OHSAS 18001/SMK3
KELOMPOK 5
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan kerja mempunyai tujuan yang sangat luas karena menyangkut kehidupan
manusia yang juga menyangkut kesehatan kerja tenaga kerja. Dimana tenaga kerja bekerja tidak
hanya di atas tanah, di dalam tanah, di laut dan di udara, baik yang bersifat kecil maupun besar, oleh
karenanya tenaga kerja atau manusia membutuhkan terus menerus keselamatan dan kesehatan kerja.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka keselamatan dan kesehatan kerja dapat dirumuskan
h. mencegah pemborosan tenaga manusia, modal, alat produksi dan waktu kerja,
i. menjamin ruangan kerja yang aman, nyaman, sehat dan suasana kerja yang baik,
Pada awal tahun 1980-an, untuk mendorong lahirnya berbagai konsep safety management, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai ditempatkan setara dengan unsur lain
dalam perusahaan atau organisasi. Kemudian berkembang beberapa konsep safety management di
berbagai bidang industri. Di Indonesia sendiri diperkenalkan konsep Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan (SMK3) yang dikeluarkan oleh DEPNAKER (Departemen Tenaga Kerja) Republik
Indonesia pada tahun 1996.
SMK3 bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif. Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produkatif.
2. Memberikan pengetahuan tentang OHSAS 18001 pada Sistem Manajemen Keselamatan dan
Keselamatan Kerja (K3). OHSAS 18001 yang terbaru diterbitkan pada tahun 2007 dan menggantikan
OHSAS 18001:1999. OHSAS 18001 dimaksudkan untuk mengelola aspek K3 daripada keamanan
produk. Terdapat revisi definisi dan penambahan definisi baru pada istilah-istilah dasar Keselamatan
dan Kesehatan Kerja terdapat pada OHSAS 18001:2007 yang membedakan dari versi sebelumnya
(OHSAS 18001:1999), seperti mengganti istilah “risiko yang dapat ditoleransi” diganti menjadi
“risiko yang dapat diterima”, makna kecelakaan dimasukkan dalam definisi insiden, definisi potensi
bahaya tidak lagi mencakup kerusakan properti atau kerusakan lingkungan di tempat kerja,
a. Melakukan penilaian diri sendiri dan mendeklarasikan diri sendiri (sesuai dengan standar
OHSAS ini)
b. Mendapat pengakuran kesesuaian (dengan standar OHSAS ini) dari pihak-pihak yang
berkepentingan seperti pelanggan.
c. Mendapat pengakuan untuk menguatkan deklarasi (point a) dari pihak ketiga.
d. Mendapatkan sertifikat sistem manajemen K3
Standar OHSAS ini dimaksudkan untuk hanya mencakup kesehatan dan keselamatan kerja,
dan tidak dimaksudkan untuk mencakup area lain seperti program kesehatan karyawan (asuransi dan
sebagainya), keamanan produk, kerusakan properti dan dampak lingkungan.
Seri persyaratan penilaian keselamatan dan keselamatan kerja ini memuat persyaratan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) agar organisasi mampu mengendalikan resiko-
resiko K3 dan dapat meningkatkan kinerja K3 nya. Persyaratan ini tidak secara khusus
menyatakan kriterira kinerja K3 (yang harus dipenuhi), juga tidak memberikan spesifikasi detil
tentang sistem manajemen.
Beberapa standar yang memberikan informasi atau panduan yang berkaitan dengan stndar
OHSAS 18001 ini:
Berikut ini adalah Istilah yang definisi yang berlaku yang digukan dalam dokumen OHSAS
18001 ini :
Resiko yang telah diturunkan hingga mencapai tingkat yang dapat ditoleransi dengan
mempertimbangkan peraturan legal dan kebijakan organisasi K3.
3.2 Audit
Proses sistematik, independen dan terdokumentasi unutk memperleh bukti audit dan
mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit terpenuhi.
Catatan 1: Independen tidak berarti harus pihak dari luar organisasi. Dalam banyak kasus,
khususnya di organisasi kecil, independensi dapat berarti bebas dari tanggung jawab terhadap
aktifitas yang diaudit.
Catatan 2: Untuk panduan lebih lanjut tentang bukti audit dan kriteria audit, lihat ISO 19011.
Catatan 1 Proses Peningkatan tidak perlu dilakukan di semua area secara bersamaan.
3.5 Dokumen
Catatan: Media dapat berupa kerjtas, magnetik, CD, foto atau sample master atau
kombiasi dari hal hal tersebut.
3.6 Bahaya (hazard)
Sumber, situasi, tindakan yang potensial menimbulkan cedera atau penyakit atau
kombinasi keduanya terhadap manusia.
3.8 Penyakit
Kondisi fisik atau mental yang memburuk yang dapat diketahui yang muncul dari
dan/atau diperburuk oleh aktifitas dalam pekerjaan dan/atau situasi yang berhubungan dengan
pekerjaan.
3.9 Insiden
Kejadian terkait dengan pekerjaan dimana terjadi atau dapat saja terjadi cidera atau
penyakit (terlepas dari tingkat bahayanya) atau terjadinya kematian.
Catatan 1: Kecelakaan (accident) adalah insiden yang menyebabkan cidera, penyakit atau
kematian.
Catatan 2: Suatu insiden yang tidak menyebabkan cidera, penyakit atau kematian dapat disebut
nyaris terjadi (near miss), nyaris terkena (near hit, near call) atau kejadian berbahaya.
Individu atau kelompok, di dalam dan diluar lokasi kerja yang berkepentingan atau
yang dipengaruhi oleh kinerja K3 organisasi.
3.11 Ketidaksesuaian
Catatan: Organisasi dapat terkena persyaratan legal tentang kesehatan dan keselamatan orang
diluar tempat kerja langsung, atau yang terkena dampak dan aktifitas di tempat kerja.
Catatan1: Sistem manajemen adalah sekumpulan elemen yang berkaitan yang digunakan untuk
menetapkan kebijakan dan sasaran dan untuk mencapai sasaran tersebut.
3.14 Sasaran K3
Catatan 2: Klausul 4.3.3 mensyaratkan bahwa sasaran K3 konsisten dengan kebijakan K3.
3.15 Kinerja K3
Catatan 1: Pengukuran Kinerja K3 mencakup pengukuran dan efektifitas dari pengendalian yang
dilakukan organisasi.
Catatan 2:Dalam konteks sistem manajemen K3, hasil dapat diukur terhadap kebijakan K3,
Sasaran K3 dan persyaratan kinerja K3 yang lain.
3.16 Kebijakan K3
Arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi terkait dengan kinerja K3 dan secara
formal diungkapkan oleh manajemen puncak.
Catatan1: Kebijakan K3 memberi kerangka untuk melakukan tindakan dan untuk menetapkan
sasaran K3.
3.17 Organisasi
Catatan: Untuk organisasi dengan lebih dari satu unit operasi, unit operasi tunggal dapat disebut
sebagai organisasi.
Catatan 2: Tindakan pencegahan diambil untuk mencegah terjadinya suatu kejadian (yang belum
terjadi) sedang tindakan koreksi diambil untuk mencegah terulangnya kejadian (yang sudah
terlanjur terjadi).
3.19 Prosedur
3.20 Catatan
Dokumen yang yang menggambarkan hasil yang dicapai dari aktifitas yang dilakukan
atau menggambarkan bukti dari aktifitas yang dilakukan.
3.21 Resiko
Kombinasi dari tingkat kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang berbahaya atau
yang mengakibatkan bahaya dan tingkat keparahan dari cedera atau penyakit yang diakibatkan.
Proses untuk mengavaluasi resiko yang muncul dari suatu bahaya, dengan
mempertimbangkan kelayakan kontrol yang ada, dan memutuskan apakah resiko tersebut dapat
diterima atau tidak.
Suatu lokasi fisik dimana aktifitas terkait dengan pekerjaan dilakukan dibawah kontrol
organisasi.
Catatan: Untuk menentukan mana yang termasuk ‘area kerja', organisasi perlu
mempertimbangkan dampak K3 terhadap personil yang, misalnya, melakukan perjalanan atau
transit (mengemudi, melakukan perjalan dengan pesawat terbang, kapal laut ataupun kerena),
bekerja di tempat klien atau pelanggan, bekerja dirumah.
4.2 Kebijakan K3
a. Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 yang ada di organisasinya masing-masing
b. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan dan berkurangnya kesehatan secara
berkelanjutan meningkatkan sistem manajemen K3 dan kinerja K3.
c. Mencakup komitmen untuk paling tidak sesuai persyaratan legal yang berlakudan dengan
persyaratan lain
d. Memberi kerangka untuk penetapan dan peninjauan sasaran K3;
e. Di dokumentasikan, diterapkan dan dipelihara
f. Di komunikasikan ke semua orang yang bekerja dibawah kontrol organisasi agar mereka
menyadari kewajiban individual mereka terkait K3;
g. Terbuka bagi pihak-pihak yang berkepentingan; dan
h. Di tinjau secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih relevan dan
tepat bagi organisasi
4.3 Perencanaan
Catatan 1: Lebih tepat bila bahaya seperti diatas dinilai sebagai aspek lingkungan.
f. Infrastruktur, peralatan dan material di lokasi kerja, baik yang dihasilkan oleh organisasi
maupun oleh pihak lain;
g. Perubahan-perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi, aktifitas atau material.
h. Perubahan dari sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan akibat dari
perubahan tersebut bagi operasi, proses dan aktifitas;
i. Semua persyaratan legal terkait dengan penilaian resiko dan penerapan kontrol yang
diperlukan;
j. Rancangan area kerja, proses, instalasi, peralatan, prosedur operasional dan pengaturan
kerja, termasuk penyesuaiannya dengan kemampuan manusia
a. Ditentukan lingkupnya, sifatnya, waktunya untuk menjamin agar identifikasi bahaya dan
penilaian resiko dilakukan secara pro-aktif, bukan reactif; dan
b. Memberi panduan untuk identifikasi, prioritasisasi dan dokumentasi resiko, dan
penerapan kontrol dengan layak.
Untuk mengatur perubahan, organisasi harus mengidentifikasi bahaya K3 dan resiko K3 yang
berhubungan dangan perubahan-perubahan dalam organisasi, sistem manajemen atau aktifitas
sebelum perbuahan-perubahan tersebut diberlakukan.
Organisasi harus menjamin bahwa hasil dari penilaian dipertimbangkan dalam menentukan
kontrol.
Ketika menentukan kontrol, atau ingin merubah kontral yang sudah ada, harus
dipertimbangkan untuk menurunkan resiko menurut hirarki sebagai berikut:
a. Penghilangan
b. Penggantian
c. Kontrol secara teknis
d. Pemberian tanda dan/atau kontrol administatif
e. Pemakaian peralatan pelindung
Organisasi harus mendokumentasikan hasil dari identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
kontrol yang ditentukan dan menjaga dokumentasi tersebut tetap up-to-date.
Organisasi harus menjamin agar resiko K3 dan kontrol yang telah ditentukan dipertimbangkan
dalam menngembangkan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen K3.
Catatan 2: Untuk panduan lebih lanjut mengenai identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
penentuan kontrol, lihat OHSAS 18002.
Sasaran harus terukur, sejauh memungkinkan, dan konsisten dengan kebijakan K3,
termasuk komitmen untuk mencegah terjadinya luka atau masalah kesehatan, untuk sesuai
dengan persyaratan legal dan persyaratan lainnya yang berlaku dan untuk peningkatan
berkelanjutan.
Manajemen puncak harus mengambil tanggung jawab tertinggi untuk K3 dan sistem
manajemen K3.
Catatan 1: Sumber daya mencakup sumber daya manusia dan skil khusus, infrastruktur,
teknologi dan finansial.
Organisasi harus menunjuk anggota dan manajemen puncak dengan tanggung khusus
untuk K3, yang mempunyai peranan dan tangung jawab untuk (diluar tanggung jawab
lainnya):
Catatan 2: Manajemen puncak yang ditunjuk (dalam organisasi besar, misalnya, anggota
komite eksekutif atau dewan eksekuit) dapat mendelegasikan tugas-tugas mereka kepada
wakil manajemen di bawah mereka dengan tetap mempertahankan akuntabilitas.
Identitas dari manajemen puncak yang ditunjuk harus dapat diketahui oleh semua orang
yang bekerja di bawah kontrol organisasi.
Semua yang mempunyai tanggung jawab manajemen harus menunjukkna komitmen
mereka untuk peningkatan secara berkelanjutan kinera K3.
Organisasi harus menjamin agar orang-orang di lokasi kerja mengambil tanggung jawab
terhadap aspek-aspek K3 yang berada dalam kontrol mereka dan taat kepada persyaratan-
persyaratan K3 yang berlaku.
Organisasi harus menjamin agar semua orang yang bekerja di bawah kontrol organisasi,
yang melakukan pekerjaan yang dapat berdampak kepada K3 adalah orang-orang yang
berkompeten dilihat dari pendidikan, pelatihan atau pengalaman. Organisasi harus
menyimpan catatan-catatan terkait kompetensi tersebut.
a. Konsekuensi K3, baik aktual maupun potensial dari aktifitas dan perilaku mereka dan
keuntungan yang diperoleh dari peningkatan kinerja personal.
b. Peranan dan tanggung jawab serta pentingnya mencakai kesesuaian dengan kebijakan dan
prosedur-prosedur K3 dan dengan persyaratan-persyaratan sistem manajemen K3,
termasuk persyaratan mengenai kesiapan dan tanggap darurat.
c. Konsekuensi potensial bila mengabaikan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
4.4.3.1 Komunikasi
Keterlibatan yang cukup dalam identifikasi bahaya, penilaian resiko dan dalam
penetapan kontrol
Keterlibatan yang cukup dalam investigasi kecelakaan
Keterlibatan dalam pengembangan dan peninjauan kebijakan dan sasaran K3.
Konsultasi bila ada perubahan-perubahan yang mempengaruhi K3 mereka
Keterwakilan dalam urusan-urusan menyangkut K3
mempengaruhi K3 mereka.
Organisasi harus menjamin bahwa, bila dianggap perlu, pihak-pihak luar yang
berkepentingan dan relevan dikonsultasikan mengenai hal-hal terkait dengan K3.
4.4.4 Dokumentasi
dokumennya.
perencanaan, operasi dan kontrol proses yang efektif terkait dengan manajemen dan
resiko K3.
Catatan: Penting sekali bahwa dokumentasi proporsional dengan kompleksitas, bahaya dan
resiko yang ada, dan dijaga agar minimal, seperlunya untuk efektifitas dan efisiensi.
Dokumen yang diperlukan oleh sistem manajemen K3 dan oleh standar OHSAS ini harus
dikontrol. Catatan adalah type khusus dokumen dan harus dikontrol sesuai dengan klausul 4.5.4.
c. Menjamin bahwa perubahan dan status revisi terbaru dokumen teridentifikasi (diketahui)
d. Menjamin bahwa versi yang relevandari dokumen yang berlaku tersedia di lokasi
penggunaan
e. Menjamin bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan dikenali dengan mudah
f. Menjamin bahwa dokumen yang berasal dari luar, yang ditentukan oleh organisasi perlu
untuk perencanaan dan operasi sistem manajemen K3-nya, diidentifikasi dan distribusinya
dikontrol
Organisasi harus menentukan operasi dan aktifitas yang terkait dengan bahaya-bahaya yang telah
teridentifiasi,. Semua operasi dan aktifitas tersebut memerlukan kontrol untuk penanganan resiko
K3. Perubahan-perubahan terhadap aktifitas dan operasi tersebut juga harus diatur.
Untuk operasi dan aktifitas tersebut, organisasi harus menerapkan dan memelihara:
e. Kriteria operasi, bila dianggap bahwa ketiadaan kriteria dapat membuat penyimpangan
terhadap kebijakan dan sasaran K3.
Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat aktual dan mencegah atau mengurangi
Konsekuensi K3 yang merugikan.
Organisasi juga harus menguji prosedur tanggap darurat secara berkalai dengan, bila
memungkinkan, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan.
Organisasi harus meninjau prosedur tersebut secara berkala dan melakukan perubahan-
perubahan bila diperlukan, khususnya setelah pengujian prosedur dan setelah terjadinya situasi
darurat (lihat 4.5.3)
4.5 Pemeriksaan
d. Ukuran kinerja yang bersifat proaktif yang memantau kesesuaian dengan program-program
K3, kontrol dan kriteria operasional
e. Ukuran kinerja yang bersifat reaktif yang memantau kondisi kesehatan yang buruk, insiden
(termasuk kecelakaan dan ‘nyaris kecelakaan', dll.) dan bukti-bukti historis lain tentang kurang
baiknya kinerja K3
f. Pencatatan data dan hasil dari pemantauan dan pengukuran yang cukup untuk dijadikan
bahan analisa tindakan koreksi dan pencegahan selanjutnya.
Jika diperlukan peralatan untuk melakukan pemantauan atau pengukuran kinerja, organisasi
harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengkalibras dan memelihara peralatan
tersebut dengan layak. Catatan kalibrasi dan pemeliharaan dan hasilnya harus disimpan.
4.5.2.1 Konsistem dengan komitmen organisasi untuk sesuai dengan persyaratan legal dan
persyaratan lian terkait K3, organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk mengevaluasi kesesuaian dengan persyaratan legal K3 secara berkala (lihat 4.3.2)
Catatan: frekwensi evaluasi dapat berbeda-beda untuk setiap perayratan legal K3.
4.5.2.2 Organisasi harus mengevaluasi kesesuaian dengan persyaratan K3 lain yang berlaku bagi
organisai (lihat 4.3.2). Organisasi dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kesesuaian
terhadap persyaratan legal yang disebut dalam klausul 4.5.2.1 atau membuat prosedur yang
terpisah.
a. Menentukan ketidaklayakan K3 yang menjadi penyebab dan faktor lain yang dapat
menyebabkan atau memberi kontribusi terjadinya insiden.
Setiap kebutuhan tindakan koreksi atau peluang untuk tindakan pencegahan harus ditangani
sesuai dengan klausul 4.5.3.2
Bila dalam tindakan koreksi dan tindakan pencegahan teridentifikasi adanya bahaya baru atau
bahaya yang berubah atau dibutuhkan kontrol baru atau perubahan kontrol, prosedur harus
mensyaratkan agar penilaian resiko dilakukan sebelum tindakan diterapkan.
Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan yang diambil untuk menhilangkan penyebab dari
ketidaksesuaian aktuan dan potensial harus layak sesuai dengan tingkat permasalahan dan
sepadan dengan resiko K3 yang dihadapi.
Organisasi harus menjamin agar setiap perubahan yang terjadi karena dilakukannya tindakan
koreksi dan tindakan pencegahan disertai dengan perubahan dokumentasi sistem manajemen K3
yang diperlukan.
Catatan harus dijaga agar tetap dapat terbaca, dapat diidentifikasi dan ditelusuri.
Organisasi harus menjamin agar audit internal terhadap sistem manajemen K3 dilakukan berkala
dan terencana untuk:
a. Sesuai dengan pengaturan sistem K3 yang telah direncanakan dan dengan persyaratan
standar OHSAS ini.
a. Tanggung jawab, kompetensi dan syarat-syarat dalam perencanaan dan pelaksanaan audit,
pelaporan hasil audit dan penyimpanan catatan terkait.
Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus menjamin objektifitas dan impartiality (tidak
berat sebelah) proses audit.
Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen K3 pada interval yang terencana, untuk
menjamin kecocokan sistem, kelayakan dan efektifitas. Peninjauan harus mencakup penilaian
peluang untuk peningkatan dan kebutuhan perubahan sistem manajemenK3, termasuk kebijakan
K3 dansasaran K3. Catatan tinjauan manajemen harus dipelihara.
a. Hasil audit internal dan hasil dari evaluasi kesesuaian dengan persyaratan legal dan
persyaratan lain yang berlaku.
d. Kinerja K3 organisasi,
h. Hal-hal yang berubah, termasuk perkembangan persyaratan legal dan persyaratan lain
terkait K3, dan
i. Usulan-usulan untuk peningkatan
Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan komitmen organisasi untuk peningkatan
berkelanjutan dan harus mencakup keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan terkait
kemungkinan perubahan dalam hal:
a. Kinerja K3,
c. Sumberdaya, dan
Hasil yang relevan dari tinjauan manajemen harus tersedia (dapat diakses) untuk proses
komunikasi dan konsultasi
2. Membentuk team
Ada banyak pekerjaan dalam pengembangan sistem manajemen keselamatan yang perlu
dilakukan bersama-sama. Misalnya, dalam mengidentifikasi proses-proses yang dilakukan
organisasi, dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko bahaya, menentukan
pengendalian dan sebagainya. Aktifitas-aktifitas tersebut membutuhkan pengetahuan dan
pertimbangan dari beberapa pihak. Itulah perlunya team. Anggota team paling tidak
merepresentasikan semua fungsi dalam organisasi, perwakilan pihak manajemen dan juga
perwakilan dari karyawan . Baik sekali bila juga melibatkan serikat pekerja.
3. Pelatihan dasar
Pelatihan dasar perlu diberikan pada team untuk membekali mereka dalam tugas-tugas
selanjutnya terkait pengembangan sistem manajemen K3. Paling tidak, team harus dibekali
dengan pemahaman yang baik tentang persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam
OHSAS-18001, metoda-metoda dalam identifikasi dan penilaian resiko bahaya, aspek-aspek
keselamatan yang relevan dengan aktifitas organisasi.
Metoda-metoda lain yang dapat digunakan dalam menilai resiko suatu bahaya:
What-if Analysis
HAZOP (Hazard and Operability Study)
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
FTA (Fault Tree Analysis)
ETA (Event Tree Analysis
dan sebagainya.
5. Menetapkan pengendalian operasional.
Setelah mengetahui tingkat resiko dari setiap bahaya yang teridentifikasi, selanjutnya adalah
menetapkan bagaimana cara pengendalian resiko.Tentu, prioritas harus diberikan kepada
bahaya dengan tingkat resiko tinggi. Itulah gunalah penilaian resiko: menentukan prioritas.
Sejauh memungkinkan, cara pengendalian yang harus dipilih adalah menghilangkan resiko.
Pilihan terakhir adalah penggunaan peralatan-peralatan pengaman. Perlu diingat bahwa
pilihan 'menghilangkan resiko' selalu terkait dengan perubahan suatu aktifitas, entah cara
kerja, entah disain mesin / peralatan, entah material. Pilihan ini tentu wajib melibatkan pihak-
pihak yang berkompeten dalam perancangan proses.
8. Menyediakan infrastruktur dan teknologi yang diperlukan untuk penerapan sistem manajemen
K3.
Fokus tentu saja harus diberikan pada sumber daya yang diperlukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan, berdasarkan tingkat resiko bahaya yang ada.
Masalah keselamatan adalah tanggung jawab semua pihak. Top level management
memberikan komitmen dan sumber daya, tetapi yang menjalankan sistem adalah karyawan di
semua tingkatan. Tanggung jawab dan wewenang diperlukan agar setiap fungsi memahami
dengan jelas apa yang menjadi tanggung jawabnya terkait dengan K3.
Contoh tanggung jawab terkait K3:
Manager:
10. Mengembangkan kompetensi yang diperlukan personil, baik lewat pelatihan ataupun cara lain
Kompetensi apa yang dibutuhkan?
Pengetahuan dasar tentang sistem manajemen K3, khususnya untuk team yang
merancang sistem.
Pengetahuan dan skill untuk mengidentifikasi dan menilai resiko dari bahaya, untuk
team yang bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan ini.
Pengetahuan tentang aspek-aspek keselamatan yang spesifik yang sesuai dengan
aktifitas yang ada dalam organisasi. Misalanya, aktifitas yang melibatkan bahan-bahan
berbahaya dan beracun, aktifitas transportasi, aktifitas di ketinggian (umumnya untuk
organisasi jasa konstruksi) dan banyak lagi lainnya aktifitas yang spesifik.
Pengetahuan dan skill untuk melakukan pekerjaan yang mempunyai resiko bahaya,
sesuai dengan prosedur atau kontrol operasional yang ditetapkan, untuk personil yang
melakukan pekerjaan tersebut.
Pengetahuan dan skill untuk penanggulangan kondisi darurat
Pengetahuan tentang persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku, untuk satu atau
beberapa orang yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan-
persyaratan tersebut.
11. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengembangkan kesadaran K3.
Persyaratan ini similar dengan ISO-14001 (terkait prosedur pengembangan kesadaran
lingkungan). Dalam ISO-9001 juga ada persyaratan demikian tetapi tidak mencantumkan
kebutuhan adanya prosedur. Membangun kesadaran selalu penting tapi bukanlah pekerjaan
yang mudah. Membangun kesadaran berarti merubah apa yang ada dalam kepala orang.
Tadinya orang percaya bahwa A adalah benar, kita ingin agar kepercayaannya berubah: B lah
yang benar. Atau, tadinya orang tidak terlalu percaya bahwa B adalah penting, kita ingin
mereka percaya bahwa B benar-benar penting. Kepercayaan atau belief inilah yang akhirnya
akan melahirkan kecenderungan perilaku. Bukanlah pekerjaan yang mudah untuk
membangun kesadaran dan sebetulnya tidak dapat dicakup dalam sebuah prosedur. Yang bisa
dilakukan oleh organisasi adalah menentukan berbagai upaya yang dapat menstimulir
berkembangnya kesadaran tentang pentingnya K3. Poster, penyebaran informasi perlu untuk
'mengenalkan' dan mengingatkan. Pelatihan dan briefing-briefing perlu sebagai alat rational
persuation. Keterlibatan karyawan dalam beberapa bagian pekerjaan perencanaan aturan juga
perlu untuk membangkitkan rasa tanggung jawab yang muncul dari dalam diri sendiri. Dan
yang tidak kalah penting, adalah keteladanan. Sangat tidak mungkin bila, misalnya, seorang
manajer ingin membangun kepercayaan karyawan akan pentingnya K3 sementara dia sendiri
tidak menganggapnya penting.
12. Menetapkan dan menerapkan prosedur komunikasi internal dan eksternal terkait K3
Persyaratan ini similar dengan apa yang ada dalam ISO-14001. Organisasi harus menentukan
cara-cara untuk mengkomunikasikan hal-hal terkait K3 ke internal organisasi. Misalnya,
penggunaan bulletion board, atau newsletter untuk menyebarkan informasi tentang kinerja
sistem manajemen K3. Komunikasi dengan pihak eksternal terkait K3 juga perlu diatur.
Misalnya, siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana menginformasikan aturan-aturan
terkait K3 kepada kontraktor, siapa yang mewakili organisasi untuk berhubungan dengan
instansi terkait K3, bagaimana melibatkan masyarakat sekitar dalam penanganan kondisi
darurat.
13. Menetapkan prosedur untuk mengembangkan keterlibatan karyawan dan konsultasi
Disini saya sengaja mengatakan hanya menetapkan, tanpa tambahan menerapkan karena
sesunggunhyna prosedur ini adalah prosedur yang berisi aturan tambahan untuk prosedur yang
lain: Identifikasi dan penialaian resiko bahaya, perencanaan kontrol, perencanaan tanggap
darurat dan lain-lain yang merupakan proses-proses inti dari sistem manajemen K3. Dalam
prosedur ini harus disebutkan bagaimana keterlibatan karyawan dibangun. Misalnya, apakah
dalam aktifitas-aktifitas tersebut diatas setiap karyawan yang terlibat langsung dengan
pekerjaan yang mempunyai potensi bahaya diikutsertakan dalam pembahasan (direct
involvment), ataukah hanya perwakilannya saja yang diundang (idirect involvement), apa
peranan dari serikat kerja harus ditentukan dan sebagainya.
Terkait konsultasi, intinya adalah pihak manajemen perlu berkonsultasi dengan pihak-pihak
karyawan dalam mengambil keputusan-keputusan penting terkait K3. Tentu yang dimaksud
konsultasi disini adalah pertukaran pandangan dan pertukaran gagasan.
Mengapa OHSAS-18001 memunculkan persyaratan semacam ini? Jawaban yang sederhana
adalah karena pihak manajemen cenderung berpikir apa yang baik bagi bisnis sedang
karyawan di pihak lain memikirkan dalam tingkat yang lebih banyak aspek-aspek keselamatan
dan kesehatan mereka dalam melakukan suatu pekerjaan. Persyaratan tentang keterlibatan dan
konsultasi dimaksudkan agar kedua pihak saling memahami kedua kecenderungan tersebut.
Ini tentu mudah untuk organisasi yang sudah menerapkan ISO-9001 atau standar sistem
manajemen lainnya. Yang diperlukan hanyalah merubah lingkup prosedur pengendalian
dokumen yang sudah ada sehingga mencakup pula dokumen-dokumen yang diperlukan dalam
sistem manajemen K3.
Proses ini adalah kelanjutan dari proses identifikasi dan penilaian resiko bahaya. Bahaya apa
saja yang dianggap beresiko dan dapat menimbulkan kondisi darurat? Dalam mengidentifikasi
ini, organisasi juga perlu melihat kondisi yang pernah terjadi dan juga pengalaman-
pengalaman dari organisasi yang similar. Kondisi darurat apa yang pernah mereka alami yang
dapat diambil pelajaran.
19. Menetapkan dan menerapkan prosedur pemantauan dan pengukuran kinerja K3.
What you can't measure can't be improved. Itu kata pepatah mutu. Berlaku juga tentunya untuk
masalah keselamatan. Organisasi perlu menetapkan apa saja yang diukur, seberapa sering dan
bagaimana cara mengukurnya. Apa yang diukur bisa bersifat quantitatif, bisa juga qualitatif.
Quantitatif misalnya, jumlah kecelakaan yang terjadi, termasuk near miss, parameter-
parameter seperti tingkat kebisingan, getaran, jumlah pemakaian bahan berbahaya (bila
ditentukan untuk diturunkan) dan sebagainya. Qualitatif misalnya penggunaan checklist-
checklist untuk pemeriksaan kesesuaian dengan aturan K3, kepatuhan karyawan dalam
penggunaan peralatan keselamatan dan sebagainya.
Bila organisasi menggunakan peralatan tertentu (misalnya mempunyai alat sendiri untuk
mengukur tingkat kebisingan atau peralatan untuk mengukur suatu parameter variable yang
mempengaruhi keselamatan), organisasi harus mengkalibrasi dan memelihara alat tersebut
untuk menjamin kemampuannya dalam mengukur. Ini bisa dimasukkan dalam prosedur
kalibrasi yang biasanya sudah ada dalam sistem manajemen mutu.
Kecelakaan kerja harus dihindari. Kalaupun terjadi, kecelakaan harus dijadikan pelajaran yang
berharga untuk mengidentifikasi peluang perbaikan.
Apa yang harus diatur dalam investagsi insiden? Beberapa contoh: Siapa yang melakukan
investigasi, siapa yang harus diikut sertakan, informasi apa yang harus dikumpulkan (siapa
yang menjadi korban, dimana, bagaimana terjadinya kecelakaan, kondisi site sebelum
terjadinya kecelakaan), bagaimana mengumpulkan informasi tersebut, prosedur apa yang
sudah ada, bagaimana pelaporan harus dilakukan dan sebagainya. Intinya, pengaturan
investigasi kecelakaan dibuat agar investigasi kecelakaan dilakukan secara sistematis dan
dapat menjadi masukan yang berguna bagi perbaikan sistem.
Prosedur yang dibutuhkan sama saja dengan prosedur pengendalian catatan dalam ISO-9001.
Organisasi hanya perlu menambah lingkup dari prosedur sehingga juga mencakup catatan-
catatan terkait sistem manajemen K3.
PENUTUP
Kesimpulan
OHSAS 18001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
Standar OHSAS ini dimaksudkan untuk hanya mencakup kesehatan dan keselamatan kerja,
dan tidak dimaksudkan untuk mencakup area lain seperti program kesehatan karyawan
(asuransi dan sebagainya), keamanan produk, kerusakan properti dan dampak lingkungan.
Salah satu tujuan sebuah organisasi menerapkan OHSAS 18001 yaitu untuk menerapkan,
memelihara, dan terus meningkatkan sistem manajemen K3.
Salah satu manfaat dari pendaftaran OHSAS 18001 adalah memperoleh kepuasa pelanggan.
Untuk melakukan sertifikasi OHSAS 18001, harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu
dan terdapat berbagai persyaratan-persyaratan.
Terdapat 25 tahap dalam menerapkan OHSAS 18001.
DAFTAR PUSTAKA
Ratnasari, F.S., (2015), OHSAS 18001:2007 Pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Pada Industri,
https://www.academia.edu/12412568/OHSAS_18001_2007_pada_Sistem_Manajemen_Kesel
amatan_dan_Kesehatan_Kerja_SMK3_pada_Industry. Diakses Pada 25 April 2019
Rachmatantri, I., Haris S., Novita, K.W., Anadya, K., Meirianti, Z.C.P., (2015), OHSAS 18001,
Semarang : Universitas Diponegoro