Anda di halaman 1dari 25

Kepada Yth :

Rencana Baca : Senin ,8 Juni 2015 pukul 08.00 WITA


Tempat : RSP Gedung A.Lantai 7 ‘ Refarat Infeksi Tropis
bfDzyt5gh68f-
Bacterial Vaginosis
Fitry Hamka, Nurhayana Sennang, Benny Rusli
Bagian Ilmu Patologi Klinik FK UNHAS RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo
I. PENDAHULUAN
Bacterial vaginosis (BV) awalnya ditemukan oleh Curtis pada
tahun 1911 dengan istilah leukorea atau vaginitis non spesifik, namun
pada tahun 1955 Gardner dan Dukes menemukan organisme
penyebab BV yaitu Haemophilus vaginalis vaginitis, beberapa klinisi
menggunakan istilah Gardnerella vaginalis vaginitis atau vaginosis
sementara yang lain menggunakan istilah vaginosis anaerobik, tetapi
istilah Bacterial vaginosis lebih sering dipakai daripada vaginosis
anaerobik. Sejak BV dihubungkan dengan pertumbuhan berlebih tidak
hanya bakteri anaerob tetapi juga spesies bakteri fakultatif anaerob dan
mikoplasma genital, serta sejak radang vagina bukan merupakan gambaran
dari infeksi, istilah vaginitis diganti dengan vaginosis.1,2
Bacterial vaginosis adalah sindrom klinik akibat pergantian
Lactobacillus Spp penghasil hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan
flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, yaitu
Bacteroides Spp, Mobilincus Spp, Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma
hominis. Lactobacillus adalah organisme dominan pada wanita dengan
sekret vagina normal dan tanpa vaginitis. Lactobacillus biasanya
ditemukan 80-95 % pada wanita dengan sekret vagina normal. Sebaliknya,
Lactobacillus ditemukan 25-65 % pada bacterial vaginosis. Perubahan
mikroba vagina yang merupakan penyebab BV tidak sepenuhnya
diketahui, tetapi epidemiologi sindrom tersebut menunjukkan adanya
keterkaitan dengan aktivitas seksual.2,3

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 1


II. EPIDEMIOLOGI
Bacterial vaginosis merupakan infeksi vagina yang paling sering
ditemukan pada wanita yang aktif melakukan hubungan seksual. Penyakit
ini dialami 15% wanita yang mendatangi klinik ginekologi, 10-25%
wanita hamil dan 33-37% wanita yang mendatangi klinik infeksi menular
seksual (IMS). Wanita pengunjung klinik IMS mempunyai insiden BV
lebih tinggi, sebagai contoh 24-37% di Upala, Swedia, Seattle,
Washington, dan Madagaskar. Wanita pekerja seks di Thailand sebanyak
33 % menderita BV, hal ini lebih tinggi dibandingkan pada wanita hamil
yaitu sebesar 16%.2
Studi pada lesbian memberikan bukti lebih jauh tentang peranan
hubungan seksual dalam penularan BV. Sekitar 101 lesbian yang
mengunjungi klnik ginekologi sebesar 29% menderita BV. Avonts dkk
melaporkan BV meningkat pada pengguna IUD (Intrauterine Device)
dibandingkan kontrasepsi oral. Pemakaian douching vagina seperti vaginal
spray maupun vaginal wipes juga dapat menyebabkan terjadinya Bacterial
vaginosis. 4,5
Gardnerella vaginalis dapat diisolasi pada 15% wanita prapubertas
yang masih perawan, sehingga organisme ini tidak mutlak ditularkan lewat
kontak seksual, Meskipun BV dilaporkan lebih sering ditemukan pada
klinik IMS tetapi penularan secara seksual masih belum jelas.1,2
III. ETIOLOGI
Penyebab BV bukan organisme tunggal. Pada suatu analisis dari
data flora vagina memperlihatkan bahwa ada beberapa kategori dari
bakteri vagina yang berhubungan dengan BV yaitu:
1. Gardnerella vaginalis
Berbagai kepustakaan selama 30 tahun terakhir
membenarkan observasi Gardner dan Dukes bahwa Gardnerella
vaginalis sangat erat hubungannya dengan bakterial vaginosis.
Organisme ini mula-mula dikenal sebagai Haemophilus vaginalis

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 2


kemudian diubah menjadi genus Gardnerella atas dasar
penyelidikan mengenai fenotopik dan asam dioksiribonukleat.
Tidak mempunyai kapsul, tidak bergerak dan berbentuk batang
gram negatif atau variabel gram. Tes katalase, oksidase, reduksi
nitrat, indole, dan urease semuanya negatif. Gardnerella vaginalis
menghasilkan beta hemolisis pada human blood agar.1,2
Kuman ini bersifat anaerob fakultatif, dengan produksi
akhir utama pada fermentasi berupa asam asetat, banyak galur yang
juga menghasilkan asam laktat dan asam format. Ditemukan juga
galur anaerob obligat. Untuk pertumbuhannya dibutuhkan tiamin,
riboflavin, niasin, asam folat, biotin, purin, dan pirimidin.3,6
2. Bakteri anaerob : Mobilincus Spp dan Bacteriodes Spp
Bacteroides spp merupakan bakteri gram negatif, bersifat
anaerob, berbentuk batang pleiomorfik. Bakteri ini diisolasi pada
76% wanita dengan BV. Penemuan spesies anaerob dihubungkan
dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan asetat pada
cairan vagina.2
Mikroorganisme anaerob lain yaitu Mobiluncus Spp,
merupakan batang anaerob lengkung, bersifat variabel gram, terdiri
dari dua spesies yaitu Moblincus Curtisii dan Mobilincus Mulieris.
Bakteri ini halus dan berkembang secara perlahan, bergerak, tes
katalase, oksidase dan indol negatif. Bakteri ini memfermentasikan
glukosa, menghasilkan asam suksinat dan asam asetat sebagai
produk metabolik akhirnya. Mobilincus Spp dapat diisolasi pada
50% pasien dengan BV. 6,7
3. Mycoplasma hominis
Mycoplasma hominis adalah spesies bakteri genus
Mycoplasma, bakteri ini adalah organisme terkecil yang hidup
bebas dengan ukuran 125-250 nm, pleiomorfik dan tidak memiliki
dinding sel. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 3


Mycoplasma hominis juga harus dipertimbangkan sebagai agen
etiologik untuk bacterial vaginosis, bersama dengan Gardnerella
vaginalis dan bakteri anaerob lainnya. Pertumbuhan Mycoplasma
hominis mungkin distimulasi oleh putrescine, satu dari amin yang
konsentrasinya meningkat pada bacterial vaginosis.1,2,7

Gambar 1.Pewarnaan gram Gardnerella Vaginalis,Mycoplasma


Hominis, Mobilincus Spp, Bacteriodes Spp dengan pembesaran 400x
(Sumber: www.slideshare.net/doctorrao/bacterial-vaginosis.)8

IV. GEJALA KLINIS


Sekitar 50% wanita BV bersimpat asimptomatis. Gejala yang
paling sering ditemukan adalah adanya cairan vagina yang abnormal,
terutama setelah melakukan hubungan seksual dengan adanya bau vagina
yang khas yaitu bau amis seperti bau ikan (fishy odor). Bau tersebut
disebabkan oleh adanya amin yang menguap bila cairan vagina menjadi
basa. 9
Cairan vaginal yang basa menimbulkan terlepasnya amin dari
perlekatannya pada protein dan amin yang menguap menimbulkan bau
yang khas. Walaupun beberapa wanita mempunyai gejala yang khas,
namun pada sebagian besar wanita dapat asimptomatik. Reaksi inflamasi
pada vagina tidak ditemukan atau lebih ringan daripada yang disebabkan
oleh Trichomonas vaginalis atau Candida albicans. 2,9
Nyeri abdomen, dispareuni, nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan
kalau ada karena penyakit lain. Bacterial vaginosis dapat timbul bersama

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 4


infeksi traktus genital bawah seperti trikomoniasis dan servisitis sehingga
menimbulkan gejala genital yang tidak spesifik.9
V. PATOGENESIS
Ekosistem vagina adalah biokomuniti yang dinamik dan kompleks
yang terdiri dari unsur-unsur yang berbeda yang saling mempengaruhi.
Salah satu komponen lengkap dari ekosistem vagina adalah mikroflora
vagina endogen, yang terdiri dari gram positif dan gram negatif aerobik,
bakteri fakultatif dan obligat anaerobik. Aksi sinergisme dan antagonisme
antara mikroflora vagina endogen bersama dengan komponen lain,
mengakibatkan tetap stabilnya sistem ekologi yang mengarah pada
kesehatan ekosistem vagina. Beberapa faktor/kondisi yang menghasilkan
perubahan keseimbangan menyebabkan ketidakseimbangan dalam
ekosistem vagina dan perubahan pada mikroflora vagina. Dalam
keseimbangannya, ekosistem vagina didominasi oleh bakteri Lactobacillus
yang menghasilkan asam organik seperti asam laktat, hidrogen peroksida
(H2O2) dan bakteriosin.10
Asam laktat yang dihasilkan oleh Lactobacillus memegang peranan
penting dalam memelihara pH tetap dibawah 4,5, dimana merupakan
tempat yang tidak sesuai bagi pertumbuhan bakteri khususnya
mikroorganisme yang patogen bagi vagina. Kemampuan memproduksi
H2O2 adalah mekanisme lain yang menyebabkan Lactobacillus hidup
dominan daripada bakteri obligat anaerob. Mekanisme ketiga pertahanan
yang diproduksi oleh Lactobacillus adalah bakteriosin yang merupakan
suatu protein dengan berat molekul rendah yang menghambat pertumbuhan
banyak bakteri khususnya Gardnerella vaginalis.10,11
Sekret vagina adalah suatu yang umum dan normal pada wanita
usia produktif. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan
suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina
yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolini. Pada wanita, sekret vagina
ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri,

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 5


sebagai pelicin, dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi
normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, atau berwarna kekuningan
ketika mengering di pakaian, memiliki pH kurang dari 5,0 terdiri dari sel-
sel epitel yang matur, sejumlah leukosit normal, tanpa jamur, Trichomonas
dan tanpa clue cell. 11
Bacterial vaginosis disebabkan oleh faktor-faktor yang mengubah
lingkungan asam normal di vagina menjadi keadaan basa yang mendorong
pertumbuhan berlebihan bakteri-bakteri penghasil basa. Lactobacillus
adalah bakteri predominan di vagina dan membantu mempertahankan
sekresi vagina yang bersifat asam. Faktor-faktor yang dapat mengubah pH
melalui efek alkalinisasi antara lain adalah mukus serviks, semen, darah
haid, mencuci vagina (douching), pemakaian antibiotik, dan perubahan
hormon saat hamil dan menopause. Faktor-faktor ini memungkinkan
meningkatnya pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis,
dan bakteri anaerob lainnya. Metabolisme bakteri anaerob menyebabkan
lingkungan menjadi basa yang menghambat pertumbuhan bakteri lain. 2,10
Penyakit sistemik (Diabetes Melitus), penyakit yang menyebabkan
sistem kekebalan tubuh menurun seperti Human Immunodeficiency Virus
(HIV), dan perilaku seks menyimpang seperti seks oral dan bergonta-ganti
pasangan seksual merupakan faktor resiko lainnya yang dapat
menyebabkan bacterial vaginosis. Faktor –Faktor ini menyebabkan
perubahan pH vagina dan berkurangnya konsentrasi mikroflora normal
sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan bakteri patogen yang
oportunistik.
Pada bacterial vaginosis dapat terjadi simbiosis antara Gardnerella
vaginalis sebagai pembentuk asam amino dan kuman anaerob beserta
bakteri fakultatif dalam vagina yang mengubah asam amino menjadi amin
sehingga menaikkan pH sekret vagina sehingga mencapai suasana yang
sesuai bagi pertumbuhan Gardnerella vaginalis. Beberapa amin diketahui
menyebabkan iritasi kulit dan menambah pelepasan sel epitel dan

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 6


menyebabkan duh tubuh berbau tidak sedap yang keluar dari vagina. Basil-
basil anaerob yang menyertai BV diantaranya Bacteroides bivins,
Bacteroides capilosus dan Bacteroides disiens yang dapat diisolasi dari
infeksi genitalia.11

Gambar 5. Kemungkinan hubungan antara Gardnerella Vaginalis dan


bakteri anaerob pada patogenesis BV
(Sumber :Vaginosis Bakterial dalam Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin)11

Gardnerella vaginalis melekat pada sel-sel epitel vagina in vitro,


kemudian menambah deskuamasi sel epitel vagina sehingga terjadi
perlekatan duh tubuh pada dinding vagina. Organisme ini tidak invasif dan
respon inflamasi lokal yang terbatas dapat dibuktikan dengan sedikitnya
jumlah leukosit dalam sekret vagina dan dengan pemeriksaan
histopatologis. Timbulnya BV ada hubungannya dengan aktivitas seksual
atau pernah menderita infeksi Trichomonas. Bacterial vaginosis yang
sering rekurens bisa disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang
faktor penyebab berulangnya atau etiologi penyakit ini.2,11

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 7


VI. DIAGNOSIS
Dengan hanya mendapat satu gejala, tidak dapat menegakkan suatu
diagnosis. Oleh sebab itu, didapatkan kriteria klinis untuk BV yang sering
disebut sebagai kriteria Amsel yang berpendapat bahwa terdapat tiga dari
empat gejala, yaitu: 12,13
1. Sekret vagina yang homogen, tipis, putih keabu-abuan, melekat pada
dinding vagina dan abnormal.
2. pH vagina > 4,5.
3. Tes amin yang positif, sekret vagina yang berbau amis setelah
penambahan KOH 10% (Whiff test).
4. Adanya clue cells pada sediaan basah .
A. Anamnesis
Gejala yang khas adalah cairan vagina yang abnormal, terutama
setelah melakukan hubungan seksual, dengan adanya bau vagina yang
khas yaitu bau amis/bau ikan (fishy odor). Pasien biasanya mengeluh
rasa gatal, iritasi, dan rasa terbakar. 12,13
B. Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan biasanya ditemukan sekret vagina yang tipis
dan berwarna putih atau abu-abu, viskositas rendah atau normal,
homogen, dan jarang berbusa. Sekret tersebut melekat pada dinding
vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis. Gejala peradangan umum
tidak ada. Sebaliknya sekret vagina normal, lebih tebal dan terdiri atas
kumpulan sel epitel vagina yang memberikan gambaran bergerombol.
13,14

Gambar 3. Sekret vagina pada bacterial vaginosis


( Sumber : www.slideshare.net/doctorrao/bacterial-vaginosis.)8
Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 8
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
Pada pemeriksaan darah rutin, parameter seperti hemoglobin, Red
Blood Cell (RBC), trombosit dan hematokrit dalam batas normal
sedangkan pada pemeriksaan jumlah leukosit akan didapatkan
leukositosis ringan. Parameter kimia darah seperti ureum,
kreatinin, SGOT dan SGPT dalam batas normal.1,2
2. Pemeriksaan clue cells
Clue cells adalah sel epitel skuamosa yang dikelilingi dan ditutupi
oleh banyak organisme berbentuk kokobasilus, sehingga
memberikan gambaran stippling/ bergranula dengan tepi sel epitel
tidak jelas. Pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas 60% dan
spesifisitas 98%.1,2
Cara pemeriksaan clue cells pada sediaan basah:15
a. Duh tubuh vagina diteteskan pada kaca objek dan
ditambahkan satu tetes saline. Kedua tetesan tersebut
dicampurkan hingga homogen dan ditutup dengan kaca
penutup
b. Sediaan diperika dengan menggunakan mikroskop pada
pembesaran 400x

A B

Gambar 4. A. Clue cells dengan preparat basah


B. Clue cells dengan pewarnaan gram
(Comparison of the Amsel’s Composite Clinical Criteria and
Nugent’s Criteria for Diagnosis of Bacterial Vaginosis :
A Step Towards Preventing Mis Diagnosis)16

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 9


3. Whiff test
Whiff test dilakukan dengan cara sekret vagina diteteskan pada
kaca objek sebanyak satu tetes dan ditambahkan satu tetes cairan
KOH 10%. Whiff test dinyatakan positif bila terdapat bau amis
atau bau amin setelah penambahan satu tetes KOH 10-20% pada
sekret vagina. Bau muncul sebagai akibat pelepasan amin dan
asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob. Pemeriksaan ini
mempunyai sensitivitas 41,67% dan spesifisitas 100%.1,2,15
4. Pengukuran pH
Pengukuran pH pada sekret vagina dengan menggunakan kertas
indikator pH dengan batas deteksi 3,8-6,0. Pengukuran pH
memiliki sensitivitas 83,3% dan spesifistas 86,8%. Cara
melakukan pengukuran pH :1,2,15
- Swab diapuskan pada fornik lateral dan posterior dari vagina.
Swab tersebut segera ditempelkan pada kertas indikator pH
atau’
- Kertas indikator pH ditempelkan pada ujung dari spekulum
yang baru saja dipergunakan saat pemeriksaan vagina.Warna
kertas dibandingkan dengan warna standar pH vagina normal.
Pada 80-90% vaginosis bakterial ditemukan pH > 4,5.
5. Ossom BV Blue Test
Ossom BV Blue Test adalah tes aktivitas enzim yang
digunakan dalam mendeteksi enzim sialidase, enzim yang
diproduksi oleh bakteri patogen seperti Gardnerella vaginalis,
Bacteroides spp., Prevotella spp., dan Mobiluncus spp pada
konsentrasi ≥7.8 Unit. Ossom BV Blue test termasuk tes substrat
kromogenik dari enzim sialidase bakteri.17

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 10


Gambar 5A. Ossom BV Blue Test Positif berwarna biru
B. Ossom BV Blue Test Negatif berwarna kuning
(Sumber : Evaluation of different diagnostic methods of bacterial
vaginosis)17
Swab dengan sekret vagina dimasukkan ke dalam tabung
BV Blue test kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu
37ºC, BV Blue developer solution ditambahkan dan perubahan
warna diamati. Warna biru menunjukkan aktivitas enzim sialidase
meningkat dan memberi hasil positif sedangkan warna kuning
mengindikasikan hasil negatif. Ossom BV Blue test memiliki
sensitivitas 88% dan spesifisitas 98,5%.17
6. Gas Liquid Chromatografi
Asam suksinat merupakan produk metabolik yang
dihasilkan bakteri anaerob, konsentrasinya meningkat pada wanita
dengan BV, sedangkan produk asam laktat yang dihasilkan
Lactobacillus flora normal vagina terdapat pada wanita normal.
Ratio asam suksinat : asam laktat >0.4 berdasarkan Gas Liquid
Chromatographi peaks berkorelasi dengan diagnosis klinis BV.
Metode ini memiliki sensitivitas 54,3% dan spesifisitas 98,5 %.18
7. Tes prolin aminopeptidase
Gardnerella vaginalis dan Mobilincus Spp menghasilkan
Proline aminopeptidase, dimana Lactobacillus tidak
menghasilkan enzim tersebut. Tes prolin aminopeptidase
dilakukan dengan inokulasi spesimen pasien ( sekret vagina ) ke
dalam sumur mikrotiter yang mengandung substrat L-Proline B

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 11


naphythylamide, lalu diinkubasi selama 4 jam pada suhu 35ºC.
Setelah inkubasi dimasukkan 0,015% aqueous solution dari fast
Garnet GBC Salt sebagai indikator reagen sebanyak 0,05 ml
untuk mendeteksi B-naphthylamine. Hasil dibaca setelah lima
menit, hasil positif akan memberi warna merah atau pink
sedangkan hasil negatif akan berwarna kuning/orange. Tes ini
memiliki sensitivitas 81% dan spesifistas 96%.18
8. Pewarnaan gram sekret vagina
Metode pewarnaan gram pada BV terbagi dua yaitu
menurut sistem skoring Nugent dan kriteria Hay Ison. Sistem
skoring Nugent merupakan metode penilaian kuantitatif dengan
menilai morfotipe bakteri berdasarkan tiga morfotipe yaitu kuman
batang gram positif besar (Lactobacillus), kuman batang gram
negatif kecil atau bervariasi (Gardnerella dan kuman batang
anaerob), dan Mobiluncus. Untuk diagnosis BV morfotipe
Lactobacillus harus rendah (0-2+) atau tidak ada, sedangkan
morfotipe Gardnerella predominan (3+ atau 4+). 16,17,18
Tabel 1. Sistem skoring Nugent

Skor Morfotipe Morfotipe Mobiluncus


Lactobacillus Gardnerella per lapang
per lapang per lapang pandang
pandang pandang
0 >30 0 0
1 5-30 <1 1-5
2 1-4 1-4 >5
3 <1 5-30
4 0 >30
Keterangan : Skor 0-3 : Normal
4-6 : Intermediate
7-10 : Bacterial vaginosis
Metode lain yang digunakan dalam interpretasi pewarnaan
gram pada BV yaitu dengan menggunakan kriteria Hay Ison.
Kriteria ini menitikberatkan pada perbandingan morfotipe bakteri

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 12


Lactobacillus dengan morfotipe bakteri lainnya. Pemeriksaan
gram mempunyai sensitivitas 89% dan spesifisitas 83%.16,17,18
Tabel 2. Kriteria Hay Ison 24
Grade 0 Tidak ada bakteri
Grade I (Normal) Morfotipe Lactobacillus lebih dominan
Grade II Campuran morfotipe Lactobacillus, dan
(Intermediate) Gardnerella vaginalis serta Mobilincus
Grade III ( Bacterial Morfotipe Gardnerella vaginalis dan atau
Vaginosis) Mobilincus Spp lebih dominan.
Lactobacillus sedikit atau tidak ditemukan
Grade IV Ditemukan bakteri kokus gram positif

A B

C D

Gambar 6A. Grade O (Tidak ada bakteri)


6B. Grade I ( Normal Flora )
6C. Grade II ( Intermediate )
6D. Grade III ( Bacterial Vaginosis)
6E. Grade IV ( Bakteri kokus gram positif)
(Sumber : Laboratory diagnosis of sexually transmitted infections,
including human immunodeficiency virus.)19

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 13


9. Kultur Gardnerella Vaginalis, Mobilincus Sp.Micoplasma Hominis,
dan Bacteroides Spp.

G.Vaginalis

A
Bacteroides
Spp

Mycoplasma
Hominis

B C
Gambar 7A. Koloni Gardnerella Vaginalis
7B. Koloni Mycoplasma Hominis
7C. Koloni Bacteroides Spp.
( Sumber : Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology)20
Koloni Gardnerella vaginalis dapat tumbuh pada vaginalis
agar,human blood bilayer Tween agar dan chocolate agar. Plate
agar yang telah diinokulasi dengan Gardnerella Vaginalis
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 35ºC dalam suasana anaerob.
Koloni yang tumbuh bentuknya sirkuler dengan diameter 0,3 –
0,5 mm, konveks dan berwarna abu-abu, beberapa koloni nampak
menunjukkan zona difus beta hemolitikus. 20,21
Mobilincus Spp tumbuh pada human blood Columbia agar
dengan koloni berwarna putih transparant, konveks dengan
ukuran <2 mm setelah diinkubasi selama 3-5 hari pada suhu 35-
37ºC. Mycoplasma hominis juga dapat tumbuh pada blood agar
menghasilkan koloni transparan, diameter 50-300µm, diinkunbasi
selama 2-3 hari dalam suasana anaerob. 20,21
Koloni Bacteroides spp dapat tumbuh pada AnaeroGRO™
Brucella Agar with Hemin and Vitamin K setelah diinkubasi
selama 24-48 jam dalam suasana anaerob, berwarna putih,
Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 14
sirkuler, dan berbentuk konveks. Pemeriksaan kultur dalam
mendiagnosis bacterial vaginosis memiliki sensitivitas 90,9 %
dan spesifisitas 88%.20,21
9. AFFIRM Vaginal Pathogens DNA Direct Probe test (VAGDNA)
The Affirm Probe (Becton Dickinson Microbiology Systems,
Sparks, MD) adalah tes untuk mendeteksi asam deoksi
ribonukleat (DNA) dari Gardnerella vaginalis.22
Sekret dimbil dari forniks posterior dinding vagina
menggunakan swab khusus lalu dimasukkan ke dalam tabung
transport. Asam nukleat dalam tabung stabil hingga 72
jam pada suhu kamar sebelum pengolahan. Sampel ditempatkan
pada AFFIRM instrument, dan hasilnya dapat diperoleh dalam
satu jam, sejak Gardnerella vaginalis merupakan bagian dari
flora normal vagina, tes ini positif pada konsentrasi patologis
>2x105 sel bakteri Gardnerella Vaginalis. Tes ini memiliki
sensitivitas 98,3% dan spesifistas 100%. 22
10. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Polymerase Chain Reaction (PCR) multipleks merupakan
tes diagnostik untuk membedakan antara vaginosis bakteri karena
bakteri anaerob seperti Mobilincus Spp, Bacteroides Fragilis
ataupun Gardnerella vaginalis. PCR dapat mendeteksi banyak
organisme pada suatu kondisi yang sama (Bacterial vaginosis).
PCR akan menggunakan tiga primer yang berbeda yaitu DNA
dari Mobiluncus sp, Bacteroides Fragilis dan Gardnerella
Vaginalis yang diperoleh dari swab vagina. Deteksi produk
dilanjutkan dengan elektroforesis gel agarosa. PCR memiliki
sensitivitas 96,9 % dan spesifistas 97%.23

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 15


Gambar 8. PCR Assays untuk mendeteksi Gardnerella Vaginalis
pada sampel vagina (Dari kanan ke kiri; 100 bp ladder dan
sembilan sampel positif terdapat G.vaginalis)
( Sumber : Gardnerella vaginalis-associated bacterial vaginosis
in Bulgarian women )23

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 16


Algoritme Bacterial Vaginosis

Kriteria Amsel
( Terdapat 3 dari 4 gejala)

Sekret vagina Ph < 4,5 Clue cells (+) Whiff test (+)
homogen, tipis,
putih

Ossom BV Gas Liquid Tes Kultur DNA PCR


blue test Chromatografi proline Probe
amino
peptidase
Skor Hay Ison
Nugent
Postitif Asam suksinat
berwarna meningkat 1. Gardnerella vaginalis
ratio asam
Positif
0 : tidak ada biru 2. Mobilincus Spp
4-6 : Normal suksinat asam
bakteri (peningkatan
laktt = 0.4 3. Bacteroides Spp
enzim
4. Mycoplasma hominis
0-3 : 1 : Normal sialidase)
Intermediate

2 : intermediate
7-10 : BV
3 : BV

4 : Kokus gram
positif

Bacterial Vaginosis

Gambar 7. Modifikasi algoritme Bacterial Vaginosis


(Sumber : Buku Panduan Diagnosis Mikroskopik untuk Infeksi Menular
Seksual )15

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 17


VII. DIAGNOSIS BANDING
Tabel 3. Diagnosis banding BV 2,12,20
Gambaran Bacterial Candidiasis Trichomonas Servisitis
Klinis Vaginosis vaginalis
Gejala klinis Bau amis Sangat gatal, Dispareunia, Dispareunia,
bau khas nyeri, berbau nyeri
seperti keju amis
Sekret vagina Putih/ abu abu, Putih, kental Purulen, Kuning Purulen,
homogen bervariasi kehijauan putih
seperti susu
sampai keju
Pemeriksaan Tidak ada Eritema pada Eritema, Perdarahan
fisis inflamasi daerah vulva pembengkakan kontak (+),
dan bagian vulva dan cairan
dalam vagina vagina vagina pada
ostium
eksterna
pH >4,5 <4,5 5,0-6,0 >4,5
Whiff Test (+) (-) (-) (-)
Pemeriksaan Clue cells (+), Normal Trichomoniasis -
mikroskopik lactobacillus (+)
( saline ) berkurang
Pemeriksaan (-) Pseudo hifa (-) (-), cari
mikroskopik dan spora (+) penyebab
( KOH 10%) lain seperti
Gonorrhea
atau
Chlamydia
Kultur Bacteroides Spp, Candida Trichomonas Neisseria
Gardnerella Albicans vaginalis Gonorhea,
Vaginalis, Chlamydia
Mobilincus Spp, Trachomatis
Mycoplasma
Hominis

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 18


VIII. Terapi
Semua wanita dengan BV simtomatik memerlukan pengobatan,
termasuk wanita hamil.
A. Terapi sistemik 1,2,11
1. Metronidasol 400-500 mg, 2 x sehari selama 7 hari dilaporkan efektif
dengan kesembuhan 84-96%. Metronidasol dapat menyebabkan mual
dan urin menjadi gelap. Konsumsi alkohol harus dihindari selama
pengobatan dan 48 jam setelah terapi, oleh karena dapat terjadi rea
2. ksi disulfiram. Metronidasol 200-250 mg, 3x sehari selama 7 hari
untuk wanita hamil.
3. Klindamisin 300 mg, 2x sehari selama 7 hari.
4. Amoklav (500 mg amoksisilin dan 125 mg asam klavulanat) 3 x sehari
selama 7 hari.
5. Tetrasiklin 250 mg, 4 x sehari selama 5 hari
6. Doksisiklin 100 mg, 2 x sehari selama 5 hari
7. Eritromisin 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari
8. Cefaleksia 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari
B. Terapi Topikal1,2,11
1. Metronidasol gel intravagina (0,75%) 5 gram, 1 x sehari selama 5 hari.
2. Klindamisin krim (2%) 5 gram, 1 x sehari selama 7 hari.
3. Tetrasiklin intravagina 100 mg, 1 x sehari.
4. Krim sulfonamide triplet (Sulfactamid 2,86%, Sulfabenzamid 3,7%
dan Sulfatiazol 3,42%), 2 x sehari selama 10 hari, tapi akhir-akhir ini
dilaporkan angka penyembuhannya hanya 15 - 45 %.
C. Probiotik
Mikroorganisme dengan sifat probiotik seperti Lactobacillus
rhamnosus GR-1, Lactobacillus rhamnosus Lcr 35, Lactobacillus reuteri
RC-14 dan Lactobacillus crispatus CTV-05 yang digunakan secara oral
atau vagina terbukti dapat meningkatkan flora vagina dengan efek samping
minimal. Pemberian kombinasi Metronidazole oral 2x500 mg selama 7

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 19


hari dan probiotik oral 2x1 selama 30 hari ( 1 kapsul berisi 109
Lactobacillus rhamnosus GR-1 dan 109 Lactobacillus reuteri RC-14)
memberikan hasil yang lebih baik untuk mengobati BV. 24
D. Pengobatan BV pada masa kehamilan
Metronidasol tidak digunakan pada trimester pertama kehamilan
karena mempunyai efek samping terhadap fetus. Dosis yang lebih rendah
dianjurkan selama kehamilan untuk mengurangi efek samping yaitu
Metronidasol 200-250 mg, 3 x sehari selama 7 hari untuk wanita hamil.
1,2,11

Pada trimester pertama diberikan krim klindamisin vaginal karena


klindamisin tidak mempunyai efek samping terhadap fetus. Pada trimester
II dan III dapat digunakan metronidasol oral walaupun mungkin lebih
disukai gel metronidasol vaginal atau klindamisin krim. Selain itu,
amoklav cukup efektif untuk wanita hamil dan intoleransi terhadap
metronidasol. 1,2,11
E. Follow up
Banyak penelitian melaporkan tingkat kesembuhan BV 84-96 %,.
Tingkat kekambuhan untuk BV dapat muncul setelah 12 bulan. Penelitian
retrospektif pada pasien rawat jalan selama enam tahun ( Boris dkk,1997)
melaporkan bahwa tingkat kumulatif kekambuhan BV 53%, di mana 73%
dari kekambuhan tersebut terjadi dalam waktu 12 bulan, persentase ini
hanya didasarkan pada pasien BV yang sebelumnya dinyatakan sembuh
dan berulang kembali.2,20
Pengobatan dengan metronidazole 500 mg 2x sehari selama 7 hari
dilaporkan efektif dan memberi kesembuhan 95% pada wanita dengan BV
berulang. Beberapa ahli juga menyarankan pemberian probiotik sebagai
profilaksis pada wanita dengan riwayat BV berulang. 2,24

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 20


IX. KOMPLIKASI
Komplikasi BV tampaknya terkait dengan peningkatan risiko
kerentanan terhadap penyakit infeksi menular seksual seperti infeksi
Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, Herpes Simpleks Virus 2
(HSV 2) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).2,12
Bacterial Vaginosis telah terbukti meningkatkan risiko komplikasi
obstetrik dan ginekologi. Komplikasi dalam kehamilan seperti keguguran
pada trimester pertama, premature rupture of membran, persalinan
prematur, dan 40% risiko bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, oleh
karena itu, beberapa ahli menyarankan agar semua wanita hamil yang
sebelumnya melahirkan bayi prematur agar memeriksakan diri untuk
screening bacterial vaginosis, walaupun tidak menunjukkan gejala sama
sekali. Korioamnionitis, endometritis pasca operasi caesar, penyakit
radang panggul pasca aborsi dan servisitis juga merupakan komplikasi
BV.12
X. PROGNOSIS
Bacterial vaginosis dapat timbul kembali pada 53% wanita di mana
73% dari kekambuhan tersebut terjadi dalam waktu 12 bulan walaupun
demikian prognosis bacterial vaginosis sangat baik karena infeksinya
dapat disembuhkan, dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih
sepertiga kasus. Dengan pengobatan metronidasol dan klindamisin
memberi angka kesembuhan yang tinggi yaitu 84-96%.2,12
XI. RINGKASAN
Bacterial Vaginosis adalah sindrom klinik akibat pergantian
Lactobacillus Spp penghasil hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan
flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, yaitu
Bacteroides Spp, Mobilincus Spp, Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma
hominis. Kriteria klinis untuk BV ( kriteria Amsel ) bahwa terdapat tiga
dari empat gejala, yaitu sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat
pada dinding vagina dan abnormal; pH vagina > 4,5 ; tes amin yang positif

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 21


dan sekret vagina yang berbau amis setelah penambahan KOH 10% (Whiff
test); serta adanya clue cells pada sediaan basah.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan clue cells baik dengan sediaan basah atau pewarnaan gram,
pemeriksaan pH, whiff test untuk mendeteksi bau amis, Ossom BV Blue
test untuk mendeteksi peningkatan enzim sialidase, tes proline
aminopeptidase, Gas liquid Chromatografi untuk mendeteksi produk
metabolik dari bakteri anaerob yaitu asam suksinat, pewarnaan gram pada
sekret vagina, kultur Gardnerella vaginalis, Bacteroides Spp, Mycoplasma
hominis dan Mobilincus Spp, AFFIRM Vaginal Pathogens DNA Direct
Probe test (VAGDNA) serta Polymerase Chain Reaction (PCR).
Bacterial vaginosis dapat timbul kembali pada 53% wanita di mana
73% dari kekambuhan tersebut terjadi dalam waktu 12 bulan walaupun
demikian prognosis bacterial vaginosis sangat baik karena infeksinya
dapat disembuhkan, dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih
sepertiga kasus. Dengan pengobatan metronidasol dan klindamisin
memberi angka kesembuhan yang tinggi yaitu 84-96%.

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 22


DAFTAR PUSTAKA
1. Barakbah J,Lumintang H,Martodiharjo S. Vaginosis Bakterial dalam Buku
Ajar Infeksi Menular Seksual.Airlangga University Press: Surabaya.2008.
Hal: 72-83
2. Adriani A, Tabri F,Nur Rahmah S. Vaginosis Bakterial dalam Penyakit
Menular Seksual. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNHAS.
2004. Hal : 147-61
3. Borchardt KA, Noble MA. Bacterial Vaginosis in Sexually Transmitted
Disease. 2000. CRC Press: Florida.p: 3-5
4. Rubins A. Bacterial Vaginosis in Sexually Transmitted Infections and
Sexually Transmitted Diseases. Springer : New York.2011.p;203-5
5. Livengood CH. Bacterial Vaginosis: an overview for 2009. Rev Obstet
Gynecol. 2009.2:p; 28-37.
6. Hill J. Investigation of specimens from the genital tract and diagnosis of
Sexual Transmitted Diseases in Medical Microbiology.
Elsevier.2004.p232-4.
7. Greenwood D,Barer M, Slack R. Vibrio,Mobilincus, Gardnerella and
Spirillum in Medical Microbiology. 18th Ed. Churchill
Livingstone.2012.p;320-2
8. Rao TV. Bacterial Vaginosis. 2012. Available at :
www.slideshare.net/doctorrao/bacterial-vaginosis. Last update : 27th April
2015
9. Elder K, Baker D, Ribes J. Vaginitis syndrome in Infections, Infertility and
Assisted Reproduction. 2005. Cambridge University Press : United
Kingdom,,p;208-11
10. Faro S. Vaginal microflora in Sexually Transmitted Disease in Women.
Lippincott Williams&Wilkins. Philadelphia. 2003.p:98-100
11. Judanarso J. Vaginosis bakterial dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.
Hal : 386-9

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 23


12. Hay P. Bacterial Vaginosis. Journal of Pediatrics, Obstetrics, and
Gynaecology.2002.p:36-40
13. Aga IE, Duret JJ,Linares ST. Vulvovaginitis in Glass’Office Gynecology.
Lippincott Williams and Wilkins.: Philadelphia. 2014.p:54-8
14. Filho DS, Diniz CG, Lucia da silva V. Bacterial vaginosis : clinical,
epidemiologi and microbiological features. Hu Revista, Juiz de
Fora.2010.36(3);p:223-30
15. Parwati I,Sugianli AK,Rachmatdinata. Pengambilan bahan pemeriksaan,
pemeriksaan mikroskopik, dan interpretasi hasil untuk bacterial vaginosis
dalam Buku Panduan Diagnosis Mikroskopik untuk Infeksi Menular
Seksual. Departemen Patologi Klinik FK UNPAD. 2014.Hal: 41-51
16. Parmjit S, Sharma VK, Amit RA. Comparison of the Amsel’s Composite
Clinical Criteria and Nugent’s Criteria for Diagnosis of Bacterial
Vaginosis : A Step Towards Preventing Mis Diagnosis. Journal of
Advance Researches in Biological Sciences. 2013.5(1):p; 37-44
17. Gad GF, El-Adawy AR, Mohammed MS. Evaluation of different
diagnostic methods of bacterial vaginosis. IOSR Journal of Dental and
Medical Sciences.2014:13(1);p:15-23
18. Udayalaxmi, Bhat G, Kotigadde S. Comparison of the Methods of
diagnosis of bacterial vaginosis. Journal of clinical and Diagnostic
Research.2011:5(3);p:498-501.
19. Unemo M, Ballard R, Ison C, et all. Laboratory diagnosis of sexually
transmitted infections, including human immunodeficiency virus. World
Health Organization. Geneva. 2013.p:83-6
20. Eriksson K, Bacterial Vaginosis Diagnosis, Prevalence,and Treatment.
Linkoping.2011. p:1-38
21. Tille P. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. 13rd Ed. Elsevier.
St.Louis. 2014.p:288-92

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 24


22. Mayher K,Starkey C. Affirm Probe for the Laboratory Diagnosis of
Infectious Vaginitis.2014. Available at : www.clevelandcliniclabs.com.
Last update : 12th March 2015
23. Gergova RT,Strateva TV,Mitov IG. Gardnerella vaginalis-associated
bacterial vaginosis in Bulgarian women. Brazilian Journal Infect Disease
2013.17(3);p1-4
24. Menard JP. Antibacterial treatment of bacterial vaginosis : current and
emerging therapies. International Journal of Women’s Health. 2011.3;p:
295-305

Refarat Infeksi Tropis/ Bacterial Vaginosis/Juni 2015 25

Anda mungkin juga menyukai