Abstract: To analyze the rainfall distribution patterns we must have minutely rainfall data or
hourly rainfall data, but the availability of minutely rainfall data or hourly rainfall data in
Indonesia is inadequate cause of still there is many rainfall station in Indonesia still using daily
manual rainfall measuring tool. If minutely or hourly rainfall data is not available, to form rain
distribution patterns can be used empirical methods such as Alternating Block Method (ABM),
Tadashi Tanimoto Method, Triangular Hyetograph Method (THM), or Modified Mononobe
Method.In this research, rain distribution pattern wanted to be analyzed through observation
method using rain data that happened in Progo watershed from year 2013-2015. In addition, the
rain distribution pattern will also be studied by empirical method to find the distribution pattern
that can approach the result of the observation method. In this research the empirical method
that being used is Alternating Block Method (ABM) and Modified Mononobe Method. The
purpose of this research is to know the distribution pattern of hourly rainfall that occurred in
Progo watershed by observation method and compare the rainfall distribution pattern towards
empirical method (ABM and Modified Mononobe) to get the most appropriate empirical rainfall
distribution pattern.The results of this study indicate that the rain distribution pattern with rain
duration of 2, 3, and 4 hours of Modified Mononobe method has better suitability toward
observation method because it has smaller deviation value compared with ABM method to
observation method. While on rain distribution pattern with rain duration of 5, 6, 7, and 8 hours
rain distribution pattern can not use empirical method analysis because deviation value that
happened is too big.
Kejadian 1
80 perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut
70 Kejadian 2
60
50
Kejadian 3 Tabel 2 Rekapitulasi Perhitungan Hujan
40
Kejadian 4
Rancangan
30
20 Mean
T
p(x) Q rerata S K=t Xt
10 (tahun)
0 2 0,5 73,5077 33,3125 0,0000 73,5077
0% 20% 40% 60% 80% 100%
%Durasi Hujan 5 0,2 0,8414
73,5077 33,3125 101,5368
10 0,1 73,5077 33,3125 1,2817 116,2043
Gambar 2 Grafik Distribusi Hujan Metode
20 0,05 73,5077 33,3125 1,6452 128,3134
Observasi Untuk Hujan Durasi 3 Jam
25 0,04 73,5077 33,3125 1,7511 131,8412
Pola distribusi hujan metode 50 0,02 2,0542
73,5077 33,3125 141,9382
observasi ditunjukkan olah nilai rata-rata
100 0,01 73,5077 33,3125 2,3268 151,0192
persentase kedalaman hujan dari setiap
200 0,005 2,5762
kelompok durasi hujan yang dianalisis, 73,5077 33,3125 159,3273
dimana dari grafik diatas dapat diketahui
bahwa pola distribusi hujan dengan durasi 3 Selanjutnya dilakukan perhitungan
jam ditunjukkan oleh garis berwarna biru. harga dari waktu konsentrasi yang nantinya
Adapun untuk mempermudah pembacaan akan digunakan pada perhitungan intensitas
nilai rata-rata tersebut disajikan dalam bentuk hujan yang akan digunakan untuk mencari
pola distribusi hujan metode empiris. Rumus
histogram pada Gambar 3 berikut.
tc yang digunakan pada penelitian ini adalah
rumus Australian Rainfall Runoff (ARR),
rumus ARR sangat beergantung dengan luas
DAS yang ditinjau adapun luas DAS yang
ditinjau adalah sebesar 2421,41 km2 (Menteri
Pekerjaan Umum, 2010) Berikut adalah Hasil perhitungan juga disajikan dalam
perhitungan nilai waktu konsentrasi yang bentuk histogram yang dapat dilihat pada
dilakukan. Gambar 4 berikut.
Tc = 0.76 x 2421,410.,38 80
73,507 14,681 2
Tabel 3 Perhitungan Distribusi Hujan Durasi 𝐼𝑇𝑡 = ×( )3
3 Jam Metode Modified Mononobe 14,681 1
𝐼𝑇𝑡 = 30,020 mm
Distribusi Hujan 3 Jam
Jam It 𝑃 = 𝐼𝑡 × 𝑇𝑑
Ke (mm/jam) P (mm) Delta (mm) %
1 30,0202 30,0202 30,0202 69,3361 𝑃 = 30,020 × 1
2 18,9115 37,8230 7,8029 18,0219 𝑃 = 30,020 mm
3 14,4322 43,2966 5,4735 12,6420
Agar lebih mudah dipahami untuk Alternating Block dapat dilihat pada Tabel 4
perhitungan lebih lanjut mengenai distribusi berikut
hujan durasi 3 jam menggunakan metode
Tabel 4 Perhitungan Distribusi Hujan Durasi 3 Jam Metode Alternating Block
Td It Hyetograph
(jam) (mm/jam) It Td Pt
(mm) Δp (mm) (%) (%) (mm)
Data hasil perhitungan juga disajikan Tabel 5 Uji Kesesuian Metode Obserasi
dalam bentuk histogram atau hyetograph Terhadap Metode Modified Mononobe
untuk mempermudah pembacaan, berikut
histogram data pola distribusi hujan metode Hujan 3 Jam
ABM dengan durasi hujan 3 jam ditunjukkan Observasi Mononobe Kesesuaian
pada Gambar 5. Jam % Jam % Jam %
1 69,3367 1 69,3361 1 0,0008
100
2 23,1243 2 18,0219 2 22,0651
Kedalaman Hujan (%)
80
70
Metode
60
%Kedalaman Hujan
Observasi
50 Metode
40 Modified
Mononobe
30 Metode ABM
20
10
0
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Durasi Hujan
Dapat dilihat pada gambar 7 diatas metode ABM terhadap metode observasi
bahwa kesimpulan yang diambil sebelumnya adalah tepat, dilihat dari kesesuaian pola yang
mengenai pola distribusi Modified Mononobe terjadi. Untuk grafik pola distribusi durasi
memiliki kesesuaian yang lebih baik terhadap hujan 2, 4, 5, 6, 7, dan 8 jam berturut-turut
metode observasi dibandingkan dengan dapat dilihat pada Gambar 8-13 berikut.
90
80
70 Metode
%Kedalaman Hujan
60 Observasi
50
Metode
40 Modified
30 Mononobe
Metode
20 ABM
10
0
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Durasi Hujan
Pada pola distribusi hujan dengan durasi 2 dan pada jam kedua sebesar 42,09 % lebih
jam yang dapat dilihat pada gambar 8, kecil dibandingkan dengan nilai
distribusi hujan dengan metode Modified penyimpangan antara metode ABM terhadap
Mononobe memiliki kesesuaian yang lebih metode observasi dimana pada jam pertama
baik terhadap metode observasi dibandingkan menunjukkan penyimpangan sebsesar
dengan metode ABM terhadap metode 67,95% dan pada jam kedua sebesar -122,77%
observasi hal ini dapat terlihat dengan jelas dengan demikian dapat disimpulkan pada pola
pada grafik, selain itu nilai penyimpangan distribusi dengan durasi hujan 2 jam metode
yang terjadi antara metode Modified Modified Mononobe memiliki kesesuaian
Mononobe terhadap metode observasi pada yang lebih baik terhadap metode observasi.
jam pertama menunjukkan angka -23,30%
70
60
Metode
50
%Kedalaman Hujan
Observasi
40 Metode
Modified
30 Mononobe
Metode ABM
20
10
0
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Durasi Hujan
Pada pola distribusi hujan dengan angka -38,71%, pada jam kedua sebesar
durasi 4 jam, distribusi hujan dengan metode 46,22% pada jam ketiga sebesar 43,50% dan
Modified Mononobe memiliki kesesuaian pada jam keempat sebesar -140,26% lebih
yang lebih baik terhadap metode observasi kecil dibandingkan dengan nilai
dibandingkan dengan metode ABM terhadap penyimpangan antara metode ABM terhadap
metode observasi hal ini dapat terlihat dengan metode observasi dimana pada jam pertama
jelas pada grafik, selain itu nilai menunjukkan penyimpangan sebsesar
penyimpangan yang terjadi antara metode 79,86% pada jam kedua sebesar -106,90%
Modified Mononobe terhadap metode pada jam ketiga sebesar 19,46% dan pada jam
observasi pada jam pertama menunjukkan keempat sebesar -201,80%. Selain itu
berdasarkan data pada histogram terlihat jelas pertama, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada metode ABM hujan dengan pada pola distribusi dengan durasi hujan 4 jam
kedalaman paling tinggi berada pada jam metode Modified Mononobe memiliki
ketiga sedangkan pada metode observasi dan kesesuaian yang lebih baik terhadap metode
metode Modified Mononobe hujan dengan observasi.
kedalaman paling tinggi terjadi pada jam
70
60
Metode
50
%Kedalaman Hujan
Observasi
40 Metode
Modified
30 Mononobe
Metode ABM
20
10
0
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Durasi Hujan
Berdasarkan hasil yang dapat dilihat pada kelima antara metode Modified Mononobe
grafik menunjukkan bahwa hujan dengan terhadap metode observasi terjadi sebesar -
kedalaman paling tinggi untuk metode 356,29%, sedangkan antara metode ABM
observasi dan metode Modified Mononobe terhadap metode observasi terjadi sebesar -
terjadi pada jam pertama, hal ini berbanding 440,33%. Hal ini jelas menunjukkan bahwa
terbalik dengan metode ABM dimana hujan penyimpangan yang terjadi antara metode
dengan kedalaman paling tinggi terjadi pada empiris terhadap metode observasi sangat
jam ketiga. Sehingga dapat disimpulkan besar, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa metode ABM tidak dapat digunakan pada kejadian hujan dengan durasi kejadian 5
sebagai pendekatan terhadap metode jam tidak dapat dilakukan pendekatan dengan
observasi pada kejadian hujan durasi 5 jam. menggunakan metode empiris yakni metode
Selain itu merujuk pada hasil uji kesesuaian, Modified Mononobe ataupun metode ABM
penyimpangan yang terjadi pada hujan jam
80
70
60
%Kedalaman Hujan
Metode
50 Observasi
40 Metode
30 Modified
Mononobe
20
Metode
10 ABM
0
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Durasi Hujan
.
Gambar 11 Kesesuaian Metode Observasi, Mononobe, ABM Hujan Durasi 6 Jam
Berdasarkan hasil yang dapat dilihat pada pada metode Modified Mononobe terjadi pada
grafik menunjukkan bahwa hujan dengan jam pertama, dan pada metode ABM terjadi
kedalaman paling tinggi memiliki perbedaan pada jam ketiga. Sehingga dapat disimpulkan
letak pada setiap metode untuk metode bahwa baik metode Modified Mononobe
observasi tejadi pada jam kedua, sedangkan ataupun metode ABM tidak dapat digunakan
sebagai pendekatan terhadap metode 1256,17 %. Hal ini jelas menunjukkan bahwa
observasi untuk kejadian hujan dengan durasi penyimpangan yang terjadi antara metode
6 jam. Hal ini juga didukung dengan hasil uji empiris terhadap metode observasi sangat
kesesuaian dimana merujuk pada hasil uji, besar, dengan demikian dapat disimpulkan
penyimpangan yang terjadi pada hujan jam pada kejadian hujan dengan durasi kejadian 6
keenam antara metode Modified Mononobe jam tidak dapat dilakukan pendekatan dengan
terhadap metode observasi terjadi sebesar - menggunakan metode empiris yakni metode
1256,17%, sedangkan antara metode ABM Modified Mononobe ataupun metode ABM.
terhadap metode observasi terjadi sebesar -
60
50
%Kedalaman Hujan
Metode
40 Observasi
30 Metode
Modified
20 Mononobe
10 Metode ABM
0
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Durasi Hujan
50
Metode
Observasi
%Kedalaman Hujan
40
Metode
30 Modified
Mononobe
Metode ABM
20
10
0
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Durasi Hujan
Berdasarkan hasil yang dapat dilihat pada letak pada setiap metode untuk metode
grafik menunjukkan bahwa hujan dengan observasi tejadi pada jam kedua, sedangkan
kedalaman paling tinggi memiliki perbedaan pada metode Modified Mononobe terjadi pada
jam pertama, dan pada metode ABM terjadi penyimpangan yang terjadi terhadap
pada jam ketiga. Sehingga dapat disimpulkan metode observasi terlalu besar.
bahwa baik metode Modified Mononobe e) Metode empiris sebaiknya hanya
ataupun metode ABM tidak dapat digunakan digunakan ketika data hujan yang
sebagai pendekatan terhadap metode dibutuhkan kurang memadai.
observasi untuk kejadian hujan dengan durasi
8 jam. Hal ini juga didukung dengan hasil uji 5. SARAN
kesesuaian dimana merujuk pada hasil uji, Berdasarkan penelitian dan analisis yang
penyimpangan terbesar yang terjadi antara dilakukan, berikut beberapa saran yang
metode Modified Mononobe terhadap metode berkaitan dengan penelitian ini :
observasi terjadi sebesar -614,96%, a) Pada penelitian selanjutnya agar
sedangkan antara metode ABM terhadap menggunakan data-data hujan terbaru
metode observasi terjadi sebesar -897,66 %. dari stasiun hujan otomatis yang ada
Hal ini jelas menunjukkan bahwa b) Pada penelitian selanjutnya agar dpat
penyimpangan yang terjadi antara metode dicoba metode empiris lainnya untuk
empiris terhadap metode observasi sangat sebagai pembanding terhadap metode
besar, dengan demikian dapat disimpulkan empiris yang dianalisis pada
pada kejadian hujan dengan durasi kejadian 8 penelitian ini
jam tidak dapat dilakukan pendekatan dengan c) Pada penelitian selanjutnya agar
menggunakan metode empiris yakni metode penelitian dapat menganalisis lebih
Modified Mononobe ataupun metode ABM. lanjut tentamg hidrograf banjir yang
terjadi berdasarkan data yang ada.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan analisis yang 6. DAFTAR PUSTAKA
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai Agustin, Winda. 2010. Pola Distribusi
berikut ini. Hujan Jam-Jaman Di Sub DAS
a) Pada hujan dengan kedalaman <50 Keduang. Jurusan Teknik Sipil
mm kelompok durasi hujan yang Fakultas Teknik Universitas Sebelas
mendominasi adalah hujan dengan Maret Surakarta.
durasi 2 jam dengan jumlah 390 Menteri Pekerjaan Umum, 2010.
kejadian. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
b) Pada hujan dengan kedalaman >50 No. 590/KPTS/M/2010 Tentang Pola
mm kelompok durasi hujan yang Pengelolaan Sumber Daya Air
mendominasi adalah hujan dengan Wilayah Sungai Progo – Opak –
durasi 7 jam dengan jumlah 11 Serang.
kejadian. Nurhidayah, Ropri. 2010. Pola Distribusi
c) Pada pola distribusi hujan dengan Hujan Jam-Jaman Di Sub DAS Alang.
durasi hujan 2 jam, 3 jam, dan 4 jam Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
pola distribusi hujan metode Modified Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Mononobe memiliki tingkat Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan.
kesesuian yang lebih baik terhadap Perum FT-UGM No.3 Seturan
metode observasi dibandingkan Caturtunggal Depok Sleman
dengan metode ABM terhadap Yogyakarta 55281: Beta Offset
metode observasi. Yogyakarta.
d) Pada pola distribusi hujan dengan
durasi hujan 5 jam, 6 jam, 7 jam, dan
8 jam. Pola distrbusi hujan sebaiknya
tidak dilakukan dengan pendekatan
metode empiris karena