalam buang air besar. Dari beberapa penyebab kolostomi, penyebab tersering
menurut Indonesian Ostomy Association/INOA (2010) adalah kanker kolorektal.
Kanker kolorektal merupakan penyakit keganasan yang menyerang usus besar
(Manggarsari, 2013). Jenis kanker ini paling sering ditemui, terutama pada
wanita atau pria yang berusia 50 tahun atau lebih (Irianto, 2012). Pembentukan
kolostomi akan menimbulkan banyak permasalahan pada penderitanya baik fisik,
mental, emosional, sosial dan ekonomi (Cohen, 1991 dalam Panusur, 2007).
Menurut William, et al (2010) dalam Burch (2013), dari beberapa masalah yang
menjadi kekhawatiran sedikitnya 54% ostomate mempunyai masalah tentang alat
dan aksesoris kolostomi, pola makan, masalah kulit sekitar stoma, psikologis dan
bagaimana melanjutkan kembali kehidupan secara normal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kolostomi?
2. Apa saja komplikasi kolostomi?
3. Apa saja indikasi kolostomi?
4. Apa saja jenis-jenis kolostomi?
5. Apa saja jenis-jenis kolostomi berdasarkan lama penggunaan?
6. Apa saja yang perlu diperhatikan pada pasien dengan kolostomi?
7. Bagaimana edukasi pada pasien dengan kolostomi?
8. Bagaiamana menangani kolostomi?
9. Bagaiamana prosedur perawatan kolostomi?
10. Bagaimana prosedur irigasi kolostomi?
11. Apa saja macam-macam bentuk kantong kolostomi?
12. Apa saja macam-macam stoma?
2

13. Apa saja diagnosa keperawatan kolostomi?


14. Apa pengertian illeostomi?
15. Apa saja indikasi illeostomi?
16. Apa saja diagnosa keperawatan illeostomi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian kolostomi.
2. Untuk mengetahui apa saja komplikasi kolostomi.
3. Untuk mengetahui apa saja indikasi kolostomi.
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kolostomi.
5. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kolostomi berdasarkan lama
penggunaan.
6. Untuk mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan pada pasien dengan
kolostomi.
7. Untuk mengetahui edukasi pasien dengan kolostomi.
8. Untuk mengetahui bagaimana menangani kolostomi.
9. Untuk mengetahui bagaimana prosedur perawatan kolostomi.
10. Untuk mengetahui bagaimana prosedur irigasi kolostomi.
11. Untuk mengetahui apa saja macam-macam bentuk kantong kolostomi.
12. Untuk mengetahui apa saja macam-macam stoma.
13. Untuk mengetahui apa saja diagnosa keperawatan kolostomi.
1. Untuk mengetahui apa pengertian illeostomi.
2. Untuk mengetahui apa saja indikasi illeostomi?
3. Untuk mengetahui apa saja diagnosa keperawatan illeostomi?
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kolostomi
2.1.1. Pengertian
Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen
kedalam kolon iliaka (asenden) sebagai tempat mengeluarkan feses
(Pearce, 2009 dalam Nainggolan & Asrizal, 2013). Menurut franz dan
wright (2014), kolostomi adalah sarana untuk merawat berbagai kelainan
pada usus besar seperti kanker, obstruksi, penyakit radang usus, dan
trauma atau cidera. Pembentukan kolostomi dapat dilakukan secara
permanen atau sementara tergantung tujuan dilakukan operasi dan 10 %
diantaranya adalah kolostomi permanen (Vonk-Klassen, eral, 2015).

2.2.2. Komplikasi kolostomi

Campbell (2005) menjelaskan beberapa risiko yang timbul dari


kolostomi antara lain risiko karena anestesi (reaksi terhadap obat,
gangguan pernapasan), risiko karena pembedahan (perdarahan, infeksi),
risiko tambahan lainnya (penyempitan atau obstruksi stoma, terjadinya
hernia pada lokasi insisi, serta iritasi kulit), sedangkan Frenz dan Wright
(2004) menyebut beberapa potensi komplikasi pembedahan kolostomi
antara lain perdarahan berlebihan, infeksi luka bedah, tromboflebitis
(inflamasi dan bekuan darahpada vena tungkai), pneumonia, dan
embolisme paru (bekuan darah atau gelembung udara pada darah yang
berasal dari paru). Adapun penjelasan komplikasi kolostomi yaitu:

2.2.2.1. Obstruksi atau Penyumbatan

Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan


usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk
menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi
kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi
4

permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat


melakukannya sendiri di kamar mandi.

2.2.2.2. Infeksi

Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering


menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma.
Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat
diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan
mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah
infeksi.

2.2.2.3 Retraksi stoma

Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang


terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang
terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.

2.2.2.4 Prolaps pada stoma

Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi


struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat
pembedahan.

2.2.2.5 Stenosis

Terjadi penyempitan dari lumen stoma.

2.2.2.6 Perdarahan stoma

2.2.3. Indikasi Kolostomi


Menurut Campbell (2005), ada beberapa alasan dilakukannya
kolostomi antara lain infeksi abdomen, seperti perforasi diverticulitis,
cidera trauma pada kolon dan rectum misalnya luka tembak, kanker rectum,
luka perineum atau fistula. Menurut saccharin (1996), stoma fekal pada
anak-anak dalam hal ini termasuk ileostomy dan kolostomi dilakukan
karena alasan penyakit hirschsprung dan anus imperforate.
5

Pada penderita hisrschsprung, pengobatan yang biasa adalah


mengangkat sebagian besar usus yang abnormal ini dan membawa usus
yang normal turun melalui sfingter anus ke kulit. Hal ini memberikan hasil
yang baik pada anak lebih tua. Pada bayi, kolostomi dipertahankan sampai
anak cukup umur untuk dilakukan tindakan koreksi. Kesukaran dengan
gizi dan keseimbangan elektrolit biasanya terjadi pada usia awal dan
biasanya dilakukan pembedahan koreksi pada usia sedini mungkin. Selain
kelompok ini, sebagian besar bayi dengan penyakit hirscsprung
mengalami pembedahan koreksi dan penutupan kolostomi pada usia
antara10-20 bulan.
Bayi penderita anus imperforate dapat dilakukan pembedahan koreksi
segera setelah lahir dan tidak pernah memerlukan suatu kolostomi. Suatu
kolostomi sementara dikonstruksi pada kolon transversum, walaupun
kadang pada kolon sigmoid, sedangkan beberapa dari anak-anak (kurang
lebih 1 dari 5) memiliki cacat dalam suplai persarafan ke vesika urinaria
serta usus dan kemungkinan memerlukan suatu kolostomi permanen dan
pengalihan (diversi) urine permanen.

2.2.4. Jenis-jenis kolostomi


2.2.4.1.Kolostomi Ujung ( end colostomy )

Fungsi ujung usus (potongan usus yang tersisa disambungkan


ke saluran gastrointestinal atas) dipindahkan ke permukaan
abdomen dan membentuk stoma (saluran terbuka buatan) dengan
mengikatkan usus ke ujung kulit. Permukaan stoma tampak
berwarna merah muda dan lembab. Bagian distal usus ke ujung
usus (tadinya tersambung hanya ke rectum) kemungkinan
diangkat atau salurannya ditutup dan tetap dalam abdomen.
Kolostomi ujung biasanya adalah ostomy permanen disebabkan
karena trauma, kanker, atau kondisi patologis lainnya. Kolostomi
ujung biasanya mengeluarkan feses padat secara intermitten, hal
6

ini dapat menyebabkan dermatis kontak pada kulit disekitarnya


(Irving & Hulme, 1996).

2.2.4.2. Kolostomi dengan Saluran Ganda (double-barrel colostomy)

Kolostomi jenis ini terbentuk dengan dua stoma yang terpisah


pada dinding abdomen. Stoma proksimal (terdekat) berfungsi
sebagai ujung yang tersambung ke saluran gastrointestinal atas
dan akan menyalurkan feses, stoma distal tersambung ke rectum
dan disebut fistula mukosa, berfungsi menyalurkan sejumlah
material mukosa. Kolostomi jenis ini paling sering merupakan
kolostomi temporer yang dilakukan untuk mengistirahatkan area
usus dan kemudian akan ditutup kembali.

2.2.4.3. Kolostomi Lengkung (loop colostomy)

Pembedahan jenis ini memindahkan lengkungan usus


kebagian dinding abdomen yang telah di insisi. Lengkungan
ditempatkan diluar abdomen dengan menempatkan plastic
bertangkai pada bagian bawahnya. Dilakukan insisi pada usus
untuk mengeluarkan feses melalui kolostomi lengkung. Tangkai
penyanggah diangkat sekitar tujuh sampai 10 hari setelah
pembedahan, hal tersebut akan mencegah lengkungan usus
tertarik ke dalam abdomen. Kolostomi lengkung sering dilakukan
untuk membuat stoma temporer, berguna untuk memindahkan
feses dari usus yang telah terblokatau rupture.

2.2.4.4. Mucous Fistula

Pemebentukan stoma dari usus besar atau usus kecil, satu


stoma untuk mengalirkan feses, yang lainnya untuk mengalirkan
mucus.
7

2.2.5. Jenis-jenis Kolostomi berdasarkan Lama Penggunaan

Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu,


sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan
pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara.
Adapun jenis-jenis kolostomi yaitu:

2.2.5.1. Kolostomi Permanen


Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan
apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi
secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau
pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen
biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung
lubang). Biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena danya
keganasan, pelengketan atau pelekatan kolon sigmoid atau
rectum dan apabila usus distal harus diangkat atau diblok dan
tidak dapat digunakan. Kanker kolorektal adalah indikasi
paling sering dilakukannya kolostomi permanen, namun
hanya sekitar 10-15% pasien dengan diagnosis ini yang
membutuhkan kolostomi.

2.2.5.2. Kolostomi Temporer atau Sementara


Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang
yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi
double barrel. Dilakukan untuk tujuan dekompresi kolon atau
untuk memindahkan feses sementara dari bagian usus besar
yang cidera atau sakit, sehingga memungkinkan usus untuk
beristirahat dan melakukan penyembuhan. Kemudian kolon
akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup
kembali.
8

2.2.6. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Pasien Kolostomi


Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa
mukosa kemerahan yang disebut STOMA.
Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi
pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien dengan
pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi
(pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko
mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang
stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat
mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor
kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika
balutan terkontaminasi feses.
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong
kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan
feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan
kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk
menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan
pasien. Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi
zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap
perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin
perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit
pasien tidak teriritasi.

2.2.7. Edukasi pada Pasien dengan Kolostomi

Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan


baik sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan
kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen.
Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah:

1. Teknik penggantian atau pemasangan kantong kolostomi yang


baik dan benar.
2. Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma.
9

3. Waktu penggantian kantong kolostomi.


4. Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien.
5. Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk
menyesuaikan.
6. Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien.
7. Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi.
8. Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
pasien.
9. Berbagi hal atau keluhan yang harus dilaporkan segera pada
dokter ( jika apsien sudah dirawat dirumah).
10. Berobat atau kontrol ke dokter secara teratur.
11. Makanan yang tinggi serat.

2.2.8. Menangani Kolostomi

Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke 3 sampai hari


ke 6 pascaoperatif. Perawat menangani kolostomi sampai pasien
dapat mengambil alih perawatan ini. Perawatan kulit harus diajarkan
bersamaan dengan bagaimana menerapkan drainase kantung dan
melaksanakan irigasi.

2.2.8.1. Perawatan Kulit

Rabas efluen akan bervariasi sesuai dengan tipe lunak dan


berlendir yang mengiritasi kulit. Pada kolostomi desenden
atau kolostomi sigmoid, feses agak padat dan sedikit
mengiritasi kulit. Pasien dianjurkan melindungi kulit
peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan
sabun ringan, memberikan barrier kulit protektif disekitar
stoma, dan mengamankannya dengan melekatkan kantung
drainase. Bedah nistatin (Mycostatin) dapat ditebarkan sedikit
pada kulit peristoma bila terdapat iritasi atau pertumbuhan
jamur.
10

Kulit dibersihkan dengan perlahan menggunakan sabun


ringan, dan waslap lembab serta lembut. Adanya kelebihan
barrier kulit dibersihkan. Sabun bertindak sebagai agen
abrasive ringan untuk mengangkat residu enzim dari tetesan
fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat digunakan untuk
menutupi stoma atau tompon vagina dapat dimasukkan
dengan perlahan untuk mengabsorbsi kelebihan drainase.

Pasien diizinkan untuk mandi atau mandi pancuran


sebelum memasang alat yang bersih. Plester mikropor yang
dilekatkan pada sisi kantung akan melindunginya selama
mandi. Kulit dikeringkan dengan seksama menggunakan kasa;
hindari menggosok area tersebut. Barrier kulit (wafer,pasta,
atau bedak) digunakan disekitar stoma untuk melindungi kulit
dari drainase fekal.

2.2.8.2. Memasang Kantung Drainase

Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang


tepat. Lubang kantung harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari
stoma. Kulit dibersihkan sesuai prosedur diatas. Barrier kulit
peristoma dipasang. Kantung kemudian dipasang dengan cara
membuka kertas perekat dan menekannya di atas stoma selama
30 detik. Iritasi kulit ringan memerlukan tebaran bedak Karaya
pada kulit atau bedak stomahesive ssebelum kantung
dilekatkan.

2.2.8.3. Menangani Kantung Drainase

Kantung kolostomi dapat digunakan segera setelah irigasi;


dan diganti dengan balutan yang lebih sederhana. Pasien dapat
memilih berbagai bentuk kantung, tergantung pada kebutuhan
individu. Kebanyakan kantung sekali pakai dan tahan bau.
Deodorant tersedia juga dipasaran.
11

Untuk selanjutnya kantung kolostomi biasanya tidak


diperlukan. Segera setelah pasien belajar evakuasi rutin,
kantung dapat disimpan dan kantung kolostomi tertutup atau
balutan sederhana menggunakan tisu sekali pakai (Sering
ditutup dengan pembungkus plastic) digunakan,
dipertahankan ditempatnya dengan sabuk elastis. Kecuali gas
dan sedikit mucus, tidak ada isi usus yang akan keluar dari
lubang kolostomi di antara irigasi; karenanya kantung
kolostomi tidak diperlukan. Kolostomi plug (yang
dimasukkan untuk mencegah pasase flatus dan feses) juga
tersedia.

2.2.8.4. Mengangkat Alat

Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga


sampai seperempat bagian sehingga berat isinya tidak
menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan keluar
isinya. Pasien dapat memilih posisi duduk atau berdiri yang
nyaman dan dengan perlahan mendorong kulit menjauh dari
permukaan piringan sambil menarik kantung ke atas dan
menjauh dari stoma. Tekanan perlahan mencegah kulit dari
trauma dan mencegah adanya isi fekal cair yang tercecer
keluar.

Mengirigasi Kolostomi. Stoma pada abdomen tidak


mempunyai otot control volunteer sehingga pengosongannya
dapat terjadi pada interval waktu yang tidak teratur.
Pengaturan pasase materi fekal dicapai dengan irigasi
kolostomi atau membiarkan usus mengevakuasi secara alami
tanpa irigasi. Pilihan sering tergantung pada individu dan sifat
dari kolostomi.

Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk


mengosongkan kolon dari gas, mucus, dan feses sehingga
12

pasien dapat menjalankan aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa


takut terjadi drainase fekal. Dengan mengirigasi stoma pada
waktu yang teratur, terdapat sedikit gas dan retensi cairan
pengirigasian. Waktu untuk mengirigasi kolostomi harus
konsisten dengan jadual individu, setelah pasien
meninggalkan rumah sakit.

2.2.9. Prosedur Perawatan Kolostomi

2.2.9.1 Pengertian

Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan


mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

2.2.9.2. Tujuan

1. Untuk menjaga kebersihan pasien.

2. Untuk mencegah terjadinya infeksi.

3. Untuk mencegah iritasi kulit sekitar stoma.

4. Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya.

2.2.9.3. Alat

1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain


berlubang, dan kain persegi empat.
2. Kapas sublimate atau kapas basah, NaCl.
3. Kapas kering atau tissue.
4. 1 pasang sarung tangan bersih.
5. Kantong untuk balutan kotor.
6. Baju ruangan atau celemek.
7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi.
8. Zink salep.
9. Perlak dan alasnya.
13

10. Plester dan gunting.


11. Bila perlu obat desinfektan.
12. Bak bengkok.
13. Set ganti balut.

2.2.9.4. Persiapan pasien

1. Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan,


dll.
2. Mengatur posisi tidur pasien (supinasi).
3. Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien
(menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat
tempat tidur), mempersilahkan keluarga untuk menunggu
di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat
kolostomi pasien.

2.2.9.5. Prosedur Kerja

1. Sediakan alat-alat.
2. Tempatkan pasien pada posisi telentang.
3. Cuci tangan.
4. Kenakan sarung tangan.
5. Angkat kantong yang lama dengan memegang dan
melepaskannya dari kulit secara perlahan. (Anda dapat
memakai air hangat atau larutan adesif untuk melonggarkan
ikatan).
6. Buang sarung tangan.
7. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan baru.
8. Cuci daerah stoma dengan hati-hati menggunakan air sabun
hangat.
9. Keringkan kulit
10. Kaji (dan catat setelah prosedur) :

Stoma : tampilan
14

Kulit peristoma : Kondisi

Tinja : jumlah, warna, konsistensi, dan adanya bau aneh

Status emosional

11. Untuk sementara tutup stoma dengan kain kasa untuk


menghisap drainase selama perawatan ostomy.
12. Oleskan antiseptik pada kulit dengan gerakan melingkar.
(Biarkan mengering selama kira-kira 30 detik).
13. Beri barrier kulit dengan gerakan melingkar.
14. Ukur stoma dengan menggunkan pedoman stoma.
15. Potong cincin sesuai ukuran.
16. Basahi cincin dengan air hangat dan gosok sampai merekat
atau lepaskan penutup kertas dari cincin yang berperekat.
17. Letakkan cincin tepat diatas stoma, tekan dengan perlahan
pada kulit. (Ratakan jika terlipat untuk mencegah
rembesan).
18. Pasang kantung tepat diatas stoma dan tekan perlahan
sampai menutup sempurna.
19. Catat prosedur dan pengkajian dari langkah 10 (di atas).

2.2.10. Prosedur Irigasi Kolostomi

2.2.10.1. Definisi

Irigasi stoma, adalah suatu cara untuk mengeluarkan isi


kolon (feses). Dilkukan secara terjadwal dengan memasukkan
sejumlah air dengan suhu yang sama dengan tubuh/hangat.

2.2.10.2. Tujuan

Merangsang kontraksi usus sehingga mendorong keluarnya isi


kolon (feses).

2.2.10.3. Indiksi
15

1. Kolostomi desenden/sigmoid, karena feses mereka sudah


terbentuk.
2. Pasien dengan riwayat bab regular.
3. Pasien yang mampu melakukan prosedur irigasi.

2.2.10.4. Kontraindikasi

a. Riwayat irritable bowel syndrome.


b. Stoma pada kolon asenden dan transversum.
c. Stoma prolaps dan hernia peristoma.
d. Pasien dengan kemoterapi, radiasi pelvis.
e. Pasien dengan diagnosis yang buruk atau diare.
f. Pasien dengan urostomi dan ileustomi.

2.2.10.5. Waktu Irigasi Kolostomi

1. Paling efektif dilakukan 1 jam setelah makan, karena kolon


sudah terisi penuh.
2. Dilakukan satu kali sehari atau lebih tergantung dari
keteraturan usus.
3. Harus dilakukan secara rutin dan pada waktu yang sama.
4. Waktu yang digunakan selama irigasi sekitar 30-90 menit.
5. Kira-kira 6-8 minggu diharapkan pola eliminasi menjadi
teratur.

2.2.10.6. Prosedur Irigasi Kolostomi

Peralatan :

1. Irrigator (wadah khusus untuk irigasi).


2. Cairan irigasi (air masak, hangat kuku) 500-1500, atau cairan
lain untuk irigasi sesuai program medis.
3. Selang.
4. Konektor (penyambung selang).
16

5. Klem (yang bisa dipakai dengan hanya menggunakan satu


tangan).
6. Kateter karet nomor 22 atau 24 atau corong plastic khusus untuk
irigasi kolostomi.
7. Kantung atau sarung irigasi (yang bisa ditempelkan).
8. Kantung plastik untuk tempat sampah atau barang yang basah.
9. Kertas toilet.
10. Pelumas.

Prosedur :

1. Jelaskan kepada klien dan minta klien untuk berpartisipasi.


2. Posisikan pasien miring atau duduk di atas toilet kamar mandi,
jika tirah baring tidak diperlukan.
3. Letakkan bedpan diatas bantal yang sekali pakai di bawah stoma
(jika pasien di tempat tidur).
4. Isi kantong larutan dengan jenis dan jumlah larutan irigasi yang
diprogramkan. Sebelum insersi selang irigasi, keluarkan dulu
udara dari dalamnya.
5. Gantung kantong yang berisi larutan 30-45 cm di atas stoma.
6. Kenakan sarung tangan.
7. Singkirkan pelindung stoma.
8. Tempatkan selang irigasi di atas stoma, letakkan dengan tepat
agar tidak ada cairan bocor yang mengenai kulit.
9. Tempatkan ujung selang drainase yang berlawanan ke dalam
bedpan atau toilet.
10. Lebarkan stoma, jika di programkan, dengan memasukkan
ujung jari kelingking, yang bersarung tangan dan telah dilumasi,
kedalam stoma secara perlahan (gunakan gerakan masase untuk
melemaskan otot usus sampai dilatasi maksimal).
11. Lumasi ujung kateter.
12. Insersi kateter dengan tepat menggunakan gerakan memutar
(sekitar 7,5 cm). Jangan berusaha melawan tahanan.
17

13. Buka jepitan selang supaya larutan irigasi mengalir ke dalam


usus dengan perlahan. (jika timbul kram, hentikan aliran sampai
kram mereda).
14. Setelah memasukkan cairan, singkirkan kateter untuk
memungkinkan pengosongan kolon.
15. Dengan hati-hati urut abdomen untuk membantu pengsosongan
kolon (umumnya memakan waktu 30 menit.
16. Kosongkan dan singkirkan selang irigasi.
17. Buang sarung tangan yang dipakai dan pasang yang baru.
18. Bersihkan daerah sekitar stoma.
19. Pasang pelindung kolostomi.
20. Cuci tangan.
21. Catat jenis dan jumlah larutan irigasi yang dipakai, ukuran,
warna dan konsistensi larutan yang keluar kembali, respon
pasien, dan komplikasi.

2.2.11. Tipe Kantong Kolostomi

Jenis kantong kolostomi bervariasi sesuai dengan ukuran dan


bentuk. Kantong kolostomi harus ringan dan kedap bau. Beberapa
kantong juga mempunyai filter arang yang dapat melepaskan gas secara
perlahan dan membantu mengurangi bau.

2.2.11.1. Berdasarkan Bentuk Kantong

1. Drainable pounches atau open-ended pouch


Jenis ini memungkinkan anda untuk membuka bagian
bawah dari kantong untuk mengalirkan output. Tipe ini
biasanya ditutup dengan menggunakan klem. Tipe ini
biasanya digunakan untuk pasien kolostomi ascenden dan
kolostomi ransversum.
4. Close pounches atau close-ended pouch
18

Jenis kantong ini, ketika kantong ini telah terisi


kemudian diambil dan dibuang, lalu dipasang lagi dengan
yang baru. Kantong ini biasanya digunakan oleh pasien
dengan kolostomi descenden dan sigmoid. Output dari jenis
kantong kolostomi ini tidak perlu dialirkan.
5. Valve atau tap closure pounches
Digunakan untuk menampung urin output dari stoma
urinary. Dapat digunakan sampai beberapa hari.

2.2.11.2. Berdasarkan Jumlah Bagian Kantong

1. One-piece
Kantong ini terdiri dari kantong kecil dan penghlang kulit.
Penghalang kulit mudah lengket (adesif) yang ditempatkan
disekitar stoma dan ditempelkan ke kulit sekitar stoma.
Ketika kantong kecil akan diganti dengan baru, kantong kecil
baru harus direkatkan kembali ke kulit.
2. Two-piece
Kantong ini terdiri dari dua bagian : face plate yang bersifat
adesif dan kantong penampung feces. Face plate tetap berada
dalam tempatnya saat kantong yang telah terisi feces diambil
dan diganti dengan kantong baru kemudian kantong baru
dihubungkan ke face plate. Kantong baru tidak perlu
dilengketkan kembali kekulit setiap kali pergantian kantong,
cukup dihubungkan kembali dengan face plate, sehingga
system ini sangat menolong untuk pasien dengan kulit
sensitive.

2.2.11.3. Berdasarkan Warna Kantong

1. Clear pouch

Adalah kantong kolostomi transparan atau bening. Cocok


digunakan untuk post operasi karena dapat mengobservasi
kondisi stoma.
19

3. Opaque pounch
Kantong berwarna coklat atau putih.

2.2.12. Macam-Macam Bentuk Stoma

1. Colostomy (lubang buatan di usus besar)


2. Tracheostomy (lubang buatan di tenggorok)
3. Urostomy (lubang buatan di kandung kemih)
4. Ileostomy (lubang buatan di ileum)

2.2.13. Diagnosa Keperawatan Kolostomi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan.


2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemasangan
kolostomi.
3. Gangguan konsep diri atau citra diri berhubungan dengan perubahan
anatomis.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan luka insisi akibat
tindakan kolostomi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di
abdomen.
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
nutrisi tidak adekuat.

2.2.14. Pengertian Illeostomi

Illeostomi adalah bedah pembuatan lubang antara ileum dan dinding


abdomen untuk tujuan diversi fekal. Illeostomi dapat bersifat sementara
atau permanen dan dapat dibuat sebagai stoma ujung, stoma loop atau
stoma barrel ganda. Illeostomi berbeda dengan kolostomi dimana feses
mempunyai konsistensi lebih cair, terdapat enzim pencernaan dan aliran
isinya tak terkontrol, sehingga alat penampung harus digunakan secara
continue.

Pembedahan illeostomi dilakukan dalam dua tahap. Operasi pertama


melibatkan kolektomi abdomen, pembuatan kantung ileum,
20

mukosektomi rectum, anastomosis ileoanal dan membuat pengalihan


ileostomy. Operasi kedua dilakukan untuk menurunkan ileotomi
sementara dalam upaya untuk mengembalikan kontinuitas aliran feses.

2.2.15. Indikasi Illeostomi

1. Infeksi yang menyebabkan patologi usus halus (colitis ulseratif,


enteritis regional.
2. Keganasan pada daerah usus halus.
3. Trauma abdomen (reptura yeyunum atau ileum).

2.2.16. Diagnosa Keperawatan Illeostomi

1. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan aliran


feses dan flatus dari stoma, reaksi terhadap produk kimia, pemakaian
atau pengangkatan adhesive tak tepat.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan psikososial gangguan
struktur tubuh (stoma).
3. Nyeri akut berhubungan dengan faktor fisik : kerusakan kulit atau
jaringan (insisi atau drain). Biologis : aktivitas proses penyakit
(kanker atau trauma). Factor psikologis : takut, ansietas.
4. Kerusakan jaringan integritas kulit berhubungan dengan reseksi
parineal, tertahannya sekresi, gangguan sirkulasi, edema atau
malnutrisi.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
keluaran illeostomi dengan volume tinggi.
6. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi.
21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kolostomi merupakan salah satu pilihan tindakan pembedahan pada kanker.


Kolerekal yang dapat menimbullkan komplikasi dan perubahan konsep diri pasien.
Kolostomi dibagi menajdi dua yaitu permanen dan sementara. Perawatan pasien
dengan kolostomi yang perlu diperhatikan meliputi cara dan waktu smengganti
kantong kolostomi, membersihkan stoma dan kulit peristomal, memantau kondisi
stoma, dan melakukan irigasi kolostomi. Hal lain yang juga perlu dilakukan ialah
memberikan edukasi terkait diet yang dibutuhkan pasien yang memiliki stoma, sera
kebutuhan akivitas pasien. Sedangkan illeostomi merupakan bedah pembuatan
lubang antara ileum dan dinding abdomen untuk tujuan diversi fekal.

3.2 Saran

Mahasiswa harus mengetahui macam-macam pemperawatan pada pasien


dengan kolostomi yang digunakan untuk menentukan diagnosis dari tindakan
tersebut sehingga tidak terjadi malpraktek. Dan kita juga harus teliti, tanggung jawab
serta tanggung gugat dalam melaksanakan tugas.
22

DAFTAR PUSTAKA

Cecily, Lynn Betz, Sowden, Linda A. Buku Saku Keperawatan Pediatri, edisi 5.
EGC: Jakarta

Smeltzer, Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner dan
Suddarth., Edisi 8, EGC : Jakarta

Rosyidi, Kholid, dkk, 2013, Buku Saku Prosedur Praktik Keperawatan Medikal
Bedah., Buku Kesehatan: Jakarta.

Holloway, Walters B, 20013, Rujukan Cepat Keperawatan Klinis, EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai