Anda di halaman 1dari 4

LANSIA BAB 2

Dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap siklus
kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi lanjut usia menjadi dua
kelompok: young-old, berusia 65-74 tahun; dan old-old, berusia 75 tahun ke atas. Kadang-
kadang digunakan istilah oldest old untuk merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun ke
atas .
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia
pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old)
75–90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Penduduk Lansia atau lanjut usia
menurut UU kesejahteraan lansia No.13 tahun 1998 adalah penduduk yang telah mencapai usia
60 tahun keatas. Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60-65 tahun.
Menurut Depkes RI (2003), batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu
pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini (prasenium) yaitu
12 kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut
(senium) usia 65 tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia
lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti,
menderita penyakit berat, atau cacat. Di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas,
hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 2004.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat
menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Proses penuaan adalah
siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ
tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah,
pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain disertai juga dengan perubahan-perubahan mental
menyangkut perubahan ingatan atau memori.1 Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya
usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum
akan berpengaruh pada activity of daily living.
Healthy aging akan dipengaruhi oleh faktor: 1. Endogenic aging, yang dimulai dengan
cellular aging, lewat tissue dan anatomical aging kearah proses menuanya organ tubuh. Proses
ini seperti jam yang terus berputar. 2. Exogenic factor, yang dapat dibagi dalam sebab
lingkungan dimana seseorang hidup dan faktor sosio budaya yang paling tapat disebut gaya
hidup. Faktor exogenic aging tadi, sekarang lebih dikenal dengan sebutan faktor resiko.
Wacana diatas jelas kiranya tugas dan tujuan gerontology/geriatri dalam mengabdi ilmu
kesehatan yaitu menuju healthy aging (menuju menua sehat). Pengalaman menunjukkan bahwa
rupa-rupanya yang lebih berpengaruh adalah faktor-faktor eksogen yaitu gaya hidup dan
lingkungan yang juga saling mempengaruhi satu satu sama lain. Endogenic dan exogenic
factors ini seringkali sulit untuk dipisahkan karena saling mempengaruhi dengan erat.2
Idealnya seorang lansia dapat menjalani proses menua secara normal sehingga dapat
menikmati kehidupan yang bahagia dan mandiri. Proses penuaan yang sukses merupakan suatu
kombinasi dari tiga komponen: (1) penghindaran dari penyakit dan ketidakmampuan; (2)
pemeliharaan kapasitas fisik dan kognitif yang tinggi di tahun-tahun berikutnya; dan (3)
keterlibatan secara aktif dalam kehidupan yang berkelanjutan .3.4

2.1 Teori-Teori Proses Menua


Berbagai penelitian eksperimental dibidang gerontologi dasar selama 20 tahun terakhir ini
berhasil memunculkan teori baru mengenai proses menua. Teori penuaan secara umum dapat
dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial. Beberapa teori tentang
penuaan yang dapat diterima saat ini, antara lain :
2.1.2 Teori biologis proses penuaan
1 Teori radikal bebas
Teori radikal bebas menyatakan bahwa proses menua adalah proses yang normal,
merupakan akibat kerusakan jaringan oleh radikal bebas. Radikal bebas adalah senyawa kimia
yang berisi elektron tidak berpasangan. Karena elektronnya tidak berpasangan, secara kimiawi
radikal bebas akan mencari pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain
terutama protein dan lemak tidak jenuh. Sebagai contoh, karena membran sel mengandung
sejumlah lemak, ia dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga membran sel mengalami
perubahan. Akibat perubahan pada struktur membran tersebut membran sel menjadi lebih
permeabel terhadap beberapa substansi dan memungkinkan substansi tersebut melewati
membran secara bebas. Struktur didalam sel seperti mitokondria dan lisosom juga diselimuti
oleh membran yang mengandung lemak, sehingga mudah diganggu oleh radikal bebas.
Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan radikal bebas berupa antioksidan yang
diproduksi oleh tubuh sendiri, namun antioksidan tersebut tidak dapat melindungi tubuh dari
kerusakan akibat radikal bebas tersebut.
2 Teori imunologis
Penurunan atau perubahan dalam keefektifan sistem imun berperan dalam penuaan.
Tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan proteinnya sendiri dengan protein asing
sehingga sistem imun menyerang dan menghancurkan jaringannya sendiri pada kecepatan yang
meningkat secara bertahap. Disfungsi sistem imun ini menjadi faktor dalam perkembangan
penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskular, serta infeksi.
3 Teori DNA repair
Teori ini dikemukakan oleh Hart dan Setlow. Mereka menunjukkan bahwa adanya
perbedaan pola laju perbaikan (repair) kerusakan DNA yang diinduksi oleh sinar ultraviolet
(UV) pada berbagai fibroblas yang dikultur. Fibroblas pada spesies yang mempunyai umur
maksimum terpanjang menunjukkan laju DNA repair terbesar dan korelasi ini dapat
ditunjukkan pada berbagai mamalia dan primata.
4 Teori genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama di pengaruhi oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori
genetika adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke
waktu mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan
panjang usia ditentukan sebelumnya.

5 Teori wear-and-tear
Teori wear-and- tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah
metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintensis DNA, sehingga mendorong malfungsi organ
tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu
jadwal. Sebagai contoh adalah radikal bebas, radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh
sistem enzim pelindung pada kondisi normal.

2.1.2 Teori psikososial proses penuaan


2.1.1 Teori disengagement
Teori disengagment (teori pemutusan hubungan), menggambarkan proses penarikan
diri oleh lansia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya. Proses penarikan diri ini dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari
masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial berkurang
dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi lebih muda (Stanley & Beare, 2006 dalam
Putri, 2013).
2.1.2 Teori aktivitas
Teori ini menegaskan bahwa kelanjutan aktivitas dewasa tengah penting untuk
keberhasilan penuaan. Penelitian mengindikasikan orang tua yang aktif secara sosial lebih
cendrung menyesuaikan diri terhadap penuaan dengan baik.
Pada tahun 2000 jumlah lanjut usia di Indonesia terdapat 22,3 juta jiwa dengan umur
harapan hidup 65-75 tahun. Pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09% (29,12 juta
lebih) dengan usia harapan hidup 70-75 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai
1,2 milyar.5

DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S., Harimurti K., et al. 2009. Proses Menua dan Implikasi Klinisnya, dalam: Buku Ajar
Ilmu Pengetahuan Penyakit Dalam Jilid II. Sudoyo A. W, Setryohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1335-40.
2. Darmojo & Martono, 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI: Jakarta, 9,
22
3. Sadock, B.J. and Sadock, V.A., 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Science/Clinical Psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
4. Hoyer, W.J. and Roodin, P.A., 2003. Adult Development and Aging. 5th ed. NewYork: McGraw-
Hill
5. Blazer, D.G., 2003. Depression in Late Life: Review and Commentary. J Gerontology Med Sci
58A, No.3: 249-265. Available from:
http://focus.psychiatryonline.org/cgi/content/full/7/1/118.
6.

Anda mungkin juga menyukai