Disusun Oleh :
aneurisma
perdarahan
arachnoid /ventrikel
Hematoma Cerebral
PTIK/Herniasi cerebral
ketidakefektifan
pola nafas area grocca
kerusakan fungsi N.
VII dan N. XII
hambatan
komunikasi verbal
Resiko aspirasi resiko trauma resiko jatuh
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri.
2) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3) CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
4) MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi
dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik
dalam jaringan otak.
6) Pemeriksaan laboratorium
Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari
pertama.
Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
a. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central
jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa
diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan
sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan
aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia
(irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c. Pengobatan
Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
d. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga
menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi
umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat
dipertahankan.
9. Fokus Pengkajian
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
b. Pengkajian Fokus:
1) Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,
hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2) Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia. Dan hipertensi arterial.
3) Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
4) Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine,
anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang.
5) Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan,
dysfagia
6) Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian
ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
7) Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka
8) Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara
nafas, whezing, ronchi.
9) Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai
ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu
mengambil keputusan.
10) Interaksi social
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
10. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a) Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak terhambat
b) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi ke otak
c) Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting
berhubungan kerusakan neurovaskuler
d) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler
e) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
fisik
f) Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
g) Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaranPola nafas
tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
5. Berikan manajemen
tekanan
a. Monitor kulit adanya
kemerahan dan pecah-
pecah
b. Beri pelembab pada
kulit yang kering dan
pecah-pecah
c. Jaga sprei dalam
keadaan bersih dan
kering
d. Monitor aktivitas dan
mobilitas klien
b. - Beri bedak atau
kamper spritus pada
area yang tertekan
6 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan tindakan perawatan, Aspiration Control
berhubungan diharapkan tidak terjadi aspirasi pada pasien Management :
dengan penurunan dengan kriteria hasil : a. Monitor tingkat
tingkat kesadaran o Dapat bernafas dengan mudah,frekuensi kesadaran, reflek batuk
pernafasan normal dankemampuan menelan
o Mampu menelan,mengunyah tanpa terjadi b. Pelihara jalan nafas
aspirasi c. Lakukan saction bila
diperlukan
d. Haluskan makanan yang
akan diberikan
e. Haluskan obat sebelum
pemberian
7 Resiko Injuri Setelah dilakukan tindakan perawatan, Risk Control Injury
berhubungan diharapkan tidak terjadi trauma pada pasien a. menyediakan lingkungan
dengan penurunan dengan kriteria hasil: yang aman bagi pasien
tingkat kesadaran o bebas dari cedera b. memberikan informasi
o mampu menjelaskan factor resiko dari mengenai cara mencegah
lingkungan dan cara untuk mencegah cedera
cedera c. memberikan penerangan
o menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yang cukup
d. menganjurkan keluarga
untuk selalu menemani
pasien
8 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan perawatan, Respiratori Status
efektif diharapkan pola nafas pasien efektif dengan Management
berhubungan kriteria hasil : - Pertahankan jalan nafas
dengan penurunan o Menujukkan jalan nafas paten ( tidak yang paten
kesadaran merasa tercekik, irama nafas normal, a. Observasi tanda-tanda
frekuensi nafas normal,tidak ada suara hipoventilasi
nafas tambahan b. Berikan terapi O2
o Tanda-tanda vital dalam batas normal c. Dengarkan adanya
kelainan suara
tambahan
d. Monitor vital sign
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba MedikaKumar V, Cotran RS, Robbins SL.
Buku ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2007
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih. Jakarta: EGC