PENDAHULUAN
Pada lanjut usia terdapat banyak perubahan fisiologis yang normal yang dialami lanjut
usia, salah satunya yaitu perubahan pada sistem integumen, seiring dengan terjadinya proses
penuaan kulit akan kehilangan elastisitas kulit (misalnya kering, kendur, kerut dan mudah
luka), perubahan pigmentasi, atrofi kelenjar (misalnya, kelembaban, kelenjar keringat) karena
adanya perubahan tersebut dapat berisiko terjadinya ulkus dekubitus (Potter & perry, 2009)
Ulkus dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang
khusus pada lanjut usia. Kekhususannya yang terletak pada insiden kejadiannya yang erat
terjadi dalam dua minggu pertama perawatan. Adapun faktor risiko timbulnya ulkus
dekubitus adalah immobilisasi (Darmojo, 2011). Hasil dari penelitian yang dilakukan
sebelumnya di Indonesia insiden terjadinya luka tekan cukup tinggi yaitu sekitar 33,3 %,
menurut Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) angka ini termasuk tinggi jika
dibandingkan dengan negara-negara yang lainnya (Yusuf, 2010). Di negara Indonesia untuk
angka kejadian ini sangatlah tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia, maka
diperlukan penanganan yang serius dan khusus untuk menyelesaikan masalah ini.
penyakit atau impairment (gangguan pada alat/organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental.
Diagnosa keperawatan yang dapat di ambil dalam keterbatasan mobilitas adalah intoleransi
Imobilitas atau intoleransi aktivitas untuk sebagian besar orang tidak terjadi secara tiba-tiba,
bergerak dari mobilitas penuh sampai ketergantungan fisik total atau ketidakaktifan, tetapi
lebih berkembang secara perlahan dan tanpa disadari. Intervensi yang dapat dilakukan yaitu
diri dan kemandirian yang berkelanjutan akan menurun jika penurunan imobilitas tidak di
atasi atau tingkat aktivitas tidak dipertahankan ( Hidayat, 2009). Imobilisasi dikatakan
sebagai faktor resiko utama pada munculnya luka dekubitus. Kondisi ini dapat meningkatkan
waktu penekanan pada jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan
sirkulasi darah perifer, system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil
oksigen dari udara (ekspansi paru) dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen
kebutuhan (Lingdgrenetal, 2004). Seorang perawat harus memberikan intervensi yang tepat
agar dapat menghambat terjadinya ketergantungan fisik total. Intervensi yang diarahkan pada
Melihat kondisi lanjut usia yang mengalami imobilisasi maka lansia memiliki potensi
terjadinya berbagai macam masalah sehingga perlu dilakukan perawatan yang holistic dan
komprehensif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah “Bagaimana
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
masalah yang terjadi pada lansia di Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya
yang dibuat.
dilakukan.
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Lansia
pelayanan.