Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN)
yang memiliki peranan penting dalam eksistensi suatu negara. Beberapa
bidang maupun sektor pembangunan bangsa Indonesia ditetapkan dan
dilakukan yang dilakukan oleh permerintahan dipegang kendali oleh PNS
melalui kebijakan, keputusan strategis, perencanaan pembangunan, dan
pelayanan terhadap masyarakat. Sehingga dalam memainkan peranan
tersebut, diperlukan sosok PNS yang profesional, yaitu PNS yang mampu
memenuhi standar kompetensi dan melaksanakan tugas jabatannya secara
efektif dan efisien.

Citra Pegawai Negeri Sipil (PNS) saat ini dalam pandangan


masyarakat memiliki nilai yang negatif. Pandangan tersebut sangat
dipengaruhi oleh beberapa sikap, perilaku dan kinerja PNS yang dianggap
belum optimal dalam pelayanan publik, kurangnya sikap profesionalisme dan
tanggung jawab sebagai abdi negara dengan ditunjukannya beberapa
kejadian yang menampilkan PNS memiliki banyak waktu luang di saat jam
kerja dan kurangnya disiplin waktu oleh beberapa oknum PNS. Hal- hal
tersebut membuat masyarakat belum memberikan apresiasi yang
memuaskan terhadap kinerja PNS sehingga sudah menjadi wajar apabila
masyarakat saat ini menuntut perbaikan dalam kinerja seorang PNS yang
dapat bekerja secara optimal untuk menjadi abdi negara dan dapat melayani
masyarakat dengan prima. Masyarakat menyimpan akan harapan besar bagi
perubahan kinerja dan perubahan dalam budaya kerja PNS sehingga kesan
negatif yang selama ini ada didalam persepsi masyarakat dapat hilang sedikit
demi sedikit menjadi citra yang lebih baik.

1
Perilaku PNS yang diidentikan dengan penyelewengan dari
kewenangan seorang pelayan masyarakat telah mengidentifikasikan citra
negatif sedangkan PNS merupakan barometer pelayan masyarakat. Untuk
memperbaiki dan mengembalikan peran PNS yang lebih baik perlu adanya
reformasi birokrasi. Selama ini kemajuan pelayanan publik ditentukan oleh
kemampuan aparatur birokrasi dalam hal ini PNS dituntut untuk memiliki
integritas dan kompetensi di bidangnya. Namun selama ini birokrasi belum
ideal dan birokrasi lebih mengabdi kepada kepentingan politik yang sedang
berkuasa. Perubahan birokrasi dapat dimulai dari sumberdaya manusia yang
kompeten dari perubahan dalam sistem, rekrutmen, manajemen dan budaya
kerja PNS. Tujuannya adalah menjadi abdi Negara yang bersifat melayani
dan dapat dihandalkan karena bekerja secara professional.

Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


saat ini menjadi dasar dan tolok ukur perubahan birokrasi , sejatinya birokrasi
merupakan abdi negara yang melayani publik. Birokrasi menjadi alat Negara
untuk memenuhi dan melayani kebutuhan publik. Untuk itu diperlukan
birokrasi yang profesional dan memiliki sumber daya. Dalam UU ASN ini
mengedepankan independensi, kinerja dan profesionalisme aparatur sipil
negara. UU ASN membawa perubahan besar dalam birokrasi mulai dari
sistem perencanaan, pengadaan, pengembangan karier, penggajian, serta
sistem dan batas pensiun. Perubahan itu didasarkan pada sistem merit yang
mengedepankan prinsip profesionalisme, kompetensi, kualifikasi, kinerja,
transparansi, obyektivitas, serta bebas dari intervensi politik dan KKN.
Dengan diterapkannya UU ASN menjadi peluang bagi pemerintah untuk
meningkatkan mutu pelayanan. PNS bisa bekerja secara profesional sesuai
dengan tanggungjawab dan tugasnya. Pada sisi lain birokrasi dituntut untuk
adanya peningkatan kemampuan melalui ilmu dan teknologi sebab nantinya
ASN akan bersaing dengan pegawai dari daerah lain atau ahli yang memiliki
kompeten dalam bidang yang akan diisinya sesuai dengan formasi dan

2
keahliannya di posisi tertentu dalam pemerintahan. UU ASN ini menjadi
pondasi penting dalam menata birokrasi di Indonesia namun UU ASN ini juga
akan lebih menekan kepada ASN sebagai pelayan kepentingan publik .

Untuk mendapatkan sosok PNS yang profesional, perlu dilaksanakan


pembinaan melalui jalur Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Diklat ini
dilaksanakan dalam rangka membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS yang
tergabung dalam singkatan ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi). Kompetensi inilah yang kemudian
berperan dalam membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS yang
berintegritas, serta mampu bersikap dan bertindak profesional dalam
melayani masyarakat.

Pembaharuan atas pola penyelenggaraan diklat yang ada saat ini


perlu dilakukan pembaharuan untuk membentuk PNS profesional. Praktik
penyelenggaraan Diklat Prajabatan dengan pola pembelajaran yang
didominasi oleh metode materi dan evaluasi pemahaman, tidak menunjukkan
perubahan yang membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS. Oleh karena itu,
diperlukan metode yang lebih baik dalam proses internalisasi pada diri
masing-masing peserta diklat. Metode yang digunakan dalam Diklat Pola
Baru mengacu pada nilai dasar ANEKA yang diinternalisasikan melalui kuliah
umum yang lebih menarik dan mudah diterima oleh peserta. Selain itu,
dilakukan proses implementasi nilai dasar tersebut dalam bentuk magang
atau bekerja di instansi masing-masing. Dengan cara aktualisasi pada tempat
tugas, maka peserta dapat merasakan manfaatnya secara langsung
sehingga nilai-nilai dasar profesi PNS tersebut dapat tertanam kuat dalam diri
masing-masing peserta diklat.

Pada diklat prajabatan ini penulis yang merupakan calon pegawai


negeri sipil (CPNS) Kota Salatiga diberi kesempatan untuk magang di
Bappeda Kota Salatiga dengan formasi analis pengembangan wilayah.

3
Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Salatiga adalah
suatu badan yang bertugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah, statistik,
penelitian dan pengembangan di wilayah Kota Salatiga.

Melalui Diklat Prajabatan pola baru ini dapat menginternalisisasikan


prinsip-prinsip ANEKA melalui nilai yang berorientasi pada keahlian dan
kebijakan yang dapat digunakan untuk kesejahteraan bersama dalam bidang
perencanaan kota yang lebih baik sehingga mencipkan kota yang berkualitas.
Dalam menerapkan nilai ANEKA perlu juga dukungan partisipasi seluruh
lapisan publik baik dari masyarakat dan sektor swasta maupun non
government organization (NGO) sehingga harus memiliki empati, simpati, dan
hubungan yang baik kepada publik agar perencanaan dan pembangunan
dapat berjalan sesuai dengan visi misi bersama membangun Kota Salatiga
yang berkualitas. Produk yang dihasilkan oleh bappeda ini adalah produk
bersama dalam perencanaan sehingga dalam menjalankannya sangat
penting untuk menerapkan nilai-nilai ANEKA. Nilai akuntabilitas diperlukan
pada setiap produk perencanaan yang dapat dipertanggungjawabkan
kebijakannya kepada publik. Nasionalisme dimana dalam merencanakan
suatu kota perlu adanya nilai-nilai dasar satu tujuan, visi misi yang berupaya
dalam kemajuan bersama, kepentingan bersama dan meningkatkan
kesejahteraan bersama sesuai dengan Pancasila. Nilai etika publik dimana
dalam perencanaan perlu adanya nilai-nilai yang menjujung kode etik
seorang PNS yang berorientasi pada prinsip dasar profesionalisme untuk
melayani, merencanakan, dan membangun kota bersama. Nilai komitmen
mutu dengan mengenalkan produk perencanaan dan kebijakan terkait
pembangunan melalui berbagai upaya yang dapat menjadi efektif dan efisien
dalam meningkatkan sumber daya manusia dan kualitas hidup masyarakat
perkotaan yang lebih baik. Nilai anti korupsi dengan merencanakan suatu
perencanaan yang berorientasi pada kualitas hidup masyarakat perkotaan

4
bersama tanpa adanya konflik kepentingan sehingga perencanaan harus
bersifat independen tidak berpihak kepada salah satu sektor namun harus
dapat melihat seluruh lapisan masyarakat secara holistik atau menyeluruh
tidak pada privatisasi suatu golongan. Karena pada prinsip dasarnya
perencanaan adalah memperbaiki kepincangan dalam segala sendi bidang
baik fisik maupun non fisik dan mengkonsepkan suatu masalah dan
tantangan untuk dengan melihat suatu peluang pada masa depan untuk
perbaikan dan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik dari segi
lingkungan perkotaan dan sosial masyarakatnya.

Dalam diklat ini diharapkan dengan menerapkan nilai dasar ANEKA


dalam aktualisasi di Bappeda dapat menjadikan dasar untuk menjadi PNS
yang profesional, berintegritas dan memiliki loyalitas pada orientasi
pelayanan publik dan dapat memiliki sumbangsih yang berkonrtibusi lebih
baik demi kemajuan dan peningkatan produk perencanaan Bappeda Kota
Salatiga.

1.2. TUJUAN
Adapun tujuan dari rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi
PNS adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkembangkan PNS yang profesional dalam mengemban
tugasnya sebagai abdi negara dan pelayan masayrakat;
2. Mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang prima bagi
masyarakat untuk kebaikan aparatur demi bangsa Indonesia;
3. Mampu memahami lebih nilai akuntabilitas dalam melaksanakan
tugas jabatannya;
4. Mampu mengedepankan kepentingan nasional dalam pelaksanaan
tugas jabatannya;
5. Mampu menjunjung tinggi standar etika publik dalam pelaksanaan
tugas jabatannya;

5
6. Mampu berinovasi untuk peningkatan mutu pelaksanaan tugas
jabatannya;
7. Mampu untuk tidak korupsi dan mendorong percepatan
pemberantasan korupsi di lingkungan instansinya; dan
8. Mewujudkan birokrasi pemerintahan yang lebih baik lagi untuk
mencapai kepemerintahan yang lebih baik.

1.3. MANFAAT
Adapun manfaat dari rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS
antara lain:
1. Meningkatnya profesionalitas PNS;
2. Meningkatnya integritas dan tanggung jawab pegawai dalam
melaksanakan tugas pekerjaan serta pelayanan kepada
masyarakat;
3. Meningkatnya kinerja pegawai dan kinerja organisasi;
4. Mampu memaknai kontribusi yang terkandung dalam setiap
pekerjaan yang dilakukan terhadap visi dan misi organisasi

6
BAB II
NILAI–NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PNS sebagai profesi harus berlandaskan pada prinsip nilai-nilai dasar


yang telah tertuang dalam UU No. 5 Tahun 2014. Nilai-nilai dasar kompetensi
profesi PNS tersebut dijabarkan dalam Peraturan Kepala Lembaga
Administrasi Negara (PERKA LAN) No. 38 dan 39 Tahun 2014 dengan 5
(lima) nilai-nilai dasar yang disebut dengan ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan Anti korupsi).

2.1 Nilai Dasar Akuntabilitas


Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung
jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.

 Aspek - Aspek Akuntabilitas


Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a
relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas
dan fungsinya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang
terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah
pihak.
Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat

7
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks
ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak
dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang
maksimal.
Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability
requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi,
serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah
dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap individu
berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak kerja,
sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah).
Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences)
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan
tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi.
Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal ini
proses setiap individu/kelompok/institusi akan diminta
pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi
dan berfokus peningkatan kinerja.

 Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada
setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam

8
memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
 Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
 Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

 Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda diantaranya:
 Akuntabilitas Personal (Personal Accountability), Akuntabilitas
personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang
seperti kejujuran, integritas, moral dan etika. Pribadi yang akuntabel
adalah yang menjadikan dirinya sebagai bagian dari solusi dan bukan
masalah.
 Akuntabilitas Individu, Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan
antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan
instansinya sebagai pemberi kewenangan. Pemberi kewenangan
bertanggungjawab untuk memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan sumber daya serta menghilangkan hambatan kinerja,
sedangkan PNS sebagai aparatur negara bertanggung jawab untuk
memenuhi tanggung jawabnya.
 Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok.
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka pembagian
kewenangan dan semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai
kelompok yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan yang
penting dalam tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
 Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang
telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap

9
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders
lainnya.
 Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna
layanan, dan pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan
kritik terhadap kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah
tanggungjawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan
dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.

 Mekanisme Akuntabilitas Birokrasi Indonesia


Akuntabilitas tidak akan mungkin terwujud apabila tidak ada alat
akuntabilitas. Di Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah:
 Perencanaan Strategis (Strategic Plans) yang berupa Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP-D), Menengah (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah/RPJM-D), dan Tahunan (Rencana
Kerja Pemerintah/RKP-D), Rencana Strategis (Renstra) untuk setiap
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai
(SKP) untuk setiap PNS.
 Kontrak Kinerja. Semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa terkecuali
mulai 1 Januari 2014 menerapkan adanya kontrak kerja pegawai.
Kontrak kerja yang dibuat untuk tiap tahun ini merupakan kesepakatan
antara pegawai dengan atasan langsungnya. Kontrak atau perjanjian
kerja ini merupakan implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.
 Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) yang berisi perencanaan dan perjanjian kinerja
pada tahun tertentu, pengukuran dan analisis capaian kinerja, serta
akuntabilitas keuangan.

 Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel


1) Kepemimpinan

10
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya. Pimpinan mempromosikan lingkungan yang akuntabel
dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by
example), adanya komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan.
2) Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah:
Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara
kelompok internal dan eksternal
Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak
seharusnya dan korupsi dalam pengambilan keputusan
Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan
Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan
secara keseluruhan.
3) Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk
menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-
undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan
adanya integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan
keyakinan kepada publik dan/atau stakeholders.
4) Tanggungjawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan
memberikan kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada
suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena
adanya tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan yang telah
dibuat.
5) Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus
dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan
organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena

11
dapat menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
6) Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain,
lingkungan akuntabilitas tidak akan lahir dari hal-hal yang tidak dapat
dipercaya.
7) Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan
Agar individu atau kelompok dalam melaksanakan wewenang dan
tanggungjawabnya, mereka harus memiliki gambaran yang jelas
tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan
demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui
kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang
diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu
maupun organisasi.
9) Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari
sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi
terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat
melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.

 Akuntabilitas dalam Konteks PNS


a. Transparansi dan Akses Informasi
Keterbukaan informasi telah dijadikan standar normatif untuk
mengukur legitimasi sebuah pemerintahan. Dalam payung besar
demokrasi, pemerintah senantiasa harus terbuka kepada rakyatnya

12
sebagai bentuk legitimasi (secara substantif). Ketersediaan informasi
publik ini nampaknya telah memberikan pengaruh yang besar pada
berbagai sektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema
penting yang berkaitan dengan isu ini adalah perwujudan transparansi
tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya UU
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(selanjutnya disingkat: KIP). Konteks lahirnya UU ini secara
substansial adalah memberikan jaminan konstitusional agar praktik
demokratisasi dan good governance bermakna bagi proses
pengambilan kebijakan terkait kepentingan publik, yang bertumpu
pada partisipasi masyarakat maupun akuntabilitas lembaga
penyelenggara kebutuhan publik.
b. Tidak adanya Praktek Kecurangan (Fraud) dan Perilaku Korup
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan
pelayanan yang baik untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan
untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan
atau pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau
birokratuntuk menyelenggarakanpelayanan yang baik untuk publik.
Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
c. Pelarangan Penggunaan Sumber Daya Milik Negara untuk
kepentingan Pribadi
Fasilitas publik dilarang pengunaannya untuk kepentingan pribadi,
sebagai contoh motor atau mobil dinas yang tidak boleh digunakan
kepentingan pribadi. Hal-hal tersebut biasanya sudah diatur secara
resmi oleh berbagai aturan dan prosedur yang dikeluarkan
pemerintah/instansi. Setiap PNS harus memastikan bahwa:
Penggunaannya diaturan sesuai dengan prosedur yang berlaku
Penggunaannya dilaklukan secara bertanggung-jawab dan efisien
Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggungjawab.

13
d. Penyimpanan dan Penggunaan Data dan Informasi Pemerintah
Mulgan (1997) mengidentifikasikan bahwa proses suatu organisasi
akuntabel karena adanya kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan
informasi dan data yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pembuat
kebijakan atau pengguna informasi dan data pemerintah lainnya.
e. Tidak ada Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan adalah situasi yang timbul di mana tugas publik
dan kepentingan pribadi bertentangan. Tindakan harus dapat
memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak bertentangan
dengan kemampuan mereka untuk melakukan tugas-tugas resmi
mereka dengan tidak memihak,dan mengutamakan kepentingan
umum.

Jadi akuntabilitas merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban


terhadap tugas dan kewajiban atas suatu tindakan untuk dapat dijadikan
suatu bukti alasan bahwa suatu pekerjaan tersebut telah dijalankan dengan
semestinya. Akuntabilitas menekankan pada tindakan sebagai respon dari
bentuk integritas suatu pekerjaan untuk mendapatkan kepercayaan publik

2.2 Nilai Dasar Nasionalisme


Nasionalisme adalah cara mencintai dan mensyukuri karunia tanah air
dengan mempertahankan, mengolah dan memuliakan potensi yang
dimilikinya.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan nilai-
nilai Pancasila. Nilai-nilai Nasionalisme Pancasila bagi Aparatur Sipil Negara
yaitu:
a. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa bagi ASN, setiap ASN harus
memiliki etos kerja, karakter, dan kepribadian yang kuat dalam
melaksanakan tugas, menghargai keberagaman beragama,

14
mendorong nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
b. Nilai Kemanusiaan bagi ASN, setiap ASN harus mengetahui dan
mewujudkan tujuan nasional, dan politik luar negeri yang digunakan
yaitu bebas aktif.
c. Nilai Persatuan Indonesia bagi ASN, setiap ASN harus mempunyai
semangat gotong royong dan hidup bersama baik ke dalam maupun
ke luar.
d. Nilai Permusyawaratan bagi ASN, dilandasi semangat kekeluargaan
untuk musyawarah mufakat. Untuk menghidupkan semangat
persaudaraan dan kesederajatan semua warga dalam pergaulan
hidup berbangsa.
e. Nilai Keadilan Sosial bagi ASN, mewujudkan masyarakat adil dan
makmur Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Kerta Raharja.

Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), harus memiliki sikap dan


perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada pada Pancasila, yaitu :
a. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga
terbina kerukunan hidup.
b. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
c. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
d. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
e. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
f. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

15
g. Mengutamakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan.
h. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
i. Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan
bersama.
j. Menghormati hak-hak orang lain.

 Indikator nilai nasionalisme


Indikator nilai nasionalisme sesuai lima sila Pancasila, meliputi :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Menghormati pemeluk agama lain
2) Toleransi terhadap kegiatan agama lain
3) Percaya dan taqwa kepada Tuhan sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing
4) Tidak memaksakan agama atau kepercayaan kepada orang lain
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
1) Menghargai persamaan hak dan kewajiban sesama manusia
2) Saling mencintai sesama manusia
3) Mengembangkan sikap tenggang rasa
4) Tidak semena-mena terhadap orang lain
5) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
6) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
7) Berani membela kebenaran dan keadilan
8) Sikap hormat-menghormati dengan bangsa lain
c. Persatuan Indonesia
1) Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3) Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4) Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan bertanah Air Indonesia.

16
5) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhinneka Tunggal Ika.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksaan dalam
permusyawaratan perwakilan
1) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Utamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mufakat dalam semangat kekeluargaan.
5) Iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil musyawarah.
6) Musyawarah dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
7) Keputusan harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral
kepada Tuhan, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
serta nilai kebenaran dan keadilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1) Perbuatan yang cerminkan sikap kekeluargaan/gotong-royong.
2) Bersikap adil.
3) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
4) Menghormati hak-hak orang lain
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain
6) Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain
7) Tidak boros.dan bergaya hidup mewah
8) Tidak merugikan kepentingan umum
9) Suka bekerja keras
10) Menghargai hasil karya orang lain
11) Mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial
12) Perbuatan yang cerminkan sikap kekeluargaan/gotong-royong

17
Jadi nasionalisme merupakan bentuk sikap cinta kita pada tanah air
yang kita wujudkan melalui penghayatan pancasila dimana nilai-nilai
pancasila tersebut merupakan dasar bagi seorang PNS untuk bertindak dan
berbuat keadilan sehingga menjadi pelayanan publik yang sejati.

2.3 Nilai Dasar Etika Publik


 Pengertian Etika
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar,
sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik
atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan
publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan publik.
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:
 Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
 Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
 Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.

 Kode Etik Aparatur Sipil Negara


Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN
yakni sebagai berikut:
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi.

18
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif dan efisien.
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan.
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.

 Nilai-nilai Dasar Etika Publik


Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang ASN, yakni sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.

19
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secaraa jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m.Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

Jadi etika publik merupakan dasar bagi seorang ASN untuk bertindak
yang lebih mengedapankan norma-norma sosial, bertindak secara
profesional dan mengutamakan pada pelayanan publik berdasarkan kode etik
yang telah disepakati bersama yang mengatur tingkah laku bersama.

2.4 Nilai Dasar Komitmen Mutu


Untuk mewujudkan sistem pelayanan publik yang bermutu harus
memerlukan komitmen. Komitmen atau kesungguhan hati untuk melakukan
perubahan dengan cara berinovasi guna meningkatkan mutu pelayanan.
Dalam melakukan suatu inovasi artinya ada proses menghasilkan suatu
produk atau jasa yang berkaitan pelayanan yang mengandung nilai – nilai
kebaharuan. Inovasi bisa berupa nilai tambah atau modifikasi dari hal – hal
yang sudah ada maupun menggunakan cara yang berbeda untuk
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan dengan cara yang lebih efektif
dan efisien.

20
Indikator nilai-nilai dasar komitmen mutu sebagai berikut:
1. Efektif : tepat sasaran
2. Efisien : penggunaan sumber daya sesuai kebutuhan
3. Inovatif : menghasilkan layout kearah perubahan yang lebih baik
4. Kreatif : memiliki daya imajinasi, mengembangkan dan
mengekspresikan gagasan yang diperkirakan bermanfaat.
5. Mutu : pengukuran tingkat kepuasan terhadap produk / jasa yang
diterimanya

Nilai-nilai dasar orientasi mutu yang mendasarkan pada ASN sebagai


aparatur, antara lain:
a. Komitmen pada kepuasan masyarakat
b. Pemberian layanan yang cepat dan dengan senyuman yang
ramah
c. Pemberian layanan yang menyentuh hati, tanpa cacat, tanpa
kesalahan, dan tidak ada pemborosan
d. Pemberian layanan yang dapat memberi perlindungan kepada
publik, terutama ketika terjadi perubahan
e. Pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan
f. Perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain
pendidikan, pelatihan pengembangan ide kolaborasi, dan
benchmark.

Jadi Komitmen mutu merupakan upaya seorang ASN untuk dapat


berkreasi dengan mengedepankan perbaikan-perbaikan kualitas di
lingkungan masyarakat sekitar dengan metode pencapaian yang efektif
(cepat waktu) dan efisiensi (berdaya guna) dengan melakukan dan
mengembangkan suatu kreatifitas yang berguna bagi pelayanan publik

21
2.5 Nilai Dasar Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio yang berarti kerusakan,
kebrobokan, dan kebusukan. Dampak korupsi sangat luar biasa,
menyebabkan kerusakan baik dalam lingkup pribadi, keluarga, masyarakat.
Kesadaran anti korupsi melalui pendekatan spiritual membentengi PNS
melakukan korupsi, mendorong memiliki visi misi organisasi yang baik,
terpacu melakukan yang terbaik agar dapat dipertanggungjawabkan secara
publik (LAN, 2014c).
Korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus maupun pegawai
negeri yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengan dirinya, dengan cara
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan kerugian keuangan
negara namun dapat menimbulkan kerusakan kehidupan yang tidak hanya
bersifat jangka pendek tetapi dapat pula bersifat jangka panjang.
Untuk itu sebagai Aparatur Negara, merupakan suatu tanggung jawab
dan merupakan suatu amanah untuk menghindari sikap – sikap korupsi
dengan menanamkan kesadaran diri tentang nilai – nilai anti korupsi.
Adapun nilai dasar anti korupsi yang dimaksud yaitu :
1. Kejujuran
Jujur merupakan salah satu nilai yang paling utama dalam korupsi,
karena tanpa kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepercayaan
dalam berbagai hal, termaksud dalam kehidupan sosial.
2. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan
sekitar dan berbagai hal yang berkembang didalamnya.
3. Kemandirian

22
Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki
oleh seorang pemimpin, karena tanpa kemandirian seseorang tidak
akan mampu memimpin orang lain.
4. Kedisiplinan
Manfaat dari disiplin ialah seseorang dapat mencapai tujuan dengan
waktu yang lebih efisien. Kedisplinan memiliki dampak yang sama
dengan nilai – nilai anti korupsi lainnya yaitu dapat menumbuhkan
kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal. Kedisplinan dapat
diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu
dengan baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang
berlaku, mengerjakan segala sesuatu dengan tepat waktu dan fokus
pada pekerjaan.
5. Tanggung jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya. Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik, sehingga
mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
6. Kerja keras
Kerja keras didasari dengan kemauan. Di dalam kemauan terkandung
ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian,
ketabahan, keteguhan dan pantang mundur.
7. Kesederhanaan
Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk tidak
hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup
yang sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan
kebutuhan diatas keinginannya.
8. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan
membela kebenaran dan berani bertanggung jawab. Keberanian sangat
diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin

23
matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin
kuat jika pengetahuannya juga kuat.
9. Keadilan
Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai
dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proporsional
dan tidak melanggar hukum.

Anti Korupsi merupakan nilai dasar yang harus ditanamkan pada setiap
diri seorang PNS dalam mengemban tugasnya dengan dan tanpa tindakan
kecurangan dan mengedepankan nilai-nilai kejujuran dan keadilan bersama.

2.6 Sintesis Literatur


Tabel II.1
Sintesis Literatur
Nilai-nilai Dasar
No Definisi Aspek Indikator
Profesi ASN
1. 2. 3. 4. 5.
1. Akuntabilitas  Perilaku etis atas  Sebuah hubungan  Kepemimpinan
dasar prinsip dan  Berorientasi pada  Tanggungjawab
nilai moral universal hasil (responsibilitas)
(Budiati, 2014)  Membutuhkan  Keseimbangan
 Kewajiban laporan  Transparansi
pertanggungjawaban  Memerlukan  Keadilan
yang harus dicapai konsekuensi  Kejelasan
(LAN, 2014b)  Memperbaiki kinerja  Integritas
(LAN, 2014b)  Kepercayaan
 Konsistensi (Budiati,
2014)
2. Nasionalisme Pandangan tentang rasa  Pelaksana kebijakan Sila Pancasila
cinta yang wajar publik 1. KeTuhanan Yang
terhadap bangsa dan  Pelayan publik Maha Esa
negara, sekaligus  Perekat dan 2. Kemanusiaan yang
menghormati bangsa pemersatu Adil dan Beradab
lain(LAN, 2014f) bangsa(LAN, 2014f) 3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan
Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi

24
Seluruh Rakyat
Indonesia
3. Etika Publik Refleksi tentang Dimensi  Kebersamaan
standar/ norma yang  Kualitas pelayanan  Empati
menentukan publik  Kepedulian
baik/buruk, benar/salah  Modalitas  Kedewasaan
perilaku, tindakan dan (akuntabilitas,  Orientasi organisasi
keputusan untuk transparansi,  Respect
mengarahkan kebijakan netralitas)  Kebajikan
publik dalam rangka  Tindakan integritas
 Integritas
menjalankan tanggung publik (LAN, 2014d)  Inovatif
jawab pelayanan
publik(LAN, 2014d)  Keunggulan
 Keluwesan
 Kearifan(LAN, 2014d)
4. Komitmen Mutu  Suatu kondisi  Perubahan produk  Efisiensi
dinamis berkaitan barang/jasa  Efektifitas
dengan produk, jasa,  Proses produksi  Inovasi
manusia, proses, dan  Nilai-nilai  Mutu(LAN, 2014e)
lingkungan yang kelembagaan
sesuai atau bahkan  Perubahan cara kerja
melebihi harapan  Tekanan yang
konsumen/pengguna digunakan
(Goetsch& Davis,  Layanan sistem
2006) manajemen
 Penilaian mutu  Mindset pegawai
produk/jasa (LAN, 2014e)
tergantung persepsi
individual
berdasarkan
kesesuaian nilai
yang terkandung di
dalamnya dengan
kebutuhan dan
keinginannya, tanpa
kesalahan dan
pemborosan
(Christopher &
Thor, 2001)
5. Anti Korupsi Bahasa latin corruptio  Kesediaan  Kejujuran
yang berarti kerusakan, (compliance)  Kepedulian
kebrobokan, dan  Identifikasi  Kemandirian
kebusukan(LAN, (identification)  Disiplin
2014c)  Internalisasi  Tanggungjawab
(internalization)  Kerja keras
(LAN, 2014c)  Sederhana
 Berani
 Adil(LAN, 2014c)

25
BAB III
TUGAS UNIT KERJA DAN TUPOKSI PESERTA

3.1. Identitas Organisasi


Bappeda (Badan perencanaan Pembangunan Daerah) diatur dengan
Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2008 sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Salatiga
beralamatkan di Jl.Letjen. Sukowati, No.51 Salatiga Kode Pos 50724
Telp.(0298) 325332 Faks. (0298) 325332 Website www.salatigakota.go.id, E-
mail bappeda@salatigakota.go.id.

3.2. Visi, Misi Dan Tupoksi


a. Visi Bappeda Kota Salatiga
Sebagai Badan Perencanaan Pembangunan yang menyokong
implementasi dari Visi Kota Salatiga “Salatiga yang Sejahtera, Mandiri
dan Bermartabat“, serta dengan memperhatikan situasi, kondisi,
kekuatan dan kelemahan, peluang dan tantangan serta
memperhatikan kontinuitas pelaksanaan kegiatan yang ada. Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Salatiga
memiliki Visi Tahun 2011-2016 adalah :

“Perencanaan Pembangunan Daerah yang Berkualitas dalam


Mendukung Salatiga yang Sejahtera, Mandiri dan bermartabat ”

Visi diatas menempatkan Bappeda Kota Salatiga sebagai sebuah

26
institusi yang diharapkan mampu menyusun berbagai dokumen
perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas dengan
melibatkan berbagai stakeholder dan berpijak pada isu dan
permasalahan utama daerah, sehingga pemerintahan dan
pembangunan daerah dapat terlaksana secara efektif, efesien dan
berkelanjutan serta dapat menjamin eksistensi daerah di masa depan.

b. Misi Bappeda Kota Salatiga


Dalam rangka mewujudkan Visi, maka perlu disusun rumusan Misi
yang merupakan uraian umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan kondisi tentang masa depan. Sesuai
dengan Visi di atas, maka dirumuskan Misi Bappeda Kota Salatiga
untuk periode tahun 2011-2016, sebagai berikut :
Misi 1 : Mewujudkan Perencanaan Pembangunan Daerah yang
Partisipatif dan Terintegrasi
Hal tersebut disebabkan karena terpenuhinya perencanaan
pembangunan daerah yang partisipatif dan terintegrasi merupakan
tolok ukur utama bagi terwujudnya perencanaan pembangunan daerah
yang berkualitas di berbagai bidang, dan merupakan dijadikan pijakan
bagi implementasi misi selanjutnya. Perencanaan partisipatif adalah
suatu tahapan proses pemberdayaan masyarakat yang dimulai
dengan tahap kajian keadaan secara partisipatif yang didapat dari
informasi yang dikumpulkan. Perencanaan partisipatif bermanfaat bagi
masyarakat untuk mengarahkan kegiatan atau program tersebut.
Perencanaan partisipatif menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah
“perencanaan yang dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan terhadap pembangunan. Keterlibatan para pihak yang
berkepentingan tersebut adalah untuk memperoleh aspirasi dan
menciptakan rasa memiliki.” Sedangkan yang dimaksud dengan

27
perencanaan yang terintegrasi dalah keterpaduan semua dokumen
perencanaan yang ada, sehingga terdapat keterkaitan yang saling
menunjang dan saling melengkapai antara dokumen perencanaan
yang ada.
Misi 2 : Mewujudkan Peningkatan Kualitas Sumberdaya Aparatur
Perencana yang Didukung Ketersediaan Sarana Prasarana yang
Memadai
Hal tersebut disebabkan karena terpenuhinya dan tersediainya
sumberdaya manusia atau aparatur perencana yang berkualitas
merupakan salah satu unsur pendukung menuju terciptanya
perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas.
Misi 3 : Mewujudkan Ketersediaan Data yang Akuntabel sebagai
Dasar Perencanaan Pembangunan Daerah
Menunjukkan bukti komitmen Bappeda Kota Salatiga sebagai institusi
perencana yang akuntabel. Hal tersebut disebabkan karena data
merupakan unsur utama yang menjadi dasar dalam setiap analisis
kebijakan publik. Ketersediaan data yang akuntabel akan menunjang
hasil analisis yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas produk
perencanaan pembangunan daerah.
Misi 4 : Mewujudkan Perencanaan Pembangunan Daerah yang
Mendukung bagi Berkembangnya Pusat-pusat Pertumbuhan
Ekonomi
Perekonomian Daerah berbasis ekonomi kerakyatan merupakan salah
satu pilar pembangunan ekonomi yang memperhatikan potensi
ekonomi lokal, selain itu salah satu unsur yang menunjang dalam
pelaksanaan pembangunan daerah adalah diperlukannnya partisipasi
publik dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Terkait dengan hal
tersebut, maka Bappeda Kota Salatiga melalui misi keempat ini
memfokuskan perencanaan pembangunan daerah yang mendukung
tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan tetap

28
berpegang pada upaya pada upaya pemberdayaan ekonomi lokal,
baik melalui UKM dan Koperasi maupun pemberdayaan rumah tangga
kurang mampu/kelompok kurang mampu, produksi dan produktifitas
hasil pertanian dan perikanan dalam arti luas, meningkatkan potensi
dan daya saing daerah melalui peningkatan investasi, meningkatkan
kualitas dan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan sumber-sumber
penerimaan daerah untuk mendukung kemandirian keuangan daerah,
meningkatkan pengelolaan pasar tradisional yang representative, serta
peningkatan partisipasi publik dalam pembangunan baik melalui forum
musrenbang maupun dalam forum dan kelembagaan lain.
Misi 5 : Mewujudkan Perencanaan Tata Ruang Kota serta
Ketersedian Sarana dan Prasarana yang Berwawasan Lingkungan
Perencanaan dan Pengelolaan tata ruang kota yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan merupakan prasarana bagi pelaksanaan
pembangunan secara keseluruhan yang berkelanjutan. Munculnya isu
kerusakan lingkungan, ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan
prinsi-prinsip penataan ruang, maupun tumpang tindih penataan ruang
menjadikan pengelolaan tata ruang kota yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan dijadikan sebagai Misi Kelima.
Misi 6 : Mewujudkan Perencanaan Pembangunan Daerah yang
Mendukung Peningkatan Kualitas Penanganan Masalah Sosial
dan Budaya dengan Berprinsip pada Tata Kelola Pemerintahan
yang Baik
Memfokuskan pada perencanaan dalam penanganan masalah sosial
dan budaya merupakan jawaban terhadap isu-isu terkait pendidikan,
kesehatan, pemberdayaan masyarakat, pengarustumaan gender dan
perlindungan anak, hak asasi manusia, maupun penyandang masalah
kesejahteraan sosial, termasuk didalamnya adalah percepatan
penanggulangan kemiskinan. Permasalahan sosial yang semakin
kompleks dewasa ini ditandai dengan munculnya kantong-kantong

29
kemiskinan, kesenjangan pemerataan pendapatan, meningkatnya
angka kejahatan, tingginya angka pengangguran, perilaku kekerasan,
pelanggaran hukum, penyalahgunaan narkotika dan lain-lain. Masalah
sosial yang tidak segera ditangani secara dini dapat menimbulkan
masalah sosial yang besar seperti terbentuknya generasi muda yang
tidak berkualitas, menajamnya kesenjangan sosial baik vertikal
maupun horizontal, disintegrasi sosial dan sebagainya. Penangananan
masalah sosial yang tidak tuntas bisa mengakibatkan meningkatnya
jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial.
c. Tupoksi Bappeda Kota Salatiga
Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 55 Tahun 2011 tentang Tugas
Pokok Fungsi dan Uraian Tugas Pejabat Struktural pada Lembaga
Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja.
 Tugas Pokok
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) memiliki
tugas pokok dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah dibidang perencanaan pembangunan daerah,
statistik, penelitian dan pengembangan.
 Fungsi Bappeda
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perenanaan
pembangunan daerah, statistik, penelitian dan pengembangan.
2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan
daerah statistik, penelitian dan pengembangan,
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan
pembangunan daerah, statistik, penelitian dan pengembangan,
pengendalian dan evaluasi.
4. Pelaksanaan pelayanan ke sekretariatan badan.
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

30
3.3. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis
Dalam merencanakan suatu kegiatan lima tahun kedepan tentunya
tidak terlepas dari wilayah dimana kegiatan tersebut berlangsung. Wilayah
adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional. Telaahan rencana tata ruang wilayah ditujukan
untuk mengidentifikasikan implikasi rencana struktur dan pola ruang terhadap
kebutuhan pelayanan Bappeda Kota Salatiga.. Dibandingkan dengan struktur
dan pola ruang eksisting maka Bappeda dapat mengidentifikasi arah
(geografis) pengembangan pelayanan, perkiraan kebutuhan pelayanan, dan
prioritas wilayah pelayanan Bappeda dalam lima tahun mendatang.
Tujuan penataan ruang Kota Salatiga sebagaimana tertuang dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010–2030 adalah
mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat pendidikan dan olahraga di
kawasan Kedungsepur yang berkelanjutan didukung sektor perdagangan dan
jasa yang berwawasan lingkungan. Dalam mewujudkan tujuan penataan
ruang tersebut dilakukan kebijakan dan strategi sebagai berikut :
1) Pengembangan struktur ruang :
a) Pemantapan pusat pelayanan kegiatan sesuai dengan
fungsinya;
b) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem
prasarana dan sarana umum;
c) Pengembangan sistem jaringan transportasi jalan yang
memperlancar pergerakan antarpusat kegiatan.
2) Pengembangan pola ruang :
a) Peningkatan fungsi kawasan lindung;
b) Penyediaan RTH kota yang proporsional;
c) Perwujudan pengembangn kegiatan budi daya yang optimal
dan efisien;

31
d) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.
3) Pengembangan kawasan strategis :
a) Pengembangan kawasan strategis sosial budaya;
b) Pengembangan kawasan strategis ekonomi.
Dikaitkan dengan indikasi program pemanfaatan ruang jangka
menengah dalam RTRW, pelaksanaan pemanfaatan ruang telah terjadi
simpangan yang cukup signifikan sehingga menimbulkan permasalahan
dalam penerapan rencana detail tata ruang kota yang sudah ada. Untuk
penyempurnaan pedoman RTRW sebagai acuan pembangunan perlu ditinjau
kembali Rencana Detail Tata Ruang Kota.

3.4. Tupoksi Bidang Sarana dan Prasarana


Bidang Sarana Prasarana dan Tata Ruang mempunyai tugas pokok
merencanakan, merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan kegiatan,
menganalisis dan pengendalian pengembangan pembangunan bidang bina
marga, cipta karya, pengairan, perhubungan, komunikasi dan informatika.
Kebersihan dan pertamanan, tata ruang, lingkungan hidup, serta energi dan
sumber daya mineral serta melakukan penilaian pengendalian dan evaluasi
atas pelaksanaan kegiatan Bidang Sarana, Prasarana, dan Tata Ruang.
Untuk melaksanakan tugas pokok, Bidang Sarana, Prasarana, dan
Tata Ruang menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan perencanaan pembangunan di bidang bina
marga, cipta karya, pengairan, perhubungan, komunikasi dan
informatika, kebersihan dan pertamanan, tata ruang, lingkungan hidup,
serta energy dan sumber daya mineral;
b. Perencanaan kegiatan pembangunan di bidang bina marga, cipta
karya, pengairan, perhubungan, komunikasi dan informatika,
kebersihan dan pertamanan, tata ruang, lingkungan hidup, serta
energy dan sumber daya mineral;

32
c. Pengoordinasian kegiatan perencanaan pembangunan di bidang bina
marga, cipta karya, pengairan, perhubungan, komunikasi dan
informatika, kebersihan dan pertamanan, tata ruang, lingkungan hidup,
serta energy dan sumber daya mineral;
d. Pelaksanaan dan penyelenggaraan kegiatan perencanaan
pembangunan di bidang bina marga, cipta karya, pengairan,
perhubungan, komunikasi dan informatika, kebersihan dan
pertamanan, tata ruang, lingkungan hidup, serta energy dan sumber
daya mineral;
e. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan
di bidang bina marga, cipta karya, pengairan, perhubungan,
komunikasi dan informatika, kebersihan dan pertamanan, tata ruang,
lingkungan hidup, serta energy dan sumber daya mineral;
f. Pembinaan dan pengarahan kepada bawahan;
g. Peniliaian pelaksanaan tugas bawahan; dan
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan.

Subbidang Tata Ruang mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan


perumusan kebijikan dibidang perhubungan, kebersihan dan pertamanan,
tata ruang, lingkungan hidup, serta energy dan sumber daya mineral serta
menyajikan data sebagai bahan evaluasi.

3.5. Analis Pengembangan Wilayah


Formasi Analis Pengembangan Wilayah ditempatkan di SKPD
Bapedda pada Subbidang tata ruang. Analis pengembangan wilayah memiliki
peran jabatan mengumpulkan informasi dan mengolah data di bidang
perencanaan tata ruang.
Adapun beberapa uraian tugas pada Analis Pengembangan Wilayah,
diantaranya:

33
1. Mempelajari peraturan yang terkait dengan tata ruang sebagai bahan
masukan atasan;
2. Menghimpun dan membantu menganalisa rencana kerja dari dinas
terkait seperti Ciptakarya dan Tata Ruang sebagai bahan masukan;
3. Mengumpulkan informasi, monitoring dan menyajikan data tentang
pemanfaatan ruang sebagai bahan masukan atasan;
4. Mengumpulkan informasi, monitoring dan menyajikan data tentang
evaluasi perijinan pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan sebagai
bahan masukan atasan; dan
5. Membantu dalam penyiapan penyusunan rencana kegiatan subbidang
tata ruang, dan laporan serta ketatalaksanaannya untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Analis Pengembangan wilayah


memiliki tanggung jawab pekerjaan sebagai berikut;
1. Keakuratan laporan dan dokumen pelaksanaan kegiatan
2. Kerahasiaan data
3. Kesesuaian pelaksanaan tugas, program dan kegiatan terhadap
regulasi yang ada

34
3.6. Struktur Organisasi

Gambar 2.1
Bagan Struktur Organisasi Bappeda Kota Salatiga

35

Anda mungkin juga menyukai