Anda di halaman 1dari 11

BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


Dalam penelitian ini ruang lingkup yang diteliti adalah pengganti kerikil
dengan limbah keramik. Variasi limbah keramik yang digunakan pada campuran
beton yaitu sebesar 15% dan 25% serta beton normal sebagai pembanding.
Dimana variasi tersebut nantinya akan disubtitusikan dengan proporsi agregat
kasar.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Uji Bahan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Malang. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juli
2019. Schedule penelitian dapat dilihat pada table 3.1
3.3 Diagram Alir Penelitian
3.4 Peralatan Dan Bahan
3.5 Pengujian Material
Langkah awal dalam analisa eksperimental, harus dilakukan pengujian
material yang berhubungan dengan campuran beton. Pengujian material ini
bertujuan untuk mengetahui lolos tidaknya material yang digunakan dalam
campuran beton terhadap persyaratan perancangan campuran beton.
Pengujian material mengacu pada standar pengujian menurut ASTM, material
yang diuji adalah sebagai berikut:
1. Pengujian agregat halus
2. Pengujian agregat kasar
3. Pengujian limbah keramik

3.6 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)

3.7 Rancangan Percobaan


3.8 Pencetakan Benda Uji (Pembetonan)
Jika material yang digunakan untuk pembuatan benda uji sudah siap serta
perhitungan komposisi sudah didapat, langkah selanjutnya yaitu pembuatan
benda uji.

3.9 Perawatan (Curing)


Perlu dilakukanperawatan benda uji dimana perawatan ini dilakukan setelah
beton segar mengeras di cetakan beton. Perawatan benda uji beton bertujuan
untuk mempertahankan suhu yang baik pada beton setidaknya kurang dari 50
derajat celcius. Perawatan benda uji dilakukan dengan cara merendam benda uji
yang sudah dikeluarkan dari cetakan lalu direndam dalam bak penampungan.

3.10 Pengujian Kuat Tekan


Pengujian kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variasi campuran antara beton normal dengan beton campuran limbah
keramik dengan nilai kuat tekan yang direncanakan sama. Pengujiaan kuat tekan
dilakukan pada umur benda uji yang sudah ditetapkan dengan menggunakan
compressing test machine.

3.11 Pengujian Arbsopsi


3.12 Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Penggunaan limbah keramik sebagai subtitusi agregat kasar dapat
meningkatkan kekuatan beton.
2. Penggunaan limbah keramik sebagai subtitusi agregat kasar dan mengurangi
biaya pembuatan beton dengan mutu yang lebih tinggi.

3.1. Metode penelitian


Pada penelitian ilmiah diperlukan langkah-langkah kerja yang runtut dan
teratur supaya didapatkan suatu hasil ataupun jawaban yang sangat rasional dan
dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah kerja secara ilmiah tersebut biasa
juga disebut dengan metode penelitian. Maka dengan kata lain metode penelitian
merupakan langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam penelitian untuk
meninjau atau mempelajari suatu masalah, kasus, gejala, fenomena atau lainnya
dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Metode yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
untuk mendapatkan hasil ataupun data-data yang akan menegaskan hubungan
antara variabel-variabel yang diselidiki. Dalam penelitian ini eksperimen
dilaksanakan di dalam laboratorium.

3.2 Tahapan dan prosedur penelitian


Penelitian ini terdapat beberapa langkah pelaksanaan yang secara garis besar
sebagai berikut:
a. Mulai
b. Mengumpulkan dan mempelajari referensi atau
c. Pengadaan material
d. Penghancuran limbah keramik
e. Pengujian material berupa:
 Agregat kasar:

 Kadar air

 Berat jenis

 Gradasi

 Keausan

 Agregat halus:

 Kadar air

 Kadar lumpur

 Berat jenis

 Gradasi

f. Perenecanaan mix design
g. Pembuatan benda uji
h. Pengujian slump
i. Perawatan benda uji
j. Pengujian berupa uji tekan dan tarik serta perhitungan biaya
k. Analisi data & hasil penelitian
l. Pembahasan
m. Pengambilan kesimpulan
n. Selesai
Berikut penggambaran alur flow chart sesuai urutan penelitian:

Mulai

Pengambilan Judul

Pengumpulan Referensi

Pengadaan Material

Penghancuran
Tidak Lolos Limbah Keramik

Pengujian
Material

Lolos
Perancangan
Mix Design

Pembuatan
Benda Uji

C
C

Lolos
Perawatan
Benda Uji

Uji Tekan & Perhitungan Biaya


Uji Tarik

Analisa Data &


Hasil Penelitian

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian


3.3 Perencanaan campuran beton
Perencanaan campuran (mix desain) mempunyai tujuan untuk mendapatkan
proporsi masing-masing bahan untuk menghasilkan beton berkualitas baik dan
ekonomis. Bahan tersebut biasanya adalah air, semen, agregat halus (pasir), dan
agregat kasar (batu pecah) untuk beton normal tanpa bahan tambahan. Sebelum
perencanaan campuran perlu diketahui beberapa hal penting misalnya jenis
struktur, kondisi lingkungan, kuat rencana, jenis semen, kualitas air, sifat agregat,
dan lain lain. Sifat agregat meliputi gradasi, kadar air, daya serap, berat jenis
relatif, ukuran butir terbesar. Proporsi campuran dapat dihitung dengan metode
tertentu seperti:
(1). ACI (American Concrete Institute)
(2). DOE (British Department of Enviroment)
(3). Nisco Master (Jepang).
Dalam penelitian ini, perencanaan campuran beton menggunakan metode SNI
03-2834-2000 untuk beton normal dengan kuat tekan karakteristik sebesar 20
Mpa. Perencanaan campuran beton (mix design) terdiri dari 2 variasi. Campuran 1
berupa beton normal dengan ketentuan SNI, campuran 2 menggunakan subtitusi
agregat kasar berupa limbah keramik sebesar 25% dan campuran 3 menggunakan
subtitusi agregat kasar berupa limbah keramik sebesar 35%.

3.4 Variabel penelitian


Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan
penelitian. Variable juga dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang berperan
penting dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel untuk penelitian
ini dapat diilihat dalam bentuk tabel 3.1 berikut :
Benda uji
Pengujian Umur 0% Agregat keramik 25% Agregat keramik 35% Agregat keramik Slump rencana
Uji tekan 3 6 6 6 4-10 cm
Uji tekan 7 6 6 6 4-10 cm
Uji tekan 14 6 6 6 4-10 cm
Uji tekan 21 6 6 6 4-10 cm
Uji tekan 28 6 6 6 4-10 cm
Uji tarik 28 6 6 6 4-10 cm
Jumlah 36 36 36
Tabel 3.1 Variabel penelitian beton limbah
3.5 Pengujian beton
3.5.1 Kuat Tekan Beton
Pada peraturan beton Indonesia yang baru (SNI 03-2847-2002), kekuatan
material beton dinyatakan oleh kuat tekan benda uji berbentuk silinder ( fc’ )
dengan satuan Mpa. Perubahan dari K menjadi fc’ atau dari benda uji kubus
menjadi silinder, disebabkan karena SNI mengacu pada peraturan ACI 318. Benda
uji silinder yang dimaksud memiliki diameter 15 cm, tinggi 30 cm, dan berumur
28 hari.

Benda uji dibuat terutama untuk mengevaluasi apakah campuran beton


mencapai kuat rencana. Beton segar yang telah dicetak, perlu perawatan selama 24
jam pertama baru acuan bisa dilepas dan biasanya direndam dalam air. Pengujian kuat
tekan dilakukan pada umur beton hari ke 3, 7, 14, 21, dan 28 dengan menggunakan
standar ASTM C 39 (American Sosiety for Testing Material). Pengujian kuat tekan
penting juga untuk memperkirakan kuat yang lain seperti kuat lentur dan kuat tarik
beton. Perhitungan kuat tekan beton menggunakan persamaan:
=

Dengan :

Fc = Kuat tekan beton (Mpa)

P = Beban hancur (N)

A = Luas penampang tertekan rata-rata (mm2)

Sumber : SNI 1974:2011 Hal 8

Perencana struktur biasanya menentukan kuat tekan beton dalam mendesain


kekuatan elemen struktur beton bertulang. Kuat tekan itu disebut kuat tekan beton
karakteristik atau kuat tekan beton yang disyaratkan f’, berdasarkan benda uji silinder
diameter 15 cm dan tinggi 30 m (SNI 03-2834-2002). Karena sifat variabilitas
kekuatan beton atau distribusi beton berbentuk lengkung distribusi normal, maka
perencana struktur tidak menggunakan hasil kuat tekan rata-rata yang ditargetkan
(fcr’). Sehingga desain campuran harus ditargetkan untuk mencapai kuat
tekan rata-rata yang lebih tinggi dari kuat tekan karakteristik. Selisihnya disebut
margin kekuatan (k.s) yang besarnya ditentukan dari simpangan baku (standart
deviation), hasil dari produksi beton sebelumnya dan proporsi benda uji yang
diijinkan gagal.
′= ′ − .

dengan:

= Kuat tekan karakteristik (MPa)


= Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan (MPa)

= konstanta (=1,64 untuk 5% benda uji yang diijinkan gagal)

= Simpangan baku (MPa)


Sumber : ASTM C 78

3.5.2 Kuat tarik beton

Pengujian kuat tarik beton dilakukan dengan memberikan tegangan tarik


pada benda uji silinder yang dioperasikan menggunakan alat Compression Testing
Machine (CTM). Kuat tarik beton dapat dihitung dengan persamaan:
=2 /

dengan:

= Kuat tarik belah (MPa)


P = Beban hancur (N)
l = Panjang benda uji pada bagian yang tertekan (mm)
d= Diameter benda uji (mm)
sumber : SNI 03-2491-2002, hal 9

3.6 Bahan dan alat


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut :
3.6.1 Bahan
A. Semen
Semen yang digunakan adalah semen PCC semen Gresik

Gambar 3.2 Semen PCC semen Gresik


Sumber : https://lauwtjunnji.weebly.com

B. Air suling
Air suling yang digunakan adalah air yang digunakan oleh laboratorium
Politeknik Negeri Malang yang bersifat baik untuk pengecoran.

C. Agregat kasar
Agregat kasar yang digunakan adalah agregat kasar berupa split/kerikil dan
yang sudah diuji.

D. Limbah keramik
Limbah keramik yang digunakan untuk pengganti split sebagai agregat
kasar untuk beton limbah dengan ketetntuan lolos saringan Ø25 mm dan
tertahan pada Ø19 mm. Pengambilan limbah keramik didapat dari halaman
warga yang dibeli oleh industri produksi keramik sebagai tempat pembuangan
limbah yaitu di Desa Sumberame, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten
Gresik atau di PT Adyabuana Persada (Milan Ceramics Tile Manufacturing),
Jl. Raya Wringinanom KM. 32 desa Lebanisuko, Krajan, Wringinanom,
Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61176.
Gambar 3.3 Limbah keramik

E. Agregat halus
Agregat halus yang digunakan yaitu pasir yang sudah diuji.

3.6.2 Alat
A. Ember
Ember untuk tempat pengambilan baik agregat kasar, agregat halus, dan air.

B. Cetok semen
Cetok semen digunakan untuk mengambil material, mengaduk dan
memasukkan campuran adukan beton ke dalam cetakan beton.

C. Saringan
Ayakan baja yang digunakan adalah ayakan dengan bentuk lubang ayakan
bujur sangkar dengan ukuran lubang ayakan yang tersedia adalah No. 100 dan
No. 200 serta penutup dan PAN.
D. Gelas ukur
Gelas ukur 2000 ml dengan merk “Vit” yang terbuat dari plastik untuk
menakar air dan gelas ukur 250 ml untuk meneliti kandungan lumpur dan
kandungan zat organik agregat halus dengan merk “Herma” yang terbuat dari
kaca.

E. Timbangan
Neraca dengan kapasitas 5 kg, ketelitian sampai 0,10 gram dan digunakan
untuk mengukur berat material yang berada dibawah kapasitasnya dan
timbangan dengan kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 kilogram.

F. Oven
Untuk keperluan pengeringan agregat maupun benda uji digunakan oven
listrik yang digunakan oleh Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri
Malang.

G. Cetakan benda uji


Cetakan yang digunakan adalah cetakan beton milik Laboratorium Teknik
Sipil Politeknik Negeri Malang yang berbentuk silinder.

H. Mesin aduk beton (mixer)


Mesin aduk beton (molen) milik Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri
Malang yang digunakan untuk mengaduk bahan-bahan pembentuk beton.

I. Alat uji kuat tekan beton


Alat uji tekan beton (compression test) yang digunakan untuk menguji
kuat tekan beton yang terdapat di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri
Malang.

J. Besi perojok
Besi perojok berfungsi untuk pemadatan dan untuk memukul permukaan
mixer pada proses pencampuran agar campuran tidak menempel pada saat
proses pencampuran.

K. Vibrator
Vibrator untuk pemadatan campuran beton agar homogen.
L. Karung
Karung digunakan untuk tempat pengambilan limbah keramik.

M. Alat bantu perhitungan


Alat bantu perhitungan dapat berupa kalkulator maupun aplikasi komputer
Microsoft Excel.

Anda mungkin juga menyukai