Tyroid Kami
Tyroid Kami
PENDAHULUAN
Penyakit Grave berasal dari nama Robert J. Graves, MD, yang merupakan
orang pertama mengidentifikasi hubungan antara goiter dan eksoptalmus pada
tahun 1835. penyakit grave merupakan penyakit autoimun yang disebabkan oleh
thyroid stimulating antibodies (TSAb) ditandai dengan hipertiroidisme (produksi
berlebihan dari kelenjar tiroid) yang ditemukan dalam sirkulasi darah. Penyakit
grave sering disebut juga dengan penyakit Basedow. Struma adalah istilah lain
untuk pembesaran kelenjar gondok. Gondok atau goiter adalah suatu
pembengkakan atau pembesaran kelanjar tiroid yang abnormal yang penyebabnya
bisa bermacam-macam. (Weetman,2000, Karasek, 2003)
Penyakit Graves merupakan bentuk tiroktoksikosis (hipertiroid) yang
paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dapat terjadi pada semua umur,
sering ditemukan pada wanita dari pada pria. Tanda dan gejala penyakit Graves
yang paling mudah dikenali ialah adanya struma (hipertrofi dan hiperplasia difus),
tirotoksikosis (hipersekresi kelenjar tiroid/ hipertiroidisme) dan sering disertai
oftalmopati, serta disertai dermopati, meskipun jarang (Price dan Wilson, 2005).
Patogenesis penyakit Graves sampai sejauh ini belum diketahui secara
pasti. Namun demikian, diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam
mekanisme yang belum diketahui secara pasti meningkatnya risiko menderita
penyakit Graves. Berdasarkan ciri-ciri penyakitnya, penyakit Graves
dikelompokkan ke dalam penyakit autoimun, antara lain dengan ditemukannya
antibodi terhadap reseptor TSH (Thyrotropin Stimulating Hormone Receptor
Antibody / TSHR-Ab) dengan kadar bervariasi. (Subekti, 2001).
Diantara pasien-pasien dengan hipertiroid, 60 – 80% merupakan penyakit
grave, tergantung pada beberapa faktor, terutama intake yodium. Insidensi tiap
tahun pada wanita berusia diatas 20 tahun sekitar 0,7% per 1000. tertinggi pada
usia 40 – 60 tahun. Angka kejadian penyakit grave 1/5 – 1/10 pada laki-laki
maupun perempuan, dan tidak umum diapatkan pada anak-anak. Prevalensi
penyakit grave sama pada orang kulit putih dan Asia, dan lebih rendah pada orang
kulit hitam (Brent, 2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai
nodus prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus pretracheal serta
paratracheal. Beberapa bahkan juga mengalir ke nodus brachiocephal yang
terhubung dengan tymus pada mediastinum superior2.
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua
buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher
pada cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan
dan mempercepat metabolisme. Pertumbuhan dan fungsi dari kelenjar tiroid
paling sedikit dikendalikan empat mekanisme :
Thyrotropin-Releasing Hormone
Hormon pelepas-tirotropin (TRH) merupakan sua tu tripeptida,
piroglutamil-histidil-prolineamida, disintesis oleh neuron dalam nuklei supraoptik
dan supraventrikuler dari hipotalamus . Hormon ini disimpan eminensia mediana
dari hipotalamus dan kemudian diangkut via sistem venosa portal hipofisis ke
batang hipofisis ke kelenjar hipofisis anterior, di mana ia mengendalikan sintesis
dan pelepasan dari TSH. TRH juga ditemukan pada bagian lain dari hipotalamus,
otak, dan medulla spinalis, di mana ia berfungsi sebagai suatu neurotransmiter.
Gen untuk preproTRH mengandung suatu unit transkripsi 3.3-kb yang menyandi
enam molekul TRH. Gen ini juga menyandi neuropeptida lain yang secara biologi
kemungkinan bermakna. Pada kelenjar hipofisis anterior, TRH berikatan dengan
reseptor membran spesifik pada tirotrop dan sel pensekresi-prolaktin, merangsang
sintesis dan pelepasan TSH maupun prolaktin. Hormon tiroid menyebabkan suatu
pengosongan lambat dari reseptor TRH hipofisis, mengurangi respons TRH;
estrogen meningkatkan reseptor TRH, meningkatkan kepekaan hipofisis terhadap
TRH.4
Gambar 3. Sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid. TRH dihasilkan di hipotalamus
mencapai tirotrop di hipofisis anterior melalui sistem portal hipotalamus-hipofisis
dan merangsang sintesis dan pelepasan TSH. Baik hipotalamus dan hipofisis, T3
terutama menghambat sekresi TRH dan TSH. T4 mengalami monodeiodinasi
menjadi T3 di neural dan hipofisis sebagaimana di jaringan perifer.
Respons dari tirotrop hipofisis terhadap TRH adalah bimodal : Pertama,
merangsang pelepasan ari hormon yang disimpan; kedua, merangsang aktivitas
gen, yang meningkatkan sintesis hormon. TRH berikatan dengan reseptornya pada
tirotrop dan mengaktivasi suatu protein G, yang pada gilirannya mengaktivasi
fosfolipase c untuk menghidrolisa fosfatidilinositol-4,5-bisfosfat (PIP2) menjadi
inositol-1,4,5-trifosfat (IP3). IP3 merangsang pelepasan dari Ca2+ intraselular,
yang menyebabkan respons letupan pertama dari pelepasan hormon. Secara
serentak, terdapat pembangkitan dari 1,2-diasilgliserol (1,2-DG), yang
mengaktivasi protein kinase C, walaupun bertanggung jawab untuk fase kedua
dan bertahan dari sekresi hormon5.
Peningkatan dalam Ca2+ intraselular dan kinase protein C dapat
melibatkan suatu peningkatan transkripsi . TRH juga merangsang glikosilasi TSH,
yang diperlukan untuk aktivitas biologik penuh dari hormon ini. Dengan demikian
pasien dengan tumor hipotalamus dan hipotiroidisme kemungkinan mempunyai
TSH yang terukur, yang tidak aktif secara biologik. Penelitian in vitro dan in vivo
memperlihatkan bahwa T3 secara langsung menginhibisi transkripsi dari gen
preproTRH dan dengan demikian pula sintesis TRH dalam hipotalamus. Karena
T4 diubah menjadi T3 di dalam neuron peptidergik, maka hal ini juga merupakan
inhibitor yang efektif dari sintesis dan sekresi TRH . TRH dimetabolisir dengan
cepat, dengan suatu waktu paruh hormon yang diberikan secara intravena sekitar 5
menit. Kadar TRH plasma pada orang normal sangat rendah, berentang dari 25
hingga 100 Pg/mL. Sekresi TSH yang dirangsang-TRH terjadi dalam suatu cara
pulsasi sepanjang 24 jam . Subjek normal mempunyai suatu amplitudo pulsa TSH
ratarata sekitar 0,6 U/mL dan suatu frekuensi rerata satu pulsasi setiap 1,8 jam. Di
samping itu, orang normal memperlihatkan irama sirkadian, dengan suatu TSH
serum puncak pada malam hari, biasanya antara tengah malam dan jam 4 pagi.
Puncak ini tidak berhubungan dengan tidur, makan, atau sekresi hormon hipofisis
lain. Irama ini kemungkinan dikontrol oleh suatu "generator pulsa" neuronal.
hipotalamik yang mendorong sintesis TRH dalam nuklei supraoptik dan
supraventrikular. Pada pasien hipotiroid, amplitudo dari pulsa dan peningkatan
nokturnal lebih besar dibandingkan normal, dan pada pasien dengan
hipertiroidisme kedua pulsa dan peningkatan nokturnal mengalami supresi yang
nyata.5
Hormon dan obat-obatan tertentu dapat mengubah sintesis dan pelepasan
TRH. Sekresi TRH distimulasi oleh penurunan T4 atau T3 serum (dengan
penurunan T3 intraneuronal), oleh agonis adrenergik-alfa, dan oleh arginin 12
vasopresin. Sebaliknya, sekresi TRH diinhibisi oleh peningkatan T4 dan T3 serum
(dengan T3 intraneuronal yang meningkat) dan blokade alfa-adrenergik.5
Tirotropin
Thyroid-stimulating hormone (hormon perangsang-tiroid), atau tirotropin
(TSH), merupakan suatu glikoprotein yang disintesis dan disekresikan oleh
tirotrop dari kelenjar hipofisis anterior. Mempunyai berat molekul sekitar 28.000
dan terdiri dari dua subunit yang dihubungan secara kovalen, alfa dan beta.
Subunit alfa lazim untuk dua glikoprotein hipofisis lain, FSH dan LH, dan juga
untuk hormon plasenta hCG; subunit beta berbeda untuk setiap hormon
glikoprotein dan memberikan sifat pengikatan dan aktivitas biologik yang
spesifik. Subunit alfa manusia mempunyai suatu inti apoprotein dari 92 asam
amino dan mengandung satu rantai o ligosakarida Glikosilasi terjadi dalam
retikulum endoplasma kasar dan Golgi dari tirotrop, di mana residu glukosa,
manosa, dan fukosa dan sulfat terminal atau residu asam sialik dihubungkan
dengan inti apoprotein. Fungsi dari residu karbohidrat ini tidak seluruhnya jelas,
tetapi ada kemungkinan bahwa mereka meningkatkan aktivitas biolgik TSH dan
memodifikasi kecepatan bersihan metaboliknya. Contohnya, TSH deglikosilasi
akan berikatan dengan reseptornya, tetapi aktivitas biologinya menurun secara
nyata dan kecepaatn bersihan metaboliknya meningkat dengan nyata. Gen untuk
subunit manusia terletak pada kromosom 6 dan gen untuk subunit manusia pada
kromosom l. Suatu gambaran skematik dari gen subunit dan diberikan dalam
Gambar 4-26. Telah dilaporkan beberapa keluarga dengan suatu titik mutasi
dalam gen TSH, menimbulkan suatu subunit TSH yang tidak berkombinasi
dengan subunit untuk menghasilkan TSH yang aktif secara biologik. Gangguan
ini bersifat autosomal resesif, dan gambaran klinik adalah dari hipotiroidisme non-
goiter. TSH merupakan faktor primer yang mengendalikan pertumbuhan sel tiroid
dan sintesis serta sekresi hormon tiroid : Efek ini dicapai dengan berikatan dengan
suatu reseptor TSH (TSH-R) spesifik pada membran sel tiroid dan mengaktivasi
G protein-adenilil siklase-cAMP dan sistem pemberian sinyal fosfolipase.5
Reseptor TSH telah diklon dan merupakan suatu glikoprotein rantai-
tunggal yang mengandung 744 asam amino; berat molekul dari molekul
glikosilase adalah sekitar 100. Memiliki suatu daerah intraselular dari 346 asam
amino, dengan tujuh ansa transmembran, dan suatu daerah ekstraselular dari 398
asam amino yang mengandung enam tempat glikosilasi dan tiga ikatan disulfida .
Reseptor TSH berbeda dari reseptor hormon glikoprotein lain (contohnya, LH dan
hCG) dengan penyisipan dari suatu rangkaian delapan-asam amino (residu asam
amino 38-45) dan suatu rangkaian 50-asam amino (residu asam amino 317- 366).
Diduga bahwa tempat yang lebih dahulu (38-45) adalah tempat pengikatan TSH
dan tempat yang belakangan mengandung untuk antibodi perangsang reseptor
TSH (TSH-R Ab) karakteristik dari penyakit Graves. Gen TSH-R manusia
terletak pada kromosom 14q31. TSH mengatur mRNA TSH-R, meningkatkan
jumlah dari reseptor TSH pada membran sel tiroid.3,4
TSH Serum
Secara normal, hanya subunit dan TSH utuh ditemukan dalam serum.
Kadar dari subunit adalah sekitar 0,5-2,0 g/L; terjadi peningkatan pada wanita
pascamenopause dan pada pasien dengan TSH-secreting pituitary tumor . Kadar
serum dari TSH adalah sekitar 0,5-5 mU/L; meningkat pada hipotiroidisme dan
menurun pada hipertiroidisme, baik karena endogen ataupun akibat asupan
hormon tiroid per oral yang berlebihan. Waktu-paruh TSH plasma adalah sekitar
30 menit, dan kecepatan produksi harian adalah sekitar 40-150 mU/hari.5
2.5 Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves,
suatu penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk
menghasilkan hormon yang berlebihan.
Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah:
Tabel 1. Etiologi
2.6 Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar
dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak
hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga
jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya
beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada
sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin),
yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang
mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel,
dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada
kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh
TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel
sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering
berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid
yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang
penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme
ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15
kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek
hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan
periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
Indeks Wayne
No Gejala Yang Baru Timbul dan Atau Bertambah Berat Nilai
1. Sesak saat bekerja +1
2. Berdebar +2
3. Kelelahan +2
4. Suka udara panas -5
5. Suka udara dingin +5
6. Keringat berlebihan +3
7. Gugup +2
8. Nafsu makan naik +3
9. Nafsu makan turun -3
10. Berat badan naik -3
11. Berat badan turun +3
Keterangan :
Hipertiroid : > 20
Kemungkinan Hipertiroid : 10 – 20
Tidak Hipertiroid : < 10
Indeks New Castle
No Gejala Derajat Nilai
1. Umur saat timbulnya (tahun) 15-24 0
25-34 +4
35-44 +8
45-54 +12
>55 +16
2. Penceteus psikologis Ada -5
Tidak ada 0
3. Frequent checking Ada -3
Tidak ada 0
4. Severe anticipatory anxiety Ada -3
Tidak ada 0
5. Nafsu makan menurun Ada +5
Tidak ada 0
6. Goiter Ada +3
Tidak ada 0
7. Bruit Tiroid Ada +18
Tidak ada 0
8. Eksoftalmus Ada +9
Tidak ada 0
9. Lid Retraction Ada +2
Tidak ada 0
10. Tremor halus pada jari Ada +7
Tidak ada 0
11. Nadi (permenit) >90 +16
80 – 90 +8
< 80 0
Keterangan :
Euthyroid : -11 sampai +23
Probably Hyperthyroidi : +24 sampai +39
Definite Hyperthyroid : +40 sampai +80
2.8 Diagnosis
1) Gejala Klinis
2) Uji Diagnostik:
1. Pengukuran T4 bebas [FT4] dg radioimunologi ukur LMB
2. Radioimunologi : TSH plasma ( = o)
3. Radioimunologi : TSI pada tirotoksikosis, adenoma tiroid
c. Obat-obatan lain
Obat-obat seperti iodida inorganik, preparat iodinated radiografi contrast,
potassium perklorat dan litium karbonat, meskipun mempunyai efek menurunkan
kadar hormon tiroid, tetapi jarang digunakan sebagai regimen standar pengelolaan
Graves disease. Obat-obat tersebut sebagian digunakan pada keadaan krisis tiroid,
untuk persiapan operasi tiroidektomi atau setelah terapi iodium radioaktif1.
Umumnya obat anti tiroid lebih bermanfaat pada penderita usia muda
dengan ukuran kelenjar yang kecil dan tirotoksikosis yang ringan. Pengobatan
dengan Obat Anti Tiroid (OAT) mudah dilakukan, aman dan relatif murah, namun
jangka waktu pengobatan lama yaitu 6 bulan sampai 2 tahun bahkan bisa lebih
lama lagi. Kelemahan utama pengobatan dengan OAT adalah angka kekambuhan
yang tinggi setelah pengobatan dihentikan, yaitu berkisar antara 25% sampai 90%.
Kekambuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain dosis, lama pengobatan,
kepatuhan pasien dan asupan yodium dalam makanan1.
Thionamides:
Propylthiouracil - 800–1000 mg po immediately, then Blocks new thyroid hormone
200 mg every 4 h po or by NG tube synthesis, blocks T4-to-T3
Methimazole (alternative) - 30 mg po immediately, then 30 mg conversion
every 6 h po or by NG tube (propylthiouracil only)
Iodine:
Lugol’s solution - 10 drops tid po or by NG tube Blocks thyroid hormone
or SSKI - 5 drops every 6 h po or by NG tube release
or Sodium iodide - 0.5–1.0 g IV every 12 h
Glucocorticoids:
Hydrocortisone - 100 mg IV every 8 h Blocks T4-to-T3 conversion,
or Dexamethasone - 2 mg IV every 6 h Immunosuppression
Note: IV= intravenously, po= by mouth, NG = nasogastric, T4 = thyroxine, T3 = triiodothyronine,
SSKI = saturated solution of potassium iodide, tid = three times a day. *Limited availability.
Gambar …. Tatalaksana Penyakit Graves2
BAB III
KESIMPULAN