Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada lanjut usia terdapat banyak perubahan fisiologis yang normal yang dialami lanjut

usia, salah satunya yaitu perubahan pada sistem integumen, seiring dengan terjadinya proses

penuaan kulit akan kehilangan elastisitas kulit (misalnya kering, kendur, kerut dan mudah

luka), perubahan pigmentasi, atrofi kelenjar (misalnya, kelembaban, kelenjar keringat) karena

adanya perubahan tersebut dapat berisiko terjadinya ulkus dekubitus (Potter & perry, 2009)

Ulkus dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang

khusus pada lanjut usia. Kekhususannya yang terletak pada insiden kejadiannya yang erat

kaitannya dengan immobilitas.

Persentase terjadinya ulkus dekubitus di negara maju mencapai sekitar 11 % dan

terjadi dalam dua minggu pertama perawatan. Adapun faktor risiko timbulnya ulkus

dekubitus adalah immobilisasi (Darmojo, 2011). Hasil dari penelitian yang dilakukan

sebelumnya di Indonesia insiden terjadinya luka tekan cukup tinggi yaitu sekitar 33,3 %,

menurut Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) angka ini termasuk tinggi jika

dibandingkan dengan negara-negara yang lainnya (Yusuf, 2010). Di negara Indonesia untuk

angka kejadian ini sangatlah tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia, maka

diperlukan penanganan yang serius dan khusus untuk menyelesaikan masalah ini.

Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai

penyakit atau impairment (gangguan pada alat/organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental.

Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya sendiri.

Diagnosa keperawatan yang dapat di ambil dalam keterbatasan mobilitas adalah intoleransi

aktivitas, keletihan, hambatan mobilitas fisik dan defisit perawatan diri.(Hidayat,2009).

Imobilitas atau intoleransi aktivitas untuk sebagian besar orang tidak terjadi secara tiba-tiba,
bergerak dari mobilitas penuh sampai ketergantungan fisik total atau ketidakaktifan, tetapi

lebih berkembang secara perlahan dan tanpa disadari. Intervensi yang dapat dilakukan yaitu

dengan diarahkan pada pencegahan ke arah konsekuensi-konsekuensi imobolisasi dan

ketidakaktifan dapat menurunkan kecepatan penurunannya. Kecenderungan untuk perawatan

diri dan kemandirian yang berkelanjutan akan menurun jika penurunan imobilitas tidak di

atasi atau tingkat aktivitas tidak dipertahankan ( Hidayat, 2009). Imobilisasi dikatakan

sebagai faktor resiko utama pada munculnya luka dekubitus. Kondisi ini dapat meningkatkan

waktu penekanan pada jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan

luka dekubitus. Imobilisasi disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga

mempengaruhi beberapa organ tubuh. Misalnya pada system kardiovaskuler, gangguan

sirkulasi darah perifer, system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil

oksigen dari udara (ekspansi paru) dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen

kebutuhan (Lingdgrenetal, 2004). Seorang perawat harus memberikan intervensi yang tepat

agar dapat menghambat terjadinya ketergantungan fisik total. Intervensi yang diarahkan pada

pencegahan ke arah konsekuensi-konsekuensi imobilitas dan ketidakaktifan dapat

menurunkan kecepatan penurunanya

Melihat kondisi lanjut usia yang mengalami imobilisasi maka lansia memiliki potensi

terjadinya berbagai macam masalah sehingga perlu dilakukan perawatan yang holistic dan

komprehensif.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah “Bagaimana

dampak dan masalah-masalah yang diakibatkan oleh imobilisasi ?


1.3 TUJUAN

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah

imobilisasi di Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada lansia di Poli Geriatri RSUD

Dr. Soetomo Surabaya

b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul pada lansia

di RSUD Dr. Soetomo Surabaya

c. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah yang terjadi pada lansia di Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya

d. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai rencana

yang dibuat.

e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah

dilakukan.

1.4 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan gerontik pada lansia di

Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

2. Bagi Lansia

a. Lansia mendapat pelayanan keperawatan sesuai kebutuhannya.

b. Lansia mendapatkan penjelasan tentang kesehatannya

c. Lansia mengetahui masalah kesehatan yang dideritanya

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

a. Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia


b. Mendapatkan masukan masalah kesehatan tentang lansia dan alternative

pelayanan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

a. Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia,

sekaligus sebagai sarana evaluasi terhadap proses pembelajaran mahasiswa

berkaitan dengan praktik profesi keperawatan.

b. Dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai