Laporan Kasus CA Mammae
Laporan Kasus CA Mammae
DENGAN HIPERTENSI
Pembimbing
Disusun oleh:
RSUD KARAWANG
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas segala anugerah dan
nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah laporan kasus berjudul
“Anestesi Umum pada Pasien dengan Hipertensi”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesiologi di
Rumah Sakit Umum Daerah Karawang.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan ikut berkontribusi dalam penyusunan makalah laporan kasus ini,
terutama kepada dr. Ucu Nurhadiat, Sp.An, dr. Ade Nurkacan, Sp.An dan dr. Catur
Pradono, Sp.An selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dalam
pembuatan makalah laporan kasus. Terima kami penulis ucapkan untuk para staf
Ilmu Anestesiologi Rumah Sakit Umum Daerah Karawang yang telah ikut
membantu dan membimbing penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Ilmu
Anestesiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang .
Kami menyadari sepenuhnya masih terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah laporan kasus ini, oleh karena itu kritik dan saran yang dapat membangun
sangat diperlukan. Semoga makalah referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Judul :
Dengan Hipertensi
Disusun oleh:
Pemimbing
ii
DAFTAR ISI
iii
3.7 Tatalaksana Jalan Napas ................................................................................. 11
3.8 Indikasi Intubasi Trakea ................................................................................. 12
3.9 Kesulitan Intubasi ........................................................................................... 13
3.10 Komplikasi Intubasi ....................................................................................... 13
3.11 Ekstubasi ....................................................................................................... 14
BAB IV ANALISIS KASUS .......................................................................... 13
LAMPIRAN .................................................................................................... 13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Homeostasis adalah hal yang esensial bagi kelangsungan hidup. Faktor yang
yang harus dipertahankan secara homeostatis adalah konsentrasi garam, air dan
elektrolit lain. Hal tersebut dikarenakan konsentrasi garam dan air di cairan
ekstrasel mempengaruhi seberapa banyak air yang masuk atau keluar sel, maka
konsentrasi keduanya diatur secara cermat untuk mempertahankan volume sel. Air
adalah komponen tubuh manusia paling banyak, rata-rata membentuk 60% berat
tubuh. Faktor volume dan tekanan yang adekuat juga perlu dipertahankan karena
untuk menjamin distribusi penghubung antara lingkungan eksternal dan sel yang
penting ini ke seluruh tubuh.(1)
1
Pentingnya mempelajari terapi cairan untuk mencegah dan mengatasi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, maka pada makalah referat ini akan
dibahas mulai dari fisiologi cairan, jenis-jenis cairan hingga terapi cairan.
2
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2. 1 Identitas Pasien
Nama : Ny. Marsih
Usia : 48 th 0 bln 23 hr
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No.RM : 00.72.76.51
Alamat : Krajan
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 24 Juni 2018
3
Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang
memiliki keluhan yang sama. Ibu pasien memiliki riwayat darah
tinggi.
Riwayat Kebiasaan : Pasien memiliki kebiasaan sering memakan
makanan bersantan dan asin serta jarang melakukan olahraga.
Kebiasaan mengonsumsi obat tertentu dalam jangka Panjang,
meminum alkohol dan merokok disangkal.
Riwayat Operasi dan Pengobatan : Pasien sudah pernah berobat ke
puskesmas sebelumnya dan melakukan operasi biopsy pada benjolan
di payudara kirinya pada bulan Mei lalu.
Riwayat Sosial Ekonomi : Pekerjaan sehari-hari pasien adalah
sebagai ibu rumah tangga, terkadang berjualan bubur di dekat rumah.
Saat ini pasien memiliki 2 orang anak dan tinggal di rumah sendiri
dengan 3 buah kamar tidur.
4
- Thorax : Simetris, SNV (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-),
Bunyi Jantung I dan II regular, Murmur (-),
Gallop (-), terdapat benjolan di payudara
kiri, benjolan tidak kemerahan dan tidak
hangat
- Abdomen : Supel, Bising usus (+)
- Extremitas : Akral hangat, oedem (-)
Hematologi
Hematokrit 36,2 % 35 - 47
MCV 79 fL * 80 - 100
MCH 27 Pg 26 - 34
5
Kimia
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis Pembedahan : Ca Mammae sinistra
Tindakan Pembedahan : Mastektomi
Kriteria ASA : ASA III dengan hipertensi tidak terkkontrol
2.3 Pre-Operatif
Memastikan identitas pasien sudah lengkap dan benar
Diagmosa Pre-operatif : Ca Mammae sinistra
Tindakan : Mastektomi
Mempersiapkan dokumen persetujuan tindakan anestesi, pembedahan dan
assessment pre anestesi
Pasien diminta berpuasa sejak pukul 00.00
Pemberian obat untuk menurunkan tekanan darah sebelum dilakukan
operasi
Akses intravena terpasang di tangan kanan pasien
Persiapkan obat dan alat anestesi umum
Persiapkan monitor, saturasi oksigen, pengukur tekanan darah, nadi
Persiapkan obat-obatan emergensi : Efedrin HCL, Adrenalin, Atropine,
Aminofilin dan Natrium Bikarbonat
Keadaan umum :
- Compos mentis
- Tampak sakit sedang
6
Hasil pemeriksaan pre operatif subjektif : Demam (-), Alergi (-), asma (-),
riwayat hipertensi tidak rutin meminum obat (+), riwayat diabetes melitus
(-), riwayat Tuberkulosis (-), kebiasaan merokok (-), riwayat anestesi dan
komplikasi (-), puasa sejak pukul 00.00
Hasil pemeriksaan pre operatif objektif :
- Tekanan Darah : 180/110 mmHg
- Nadi : 102 x/menit
- Suhu : 37,3°C
- Saturasi Oksigen : 100%
- Pernapasan : 20 x/menit
Hasil penilaian pre operatif menurut klasifikasi American Society of
Anestheosilogist (ASA) : ASA III dengan hipertensi
7
Keadaan Intra Operatif
Jenis Anestesi : Anestesi umum
Tindakan pembedahan : Mastektomi
Lama pembiusan : 2 jam 20 menit
Lama pembedahan : 1 jam 50 menit
Posisi : Terlentang
Akses Intravena : Tangan kanan dengan Asering
Medikasi : Propofol 100 mg i.v bolus,
Midazolam 3 mg i.v bolus
Fentanyl 50 mg i.v bolus
Ondansetron 4 mg i.v bolus
Ketorolac 30 mg i.v bolus
Tramadol HCL 100 mg drip
Jumlah cairan : 1000 cc
Keadaan setelah pembedahan
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 100 x/menit
- Saturasi Oksigen : 100%
- Pernapasan : 18 x/menit
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat reversible.
9
Stadium 2 : stadium hipersekresi atau eksitasi atau delirium, terjadi depresi pada
ganglia basalis reaksi berlebihan bila ada rangsangan hidung, cahaya,nyeri, rasa
dan raba.
Stadium 3 : disebut stadium pembedahan, ventilasi teratur dan dibagi menjadi 4
plana
1. Plana 1 :
- ventilasi teratur : torako abdominal
- pupil terfiksasi, miosis
- refleks cahaya +
- lakrimasi meningkat
- refleks faring dan muntah –
- tonus otot mulai menurun
2. plana 2 :
- ventilasi teratur: abdominal torakal
- volume tidal menurun
- frekuensi nafas meningkat
- pupil : terfiksasi ditengah, midriasi
- refleks cahaya mulai menurun
- refleks kornea –
3. plana 3 :
- ventilasi terartur : abdominal dengan kelumpuhan saraf interkostal
- lakrimasi –
- pupil melebar dans sentral
- refleks laring dan peritoneum –
- tonus otot menurun
4. plana 4 :
- ventilasi tidak teratur dan tidak adekuat oleh karena otot diafrgama
lumpuh
- tous ott menurun
- pupil midriasi
- refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis –
stadium 4 : stadium paralisis, terjadi henti nafas sampai henti jantung.
3.6 Penilaian dan persiapan pra anestesi
10
1. Anamnesis
- Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya
- Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi ,
kardiovascular, TB, asma)
- Pemakaian obat obat tertentu seperti antidiabetik,
antikoaguan, kortikosteroid, antihipertensi secara teratur.
Dua obat terakhir harus diteruskan selama operasi dan
anestesi.
- Riawayat diet (makan dan minum terakhir)
- Kebiasaan pasien (perokok berat, peakaian alkohol atau
obat-obatan)
2. Pemeriksaan fisik
- Breath
Keadaan jalan napas pasien, bentuk pipi dan dagu, mulut dan
gigi, lidah dan tonsil. Apakah jalan napas mudah tersumbat?
Apakah intubasi akan sulit? Apakah pasien ompong atau
menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang kecil
yang akan mempersulit laringoskopi? Apakah ada gangguan
membuka mulut atau kekauan leher?
Tentukn frekuensi napas, tipe napas apakah cuping hidung,
abdominal atau torakal, apakah terdapat nafas dengan
bantuan otot pernapasan (retraksi kosta). Nilai ronki,
wheezing, mur mur dan stridr.
- Blood
Tekanan darah, nadi , tekanan nadi, perfusi perifer. Nilai
syok atau perdarahan. Dan pemeriksaan jantung.
- Brain
GCS dan tanda tanda TIK
- Bladder
Produksi urin dan pemeriksaan faal ginjal
- Bowel
11
Pembesaram hepar, bising usus dan peristaltik usus. Cairan
bebas dalam perut atau mass abdominal
- Bone
Kaku kuduk atau patah tulang? Pemeriksaan bentuk leher
dan tubuh dan kelainan tulang belakang.
3. Pemeriksaan laboratorium dan radiologi
- Pemeriksaan standar yaitu darah rutin ( kadar haemoglobin,
leukosit, bleeding time, clothing time atau APTT&PTT)
- Pemeriksaan kadar gula darah
- Liver function test
- Renal function test
- Pemeriksaan foto toraks
- Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula darah 2 jam
post prandial, pemeriksaan EKG untuk pasien > 40 tahun
4. Klasifikasi status fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik
seseorang berasal dari The American Society of Anesthesiologist (ASA):
1. ASA I : Pasien sehat organik, fiisiologik, psikiatri dan biokimia
2. ASA II : Penyakit sistemik ringan-sedang
3. ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, dan aktivitas rutin
terganggu
4. ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat dan tidak dapat
melakukan aktivitas rutin dari penyakitnya merupakan ancaman
kehidupannya setiap saat.
5. ASA V : pasien kritis yang diperkirakan dengan atau tanpa operasi,
hidupnya lebih dari 24 jam
6. E : Cito atau emergency
5. Masukan oral
Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan napas
merupakan risiko utama pada pasien yang menjalani anestesi maka
untuk meminimalkan risiko tersebut, pasien di jadwalka untuk operasi
12
elektif di wajibkan puasa. Pada pasien dewasa puasa 6-8 jam, pada anak
kecil 4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam.
6. Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat dalam waktu 1-2 jam sebelum
operasi untuk melancarkan induksi yang berguna untuk :
- Meredakan kecemasan dan ketakutan
- Memperlancar induksi anestesia
- Mengurangi kelenjar ludah dan bronkus
- Meminimalkan jumlah obat anestesi
- Mengurangi mual-muntah pasca bedah
- Menciptakan amnesia
- Mengurangi isis cairan lambung
3.6 Induksi Anestesia
Induksi anestesia adalah membuat pasien sadar menjadi tidak sadar,
sehingga dimungkinkan untuk memulai anestesi dan pembedahan. Induksi
anetesia dapat dikerjakan secara intravena, inhalasi, intramuskular, atau rektal.
1. Induksi intravena
Tiopental
13
menimbulkan nyeri dan jika masuk ke arteri bisa terjadi vasokontriksi dan
nekrosis jaringan sekitar. Jika hal ini terjadi dapat diberikan suntikan
infiltrasi lidokain. Tiopental menurunkan alirah darah ke otak, tekanan
likuor, tekanan intrakranial serta dapat menyebabkan depresi napas.
Tiopental didalam darah 70% diikat oleh albumin dan 30% bersifat bebas
jadi jika albumin rendah maka dosis tiopental juga harus dikurangi.
Propofol
Ketamin
Opioid
2. Induksi intramuscular
14
3. Induksi inhalasi
Hanya dikerjakan dengan halotan atau sevofluran.cara induksi ini
dikerjakan pada bayi atau anak yang belum terpasang jalur vena atau
pada dewasa yang takut disuntik.
Induksi halotan memerlukan gas pendorong O2 atau campuran N2O
dan O2. Induksi dimulai dengan aliran O2>4 liter/menit ata campuran
N2O:O2=3:1 aliran 4 liter/menit, dimulai dengan halotan 0,5 vol sampai
konsentrasi yang dibutuhkan. kalau pasien batuk konsentrasi halotan
diturunkan untuk kemudian kalau sudah tenang dinaikkan lagi sampai
konsentrasi yang diperlukan.
Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang
batuk, walaupun langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai
8 vol%. Seperti dengan halotan konsentrasi dipertahankan sesuai
kebutuhan. Induksi dengan enfluran, isofluran atau desfluran jarang
dilakukan karena pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi lama.
3.8 Tatalaksana jalan napas
1. Hidung
Menuju nasofaring
2. Mulut
Menuju orofaring
15
3. Mulut dibuka
Dengan maneuver ini diharapkan lidah terangkat dan jalan napas bebas,
sehingga gas atau udara lancer masuk ke trakea lewat hidung atau mulut.
16
F. Laringoskopi dan intubasi
Fungsi laring ialah mencegah bedan asing masuk paru. Laringoskop
merupakan alat yang digunakan untuk melihat laring secara langsung
supaya kita dapat memasukkan pipa trakea dengan baik dan benar.
Secara garis besar dikenal dua macam laringoskop:
1. Bilah, daun (blade) lurus (Macintosh) untuk bayi-anak-dewasa
2. Bilah lengkung (Miller, Magill) untuk anak besar-dewasa.
Klasifikasi tampakan faring pada saat membuka mulut terbuka
maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut Mallapati dibagi
menjadi 4 gradasi.
17
6. Gerak vertebra servikal terbatas
1. Selama intubasi
a. Trauma gigi geligi
b. Laserasi bibir, gusi, laring
c. Merangsang saraf simpatis
d. Intubasi bronkus
e. Intubasi esophagus
f. Aspirasi
g. Spasme bronkus
2. Setelah ekstubasi
a. Spasme laring
b. Aspirasi
c. Gangguan fonasi
d. Edema glottis-subglotis
e. Infeksi laring, faring, trakea
3.11 Ekstubasi
18
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini dapat disimpulkan bahwa pasien termasuk ASA (American
Society of Anestheologist) III yaitu keadaan pasien dengat penyakit, karena
didapatkan kelainan berupa hipertensi tidak terkontrol. Berdasarkan klasifikasi
American Heart Association (AHA), tekanan darah pasien sebesar termasuk dalam
hipertensi derajat 1.
19
Untuk premedikasi diberikan midazolam 3 mg sebagai anti axietas pada
pasien dan fentanyl 100 mcg. Pemilihan fentanyl sebagai premedikasi karena
merupakan obat analgesik yang sangat kuat berupa cairan isotonik steril untuk
penggunaan i.v. Sehingga sangat membantu untuk memberikan rasa nyaman bagi
pasien selama melewati proses pembedahan. Dosis fentanyl adalah 2 mcg/kgBB
dimana berat badan pasien ini adalah 75 sehingga dosis yang diberikan 150 mcg.
Namun pada pasien hanya di berikan 100 mcg di awal operasi.
20
pasien ke ruang ICU karena pasien merupakan pasca operasi besar dan
hemodinamik pasien tidak stabil ketika di ruang pemulihan.
PEMBERIAN CAIRAN
2 x 10 kg = 20 cc
1 x 55 kg = 55 cc
Total : 115 cc
8 x 75 kg = 600 cc
Kebutuhan Cairan Puasa (P) : Lama jam puasa x Kebutuhan Cairan Basal
: 3294 cc
21
Cairan yang masuk selama operasi = Asering 500 x 3= 1500 ml
NaCl 500 x 2 = 1000 ml
= 20 % x (70 x 75 kg)
= 20 % x 5250 = 1,050 cc
22
DAFTAR PUSTAKA
10. Miller RD. Anesthesia. 5th ed Churcill Livingstone Philadelphia 2000; 228-
27
23
LAMPIRAN
24
LAMPIRAN
25
LAMPIRAN
26
LAMPIRAN
27
28