Konsep Gangguan System Reproduksi Maternitas
Konsep Gangguan System Reproduksi Maternitas
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawaran Maternitas
Dosen Pengajar : Hj.Endang Suartini,S.ST,M.KM.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Dita Noor Arifin P27901117048
Fransisca Windiani P27901117054
Laila karisa P27901117061
Miftahul Jannah P27901117067
Regiyani Septi Diana .S. P27901117073
Siti Nanda Masleha P27901117079
Wike Rosmalinda P27901117085
TINGKAT 2B/SMESTER 4
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Keperawatan Maternitas dengan judul “Konsep Gangguan Reproduksi” dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam menuntut ilmu. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini .
Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Hj.Endang Suartini, S.ST,M.KM. Selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas
2. Teman-Taman yang telah membatu dalam penyusunan laporan ini
3. Serta Pihak-Pihak yang telah membatu dalam penyusunan laporan ini
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
otonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari
sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Tumor ganas pada alat reproduksi
wanita dijumpai pada semua umur (18 – 80 tahun) dengan rat-rata puncaknya
pada usia 50 tahun. Kejadian paling sering pada kelompok umur 30 – 40 tahun.
Faktor pemicu munculnya tumor banyak sekali, antara lain pencemaran
lingkungan hidup, termasuk udara akibat debu dan asap pembakaran kendaraan
atau pabrik. Asap kendaraan, misalnya, mengandung dioksin yang dapat
memperlemah daya tahan tubuh, termasuk daya tahan seluruh selnya.
Kanker adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus-menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Himawan, 2006). Kanker adalah suatu
penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh tidak normal dan tidak
terkendali sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan
merusak sel atau jaringan sehat. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang
sangat ditakuti oleh banyak orang sehingga ada baiknya kita mencegah kanker
daripada mengobatinya Di Indonesia, masalah penyakit kanker terlihat lonjakan
yang luar biasa. Dalam jangka waktu 10 tahun, terlihat bahwa peringkat kanker
sebagai penyebab kematian naik, dari peringkat 12 menjadi peringkat enam.
Setiap tahun diperkirakan terdapat 190 ribu penderita baru dan seperlimanya akan
meninggal akibat penyakit ini ,tidak hanya di Indonesia melainkan juga di
berbagai Negara.
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN TUMOR
3) Kista kelenjar
a) Kista bartholini : Terjadi akibat radang
b) Kista sebasea
Berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat pada labium
mayor, labium minor dan mons veneris, terjadi karena
penyumbatan saluran kelenjar sehingga terjadilah penimbunan
sebum. Kelenjar ini biasanya terletak dekat di bawah
permukaan kulit berwarna kuning keabu-abuan, dengan batasa
yang jelas dan konsistensi keras, ukuran kecil sering multiple.
Dindingnya berlapis epital kelenjar dengan isi sebum yang
mengandung Kristal kolesterol. Kristal ini sering mengalami
infeksi.
c) Hidradenoma
Berasal dari kelenjar keringat, ada yang mengatakan berasal
dari sisa saluran Wolffi.
d) Penyakit Fox-Forduce
Disebut juga apokrin miliaria terjadi akibat sumbatan saluran
kelenjar keringat sehingga membentuk banyak Kristal kecil
dengan diameter 1-3 mm, multiple, terasa gatal. Kelainan ini
dapat juga terjadi di ketiak dan gelanggang susu. Dapat
mengalami kekambuhan apabila terjadi gangguan emosi antara
lain rangsang seksual.
e) Kista parauretra
Terjadi karena saluran kelenjar ini tertutup oleh infeksi. Kista
ini biasa menonjol pada dinding depan vagina dan sering
mengalami infeksi.
f) Kista endometriosis
Walaupun jarang seklai terjadi, dapat tumbuh pada vulva
maupun vagina. Kista pada vulva ini umu hanya memerlukan
pengangkatan kalau mengganggu saja. Pada kista yang
mengalami infeksi dapat dilakukan infeksi.
2. Tumor solid vagina
A. Tumor epitel
1) Kondiloma akuminatum
Penyakit ini disebabkan oleh virus HPV tipe 6 dan 2. Akhir-akhir
ini juga dimasukkan dalam golongan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Gambaran histologik adalah suatu
papiloma yang sekali-sekali setelah lama dapat menjadi ganas.
Gambaran makroskopis adalah seperti jengger ayam. Kondiloma
akuminatum dapat tumbuh pada vulva dan sekitar anus sampai
vagina dan serviks.
2) Karunkula uretra
Dibagi menjadi 2 macam:
(a) Karankula uretra neoplasma
Terdiri dari polip merah muda dengan tangkai pada tepi dorsal
muara uretra, mikroskopik sebagai papiloma uretra yang
ditutupi oleh epitel transisional yang tersusun sebagai lipatan
dengan tipe yang sering menyerupai pertumbuhan ganas.
Tumor I ni mempunyai kecenderungan untuk kambuh local.
Gangguan yang ditimbulkan antara lain adalah nyeri pada
waktu berjalan dan duduk, ispareunia, disuria, perdarahan dan
pembengkakan.
(b) Karankula uretra granulomatosa
Penonjolan ini terdiri dari jaringan granulomatosa pada muara
uretra terutama bagian belakang yang meluas ke samping juga.
Dengan demikian, lubang muara uretra ini menonjol akan
tetapi tidak mempunyai tangkai, berwarna merah kusam dan
tidak menimbulkan nyeri seperti pada karunkula uretra
neoplasma. Gambaran mikroskopik adalah reaksi
granulomataosa jaringan terhadap infeksi kronik pada ueretra.
Karunkula ini sering terdapat pada wanita pasca menopause,
kebanyakan merupakan penampilan investasi Trikomonas
vaginalis. Apabila etiologi infeksi tidak diobati maka
karunkula ini sering kambuh.
3. Hiperkeratosis
Harus dibedakan karena leukoderma atau vitiligo dimana
pigmentasi tidak terjadi, serta karsinoma vulva insitu maupun
invasive.
Pada hyperkeratosis dibedakan:
(a) Yang disebabkan infeksi menahun: dermatitis.
(b) Tumor jinak berpapil yang sudah menahun.
(c) Distrofi (leukoplakia):
Likhen skelorsis, kadang-kadang disertai atropi eitelnya
saja: kraukosis (berkerut).
Hiperkeratosis: khas daan tidak khas.
Campuran antar 1 dan 2. Untuk membedakannya dengan
karsinoma seringkali memerlukan pemeriksaan lanjut
(kolposkopi, sitologi maupun histologi).
4. Nevus pigmentosus
Walaupun kulit vulva hanya 3% seluruh kulit badan, melanoma
maligna terjadi pada vulva dan vagina 7-10%. Nevus ini tampak
sebagai lesi berwarna kehitam-hitaman pada permukaan vulva
berdiameter 1-2 mm. pemeriksaan mikroskopik menunjukkan sel
nevus yang khas dengan inti biru tua dan terletak di bawah lapisan
epitel. Menururt Masson sel nervus berasal dai melanosit dalam
epidermis atau dari sel Schwan dari serabut saraf yang menuju
kulit. Yang berbahaya ialah lesi yang berpigmen dan tak meluas
sehingga sebaiknya diperiksa secara histologik.
2.2.2 VULVA
1. Tumor kistik
Tumor-tumor di vagina umunya mempunyai sifat yang sama dengan yang
ddapatkan pada vulva. Tumor vulva dan vagina hendaknya dibedakan
dengan vaginitis emfisematosa. Dapat juga saluran Muller terjadi di dekat
serviks biasanya soliter, akan tetapi dapat multiple, kista ini dilapisis epitel
seperti endoserviks, berisi cairan musin.
2. Tumor solid
a. Granuloma
Bukan neoplasma yang sebenarnya. Jaringan merupakan granulasi yang
terbatas-batas, seringkali berbentuk polip terutama terjadi pada bekas
operasi kolpografi dan histerektomi total dan dapat bertahan sampai
bertahun-tahun.
b. Tumor miksoid vagina
Konsistensi lunak seperti kista berisi jaringan miksomatosa, jaringan
pengikat dan jaringan lemak seperti yang biasa terdapat pada daerah
glutea, fossa iskhiorektales, serta apabila terdapat di vagina berada pada
daerah parakolpos. Kadang-kadang kambuh kembali dan dapat juga
menjadi ganas.
c. Adenosis vagina
Berasal dari sisa saluran paramesonefridikus Muler berupa tumor jinak
vagina, terutama terletak dekat serviks uteri, terdiri dari epitel torak
yang mengeluarkan mucus. Di tempat itu mukosa vagina tampak
merah dan berbintik. Ini disebabkan karena pemberian hormone
estrogen sintesis lain, diberikan pada ibu penderita waktu hamil muda
(sindrom D.E.S). Tumor ini dapat menjadi adenocarcinoma. Diagnosis
ditegakkan dengan kolposkopi yang terlihat sebagai ulserasi di
kemudian dilanjutkan dengan biopsy dan pemeriksaan histopatologi.
2.2.3 TUBA
Tumor tuba uterine dapat berupa neoplasma maupun non neoplasma. Tumor
tuba uterine yang neoplastik jarang seklai ditemukan. Endometriosis yang
sebenarnya bukan neoplasma lebih sering didapat pada tuba, terkadang dikira
ganas. Tuba uterine falopii dan jaringan sekitarnya: Tumor-tumor yang
disebabkan oleh radang.
2.2.4 UTERUS
1. Tumor ektoserviks
a. Kista sisa jaringan embrional: berasal dari saluran mesonefridikus
Wolffi terdapat dinding samping ektoserviks
b. Kista endometriosis: letaknya superficial.
c. Folikel atau kista Naboth: kista retensi kelenjar endoserviks,
biasanya terdapat pada wanita multipara, sebagai penampilan
servisitis. Kista ini jarang mencapai ukuran besar berwarna putih
mengkilap berisi cairan mucus. Kalau kista ini menjadi besar dapat
menyebabkan perasaan nyeri.
d. Papiloma: dapat tunggal maupun multiple seperti kondiloma
akuminata. Kebanyakan papiloma ini adalah sisa epitel yang
terlebih pada trauma bedah maupun persalinan.
e. Hemangioma: jarang terjadi, biasanya terletak superficial, dapat
membesar pada waktu kehamilan, dapat menyebabkan metroragi.
Terapi tumor ektoserviks tergantung pada kelainan ataupun potensi
akan kelainan yang dapat disebabkannya. Umunya bersifat
ekspektatif saja. Kista Nabothi dapat diinsisi, tumor-tumor lain
dapat dilakukan ekstirpasi, kauterisasi dan krioterapi.
2. Tumor endoserviks
Polip: sebetulnya adalah suatu adenoma maupun adenofibroma
yang berasal dari selaput lender endoserviks. Tangkainya dapat
panjang hingga keluar dari vulva. Epitel yang melapisi biasanya adalah
epitel endoserviks yang dapat juga mengalami menjadi lebih semakin
kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis, serta mudah
berdarah. Polip ini berkembang karena pengaruh radang maupun virus.
Harus ditegakkan apakah polip itu suatu adenoma, sarcoma botriodes,
adenokarsinoma serviks atau mioma yang dilahirkan. Polip
endoserviks diangkat dan perlu diperiksa secara histologik.
3. Tumor endometrium
a. Polip endometrium
Sering didapati terutama dengan pemeriksaan histeroskop. Polip
berasal dari:
1) Adenoma, adenofibroma
2) Mioma submukosum
3) Plasenta
b. Adenoma-adenofibroma
Biasanya terjadi dari epitel endometrium dengan stroma
yang sesuai dengan daur haid. Adenoma ini biasanya merupakan
penampilan hyperplasia endometrium, dengan konsistensi lunak
dan berwarna kemerah-merahan. Gangguan yang sering
ditimbulkan adalah metroragi sampai menometroragi, infertilias.
Mempunyai kecenderungan kambuh kembali.
c. Mioma submukosum
Sarang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar dari
uterus menjadi mioma yang dilahirkan. Tumor berkonsistensi
kenyal berwarna putih.
d. Polip plasenta
Berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus maupun
abortus. Pemeriksaan histology memeperlihatkan vili korialis
dalam berbagai tingkat degenerasi yang dilapisi endometrium.
Polip plasenta menyebabkan uterus mengalami subinvolusio yang
menimbulkan perdarahan. Polip endometriosis umumnya diangkat
dengan cara kauterisasi dan bedah laser.
4. Miometrium
Neoplasma ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya. Efek fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen.
Menurut letaknya, mioma dapat kita bagi menjadi:
a. Mioma submukosum: berada id bawah endometrium dan menonjol
ke dalam rongga uterus.
b. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara
serabut miometrium.
c. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus
sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
5. Adenomiosis
Adenomiosis adalah adanya sarang enometriosis di antara serabut
miometrium.
6. Hemangioma
Tumor jinak pembuluh darah ini jarang sekali ditemukan.
Umunya didapatkan secara kebetulan pada pemeriksaan histologik
uterus yang diangkat karena perdarahan. Bentuk histologinya dapat
beraneka ragam.
1. Karsinoma Vulva
a. Epidemiologi
2.32. VAGINA
h. Penanganan
Untuk tingkat klinik 0, dapat dilakukan vaginektomi,
elektrokoterisasi, bedah krio (cryo-surgeri), penggunaan sitostatika topikal
atau sinar laser.Untuk tingkat klinik I dan II dilakukan opersi atau
penyinaran.Operasi pada tumor di bagian atas vagina sama dengan operasi
pada karsinoma serviks uterus,hanya vaginektomi dilakukan lebih
luas(>1/2 puncak vagina harus diangkat),sedang operasi pada bagian
bawah vagina mendekati operasi pada karsinoma vulva.
2.3.3 ADNEKSA
a. Patologi :
Hsu, Taymor, dan Hertig membagi histologik tumor ini dalam 3 jenis
menurut keganasannya:
1) Jenis papiler : tumor belum mencapai otot tuba dan difeensiasi
selnya masih baik, batas daerah normal dengan tumor masih dapat
ditunjukkan.
b. Penyebaran :
Pada umumnya terjadi secara langsung ke alat sekitarnya,
kemudian melalui pembuluh getah bening ke abdomen, leher, daerah
inguinal, vagina, tuba, ovarium dan uterus.
c. Tingkat Klinis Keganasan
Tingkat Kriteria
Klinik
IA Pertumbuhan tumor terbatas pada salah satu tuba; tidak ada
ascites.
1. Tak ditemukan tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
2. Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah atau
kedua-duanya.
IB Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua tuba; tidak ada
asites.
1. Tak ada tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
2. Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah, atau
kedua-duanya.
IC Tumor dari tingkatan klinik 1A dan IB, tetapi ada asites atau
cucian rongga perut positif.
II Pertumbuhan tumor melibatkan satu atau dua tuba, dengan
perluasan ke panggul.
IIA Perluasan proses dan/ atau metastatis ke uterus atau ovarium.
IIB Perluasan proses ke jaringan panggul lainnya.
IIC Tumor dari tingkat klinik IIA atau IIB, tetapi dengan asites
dan/atau cucian rongga perut positif.
III Tumor melibatkan satu atau dua tuba dengan penyebaran
kelenjar limfa intraperitoneal, atau kedua-duanya. Tumor
terbatas pada panggul kecil dengan bukti histologik
penyebaran ke usus halus atau omentum.
IV Pertumbuhan tumor melibatkan salah satu atau kedua tuba
dengan metastasis berjarak jauh. Bilamana didapatkan efusi
pleural, harus ada sitologi positif untuk menyebutnya sebagai
tingkat klinik IV. Begitu pula ditemukannya metastasis
keparenkim hati.
d. Gambaran klinik dan diagnosis
Kanker adalah salah satu keadaan dimana adanya pertumbuhan sel yang
bertambah banyak atau tidak terkendali ( sel mengalami pembelahan terus
menerus ). Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat ditakuti oleh
banyak orang sehingga ada baiknya kita mencegah kanker daripada
mengobatinyauksi manusia, baik pada pria atau wanita, terdiri atas kelenjar –
kelenjar dan saluran – saluran untuk mengalirkan sel kelamin ke tempat
pembuahan dan pembentukan embrio. Seiring usia yang terus bertambah dan
meningkatnya fungsi kerja organ ini yang pada batas usia tertentu akan menurun
fungsi kerja organ ini. Penurunan inilah yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan.
Kanker organ reproduksi sangat jarang dijumpai pada usia 20-an.
Resikonya akan meningkat tajam antara usia 30 - 40 tahun dan akan terus
meningkat disetiap tahapan usia. Artinya adalah wanita usia 70 tahun beresiko
menderita kanker dua kali lebih besar dari pada wanita usia 60 tahun dan sampai
16 kali dari pada mereka berusia 30 tahun. Organ reproduksi yang rawan kanker
adalah kanker indung telur (ovarium), kanker rahim (uterus), kanker leher rahim
(serviks) dan kanker vulva pada alat reproduksi wanita sedangkan pada alat
reproduksi pria yang sering terjadi yaitu kanker testis dan kanker prostat.
2) Patologi
Pertumbuhan tumor prime diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar
yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah,
makan sedikit terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung, nafsu
makan menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga
perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan
ascites.
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan
histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast
(ektodermal, entodermal, dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis
maupun biologis yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis
maupun klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam
masa reproduksi dan 10% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini
dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti ganas
(borderline malignancy atau carcinoma of low-malignant potential) dan
yang jelas ganas (true malignant).
1. Penetapan tingkat klinis keganasan
UICC Kriteria FIGO
T1 Terbatas pada ovarium I
Tia Satu ovarium, tanpa ascites Ia
TIb Kedua ovarium, tanpa ascites Ib
Tic Satu/ dua ovarium, ada ascites Ic
T2 Dengan perluasan ke panggul II
T2a Uterus dan/ atau tuba, tanpa ascites IIa
T2b Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites IIb
T2c Jaringan panggul lainnya, dengan ascites IIc
T3 Perluasan ke usus halus/ omentum dalam III
panggul, atau penyebaran intraperitoneal/
kelenjar retraperitoneal
M1 Penyebaran ke alat-alat jauh IV
2. Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/ tanda yang biasanya muncul
dalam perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut :
a) Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan
infiltrasi ke jaringan sekitar,
b) Gejala diseminasi/ penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi
peritoneal dan bermanifestasi adanya ascites
c) Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi,
maskulinisasi atau hiperestrogenisme, intensitas gejala ini sangat
bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita.
2. Epidemiologi
Usia rata – rata perempuan dengan karsinoma in situ adalah 44 tahun;
untuk karsinoma mikroinvasif adalah 58 tahun dan untuk karsinoma
invasive yang sebenarnya adalah 61 tahun. (Price,2005;1299) Wanita kulit
putih lebih banyak yang terserang disbanding wanita nonkulit putih.
Karsinoma sel skuamosa menyebabkan sebagian besar tumor vulva. Angka
kejadiannya lebih tinggi pada wanita hipertensi, obesitas dan diabetes.
(Smeltzer,2002;1565)
Merokok
Virus HIV menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh
sehingga lebih mudah mengalami infeksi HPV menahun
Golongan sosial-ekonomi rendah. Hal ini berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam membiayai diri ke pelayanan kesehatan
4. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari kanker vulva adalah :
Karsinoma in situ (karsinoma dengan lesi intraepitel vulva)
Karsinoma vulva invasif
(Price,2005;1299)
Menurut sistem FIGO, kanker vulva dapat dibedakan menurut stadium
yaitu:
Tabel 1. Stadium kanker vulva
STADIUM MANIFESTASI
0 Kanker hanya ditemukan di permukaan vulva
I Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum
(daerah antara rektum dan vagina). Ukuran tumor
sebesar 2 cm atau kurang dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening
IA Kanker stadium I yang telah menyusup sampai
kedalaman kurang dari 1 mm
IB Kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam
dari 1 mm
II Kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu,
dengan ukuran lebih besar dari 2 cm tetapi belum
menyebar ke kelenjar getah bening
III Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum
serta telah menyebar ke jaringan terdekat (misalnya
uretra, vagina, anus) dan / atau telah menyebar ke
kelenjar getah bening selangkangan terdekat.
IVA Kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat,
yaitu ke uretra bagian atas, kandung kemih, rektum
atau tulang panggul, atau telah menyebar ke
kelenjar getah bening kiri dan kanan
IVB Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
dalam panggul dan / atau ke organ tubuh yang jauh.
5. Gejala Klinis
Gejala klinis dari kanker vulva adalah :
Pruritus lama (gejala utama kanker vulva)
Perdarahan
Rabas berbau busuk
Nyeri juga terkadang dapat timbul
Terdapat lesi awal yang tampak sebagai dermatitis kronis kemudian
dapat ditemukan pertumbuhan benjolan yang terus tumbuh dan
menjadi keras, mengalami ulserasi seperti bunga kol (Smeltzer,
2002;1565)
7. Pemeriksaan Penunjang
Pulasan Pap pada serviks (Pap Smear)
Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim
yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan
pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan
dengan mikroskop.
Pemeriksaan bimanual
Sistoskopi
Proktoskopi
Pemeriksaan foto thorak
9. Kemungkinan Komplikasi
Infeksi luka dan sepsis
Trombosis vena profunda
Hemoragi
(Smeltzer,2002;1566)
11. Pencegahan
Adapun cara pencegahan terkena kanker vulva adalah :
Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan
Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif.
2) Penyebab
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya
penyakit ini melibatkan peningkatan kadar estrogen.Salah satu fungsi
estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel
pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan
percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan
kanker.
Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki faktor
resiko tertentu. (faktor resiko adalah sesuatu yang menyebabkan
bertambahnya kemungkinan seseorang untuk menderita suatu
penyakit).Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu menderita
kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak
memiliki faktor resiko. Kadang tidak dapat dijelaskan mengapa
seorang wanita menderita kanker rahim sedangkan wanita yang
lainnya tidak.
3) Faktor resiko
a) Usia Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun
keatas.
b) Hiperplasia endometrium
c) Terapi Sulih Hormon (TSH)
d) TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause,
mencegah osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung
atau stroke. Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa
progesteron memiliki resiko yang lebih tinggi. Pemakaian
estrogen dosis tinggi dan jangka panjang tampaknya
mempertinggi resiko ini.Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan
progesteron memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron
melindungi rahim.
e) Obesitas
Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak
sehingga wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih
tinggi. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab
meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita obes.
f) Diabetes (kencing manis)
g) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
h) Tamoksifen
Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau
mengobati kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi.
Resiko ini tampaknya berhubungan dengan efek tamoksifen yang
menyerupai estrogen terhadap rahim. Keuntungan yang diperoleh
dari tamoksifen lebih besar daripada resiko terjadinya kanker lain,
tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang berlainan.
i) Ras
Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.
j) Kanker kolorektal
k) Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun
l) Menopause setelah usia 52 tahun
m) Tidak memiliki anak
n) Kemandulan
o) Penyakit ovarium polikista
p) Polip endometrium.
4) Gejala
Gejala kanker rahim tidak spesifik. Studi terbaru menunjukkan bahwa
penderita kanker rahim biasanya mengalami gejala berikut ini secara
menetap:
a) tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau kembung)
b) Perasaan ingin buang air kecil terus menerus
Gejala lainnya meliputi:
a) Gangguan pencernaan yang menetap (gas atau mual)
b) Perubahan kebiasaan BAB tanpa alasan jelas, seperti sembelit
c) Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
d) Lemas & letih lesu yang berkelanjutan
e) Sakit pada daerah sekitar pinggang/panggul
f) Perubahan dalam siklus menstruasi
g) Perdarahan rahim yang abnormal
h) Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih
mengalami menstruasi)
i) Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
j) Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang
berusia diatas 40 tahun)
k) Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
l) Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca
menopause)
m) Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
n) Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
5) Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan panggul
b) Pap smear
c) USG transvagina
d) Biopsi endometrium.
Untuk membantu menentukan stadium atau penyebaran kanker,
dilakukan pemeriksaan berikut:
a) Pemeriksaan darah lengkap
b) Pemeriksaan air kemih
c) Rontgen dada
d) CT scan tulang dan hati
e) Sigmoidoskopi
f) Limfangiografi
g) Kolonoskopi
h) Sistoskopi.
Perawat mempunyai tugas menegakkan diagnosis dini kanker
rahim dengan :
a) Melakukan KIE dan Motivasi tentang gejala klinik stadium awal
(1) Beser putih atau bercampur darah
(2) Perdarahan mendadak/sedikit setelah menopause
(3) Terjadi sesak di bagian bawah abdomen
b) Melakukan pemeriksaan sederhana ;
(1) Pengambilan pap smear
(2) Pemeriksaan dalam untuk menilai rahim
c) Merujuk penderita untuk menegakkan diagnisa pasti
6) Penatalaksanaan
Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium,
pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan
pertumbuhan tumor serta usia dan keadaan umum penderita.
a) Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan
rahim). Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-
ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor bisa menyebar ke
ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin
tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang
dihasilkan oleh ovarium. .
b) Terapi penyinaran (radiasi)
Digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel
kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan
terapi penyinaran dan pembedahan. Penyinaran bisa dilakukan
sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau
setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).
c) Kemoterapi
Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah
sampainya hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon
oleh sel kanker. Hormon bisa menempel pada reseptor hormon dan
menyebabkan perubahan di dalam jaringan rahim. Sebelum
dilakukan terapi hormon, penderita menjalani tes reseptor hormon.
Jika jaringan memiliki reseptor, maka kemungkinan besar penderita
akan memberikan respon terhadap terapi hormonal. Terapi hormonal
merupakan terapi sistemik karena bisa mempengaruhi sel-sel di
seluruh tubuh. Pada terapi hormonal biasanya digunakan pil
progesteron.
d) Terapi hormonal dilakukan pada:
(1) Penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani
pembedahan ataupun terapi penyinaran
(2) Penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau
organ tubuh lainnya
(3) Penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh.
(4) Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon
terhadap terapi hormonal, maka diberikan obat kemoterapi
lain, yaitu siklofosfamid, doksorubisin dan sisplastin.
1. Definisi
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang
abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau
mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau
sekarang dalam status sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang
belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.
Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling
banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil
wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor
risikonya.
2. Etiologi
Jumlah perkawinan
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.
Sosial Ekonomi
3. Patologi
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan
intraepitel, berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker
serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif
biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang
dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif. Berdasarkan
karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh
adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah
onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan tumor
supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis,
dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna,
sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor
yang diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun
kanker invasive berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua
perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami
regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
4. Klasifikasi
Tingkat Kriteria
5. Manifestasi Klinis
Keputihan
Perdarahan
Nyeri
6. Pemeriksaan Diagnostik
Sitologi/pap smear
Schillentest
Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan
lampu dan dibesarkan 10-40x.
Kolpomikroskopi
Biopsi
1. Konisasi
7. Penatalaksanaan
Irradiasi
a. Dapat dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
f. Operasi
3) Kombinasi
Cytostatika
3.2 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna jadi untuk kesempurnaan makalah ini
penulis meminta saran dan kritikan dari para pembaca.