Anda di halaman 1dari 34

MANAJEMEN LABORATORIUM

OHSAS 18001/SMK3

KELOMPOK 5

Alfiana Aprilia 165090200111002


Opy Irmawati 165090201111006
Nindian R 16509020
Marda Ahsany 165090207111027
Christin 16509020
Tsaniya Shaquilla 165090207111035

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan kerja mempunyai tujuan yang sangat luas karena menyangkut kehidupan

manusia yang juga menyangkut kesehatan kerja tenaga kerja. Dimana tenaga kerja bekerja tidak

hanya di atas tanah, di dalam tanah, di laut dan di udara, baik yang bersifat kecil maupun besar, oleh

karenanya tenaga kerja atau manusia membutuhkan terus menerus keselamatan dan kesehatan kerja.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka keselamatan dan kesehatan kerja dapat dirumuskan

fungsinya, antara lain sebagai berikut :

a. mencegah terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran,

b. mencegah timbulnya penyakit akibat kerja,

c. mencegah menjalarnya penyakit di kalangan tenaga kerja,

d. mencegah atau mengurangi kematian akibat kecelakaan,

e. mencegah atau mengurangi kecelakaan antara para pekerja,

f. mengusahakan konstruksi yang aman, terjamin dan dipertanggung-jawabkan,

g. memperbesar prestasi dengan meningkatkan keselamatan kerja,

h. mencegah pemborosan tenaga manusia, modal, alat produksi dan waktu kerja,

i. menjamin ruangan kerja yang aman, nyaman, sehat dan suasana kerja yang baik,

j. memperlancar dan mengamankan hasil produksi..

Pada awal tahun 1980-an, untuk mendorong lahirnya berbagai konsep safety management, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai ditempatkan setara dengan unsur lain
dalam perusahaan atau organisasi. Kemudian berkembang beberapa konsep safety management di
berbagai bidang industri. Di Indonesia sendiri diperkenalkan konsep Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan (SMK3) yang dikeluarkan oleh DEPNAKER (Departemen Tenaga Kerja) Republik
Indonesia pada tahun 1996.

SMK3 bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif. Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produkatif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan OHSAS 18001?


2. Apa tujuan suatu organisasi menerapkan OHSAS 18001?
3. Apa manfaat yang didapatkan oleh suatu organisasi yang menerapkan OHSAS 18001?
4. Bagaimana proses pendaftaran OHSAS 18001?
5. Apa saja persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam OHSAS 18001?
6. Bagaimana tahapan penerapan OHSAS 18001?
1.3 Tujuan

1. Memenuhi Tugas mata kuliah Manajemen Laboratorium

2. Memberikan pengetahuan tentang OHSAS 18001 pada Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3)


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi OHSAS 18001
OHSAS 18001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3). OHSAS 18001 yang terbaru diterbitkan pada tahun 2007 dan menggantikan

OHSAS 18001:1999. OHSAS 18001 dimaksudkan untuk mengelola aspek K3 daripada keamanan

produk. Terdapat revisi definisi dan penambahan definisi baru pada istilah-istilah dasar Keselamatan

dan Kesehatan Kerja terdapat pada OHSAS 18001:2007 yang membedakan dari versi sebelumnya

(OHSAS 18001:1999), seperti mengganti istilah “risiko yang dapat ditoleransi” diganti menjadi

“risiko yang dapat diterima”, makna kecelakaan dimasukkan dalam definisi insiden, definisi potensi

bahaya tidak lagi mencakup kerusakan properti atau kerusakan lingkungan di tempat kerja,

penambahan istilah “Evaluasi Kepatuhan” dan sebagainya.

OHSAS 18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk kesesuaian


dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada aktifitas-aktifitas karyawan dan
mengenali adanya bahaya-bahaya yang timbul. Standar internasional ini dapat diterapkan pada setiap
organisasi yang berkemauan untuk menghapuskan atau meminimalkan resiko bagi para karyawan
dan pemegang kepentingan lainnya yang berhubungan langsung dengan resiko K3 menyertai
aktifitas-aktifitas yang ada.

Organisasi yang mengimplementasikan OHSAS 18001 memiliki struktur manajemen yang


terorganisir dengan wewenang dan tanggung-jawab yang tegas, sasaran perbaikan yang jelas, hasil
pencapaian yang dapat diukur dan pendekatan yang terstruktur untuk penilaian resiko. Demikian pula,
pengawasan terhadap kegagalan manajemen, pelaksanaan audit kinerja dan melakukan tinjauan ulang
kebijakan dan sasaran K3.

2.2 Tujuan Organisasi Menerapkan OHSAS 18001

Adapun tujuan diterapkannya OHSAS 18001 yaitu:

1. Menerapkan sistem manajemen K3 untuk mengurangi atau menghilangkan resiko kecelakaan


dan keselamatan terkait aktifitas organisasi pada personil dan pihak lain yang berkepentingan.
2. Menerapkan, memelihara dan terus meningkatkan sistem manajemen K3
3. Menjamin bahwa organisasi sesuai dengan kebijakan K3 yang dibuat sendiri oleh organisasi
4. Menunjukkan kesesuaian dengan standar OHSAS ini dengan cara:

a. Melakukan penilaian diri sendiri dan mendeklarasikan diri sendiri (sesuai dengan standar
OHSAS ini)
b. Mendapat pengakuran kesesuaian (dengan standar OHSAS ini) dari pihak-pihak yang
berkepentingan seperti pelanggan.
c. Mendapat pengakuan untuk menguatkan deklarasi (point a) dari pihak ketiga.
d. Mendapatkan sertifikat sistem manajemen K3

Standar OHSAS ini dimaksudkan untuk hanya mencakup kesehatan dan keselamatan kerja,
dan tidak dimaksudkan untuk mencakup area lain seperti program kesehatan karyawan (asuransi dan
sebagainya), keamanan produk, kerusakan properti dan dampak lingkungan.

2.3 Manfaat Pendaftaran OHSAS 18001


Manfaat yang akan didapatkan jika sebuah organisasi melakukan pendaftaran OHSAS 18001
yaitu :

 Memperoleh kepuasan pelanggan – melalui pengiriman produk yang secara konsisten


memenuhi persyaratan pelanggan disertai perlindungan terhadap kesehatan dan properti para
pelanggan.
 Mengurangi ongkos-ongkos operasional – dengan mengurangi kehilangan waktu kerja karena
kecelakaan dan penurunan kesehatan dan pengurangan ongkos-ongkos berkenaan dengan
biaya dan kompensasi hukum.
 Meningkatkan hubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan – dengan perlindungan
pada kesehatan dan properti karyawan, para pelanggan dan rekanan
 Memenuhi persyaratan kepatuhan hukum – dengan pemahaman bagaimana persyaratan suatu
peraturan dan perundang-undangan tersebut mempunyai pengaruh tertentu pada suatu
organisasi dan para pelanggan.
 Mengalami peningkatan terhadap pengendalian manajemen resiko – melalui pengenalan
secara jelas pada kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penerapan pada pengendalian dan
pengukuran.
 Tercapainya kepercayaan masyarakat terhadap bisnis yang dijalankan – dibuktikan dengan
adanya verifikasi pihak ketiga yang independen pada standar yang diakui.
 Memiliki kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak bisnis – khususnya spesifikasi
pengadaan yang memerlukan sertifikasi sebagai suatu persyaratan sebagai rekanan.
2.4 Proses Pendaftaran Sertifikasi OHSAS 18001
Proses pendaftaran sertifikasi OHSAS 18001 yaitu sebagai berikut :

 Aplikasi permohonan pendaftaran dilakukan dengan melengkapi kuestioner SMK3


 Audit OHSAS 18001 dilaksanakan oleh NQA – terdiri dari dua kunjungan audit pokok
dengan menggunakan formulir Audit Sertifikasi Awal Permohonan pendaftaran disetujui
oleh NQA, berikut tahapan selanjutnya harus dilakukan oleh klien.
 Pemeliharaan sertifikasi dikonfirmasikan melalui program Audit pengawasan (surveilans)
tahunan dan proses sertifikasi ulang setelah tiga tahun masa berlakunya sertifikasi tersebut.

2.5 Persyaratan-persyaratan OHSAS 18001


1. Ruang Lingkup

Seri persyaratan penilaian keselamatan dan keselamatan kerja ini memuat persyaratan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) agar organisasi mampu mengendalikan resiko-
resiko K3 dan dapat meningkatkan kinerja K3 nya. Persyaratan ini tidak secara khusus
menyatakan kriterira kinerja K3 (yang harus dipenuhi), juga tidak memberikan spesifikasi detil
tentang sistem manajemen.

2. Publikasi yang menjadi acuan

Beberapa standar yang memberikan informasi atau panduan yang berkaitan dengan stndar
OHSAS 18001 ini:

 OHSAS 18002, sistem manajemen K3 - panduan untuk penerapan OHSAS 18001


 International Labour Organization:2001, Panduan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja.

3. Istilah dan Definisi

Berikut ini adalah Istilah yang definisi yang berlaku yang digukan dalam dokumen OHSAS
18001 ini :

3.1 Resiko yang dapat diterima

Resiko yang telah diturunkan hingga mencapai tingkat yang dapat ditoleransi dengan
mempertimbangkan peraturan legal dan kebijakan organisasi K3.
3.2 Audit

Proses sistematik, independen dan terdokumentasi unutk memperleh bukti audit dan
mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit terpenuhi.

Catatan 1: Independen tidak berarti harus pihak dari luar organisasi. Dalam banyak kasus,
khususnya di organisasi kecil, independensi dapat berarti bebas dari tanggung jawab terhadap
aktifitas yang diaudit.

Catatan 2: Untuk panduan lebih lanjut tentang bukti audit dan kriteria audit, lihat ISO 19011.

3.3 Peningkatan berkelanjutan

Proses berulang untuk meningkatkan sistem manajemen K3 untuk mencapai


peningkatan dalam kinerja K3 secara keseluruhan yang selaras dengan kebijakan K3
organisasi.

Catatan 1 Proses Peningkatan tidak perlu dilakukan di semua area secara bersamaan.

Catatan 2 Definisi diatas disadur dari ISO 14001:2004

3.4 Tindakan koreksi

Tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian atau situasi yang tidak


diinginkan yang terdeteksi.

Catatan 1 Bisa saja ada lebih dari satu penyebab ketidaksesuaian.

Catatan 2: Tindakankoreksi adalah tindakan yang diambil untuk mencegah terulangnya


kejadian sedangkan tindakan pencegahan diambil untuk mencegah terjadinya kejadian (yang
belum terjadi).

3.5 Dokumen

Informasi dan media pendukungnya.

Catatan: Media dapat berupa kerjtas, magnetik, CD, foto atau sample master atau
kombiasi dari hal hal tersebut.
3.6 Bahaya (hazard)

Sumber, situasi, tindakan yang potensial menimbulkan cedera atau penyakit atau
kombinasi keduanya terhadap manusia.

3.7 Identifikasi bahaya

Proses untuk mengetahui adanya bahaya dan menentukan sifat-safatnya.

3.8 Penyakit

Kondisi fisik atau mental yang memburuk yang dapat diketahui yang muncul dari
dan/atau diperburuk oleh aktifitas dalam pekerjaan dan/atau situasi yang berhubungan dengan
pekerjaan.

3.9 Insiden

Kejadian terkait dengan pekerjaan dimana terjadi atau dapat saja terjadi cidera atau
penyakit (terlepas dari tingkat bahayanya) atau terjadinya kematian.

Catatan 1: Kecelakaan (accident) adalah insiden yang menyebabkan cidera, penyakit atau
kematian.

Catatan 2: Suatu insiden yang tidak menyebabkan cidera, penyakit atau kematian dapat disebut
nyaris terjadi (near miss), nyaris terkena (near hit, near call) atau kejadian berbahaya.

Catatan 3: Suatu keadaan darurat merupakan suatu jenis insiden khusus.

3.10 Pihak-pihak terkait

Individu atau kelompok, di dalam dan diluar lokasi kerja yang berkepentingan atau
yang dipengaruhi oleh kinerja K3 organisasi.

3.11 Ketidaksesuaian

Tidak terpenuhinya persyaratan

Catatan A: Ketidaksesuaian dapat berupa penyimpangan terhadap:

 Standar kerja, prektek, prosedur, persyaratan legal yang terkait.


 Persyaratan-persyaratan sistem manajemen K3.

3.12 Keselamatan dan kesehatan kerja

Kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan


dan keselamatan karyawan atau pekerja (termasuk pekerja sementara dan personal kontraktor),
pengunjung atau orang lain dalam lokasi kerja.

Catatan: Organisasi dapat terkena persyaratan legal tentang kesehatan dan keselamatan orang
diluar tempat kerja langsung, atau yang terkena dampak dan aktifitas di tempat kerja.

3.13 Sistem Manajemen K3

Bagian dari sistem manajemen organisasi untuk membangun dan menerapkan


kebijakan K3 dan mengelola resiko resiko K3.

Catatan1: Sistem manajemen adalah sekumpulan elemen yang berkaitan yang digunakan untuk
menetapkan kebijakan dan sasaran dan untuk mencapai sasaran tersebut.

Catatan 2: Sistem manajemen mencakup struktur organisasi, aktifitas perencanaan (termasuk,


sebagai contoh, penilaian resiko dan penetapan sasaran), tanggung jawab, praktek-praktek,
prosedur-prosedur, proses-proses dan sumber daya.

Catatan 3: Diadopsi dari ISO 18001:2004

3.14 Sasaran K3

Sasaran terkait dengan kinerja K3 yang ditetapkan organisasi untuk dicapai.

Catatan 1: Sasaran harus quantitatif sejauh memungkinkan.

Catatan 2: Klausul 4.3.3 mensyaratkan bahwa sasaran K3 konsisten dengan kebijakan K3.

3.15 Kinerja K3

Hasil terukur dari pengelolaan organisasi terhadap resiko-resiko K3.

Catatan 1: Pengukuran Kinerja K3 mencakup pengukuran dan efektifitas dari pengendalian yang
dilakukan organisasi.
Catatan 2:Dalam konteks sistem manajemen K3, hasil dapat diukur terhadap kebijakan K3,
Sasaran K3 dan persyaratan kinerja K3 yang lain.

3.16 Kebijakan K3

Arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi terkait dengan kinerja K3 dan secara
formal diungkapkan oleh manajemen puncak.

Catatan1: Kebijakan K3 memberi kerangka untuk melakukan tindakan dan untuk menetapkan
sasaran K3.

3.17 Organisasi

Perusahaan, korporasi, firma, kelompok perusahaan, lembaga, instituis atau kombinasi


dari hal tersebut, kelompok atau bukan, publik ataupun pribadi yang mempunyai fungsi dan
adminsitrasi sendiri.

Catatan: Untuk organisasi dengan lebih dari satu unit operasi, unit operasi tunggal dapat disebut
sebagai organisasi.

3.18 Tindakan Pencegahan

Tindakan untuk menghilangkan penyebab dari ketidaksesuaian yang potensial terjadi


atau situasi atau kondisi yang tidak diinginkan yang potensial terjadi.

Catatan 1: Penyebab ketidak sesuaian potensial bisa saja lebih dari 1

Catatan 2: Tindakan pencegahan diambil untuk mencegah terjadinya suatu kejadian (yang belum
terjadi) sedang tindakan koreksi diambil untuk mencegah terulangnya kejadian (yang sudah
terlanjur terjadi).

3.19 Prosedur

Cara untuk melakukan aktifitas atau untuk melakukan proses.

3.20 Catatan

Dokumen yang yang menggambarkan hasil yang dicapai dari aktifitas yang dilakukan
atau menggambarkan bukti dari aktifitas yang dilakukan.
3.21 Resiko

Kombinasi dari tingkat kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang berbahaya atau
yang mengakibatkan bahaya dan tingkat keparahan dari cedera atau penyakit yang diakibatkan.

3.22 Penialian resiko

Proses untuk mengavaluasi resiko yang muncul dari suatu bahaya, dengan
mempertimbangkan kelayakan kontrol yang ada, dan memutuskan apakah resiko tersebut dapat
diterima atau tidak.

3.23 Area kerja

Suatu lokasi fisik dimana aktifitas terkait dengan pekerjaan dilakukan dibawah kontrol
organisasi.

Catatan: Untuk menentukan mana yang termasuk ‘area kerja', organisasi perlu
mempertimbangkan dampak K3 terhadap personil yang, misalnya, melakukan perjalanan atau
transit (mengemudi, melakukan perjalan dengan pesawat terbang, kapal laut ataupun kerena),
bekerja di tempat klien atau pelanggan, bekerja dirumah.

4.1 Persyaratan Umum

Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan, memelihara dan


meningkatkan secara berkelanjutan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
sesuai dengan persyaratan standar OHSAS ini dan menentukan bagaimana sistem tersebut
memenuhi persyaratan ini.

Organisasi harus menentukan dan mendokumentasikan lingkup sistem manajemen K3-nya.

4.2 Kebijakan K3

Manajemen puncak harus menetapkan dan mengesahkan kebijakan K3 dan menjamin


bahwa kebijakan tersebut:

a. Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 yang ada di organisasinya masing-masing
b. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan dan berkurangnya kesehatan secara
berkelanjutan meningkatkan sistem manajemen K3 dan kinerja K3.
c. Mencakup komitmen untuk paling tidak sesuai persyaratan legal yang berlakudan dengan
persyaratan lain
d. Memberi kerangka untuk penetapan dan peninjauan sasaran K3;
e. Di dokumentasikan, diterapkan dan dipelihara
f. Di komunikasikan ke semua orang yang bekerja dibawah kontrol organisasi agar mereka
menyadari kewajiban individual mereka terkait K3;
g. Terbuka bagi pihak-pihak yang berkepentingan; dan
h. Di tinjau secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih relevan dan
tepat bagi organisasi

4.3 Perencanaan

4.3.1 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan kontrol

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedure untuk


identifikasi bahaya secara berkelanjutan, penilaian resiko dan penentuan kontrol-kontrol
yang diperlukan.

Prosedur-prosedur untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus


mempertimbangkan:

a. Aktifitas rutin dan non-rutin


b. Aktifitas dari semua orang yang mempunyai akses ke lokasi kerja (termasuk kontraktor
dan pengunjung)
c. Perilaku orang, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya.
d. Bahaya yang telah teridentifikasi yang berasal dari luar lokasi kerja yang dapat merugikan
kesehatan dan keselamatan orang-orang di lokasi kerja.
e. Bahaya bagi lingkungan sekitar lokasi kerja yang dihasilkan oleh aktifitas-aktifitas dari
lokasi kerja

Catatan 1: Lebih tepat bila bahaya seperti diatas dinilai sebagai aspek lingkungan.

f. Infrastruktur, peralatan dan material di lokasi kerja, baik yang dihasilkan oleh organisasi
maupun oleh pihak lain;
g. Perubahan-perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi, aktifitas atau material.
h. Perubahan dari sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan akibat dari
perubahan tersebut bagi operasi, proses dan aktifitas;
i. Semua persyaratan legal terkait dengan penilaian resiko dan penerapan kontrol yang
diperlukan;
j. Rancangan area kerja, proses, instalasi, peralatan, prosedur operasional dan pengaturan
kerja, termasuk penyesuaiannya dengan kemampuan manusia

Metodologi untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus:

a. Ditentukan lingkupnya, sifatnya, waktunya untuk menjamin agar identifikasi bahaya dan
penilaian resiko dilakukan secara pro-aktif, bukan reactif; dan
b. Memberi panduan untuk identifikasi, prioritasisasi dan dokumentasi resiko, dan
penerapan kontrol dengan layak.

Untuk mengatur perubahan, organisasi harus mengidentifikasi bahaya K3 dan resiko K3 yang
berhubungan dangan perubahan-perubahan dalam organisasi, sistem manajemen atau aktifitas
sebelum perbuahan-perubahan tersebut diberlakukan.

Organisasi harus menjamin bahwa hasil dari penilaian dipertimbangkan dalam menentukan
kontrol.

Ketika menentukan kontrol, atau ingin merubah kontral yang sudah ada, harus
dipertimbangkan untuk menurunkan resiko menurut hirarki sebagai berikut:

a. Penghilangan
b. Penggantian
c. Kontrol secara teknis
d. Pemberian tanda dan/atau kontrol administatif
e. Pemakaian peralatan pelindung

Organisasi harus mendokumentasikan hasil dari identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
kontrol yang ditentukan dan menjaga dokumentasi tersebut tetap up-to-date.

Organisasi harus menjamin agar resiko K3 dan kontrol yang telah ditentukan dipertimbangkan
dalam menngembangkan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen K3.

Catatan 2: Untuk panduan lebih lanjut mengenai identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
penentuan kontrol, lihat OHSAS 18002.

4.3.2 Persyaratan Legal dan Persyaratan Lainnya.


Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
mengidentifikasi dan mengakses persyaratan-persyaratan legal K3 dan lainnya yang berlaku
bagi organisasi masing masing.

Organisasi harus menjamin agar persyaratan-persyaratan tersebut dipertimbangkan


dalam menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen K3-nya.

Organisasi harus menjaga agar informasi tersebut (persyaratan-persyaratan K3) tetap


up-to-date.

Organisasi harus mengkomunikasikan informasi yang relevan terkait persyaratan-


persyaratan K3 tersebut kepada personil-personil yang bekerja dalam kontrol organisasi dan
kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan.

4.3.3 Sasaran dan Program

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara sasaran terkokumentasi


yang terdokumentasi, pada fungsi-fungsi dan tingkatan yang relevan dalam organisasi.

Sasaran harus terukur, sejauh memungkinkan, dan konsisten dengan kebijakan K3,
termasuk komitmen untuk mencegah terjadinya luka atau masalah kesehatan, untuk sesuai
dengan persyaratan legal dan persyaratan lainnya yang berlaku dan untuk peningkatan
berkelanjutan.

Saat menentukan dan meninjau sasaran, organisasi harus mempertimbangkan


persyaratan-persyaratan legal dan persyaratan lainnya dan resiko-resiko K3. Organisasi juga
harus mempertimbangkan pilihan-pilihan teknologi yang tersedia, masalah finansial,
operasioan dan persyaratan-persyaratan bisnis, dan pandangan-pandangan dari pihak-pihak
yang berkepentingan.

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara program-program untuk


mencapai sasaran. Minimal, program harus mencakup:

a. Penentuan tanggung jawab dan wewenang untuk mencapai sasaran-sasaran pada


fungsi-fungsi dan tingkatan yang relevan dalam organisasi, dan
b. Cara dan kerangka waktu sasaran tersebut akan dicapai.
Program-program harus ditinjau secara berkala pada interval yang terencana, harus di
sesuaikan bila diperlukan untuk menjamain sasaran-sasaran tersebut dapat tercapai.

4.4 Penerapan dan operasi

4.4.1 Sumber daya, peranan, tanggung jawab, akuntabilitas dan kewenangan.

Manajemen puncak harus mengambil tanggung jawab tertinggi untuk K3 dan sistem
manajemen K3.

Manajemen puncak harus menunjukkan komitmennya dengan cara:

a. Menjamin tersedianya sumber daya yang penting untuk menetapkan, menerapkan,


memelihara dan meningkatkan sistem manajemen K3.

Catatan 1: Sumber daya mencakup sumber daya manusia dan skil khusus, infrastruktur,
teknologi dan finansial.

b. Menentukan peranan, mengalokasikan penanggung jawab dan akuntabilitas, dan


mendelegasikan kewenangan untuk memfasilitasi manajemen K3. Peranan, tanggung
jawab dan akuntabilitas, dan kewenangan harusdikokumnetasikan dan
dikomunikasikan.

Organisasi harus menunjuk anggota dan manajemen puncak dengan tanggung khusus
untuk K3, yang mempunyai peranan dan tangung jawab untuk (diluar tanggung jawab
lainnya):

a. Menjamin bahwa sistem manajemen K3 ditetapkan, diterapkan dan dipelihara sesuai


dengan standar OHSAS ini.
b. Menjamin agar laporan-laporan terkait kinerja sistem manajemen K3 di berikan
kepada manajemen puncak untuk ditinjau dan digunakan sebagai dasar peningkatan
sistem manajemen K3.

Catatan 2: Manajemen puncak yang ditunjuk (dalam organisasi besar, misalnya, anggota
komite eksekutif atau dewan eksekuit) dapat mendelegasikan tugas-tugas mereka kepada
wakil manajemen di bawah mereka dengan tetap mempertahankan akuntabilitas.

Identitas dari manajemen puncak yang ditunjuk harus dapat diketahui oleh semua orang
yang bekerja di bawah kontrol organisasi.
Semua yang mempunyai tanggung jawab manajemen harus menunjukkna komitmen
mereka untuk peningkatan secara berkelanjutan kinera K3.

Organisasi harus menjamin agar orang-orang di lokasi kerja mengambil tanggung jawab
terhadap aspek-aspek K3 yang berada dalam kontrol mereka dan taat kepada persyaratan-
persyaratan K3 yang berlaku.

4.4.2 Kompetensi, pelatihan dan kesadaran

Organisasi harus menjamin agar semua orang yang bekerja di bawah kontrol organisasi,
yang melakukan pekerjaan yang dapat berdampak kepada K3 adalah orang-orang yang
berkompeten dilihat dari pendidikan, pelatihan atau pengalaman. Organisasi harus
menyimpan catatan-catatan terkait kompetensi tersebut.

Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan terkait dengan resiko K3 dan


terkait sistem manajemen K3. Organisasi harus memberikan pelatihan atau tindakan lain
untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mengevaluasi efektifitasnya dan menyimpan catatan-
catatan terkait.

Organsiasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk membuat


orang-orang yang bekerja di bawah kontrol organsiasi sadar akan:

a. Konsekuensi K3, baik aktual maupun potensial dari aktifitas dan perilaku mereka dan
keuntungan yang diperoleh dari peningkatan kinerja personal.
b. Peranan dan tanggung jawab serta pentingnya mencakai kesesuaian dengan kebijakan dan
prosedur-prosedur K3 dan dengan persyaratan-persyaratan sistem manajemen K3,
termasuk persyaratan mengenai kesiapan dan tanggap darurat.
c. Konsekuensi potensial bila mengabaikan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.

Prosedur pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam hal:

a. Tanggung jawab, kemampuan, bahasa dan tulisan


b. Resiko

4.4.3 Komunikasi, partisipasi dan konsultasi

4.4.3.1 Komunikasi

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:


a. Komunikasi internal antara berbagai tingkatan dan fungsi dalam organisasi

b. Komunikasi dengan kontraktor dan pengunjung lokasi kerja lain.

c. Menerima, mendokumentasi dan menanggapi komunikasi yang relevan dari pihak-


pihak luar yang berkepentingan

4.4.3.2 Partisipasi dan konsultasi

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:

a. Partisipasi para pekerja melalui:

 Keterlibatan yang cukup dalam identifikasi bahaya, penilaian resiko dan dalam
penetapan kontrol
 Keterlibatan yang cukup dalam investigasi kecelakaan
 Keterlibatan dalam pengembangan dan peninjauan kebijakan dan sasaran K3.
 Konsultasi bila ada perubahan-perubahan yang mempengaruhi K3 mereka
 Keterwakilan dalam urusan-urusan menyangkut K3

b. Konsultasi dengan kontraktor bila ada perubahan-perubahan yang

mempengaruhi K3 mereka.

Organisasi harus menjamin bahwa, bila dianggap perlu, pihak-pihak luar yang
berkepentingan dan relevan dikonsultasikan mengenai hal-hal terkait dengan K3.

4.4.4 Dokumentasi

Dokumentasi sistem manajemen K3 harus mencakup:

a. Kebijakan dan sasaran K3

b. Penjelasan tentang lingkup sistem manajemen K3

c. Elemen-elemen utama sistem manajemen K3 dan interaksinya, dan acuan-acuan

dokumennya.

d. Dokumen, termasuk catatan, yang diperlukan oleh standar K3 ini.


e. Dokumen, termasuk catatan, yang dianggap perlu oleh organisasi untuk menjamin

perencanaan, operasi dan kontrol proses yang efektif terkait dengan manajemen dan

resiko K3.

Catatan: Penting sekali bahwa dokumentasi proporsional dengan kompleksitas, bahaya dan
resiko yang ada, dan dijaga agar minimal, seperlunya untuk efektifitas dan efisiensi.

4.4.5 Pengendalian dokumen

Dokumen yang diperlukan oleh sistem manajemen K3 dan oleh standar OHSAS ini harus
dikontrol. Catatan adalah type khusus dokumen dan harus dikontrol sesuai dengan klausul 4.5.4.

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:

a. Penyetujuan kelayakan dokumen sebelum diterbitkan

b. Peninjauan dan pembaharuan bila diperlukan dan penyetujuan ulang

c. Menjamin bahwa perubahan dan status revisi terbaru dokumen teridentifikasi (diketahui)

d. Menjamin bahwa versi yang relevandari dokumen yang berlaku tersedia di lokasi
penggunaan

e. Menjamin bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan dikenali dengan mudah

f. Menjamin bahwa dokumen yang berasal dari luar, yang ditentukan oleh organisasi perlu
untuk perencanaan dan operasi sistem manajemen K3-nya, diidentifikasi dan distribusinya
dikontrol

g. Mencegah penggunaan yang tidak diinginkan dokumen-dokumen yang kadaluarsa dan


melakukan penandaan dengan cara yang tepat bila dokumen kadaluarsa tersebut di simpan untuk
tujuan tertentu.

4.4.6 Kontrol operasional

Organisasi harus menentukan operasi dan aktifitas yang terkait dengan bahaya-bahaya yang telah
teridentifiasi,. Semua operasi dan aktifitas tersebut memerlukan kontrol untuk penanganan resiko
K3. Perubahan-perubahan terhadap aktifitas dan operasi tersebut juga harus diatur.
Untuk operasi dan aktifitas tersebut, organisasi harus menerapkan dan memelihara:

a. Kontrol operasional yang dapat diterapan. Organisasi harus mengintegrasikan kontrol


operasional dalam sistem manajemen K3 secara keseluruhan.

b. Kontrol terkait dengan barang-barang, peralatan dan jasa yang dibeli,

c. Kontrol terkait kontraktor dan pengunjung lain ke lokasi kerja

d. Prosedur terdokumentasi, diperlukan bila dianggap bahwa ketiadaan prosedur dapat


membuat penyimpangan terhadap kebijakan dan sasaran K3,

e. Kriteria operasi, bila dianggap bahwa ketiadaan kriteria dapat membuat penyimpangan
terhadap kebijakan dan sasaran K3.

4.4.7 Kesiapan dan tanggap darurat

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur

a. Untuk mengidentifikasi situasi darurat yang potensial

b. Untuk menanggapi situasi darurat tersebut

Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat aktual dan mencegah atau mengurangi
Konsekuensi K3 yang merugikan.

Dalam merencanakan tanggap darurat organisasi harus mempertimbangkan pihak-pihak terkait


yang relevan, seperti layanan darurat dan tetangga.

Organisasi juga harus menguji prosedur tanggap darurat secara berkalai dengan, bila
memungkinkan, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan.

Organisasi harus meninjau prosedur tersebut secara berkala dan melakukan perubahan-
perubahan bila diperlukan, khususnya setelah pengujian prosedur dan setelah terjadinya situasi
darurat (lihat 4.5.3)

4.5 Pemeriksaan

4.5.1 Pengukuran dan pemantauan kinerja


Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan
mengukur kinerja K3 secara teratur. Prosedur tersebut harus memberi aturan tentang:

a. Ukuran qualitative dan quantitatie yang sesuai dengan kebutuhan organisasi

b. Pemantauan tingkat pencapaian sasaran K3

c. Pemantauan efektifitas dari kontrol (baik untuk kesehatan maupun keselamatan)

d. Ukuran kinerja yang bersifat proaktif yang memantau kesesuaian dengan program-program
K3, kontrol dan kriteria operasional

e. Ukuran kinerja yang bersifat reaktif yang memantau kondisi kesehatan yang buruk, insiden
(termasuk kecelakaan dan ‘nyaris kecelakaan', dll.) dan bukti-bukti historis lain tentang kurang
baiknya kinerja K3

f. Pencatatan data dan hasil dari pemantauan dan pengukuran yang cukup untuk dijadikan
bahan analisa tindakan koreksi dan pencegahan selanjutnya.

Jika diperlukan peralatan untuk melakukan pemantauan atau pengukuran kinerja, organisasi
harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengkalibras dan memelihara peralatan
tersebut dengan layak. Catatan kalibrasi dan pemeliharaan dan hasilnya harus disimpan.

4.5.2 Evaluasi kesesuaian

4.5.2.1 Konsistem dengan komitmen organisasi untuk sesuai dengan persyaratan legal dan
persyaratan lian terkait K3, organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk mengevaluasi kesesuaian dengan persyaratan legal K3 secara berkala (lihat 4.3.2)

Organisasi harus menyimpan catatan-catatan hasil dari evaluasi berkala tersebut.

Catatan: frekwensi evaluasi dapat berbeda-beda untuk setiap perayratan legal K3.

4.5.2.2 Organisasi harus mengevaluasi kesesuaian dengan persyaratan K3 lain yang berlaku bagi
organisai (lihat 4.3.2). Organisasi dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kesesuaian
terhadap persyaratan legal yang disebut dalam klausul 4.5.2.1 atau membuat prosedur yang
terpisah.

Organisasi harus menyimpat catatan hasil evaluasi.


Catatan: Frekwensi evaluasi dapat berbeda-beda untuk setiap persyaratan

4.5.3 Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan tindakan pencegahan

4.5.3.1 Investigasi insiden

Organsiasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat,


menginvestigasi dan menganalisa insiden untuk:

a. Menentukan ketidaklayakan K3 yang menjadi penyebab dan faktor lain yang dapat
menyebabkan atau memberi kontribusi terjadinya insiden.

b. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan koreksi

c. Mengidentifikasi peluang untuk tindakan pencegahan

d. Mengkomunikasikan hasil dari investigasi.

e. Investigasi harus dilakukan tepat waktu.

Setiap kebutuhan tindakan koreksi atau peluang untuk tindakan pencegahan harus ditangani
sesuai dengan klausul 4.5.3.2

4.5.3.2 Ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan tindakan pencegahan

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk menangani


ketidaksesuaian aktual dan potensial dan untuk melakukan tindakan koreksi dan tindakan
pencegahan. Prosedur harus menetapkan aturan untuk:

a. Mengidentifikasi dan mengkoreksi ketidaksesuaian dan melakukan tindakan untuk


meminimalkan Konsekuensi K3.

b. Menginvestigasi ketidaksesuaian, menentukan penyebab-penyebabnya dan melakukan


tindakan untuk menghindari terulangnya kejadian.

c. Mengevaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah ketidaksesuaian dan menerapkan


tindakan yang layak untuk menghindari kejadian.

d. Mencatat dan mengkomunikasikan hasil tindaka koreksi dan tindakan pencegahan.


e. Meninjau efektifitas tindakan koreksi dan tindakan pencegahan yang diambil.

Bila dalam tindakan koreksi dan tindakan pencegahan teridentifikasi adanya bahaya baru atau
bahaya yang berubah atau dibutuhkan kontrol baru atau perubahan kontrol, prosedur harus
mensyaratkan agar penilaian resiko dilakukan sebelum tindakan diterapkan.

Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan yang diambil untuk menhilangkan penyebab dari
ketidaksesuaian aktuan dan potensial harus layak sesuai dengan tingkat permasalahan dan
sepadan dengan resiko K3 yang dihadapi.

Organisasi harus menjamin agar setiap perubahan yang terjadi karena dilakukannya tindakan
koreksi dan tindakan pencegahan disertai dengan perubahan dokumentasi sistem manajemen K3
yang diperlukan.

4.5.4 Pengendalian catatan

Organisasi harus menetapkan dan memelihara catatan-catatan yang diperlukan untuk


menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan sistem manajemen K3 organisasi dan
terhadap standar OHSAS ini, dan untuk menunjukkan hasil-hasil yang dicapai.

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi,


menyimpan, melindungi, mengakses dan membuang catatan.

Catatan harus dijaga agar tetap dapat terbaca, dapat diidentifikasi dan ditelusuri.

4.5.5 Audit internal

Organisasi harus menjamin agar audit internal terhadap sistem manajemen K3 dilakukan berkala
dan terencana untuk:

a. Menentukan apakan sistem manajemen K3:

a. Sesuai dengan pengaturan sistem K3 yang telah direncanakan dan dengan persyaratan
standar OHSAS ini.

b. Telah diterapkan dengan tepat dan dipelihara, dan

c. Efektif memenuhi sasaran dan kebijakan organisasi.

b. Memberikan informasi hasil audit kepada manajemen.


Program audit harus direncanakan, ditetapkan, diterapkan dan dipelihara oleh organisasi,
didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktifitas-aktifitas organisasi dan pada hasil audit
sebelumnya.

Prosedur audit harus ditetapkan, diterapkan dan dipelihara, mencakup:

a. Tanggung jawab, kompetensi dan syarat-syarat dalam perencanaan dan pelaksanaan audit,
pelaporan hasil audit dan penyimpanan catatan terkait.

b. Penentuan kriteria audit, lingkup, frekwensi dan metoda.

Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus menjamin objektifitas dan impartiality (tidak
berat sebelah) proses audit.

4.6 Tinjauan manajemen

Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen K3 pada interval yang terencana, untuk
menjamin kecocokan sistem, kelayakan dan efektifitas. Peninjauan harus mencakup penilaian
peluang untuk peningkatan dan kebutuhan perubahan sistem manajemenK3, termasuk kebijakan
K3 dansasaran K3. Catatan tinjauan manajemen harus dipelihara.

Masukan tinjauan manajemen harus mencakup:

a. Hasil audit internal dan hasil dari evaluasi kesesuaian dengan persyaratan legal dan
persyaratan lain yang berlaku.

b. Hasil dari partisipasi dan konsultasi (lihat 4.4.3)

c. Komunikasi relevan dengan pihak luar yang berkepentingan, termasuk keluhan,

d. Kinerja K3 organisasi,

e. Tingkat pencapaian sasaran

f. Status investigasi insiden, tindakan koreksi dan tindakan pencegahan,

g. Tindaklanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya,

h. Hal-hal yang berubah, termasuk perkembangan persyaratan legal dan persyaratan lain
terkait K3, dan
i. Usulan-usulan untuk peningkatan

Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan komitmen organisasi untuk peningkatan
berkelanjutan dan harus mencakup keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan terkait
kemungkinan perubahan dalam hal:

a. Kinerja K3,

b. Sasaran dan kebijakan K3,

c. Sumberdaya, dan

d. Elemen-elemen lain dari sistem manajemen K3.

Hasil yang relevan dari tinjauan manajemen harus tersedia (dapat diakses) untuk proses
komunikasi dan konsultasi

2.6 Tahap Penerapan OHSAS 18001


1. Membuat Kebijakan K3
Tiga komitmen yang harus ada dalam kebijakan K3 dalam OHSAS-18001 adalah komitmen
untuk mencegah cidera dan gangguan kesehatan, peningkatan berkelanjutan dan mencapai
kesesuaian dengan persyaratan yang berlaku terkait K3.
Tentu, kebijakan harus sesuai dengan sifat dan skala resiko keselamatan dan kesehatan kerja
di organisasi yang tentu berbeda-beda.

2. Membentuk team
Ada banyak pekerjaan dalam pengembangan sistem manajemen keselamatan yang perlu
dilakukan bersama-sama. Misalnya, dalam mengidentifikasi proses-proses yang dilakukan
organisasi, dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko bahaya, menentukan
pengendalian dan sebagainya. Aktifitas-aktifitas tersebut membutuhkan pengetahuan dan
pertimbangan dari beberapa pihak. Itulah perlunya team. Anggota team paling tidak
merepresentasikan semua fungsi dalam organisasi, perwakilan pihak manajemen dan juga
perwakilan dari karyawan . Baik sekali bila juga melibatkan serikat pekerja.

3. Pelatihan dasar
Pelatihan dasar perlu diberikan pada team untuk membekali mereka dalam tugas-tugas
selanjutnya terkait pengembangan sistem manajemen K3. Paling tidak, team harus dibekali
dengan pemahaman yang baik tentang persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam
OHSAS-18001, metoda-metoda dalam identifikasi dan penilaian resiko bahaya, aspek-aspek
keselamatan yang relevan dengan aktifitas organisasi.

4. Mengidentifikasi dan menilai resiko bahaya


Bahaya keselamatan bisa datang dari berbagai aktifitas yang dilakukan organisasi,
penggunaan peralatan, ataupun elemen-elemen yang datang dari luar organisasi. Semuanya
harus dinilai untuk menentukan tingkat resikonya terhadap pekerja.
Tahap pertama adalah identifikasi bahaya. Untuk organisasi yang sudah menerapkan ISO-
9001 dan/atau 14001, akan lebih mudah bila identifikasi bahaya dilakukan dengan melihat
proses-proses yang dilakukan. Ini tentunya ada dalam manual mutu. Hanya langkah awal,
untuk selanjutnya akan ada pengembangan-pengembangan karena biasanya tidak semua
proses dalam organisasi dicantumkan dalam manual mutu. Selanjutnya, masih dalam tahap
identifikasi bahaya, perlu dilakukan penggalian secara lebih mendalam dari proses-proses,
bisa dengan aktifitas semacam safety tour, melihat proses dari dekat: alat yang digunakan,
bagaimana melakukan, dalam kondisi apa dilakukan dan sebagainya. Selain itu, perlu juga
dilihat catatan-catatan kecelakaan yang pernah terjadi, catatan-catatan nyaris celaka (near
miss) dan masukan-masukan dari karyawan terkait.
Tahap kedua, setelah berbagai bahaya teridentifikasi, dilakukan penilaian resiko dari setiap
bahaya. Cara yang paling sederhana adalah memberi skala kuantitatif untuk 2 parameter:
tingkat bahaya (severity): dari 'tidak mengakibatkan apa-apa' sampai 'mengancam hilangnya
nyawa' dan tingkat kemungkinan (probability): dari 'tidak mungkin terjadi' sampai 'hampir
pasti terjadi'. Kedua parameter tersebut lalu dikalikan untuk membentuk angka resiko.

Metoda-metoda lain yang dapat digunakan dalam menilai resiko suatu bahaya:

 What-if Analysis
 HAZOP (Hazard and Operability Study)
 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
 FTA (Fault Tree Analysis)
 ETA (Event Tree Analysis
 dan sebagainya.
5. Menetapkan pengendalian operasional.
Setelah mengetahui tingkat resiko dari setiap bahaya yang teridentifikasi, selanjutnya adalah
menetapkan bagaimana cara pengendalian resiko.Tentu, prioritas harus diberikan kepada
bahaya dengan tingkat resiko tinggi. Itulah gunalah penilaian resiko: menentukan prioritas.
Sejauh memungkinkan, cara pengendalian yang harus dipilih adalah menghilangkan resiko.
Pilihan terakhir adalah penggunaan peralatan-peralatan pengaman. Perlu diingat bahwa
pilihan 'menghilangkan resiko' selalu terkait dengan perubahan suatu aktifitas, entah cara
kerja, entah disain mesin / peralatan, entah material. Pilihan ini tentu wajib melibatkan pihak-
pihak yang berkompeten dalam perancangan proses.

6. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi persyaratan-persyaratan K3,


Pertama organisasi harus menentukan cara bagaimana mengakses/memperolah persyaratan-
persyaratan legal terkait K3. Kedua organisasi harus memilah mana persyaratan-persyaratan
yang harus diberlakukan. Ada puluhan persyaratan K3 yang dikeluarkan pemerintah, dari
yang bersifat umum untuk semua organisasi sampai yang membahas suatu pekerjaan dan hal-
hal yang spesifik yang relevan hanya bila organisasi mempunyai suatu aktifitas tertentu saja.
7. Menetapkan sasaran dan program
Dasar dari penetapan sasaran adalah persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku dan tingkat
resiko dari bahaya yang ada. Sasaran kinerja bisa terkait lagging indicator (hasil akhir yang
ingin dicapai) seperti penurunan tingkat kecelakaan karena bahan kimia, penurunan tingkat
kecelakaan dalam proses produksi, Penurunan tingkat kecelakaan terkait listrik dan
sebagainya, bisa juga terkait leading indicator, yaitu apa yang membuat suatu lagging
indicator menurun seperti peningkatan kompetensi K3 karyawan, kesesuaian pemeliharaan
peralatan listrik dengan jadwal dan sebagainya. Program adalah rencana kerja untuk mencapai
sasaran mencakup apa harus dilakukan, siapa yang melakukan, kapan harus dilakukan dan
diselesaikan. Program harus ditinjau secara berkala.

8. Menyediakan infrastruktur dan teknologi yang diperlukan untuk penerapan sistem manajemen
K3.
Fokus tentu saja harus diberikan pada sumber daya yang diperlukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan, berdasarkan tingkat resiko bahaya yang ada.
Masalah keselamatan adalah tanggung jawab semua pihak. Top level management
memberikan komitmen dan sumber daya, tetapi yang menjalankan sistem adalah karyawan di
semua tingkatan. Tanggung jawab dan wewenang diperlukan agar setiap fungsi memahami
dengan jelas apa yang menjadi tanggung jawabnya terkait dengan K3.
Contoh tanggung jawab terkait K3:

Manager:

- Mengorganisasikan pekerjaan di departemennya dan menjamin pekerjaan dilakukan dengan


cara yang aman

- Berkonsultasi dengan karyawan terkait masalah-masalah K3


- Memeriksa dan menyetujui aturan-aturan terkait K3

- Merencanakan peralatan yang dibutuhkan untuk menjamin keselamatan kerja

- Menjadi anggota dalam komite K3

- Memimpin dengan memberi contoh

9. Menunjuk Management Representative


Tugas utama MR dalam sistem manajemen K3 sama saja dengan MR di sistem manajemen
mutu maupun lingkungan: menjamin sistem diterapkan dan diperlihara dan melaporkan
kinerja sistem kepada pihak menajemen. Tambahan yang menarik dalam OHSAS-18001
adalah bahwa identifitas dari MR ini harus tersedia bagi semua orang yang berkerja dibawah
kontrol organisasi. Tentu persyaratan ini ada maksudnya, misalnya: Bila ada suatu masalah
mendesak dan keterlibatan seseorang yang dapat mengambil suatu keputusan, maka setiap
orang tahu siapa orang yang harus dihubungi.

10. Mengembangkan kompetensi yang diperlukan personil, baik lewat pelatihan ataupun cara lain
Kompetensi apa yang dibutuhkan?
 Pengetahuan dasar tentang sistem manajemen K3, khususnya untuk team yang
merancang sistem.
 Pengetahuan dan skill untuk mengidentifikasi dan menilai resiko dari bahaya, untuk
team yang bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan ini.
 Pengetahuan tentang aspek-aspek keselamatan yang spesifik yang sesuai dengan
aktifitas yang ada dalam organisasi. Misalanya, aktifitas yang melibatkan bahan-bahan
berbahaya dan beracun, aktifitas transportasi, aktifitas di ketinggian (umumnya untuk
organisasi jasa konstruksi) dan banyak lagi lainnya aktifitas yang spesifik.
 Pengetahuan dan skill untuk melakukan pekerjaan yang mempunyai resiko bahaya,
sesuai dengan prosedur atau kontrol operasional yang ditetapkan, untuk personil yang
melakukan pekerjaan tersebut.
 Pengetahuan dan skill untuk penanggulangan kondisi darurat
 Pengetahuan tentang persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku, untuk satu atau
beberapa orang yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan-
persyaratan tersebut.
11. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengembangkan kesadaran K3.
Persyaratan ini similar dengan ISO-14001 (terkait prosedur pengembangan kesadaran
lingkungan). Dalam ISO-9001 juga ada persyaratan demikian tetapi tidak mencantumkan
kebutuhan adanya prosedur. Membangun kesadaran selalu penting tapi bukanlah pekerjaan
yang mudah. Membangun kesadaran berarti merubah apa yang ada dalam kepala orang.
Tadinya orang percaya bahwa A adalah benar, kita ingin agar kepercayaannya berubah: B lah
yang benar. Atau, tadinya orang tidak terlalu percaya bahwa B adalah penting, kita ingin
mereka percaya bahwa B benar-benar penting. Kepercayaan atau belief inilah yang akhirnya
akan melahirkan kecenderungan perilaku. Bukanlah pekerjaan yang mudah untuk
membangun kesadaran dan sebetulnya tidak dapat dicakup dalam sebuah prosedur. Yang bisa
dilakukan oleh organisasi adalah menentukan berbagai upaya yang dapat menstimulir
berkembangnya kesadaran tentang pentingnya K3. Poster, penyebaran informasi perlu untuk
'mengenalkan' dan mengingatkan. Pelatihan dan briefing-briefing perlu sebagai alat rational
persuation. Keterlibatan karyawan dalam beberapa bagian pekerjaan perencanaan aturan juga
perlu untuk membangkitkan rasa tanggung jawab yang muncul dari dalam diri sendiri. Dan
yang tidak kalah penting, adalah keteladanan. Sangat tidak mungkin bila, misalnya, seorang
manajer ingin membangun kepercayaan karyawan akan pentingnya K3 sementara dia sendiri
tidak menganggapnya penting.

12. Menetapkan dan menerapkan prosedur komunikasi internal dan eksternal terkait K3
Persyaratan ini similar dengan apa yang ada dalam ISO-14001. Organisasi harus menentukan
cara-cara untuk mengkomunikasikan hal-hal terkait K3 ke internal organisasi. Misalnya,
penggunaan bulletion board, atau newsletter untuk menyebarkan informasi tentang kinerja
sistem manajemen K3. Komunikasi dengan pihak eksternal terkait K3 juga perlu diatur.
Misalnya, siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana menginformasikan aturan-aturan
terkait K3 kepada kontraktor, siapa yang mewakili organisasi untuk berhubungan dengan
instansi terkait K3, bagaimana melibatkan masyarakat sekitar dalam penanganan kondisi
darurat.
13. Menetapkan prosedur untuk mengembangkan keterlibatan karyawan dan konsultasi
Disini saya sengaja mengatakan hanya menetapkan, tanpa tambahan menerapkan karena
sesunggunhyna prosedur ini adalah prosedur yang berisi aturan tambahan untuk prosedur yang
lain: Identifikasi dan penialaian resiko bahaya, perencanaan kontrol, perencanaan tanggap
darurat dan lain-lain yang merupakan proses-proses inti dari sistem manajemen K3. Dalam
prosedur ini harus disebutkan bagaimana keterlibatan karyawan dibangun. Misalnya, apakah
dalam aktifitas-aktifitas tersebut diatas setiap karyawan yang terlibat langsung dengan
pekerjaan yang mempunyai potensi bahaya diikutsertakan dalam pembahasan (direct
involvment), ataukah hanya perwakilannya saja yang diundang (idirect involvement), apa
peranan dari serikat kerja harus ditentukan dan sebagainya.
Terkait konsultasi, intinya adalah pihak manajemen perlu berkonsultasi dengan pihak-pihak
karyawan dalam mengambil keputusan-keputusan penting terkait K3. Tentu yang dimaksud
konsultasi disini adalah pertukaran pandangan dan pertukaran gagasan.
Mengapa OHSAS-18001 memunculkan persyaratan semacam ini? Jawaban yang sederhana
adalah karena pihak manajemen cenderung berpikir apa yang baik bagi bisnis sedang
karyawan di pihak lain memikirkan dalam tingkat yang lebih banyak aspek-aspek keselamatan
dan kesehatan mereka dalam melakukan suatu pekerjaan. Persyaratan tentang keterlibatan dan
konsultasi dimaksudkan agar kedua pihak saling memahami kedua kecenderungan tersebut.

15. Penyusunan manual K3.

Sebetulnya OHSAS-18001 tidak secara eksplisit mensyaratkan adanya manual tetapi


dokumen ini dapat digunakan untuk memuat kebijakan K3, lingkup sistem manajemen K3
dan juga elemen-elemen inti yang terdapat dalam sistem serta acuannya ke dokuman-dokumen
lain.

16. Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian dokumen

Ini tentu mudah untuk organisasi yang sudah menerapkan ISO-9001 atau standar sistem
manajemen lainnya. Yang diperlukan hanyalah merubah lingkup prosedur pengendalian
dokumen yang sudah ada sehingga mencakup pula dokumen-dokumen yang diperlukan dalam
sistem manajemen K3.

17. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi keadaan darurat.

Proses ini adalah kelanjutan dari proses identifikasi dan penilaian resiko bahaya. Bahaya apa
saja yang dianggap beresiko dan dapat menimbulkan kondisi darurat? Dalam mengidentifikasi
ini, organisasi juga perlu melihat kondisi yang pernah terjadi dan juga pengalaman-
pengalaman dari organisasi yang similar. Kondisi darurat apa yang pernah mereka alami yang
dapat diambil pelajaran.

18. Menetapkan dan menguji secara berkala prosedur-prosedur tanggap darurat.


Setelah organisasi mengidentifikasi kondisi darurat apa saya yang mungkin terjadi,
selanjutnya adalah merancang rencana tanggap darurat. Siapa harus melakukan apa pada saat
kondisi darurat terjadi dan bagaimana melakukannya. Prosedur ini harus disimulasikan secara
berkala untuk memelihara kesiapan setiap personil dalam menghadapi kondisi darurat
sekaligus ntuk menguji apakah prosedur dapat berjalan dengan baik atau tidak, apakah
prosedur perlu diperbaiki atau tidak, apakah perlu adanya perubahan dalam pengaturan
peralatan yang diperlukan atau tidak dan sebagainya.

19. Menetapkan dan menerapkan prosedur pemantauan dan pengukuran kinerja K3.

What you can't measure can't be improved. Itu kata pepatah mutu. Berlaku juga tentunya untuk
masalah keselamatan. Organisasi perlu menetapkan apa saja yang diukur, seberapa sering dan
bagaimana cara mengukurnya. Apa yang diukur bisa bersifat quantitatif, bisa juga qualitatif.
Quantitatif misalnya, jumlah kecelakaan yang terjadi, termasuk near miss, parameter-
parameter seperti tingkat kebisingan, getaran, jumlah pemakaian bahan berbahaya (bila
ditentukan untuk diturunkan) dan sebagainya. Qualitatif misalnya penggunaan checklist-
checklist untuk pemeriksaan kesesuaian dengan aturan K3, kepatuhan karyawan dalam
penggunaan peralatan keselamatan dan sebagainya.
Bila organisasi menggunakan peralatan tertentu (misalnya mempunyai alat sendiri untuk
mengukur tingkat kebisingan atau peralatan untuk mengukur suatu parameter variable yang
mempengaruhi keselamatan), organisasi harus mengkalibrasi dan memelihara alat tersebut
untuk menjamin kemampuannya dalam mengukur. Ini bisa dimasukkan dalam prosedur
kalibrasi yang biasanya sudah ada dalam sistem manajemen mutu.

20. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan

persyaratan terkait K3.

Persyaratan ini similar dengan persyaratan untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan


lingkungan dalam ISO-14001. Tentu, acuan dalam OHSAS-18001 adalah persyaratan dan
perundangan terkait K3.

21.Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk investigasi insiden

Kecelakaan kerja harus dihindari. Kalaupun terjadi, kecelakaan harus dijadikan pelajaran yang
berharga untuk mengidentifikasi peluang perbaikan.
Apa yang harus diatur dalam investagsi insiden? Beberapa contoh: Siapa yang melakukan
investigasi, siapa yang harus diikut sertakan, informasi apa yang harus dikumpulkan (siapa
yang menjadi korban, dimana, bagaimana terjadinya kecelakaan, kondisi site sebelum
terjadinya kecelakaan), bagaimana mengumpulkan informasi tersebut, prosedur apa yang
sudah ada, bagaimana pelaporan harus dilakukan dan sebagainya. Intinya, pengaturan
investigasi kecelakaan dibuat agar investigasi kecelakaan dilakukan secara sistematis dan
dapat menjadi masukan yang berguna bagi perbaikan sistem.

22. Menetapkan prosedur tindakan koreksi dan pencegahan


Tahapan yang diperlukan dalam tindakan koreksi dan pencegahan sama saja, apapun
masalahnya, baik terkait mutu, lingkungan ataupun K3. Yang berbeda tentunya adalah
kejadian-kejadian yang men-trigger diperlukannya tindakan koreksi dan pencegahan: Tahap
identifikasi non-conformities. Prosedur ini dapat disatukan dengan prosedur yang sudah ada
dalam sistem manajemen mutu, dengan pengubahan lingkup dan penambahan dalam tahap
identifikasi masalah. Dalam tindakan koreksi terkait 'nonconformities' di sistem manajemen
K3, salah satu identifikasi masalah adalah terkait dengan proses investigasi kecelakaan.

23.Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian catatan

Prosedur yang dibutuhkan sama saja dengan prosedur pengendalian catatan dalam ISO-9001.
Organisasi hanya perlu menambah lingkup dari prosedur sehingga juga mencakup catatan-
catatan terkait sistem manajemen K3.

24.Menetapkan dan menerapkan prosedur audit internal K3

Prinsip-prinsip audit dalam OHSAS-18001 sama dengan ISO-9001 maupun ISO-14001.


Organisasi tak perlu lagi membuat prosedur baru, cukup memperluas lingkup dari prosedur
yang sudah ada.

25.Melakukan tinjauan manajemen

Tinjauan manajemen dilakukan agar pihak manajemen mengetahui perkembangan dalam


sistem manajemen K3 yang telah dibangun. Pihak manajemen harus tahu hasil audit yang
telah dilakukan, kinerja sistem, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dan sebagainya.
Persyaratan tentang tinjauan manajemen juga similar dengan persyaratan dengan judul yang
sama dalam ISO-9001 dan ISO-14001. Yang menarik dalam OHSAS-18001 adalah bahwa
pihak manajemen juga harus mengetahui bukti-bukti hasil dari partisipasi dan konsultasi. Ini
semacam penegasan bahwa partisipasi dan konsultasi (pertukaran ide dan gagasan antar
karyawan dan pihak manajemen) penting sekali dalam penerapan sistem manajemen K3.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

 OHSAS 18001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
 Standar OHSAS ini dimaksudkan untuk hanya mencakup kesehatan dan keselamatan kerja,
dan tidak dimaksudkan untuk mencakup area lain seperti program kesehatan karyawan
(asuransi dan sebagainya), keamanan produk, kerusakan properti dan dampak lingkungan.
 Salah satu tujuan sebuah organisasi menerapkan OHSAS 18001 yaitu untuk menerapkan,
memelihara, dan terus meningkatkan sistem manajemen K3.
 Salah satu manfaat dari pendaftaran OHSAS 18001 adalah memperoleh kepuasa pelanggan.
 Untuk melakukan sertifikasi OHSAS 18001, harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu
dan terdapat berbagai persyaratan-persyaratan.
 Terdapat 25 tahap dalam menerapkan OHSAS 18001.
DAFTAR PUSTAKA

Ratnasari, F.S., (2015), OHSAS 18001:2007 Pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Pada Industri,
https://www.academia.edu/12412568/OHSAS_18001_2007_pada_Sistem_Manajemen_Kesel
amatan_dan_Kesehatan_Kerja_SMK3_pada_Industry. Diakses Pada 25 April 2019

Rachmatantri, I., Haris S., Novita, K.W., Anadya, K., Meirianti, Z.C.P., (2015), OHSAS 18001,
Semarang : Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai