Anda di halaman 1dari 14

TIPOMORFOLOGI DAN PERMASALAH PERMUKIMAN DI KELURAHAN

PENGAMBANGAN KOTA BANJARMASIN


Oleh: Rudi Hartono

Program Studi Arsitektur FakultasTeknik


Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Abstrak

Perkembangan kawasan permukiman seringkali menimbulkan permasalahan yang cukup rumit.


Kelurahan Pengambangan adalah sebuah kawasan di kota Banjarmasin yang mengalami
permasalahan permukiman cukup rumit karena belum adanya perencanaan yang terpadu. Studi ini
bertujuan untuk mengidentifikasi tipomorfologi permukiman berikut permasalahannya di kawasan
permukiman Kelurahan Pengambangan. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif diperoleh
hasil berupa tipe-tipe bangunan dan permukiman di kawasan studi beserta permasalahan yang
dihadapinya. Beberapa rekomendasi diberikan untuk membantu memecahkan permasalahan yang
ada.
Kata kunci: tipologi, morfologi, tipomorfologi, permukiman, permasalahan permukiman

Abstract

The development of residential area often creates complicated problems. Kelurahan Pengambangan
is an area in Banjarmasin which experiences complicated residential-area-related problems due to the
absence of comprehensive planning. This objective of this study is to identify the typomorphology and
problems of the residential area in Kelurahan Pengambangan. Using descriptive analysis methode,
the results identify some building and residential types in the study area together with problems which
are occurred. Recomendations are proposed to help to solve the problems.

Keywords: typology, morphology, typomorphologi, residentia areal, residential-area-related problems

PENDAHULUAN Permukiman jenis ini umumnya ditengarai


sebagai titik awal perkembangan suatu
Kawasan permukiman adalah kawasan inti wilayah atau kota yang berkembang secara
yang seringkali mendominasi dalam suatu alami pada lokasi-lokasi yang dekat dengan
kawasan perkotaan. Kawasan ini menjadi sumber daya alam yang digunakan manusia
pusat berawalnya kegiatan yang untuk hidup seperti sungai dan lahan
keberadaannya seringkali mengikuti pertanian yang subur. Berkaitan dengan hal
perkembangan kawasan lainnya. Setiap tersebut, umumnya permukiman jenis ini
kawasan fungsional yang dikembangkan berkembang secara sporadis di sekitar
akan membutuhkan kawasan permukiman sumber daya alam tersebut. Sedangkan
untuk mengakomodasi perkembangan permukiman jenis kedua adalah
masyarakat yang beraktivitas di dalam permukiman yang berkembang karena
kawasan yang dikembangkan tersebut. diciptakan oleh pengembang. Permukiman
Perkembangan kawasan tersebut ini dikembangkan pada lokasi-lokasi yang
pada dasarnya dapat digolongkan dalam umumnya berada di pinggiran kota untuk
dua jenis, yaitu: (1) permukiman yang mengakomodir pertumbuhan pusat-pusat
berkembang karena faktor historis; dan (2) baru di pinggiran kota tersebut. Permukiman
permukiman yang berkembang karena jenis kedua ini juga dikembangkan untuk
diciptakan. Permukiman jenis pertama memeratakan perkembangan wilayah atau
adalah permukiman yang telah berkembang kota, serta memenuhi kebutuhan
sebelum suatu wilayah atau kota perumahan penduduk.
berkembang menjadi sangat pesat.

1
Berkenaan dengan kedua jenis menghadap sungai, kemudian berubah
tersebut, dalam suatu wilayah atau kota, menghadap ke daratan/jalan. Saat ini
perkembangan dari kawasan permukiman banyak permukiman penduduk di pinggiran
sangat rentan terhadap adanya sungai kecil dan besar di Banjarmasin
perkembangan yang tidak terkendali. semakin beranjak menjadi kumuh bahkan
Adanya permintaan perumahan yang cukup ada beberapa dalam kondisi rusak,
tinggi tanpa diimbangi dengan ketersediaan hilangnya ruang terbuka yang semestinya
lahan pengembangan kawasan permukiman untuk kepentingan ruang publik, kekacauan
yang memadai, menyebabkan urban fabric khususnya sepanjang bantaran
perkembangan kawasan permukiman ini sungai, dan pembangunan infill yang tidak
menjadi salah satu pemberi sumbangan kontekstual.
terhadap terjadinya fenomena urban sprawl.
Selain itu, berbagai persoalan Tujuan Penelitian
pembangunan juga banyak muncul dari Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
kawasan permukiman, yaitu perumahan liar ini ialah :
dan permukiman kumuh, yang seringkali  Melakukan kajian terhadap tipomorfologi
berdampak lebih lanjut pada meningkatnya permukiman di Kelurahan
tingkat kesenjangan masyarakat, tingginya Pengambangan Banjarmasin.
angka kriminalitas, dan rendahnya tingkat  Mengkaji faktor-faktor apa yang
kesehatan masyarakat. mempengaruhi tipomorfologi dan
Berkaitan dengan banyaknya permasalahan permukiman permukiman
persoalan pembangunan yang muncul dari di Kelurahan Pengambangan
perkembangan kawasan permukiman, maka Banjarmasin.
kawasan permukiman merupakan salah satu
kawasan yang perlu dilakukan penanganan
secara khusus, namun dalam konteks TINJAUAN PUSTAKA
keruangan, penyelesaiannya tidak mungkin
dilakukan secara bersamaan. Faktor luas A. Struktur Ruang Kota
kawasan permukiman yang besar di suatu
wilayah atau kota dan banyaknya persoalan Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
yang muncul, mengakibatkan tiap kawasan permukiman, sistem prasarana maupun
permukiman memiliki upaya penanganan sarana, beserta sistem jaringannya. Secara
yang berbeda-beda bahkan terkadang hirarki, terdapat hubungan fungsional di
bersifat sangat spesifik, disebabkan antara semua hal itu yang berfungsi
persoalan yang muncul memiliki potensi sebagai pendukung kegiatan sosial-
dalam mempengaruhi keberlanjutan ekonomi. Tilaar dkk (2012) menyatakan
pembangunan wilayah atau kota. bahwa ada beberapa teori yang melandasi
Kawasan Pengambangan struktur ruang kota yang dikenal adalah:
merupakan kawasan padat penduduk di
bantaran Sungai Martapura yang cenderung 1. Teori Konsentris (Burgess, 1925) yang
berkembang menjadi kumuh dan tidak menyatakan Central Bussiness District
sesuai standar lingkungan permukiman yang (CBD) adalah pusat kota yang letaknya
sehat. Pesatnya perkembangan tepat di tengah kota dan berbentuk bundar
pembangunan dan teknologi modern seperti yang merupakan pusat kehidupan sosial,
pengembangan sistem transportasi darat, ekonomi, budaya dan politik, serta
menyebabkan aktivitas dan budaya merupakan zona dengan derajat
bermukim masyarakat Banjar mengalami aksesibilitas tinggi dalam suatu kota.
proses transformasi, baik pada komponen 2. Teori Sektoral (Hoyt,1939) menyatakan
fisik bangunan maupun aktivitas sosial bahwa CBD memiliki pengertian yang sama
ekonomi dan tradisi masyarakatnya. dengan yang diungkapkan oleh Teori
Ketergantungan terhadap angkutan sungai Konsentris.
mulai berkurang dengan adanya
perkembangan sistem transportasi darat. 3. Teori Pusat Berganda (Harris dan
Sebagian rumah yang pada awalnya Ullman,1945) menyatakan bahwa CBD

2
adalah pusat kota yang letaknya relatif di C. Kawasan Permukiman Terencana dan
tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi Tidak Terencana
sebagai salah satu “growing points”. Pada
teori ini terdapat banyak CBD dan letaknya Secara morfologi perkotaan ada dua tipe
tidak persis di tengah kota dan tidak selalu permukiman yang terlihat dan dapat
berbentuk bundar. diklasifikasikan sebagai permukiman yang
terencana dan tidak terencana. Permukiman
B. Pertumbuhan Kawasan Permukiman terencana adalah permukiman yang
Urban pembangunannya terencana secara
keseluruhan yang meliputi sarana jalan,
”Urban sprawl” adalah proses perembetan drainase, ruang terbuka, pola tata massa,
kenampakan fisik kota ke arah luar. Jenis- dan lain sebagainya. Permukiman tidak
jenis “urban sprawl” dapat dibedakan terencana atau permukiman spontan yang
sebagai berikut (Tilaar dkk, 2012) : dibangun secara bertahap dari unit-unit oleh
masing-masing pemilik dengan kondisi
1. Tipe Perembetan Konsentris (Continous lingkungan yang kurang terencana seperti
Development / Ribbon Development). jalan dan drainase. Yunus (2008)
Tipe ini berlangsung paling lambat, berjalan mengatakan pembangunan permukiman
perlahan-lahan terbatas pada semua bagian yang secara terus menerus tak
luar kenampakkan fisik kota yang sudah ada terkendaliakan mengakibatkan permukiman
sehingga akan membentuk suatu yang terbentuk kemudian akan menjadi
kenampakan morfologi kota yang kompak. permukiman padat bangunan, tidak tertata
Transportasi tidak berperan besar terhadap dan merupakan pemicu terjadinya
perembetannya. taudification (proses pembentukan
2. Tipe Perembetan Memanjang (Ribbon permukiman kumuh)
Development / Lineair Development /Axial D. Tipomorfologi Kawasan Urban
Development).
Ketidakmerataan perembetan areal Moudon (Santoso, 2011) menyebutkan
perkotaan di semua bagian sisi luar bahwa tipomorfologi merupakan pendekatan
daripada daerah kota utama dapat untuk mengungkapkan struktur fisik dan
ditemukan pada tipe ini. Hal ini paling cepat keruangan dan merupakan gabungan dari
terlihat di sepanjang jalur transportasi yang studi morfologi dan tipologi. Pendekatan
ada, khususnya yang bersifat menjari morfologi kota memfokuskan perhatian pada
(radial) dari pusat kota. Daerah di sepanjang bentuk-bentuk fisikal kawasan perkotaan
rute transportasi ini yang merupakan daerah yang tercermin dari jenis penggunaan lahan,
dengan tekanan paling berat dari sistem jaringan jalan, dan blok-blok
perkembangan. Perembetannya tidak bangunan, townscape, urban spawl, dan
merata pada semua bagian sisi-luar dari pola jaringan jalan sebagai indikator
pada daerah kota utama. morfologi kota. Menurut Herbert (Yunus,
2002) mengatakan bahwa matra morfologi
3. Tipe Perembetan Meloncat (Leap Frog pemukiman menyoroti eksistensi ruang kota
Development/Checkkerboard Development). yang dapat diamati dari kenampakan kota
Perkembangan lahan kekotaannya terjadi secara visual yang antara lain tercermin
berpencaran secara sporadis dan tumbuh di pada sistem jalan yang ada, blok-blok
tengah-tengah lahan pertanian, sehingga bangunan baik dari daerah hunian
cepat menimbulkan dampak negatif perdagangan, industri dan juga bangunan
terhadap kegiatan pertanian pada wilayah individual.
yang luas sehingga terjadi penurunan
produktifitas pertanian secara cepat. Tilaar dkk (2012) mengatakan pendekatan
Perembetan yang terjadi pada tipe ini tipologi difokuskan pada klasifikasi
dianggap paling merugikan oleh kebanyakan karakteristik formasi obyek-obyek bentukan
pakar lingkungan, tidak efisien dan tidak fisik kota dalam skala lebih kecil. Istilah
menarik. tipologi lebih banyak digunakan untuk
mendefinisikan bentuk elemen-elemen kota
seperti jalan, ruang terbuka hijau, bangunan

3
dan lain sebagainya. Tipologi merujuk pada Metode Analisis Penelitian
konsep dan konsistensi yang dapat Analisis dalam studi ini menggunakan
memudahkan masyarakat mengenal bagian- analisis deskriptif, yaitu menganalisis
bagian arsitektur / lingkungan binaan. langsung terhadap keadaan obyek studi
melalui uraian, pengertian, ataupun
Shirvani (1985) mengatakan bahwa lingkup penjelasan-penjelasan baik terhadap
kajian morfologi kota ditekankan pada variabel yang terukur maupun tidak terukur.
elemen-elemen fisiknya yang meliputi land
use, building form and massing, circulation
and parking, open space, pedestrian way, HASIL DAN PEMBAHASAN
activity support, signage, dan preservation.
Kedudukan dan fungsi Kawasan
Secara morfologi perkotaan tipe Pengambangan adalah:
permukiman dapat diklasifikasikan sebagai 1. Kawasan Pengambangan merupakan
permukiman yang terencana dan tidak bagian dari pusat kota (CBD) yang
terencana. Tilaar dkk (2012) mendefinisikan berdekatan dengan Kawasan
keduanya sebagai berikut: Strategis Provinsi dan Pusat yakni
Permukiman terencana adalah permukiman kawasan perdagangan dan jasa
yang pembangunannya terencana secara (Kawasan Mitra Plaza – Sentra Antasari
keseluruhan yang meliputi sarana jalan, dan Banjarmasin Duta Mall), serta
drainase, ruang terbuka, pola tata massa, dan kawasan Bantaran/Sungai Martapura.
lain sebagainya. Permukiman tidak terencana Hal ini menjadikan kawasan ini sebagai
atau permukiman spontan yang dibangun kawasan strategis bagi pertumbuhan
secara bertahap dari unit-unit oleh masing- dan perkembangan Kota Banjarmasin.
masing pemilik dengan kondisi lingkungan
2. Kawasan Pengambangan memenuhi
yang kurang terencana seperti jalan dan
kriteria dari RTRW sebagai kawasan
drainase.
strategis Kota Banjarmasin.
Yunus (2008) mengungkapkan bahwa
Berdasarkan penjelasan Rencana Tata
pembangunan permukiman yang tak
Ruang Wilayah (RTRW) Kota
terkendali dan dilakukan secara terus
Banjarmasin, kawasan perumahan yang
menerus dapat mengakibatkan permukiman
diprioritaskan untuk dikembangkan atau
yang terbentuk kemudian menjadi
ditata adalah kawasan perumahan yang
permukiman padat bangunan, tidak tertata
terletak di tepian sungai (Sungai
dan merupakan pemicu terjadinya
Martapura, Alalak, Barito), berdekatan
taudification (proses pembentukan
dengan kawasan perdagangan regional
permukiman kumuh)
dan potensial untuk kegiatan wisata dan
budaya.
METODE PENELITIAN 3. Dalam Rencana Studi Kawasan
Kumuh 2010 Kota Banjarmasin,
Metode Pendataan dan Teknik Pengolahan Kawasan Pengambangan termasuk
dan Penyajian Data Kawasan Kumuh Veteran –
Metode pengambilan data yang digunakan Pengambangan, meliputi kawasan
dalam penelitian ini ialah purposive sampling kumuh yang berada pada wilayah
pada beberapa rumah yang ada di Kelurahan Kuripan, Pengambangan,
Kelurahan Pengambangan Kota Kebun Bunga, Sungai Bilu dan Sungai
Banjarmasin yang dipilah sesuai dengan Lulut.
tujuan penelitian. Proses pengumpulan data
primer dilakukan dengan cara identifikasi Berdasarkan Studi Kawasan Kumuh
peta / citra satelit kawasan studi, observasi Tahun 2010, Kelurahan Pengambangan
lapangan dan wawancara. Data sekunder termasuk kategori kawasan Kumuh Sedang
diperoleh dari survey instansional. Data dan Kumuh Ringan dengan Prioritas
yang telah dikumpulkan, diolah melalui Penanganan III, namun kawasan
tahapan editing, tabulasi dan grafikasi serta permukiman lama/permukiman kampung
analisis. merupakan kawasan:

4
a. Illegal Subdivisions (Kawasan oleh fungsi hunian di belakang Koridor
Kumuh Bantaran Sungai); Utama Jalan Pengambangan Raya). Hampir
b. Inner-City Slums (Kawasan Kumuh seluruh bagian kawasan rencana memiliki
pada Permukiman Lama). fungsi perdagangan dan jasa, dengan skala
perdagangan bersifat pelayanan lokal/kota.
Aktivitas perdagangan di kawasan rencana
Tipologi dan Sebaran Permukiman di tidak hanya aktif di siang hari tetapi juga di
Kawasan Prioritas malam hari, terdapat pasar dan toko-toko
Dilihat dari karakteristiknya, permukiman di yang melayani kebutuhan masyarakat.
Kawasan Pengambangan umumnya Menurut pola pembangunannya,
tergolong dalam jenis permukiman low class bentuk pemanfaatan permukiman pada
residential dan sub urban low class lokasi perencanaan adalah rumah panggung
residential memiliki keterbatasan dalam yang sebagian berada menyusuri tepian
kemampuan yang masih tinggi. Tipologi sungai. Pola permukiman pada kawasan
housing supply dalam high class residential perencanaan merupakan kawasan
meliputi ruko permanen dan low class permukiman yang belum tertata baik yang
residential meliputi rumah swadaya, berada di bantaran sungai maupun yang
komplek perumahan Daerah Militer VI ada di daratan, dengan sirkulasi jalan yang
Tanjungpura dan Ouditorat Militer; ada sebagian tidak teratur.
sedangkan sub urban di Kawasan
Pengambangan berupa perkampungan lama
di pinggiran Sungai Martapura.
Ketersediaan rumah yang ada di Kawasan
Pengambangan tidak hanya dibangun atau
disediakan oleh pemerintah, tetapi juga dari
swasta dan masyarakat sendiri.
Secara makro, pemanfaatan lahan di
sepanjang koridor utama kawasan
perencanaan didominasi oleh kegiatan non-
permukiman (hanya sebagian kecil diselingi

Gambar 1
Kondisi Permukiman Tepi Sungai di Kawasan Pengambangan
(Sumber: Dokumentasi, 2013)

5
ekonomi memiliki peluang yang
Spesifikasi perumahan individual besar untuk berkembang cepat,
sangat bervariasi baik bentuk bangunan sedangkan wilayah yang strategis
maupun dimensi bangunan atau besar karena faktor sejarah dan tradisi
luasan tapak yang dibangun, sehingga berkembang lebih lambat
menimbulkan keragaman pola bangunan
Secara garis besar, tipologi terbentuknya
rumah tinggal pada kawasan perencanaan.
kawasan perumahan di Kawasan
Pola permukiman inilah yang menimbulkan
Pengambangan lebih didominasi oleh faktor
permukiman kumuh pada kawasan-kawasan
ekonomi. Tidak ada segregasi sosial yang
tertentu. Akibat keterbatasan ekonomi,
berpengaruh terhadap pola pengembangan
kondisi rumah yang dibangun terkesan
permukiman. Tumbuhnya penghunian
seadanya sehingga menyebabkan kurang
dipengaruhi oleh pembukaan lapangan kerja
terintegrasinya prasarana, sarana dan
baru, pola pikir yang dimiliki oleh generasi
utilitas kawasan.
baru dan faktor-faktor lain yang
Dari tinjauan historis, Kawasan
mempengaruhi preferensi perumahan.
Pengambangan merupakan kawasan padat
penduduk di bantaran Sungai Martapura Permasalahan Tipologi Permukiman
(Sungai Pengambangan) yang cenderung Ketersediaan rumah yang ada di kawasan
berkembang menjadi kumuh dan tidak prioritas tidak hanya dibangun atau
sesuai standar lingkungan permukiman yang disediakan oleh pemerintah tetapi juga dari
sehat. swasta dan masyarakat sendiri. Beberapa
a. Kawasan Pengambangan permasalahan, dampak, serta penyebab dari
mengalami perkembangan masing-masing tipologi perumahan sebagai
permukiman ke arah daratan, berikut:
khususnya wilayah Jl. A. Yani 1. Perumahan Swadaya
Simpang Empat dan sekitarnya. Permasalahan umum pada tipologi
Pada awalnya rumah-rumah perumahan swadaya di kawasan prioritas
penduduk mengikuti pola kurva linier adalah infrastruktur permukiman yang buruk
di sepanjang sungai – Sungai seperti jaringan jalan lingkungan, jaringan
Pengambangan – dan ada yang drainase, jaringan persampahan, dan
mengumpul pada daerah “dalam” jaringan air bersih.
berdekatan dengan daerah 1. Jaringan jalan pada kawasan
ladang/kebun atau lahan pertanian permukiman sebagian besar
(bahuma). Perkembangan menggunakan perkerasan cor beton,
permukiman ke arah daratan ini tetapi banyak jaringan jalan yang
dipicu oleh perkembangan sistem mengalami kerusakan dan belum
transportasi darat dan jaringan jalan dilakukan peningkatan konstruksi. Pada
(pembangunan jalan baru seperti Jl. saat hujan jalan menjadi becek,
A. Yani Simpang Empat, Jl. Gatot sehingga mengganggu aksesibilitas
Soebroto dan Jl. Lingkar Dalam internal kawasan.
Utara). a. Jalan lingkungan kurang beraturan
b. Perkembangan permukiman di (lebih mengikuti pola bangunan
Kawasan Pengambangan lebih yang juga kurang beraturan);
dipengaruhi oleh faktor-faktor b. Lebar jalan lingkungan mengikuti
ekonomi dibandingkan faktor sosial jarak antar bangunan yang sangat
budaya (seperti permukiman sempit untuk sebuah aksesibilitas
tradisional Kuin Utara). Di samping umum;
itu, perkembangan permukiman c. Tidak adanya jarak antara jalan
sangat tergantung dengan lingkungan dengan bangunan rumah
karakteristik wilayah (potensi dan penduduk
kedudukan kawasan studi – dalam d. Sebagian jalan lingkungan, terutama
konteks Kecamatan Banjarmasin permukiman daerah “dalam” masih
Tengah dan Banjarmasin Timur – di menggunakan konstruksi kayu
dalam wilayah Kota Banjarmasin). sederhana.
Wilayah yang strategis secara

6
2. Permasalahan jaringan drainase yaitu menyediakan infrastruktur dasar. Selain
lebih kepada belum adanya infrastruktur dasar, kendala lain adalah
pembangunan jaringan dengan kualitas fisik hunian yang cenderung rendah
konstruksi permanen, sehingga (masih terdapat hunian tanpa finishing pada
mempermudah terjadinya sedimentasi. dinding rumah dan orientasi hunian yang
Kondisi ini diperburuk dengan minimnya kurang memperhatikan aspek estetika
kegiatan perawatan terhadap jaringan lingkungan kawasan); kondisi ini disebabkan
yang sudah ada (eksisting), sehingga oleh tingkat kemampuan masyarakat yang
menimbulkan genangan air hujan dan air rendah.
kotor di beberapa ruas jalan dan Permasalahan infrastruktur dan
permukiman penduduk. kualitas hunian tidak hanya bisa dipandang
a. Hampir semua jalan lingkungan yang sebagai dampak dari pembangunan sektor
berada di kawasan tidak dilengkapi Infrastruktur dan rumah yang masih kurang,
dengan drainase; tetapi juga harus dilihat dari sisi kebijakan
b. Sebagian besar drainase dan regulasi yang mengatur pembangunan
memanfaatkan kolong bangunan infrastruktur permukiman dan skema
sebagai tempat pembuangan limbah Pembiayaan Perumahan.
cair;
2. Perumahan Lama
c. Sungai/badan air lainnya berfungsi
Tipologi permukiman lama di tepian Sungai
sebagai saluran primer dan
Pengambangan memiliki kecenderungan
sekunder.
kumuh. Infrastruktur yang sesuai untuk
3. Jaringan persampahan secara umum
diterapkan pada permukiman lama/tepian
dapat dikatakan kurang terlayani dengan
sungai tidak seluruhnya sama dengan
baik, tidak terdapat fasilitas pendukung
permukiman lainnya. Oleh karena itu
dan manajemen persampahan. Hal ini
standar penilaian infrastruktur kawasan
dipengaruhi juga oleh aksesibilitas
permukiman lama/tepian sungai tidak bisa
internal kawasan yang buruk sehingga
disamakan dengan permukiman lain.
menghambat pengangkutan sampah dari
Jaringan jalan lingkungan sudah
rumah tangga menuju TPS.
terbangun dengan konstruksi rabat beton,
a. Terjadi timbunan sampah dan polusi
pada sebagian kawasan masih
udara di tempat-tempat terbuka;
menggunakan titian/jerambah sebagai
b. Sampah yang berserakan
penghubung antarhunian karena hunian
berdampak negatif terhadap
dibangun di atas air. Sedangkan untuk
keindahan kawasan, terkesan kumuh
infrastruktur lain sudah mengakses kawasan
dan kotor;
dan dapat digunakan untuk pemenuhan
c. Masih rendahnya tingkat
kebutuhan kawasan meskipun masih
pemahaman masyarakat terhadap
terbatas.
sistem pengelolaan persampahan;
Tipe hunian beragam, jika dilihat dari
4. Jaringan air bersih sudah dapat
fisik hunian dapat dikategorikan menjadi
melayani seluruh kawasan, debit air
rumah dengan dinding batako dan bata
bersih sudah cukup untuk melayani
(modern) serta rumah dengan dinding dan
kawasan. Permasalahan yang ada yaitu
struktur kayu (tradisional). Sedangkan dari
tekanan pada Sambungan Rumah (SR)
lokasi hunian dapat diklasifikasikan menjadi
yang lemah, terutama saat peak hour.
landed houses dan rumah panggung di atas
Selain itu, permasalahan tingkat
air. Secara umum tidak terdapat
kemampuan finansial dan faktor budaya
permasalahan yang signifikan terhadap tipe
mengakibatkan sebagian masyarakat
hunian, permasalahan yang ada hanya
masih menggunakan air sungai sebagai
kualitas rumah yang kurang baik.
kebutuhan domestik.
3. Rumah Liar/Ilegal
Permasalahan penyediaan
Pada kawasan yang sebenarnya difungsikan
infrastruktur masih menjadi permasalahan
sebagai area hijau (tidak terbangun) dan di
yang belum terpecahkan sampai saat ini.
tepian sungai banyak diokupasi secara ilegal
Masyarakat yang sebagian besar adalah
menjadi rumah liar. Penggunaan lahan
MBR, tidak mampu secara swadaya untuk
secara ilegal tersebut tidak hanya sebagai

7
hunian, sebagian digunakan sebagai tempat berada pada sisi jalan utama dan jalan lokal
usaha (aktifitas perekonomian) seperti kawasan yaitu di sepanjang Koridor Jalan
warung, bengkel, dan kedai. Pengambangan Raya. Selain itu, pada
Secara tata ruang dan legalitas lahan kawasan hunian banyak dijumpai kavling
rumah liar/ilegal dapat dkategorikan sebagai yang tidak terbangun, kavling tersebut
ilegal occupation, sehingga solusi yang tepat sudah ada pemiliknya tetapi tidak dilakukan
adalah relokasi/resettlement. Permasalahan pembangunan hunian. Permasalahan yang
yang sering terjadi adalah kembalinya ada pada kawasan perencanaan terkait
penghuni rumah liar dan penghuni baru ke dengan kondisi hunian di perumahan.
lokasi semula karena ketidakjelasan a. Rumah terbangun tidak layak
pemanfaatan lahan tersebut. Kondisi ini disebabkan karena sistem
Dari sisi utilitas dasar, rumah pembangunan rumah yang diserahkan
liar/ilegal dapat mengakses jaringan listrik, sepenuhnya kepada calon penghuni
sehingga penghuni merasa cukup layak terkait desain dan material bangunan.
untuk menghuni daerah ilegal tersebut. Kondisi ini jauh berbeda dengan sistem
Kualitas hunian cenderung di bawah standar penyediaan perumahan formal yang
kelayakan dengan sifat hunian yang semi memiliki keseragaman tipe, desain, dan
permanen, tetapi terdapat juga rumah liar kualitas bangunan.
dengan bangunan permanen. Di sisi lain skema pembiayaan
Secara afordabilitas, tidak seluruh perumahan tidak berjalan secara
penghuni rumah liar merupakan low optimal. Karakter ekonomi masyarakat
affordability dalam pengadaan perumahan. yang bergerak di sektor informal
Sebagian menggunakan rumah liar sebagai menjadikan masyarakat tidak menjadi
tempat usaha, bahkan berdasarkan target groups yang bankable. Dengan
informasi dari masyarakat sekitar terdapat tingkat pendapatan yang relatif rendah
penghuni rumah liar yang memiliki kaveling (UMK) dan ditambah dengan skema
sebagai investasi. pembiayaan pembangunan yang tidak
efektif mengakibatkan pembangunan
Kondisi Hunian rumah menyesuaikan dengan tingkat
Kondisi hunian sangat bervariasi kemampuan masyarakat.
menyesuaikan dengan tingkat kemampuan b. Terdapat Kavling Rumah Tidak
masyarakat. Pada kawasan perencanaan Terbangun
terdapat 3 tipologi perumahan yaitu Rumah tidak terbangun disebabkan oleh
Perumahan Swadaya, Perumahan Lama, beberapa alasan, antara lain:
dan Rumah Liar/Ilegal. Ketiganya memiliki - Membeli kavling sebagai investasi
karakter berbeda-beda. Terdapat beberapa kavling hunian
1. Perumahan Swadaya yang tidak dibangun dan digunakan
Rumah swadaya merupakan rumah milik hanya sebagai investasi atau
penduduk yang bermukim sejak lama di tabungan di masa depan.
wilayah tersebut. Rumah swadaya dibangun - Buruknya akses dan infrastruktur
dan didirikan sendiri oleh masyarakat Ketersediaan infrastruktur yang
membentuk suatu kawasan permukiman terbatas dan akses yang buruk
bersama. Kondisi hunian di dalam menjadi faktor pengaruh tidak
perumahan swadaya variatif sesuai dengan terbangunnya kavling hunian.
kemampuan penghuni. Hampir seluruhnya c. Perubahan fungsi hunian menjadi
merupakan rumah permanen, akan tetapi komersial
sebagian besar memiliki kondisi eksiting Perubahan fungsi hunian menjadi
hunian yang cukup baik. Selain itu juga komersial cenderung mengikuti
terdapat hunian yang memiliki kondisi perkembangan pembangunan dan
hunian yang baik atau lebih ke arah terdapat demand pada kawasan.
developmental need. 2. Perumahan Lama
Pada kawasan perumahan, terdapat Perumahan lama di tepian Sungai
hunian yang berubah menjadi fungsi Pengambanganmemiliki karakter dan tipe
komersial terutama pada hunian yang hunian yang beragam. Diantaranya adalah

8
rumah panggung dan rumah landed dengan meskipun tidak seluruhnya, terdapat rumah
luas dan desain yang bervariasi. dengan tipe permanen. Sebagian rumah liar
a. Rumah Panggung dimanfaatkan sebagai campuran antara
Di dalam kawasan perumahan lama fungsi hunian dengan tempat usaha, antara
(perumahan di tepian sungai) terdapat lain dimanfaatkan sebagai bengkel, tempat
rumah-rumah penduduk yang memiliki penampungan barang bekas, dan lain-lain.
tipe rumah panggung dan dibangun di Pemasalahan kondisi fisik hunian
atas air. Kondisi fisik cenderung semi pada rumah liar adalah sebagai berikut:
permanen dengan material bangunan a. Kualitas fisik cenderung semi
kayu. permanen
b. Rumah landed Sense of belonging yang rendah lebih
Rumah landed memiliki desain, tipe menjadi penyebab kualitas hunian yang
rumah, dan material yang bervariasi. semi permanen. Masyarakat tidak
Masih terdapat rumah semipermanen. meningkatkan kualitas rumah karena
Ketersedian infrastruktur dasar pada tidak merasa memiliki dan cenderung
perumahan tipe landed cukup baik menempatkan sebagai penghuni
(tersedia). temporer.
Fungsi hunian pada kampung tua tidak b. Pemanfaatan hunian sebagai tempat
mengalami derivasi yaitu tetap sebagai usaha
fungsi hunian. Perubahan fungsi hunian Persebaran lokasi rumah liar cenderung
pada jalan utama kawasan tidak menempati lokasi strategis (ilegal).
seluruhnya dimanfaatkan untuk area
komersial murni, tetapi masih berfungsi
campuran antara hunian dan komersial. Perletakan Hunian
Permasalahan kualitas hunian pada Perletakan dan orientasi hunian pada 3
perumahan lama adalah: tipologi perumahan berbeda satu dengan
a. Kualitas hunian tidak standar satu lainnya dan memiliki karakter yang spesifik
dan lainnya. untuk tiap tipologi.
Permasalahan ini disebabkan oleh 1. Perumahan Swadaya
penyediaan rumah yang dilakukan Pola perletakan hunian pada perumahan
secara swadaya (perumahan swadaya), swadaya cenderung cukup teratur,
sehingga menyesuaikan dengan tingkat khususnya hunian di koridor jalan utama.
kemampuan masyarakat. Selain itu mata Setiap hunian pada perumahan swadaya
pencaharian masyarakat yang bekerja umumnya terakses dengan jaringan jalan
pada sektor informal manjadikan dengan orientasi setiap bangunan
masyarakat menajdi tidak bankable menghadap jalan.
dalam skema pembiayaan perumahan. Potensi dan permasalahan
b. Kualitas hunian tidak baik perletakan hunian pada kawasan
Dalam menjustifikasi kelayakan fisik perumahan swadaya sebagai berikut:
hunian permukiman di tepian sungai a. Pola perletakan hunian pada perumahan
memerlukan pendekatan kearifan lokal, swadaya cenderung cukup teratur dan
atau dapat diartikan bahwa mengikuti pola jaringan jalan lingkungan.
standar/kriteria penilaian terhadap rumah b. Pembangunan secara parsial,
tua tidak dapat disamakan dengan sporadis/bertahap, lemahnya
rumah standar. Permasalahan yang ada keterpaduan antar perumahan.
pada kawasan rumah di tepian sungai c. Rumah terbangun tidak beraturan,
adalah minimnya pelayanan infrastruktur karena minimnya guideline dan
dasar, terutama pada rumah panggung. manajemen/ pengelolaan.
3. Rumah Liar/Ilegal 2. Perumahan Lama
Rumah liar/ilegal merupakan rumah yang Perumahan lama di tepian Sungai
berada pada lahan yang illegal secara tata Pengambangan tumbuh secara organis
ruang maupun status dan kepemilikan tanpa diawali dengan perencanaan,
lahan. Kondisi fisik hunian pada tipologi konsentrasi perumahan mengikuti pola
perumahan liar cenderung semi permanen kurva linier di sepanjang sungai dan ada

9
yang mengumpul pada daerah “dalam”. Tipe mutlak, terutama pada perumahan di atas
rumah panggung terkonsentrasi di tepian air.
sungai, sedangkan rumah landed berada
3. Rumah Liar/Ilegal
pada layer kedua di belakang rumah
Di dalam area rumah liar tidak terdapat
panggung. Orientasi bangunan cenderung
perangkat pengaturan bangunan. Karena
berorientasi ke sungai terutama untuk rumah
sifatnya adalah illegal occupation,
panggung, sedangkan rumah landed lebih
seharusnya bukan dimanfaatkan untuk area
berorientasi ke jaringan jalan – jaringan jalan
permukiman dan atau area terbangun.
berupa jalan kecil atau jembatan kayu
dengan menggunakan konstruksi kayu
sederhana. REKOMENDASI PEMECAHAN MASALAH
3. Rumah Liar/Ilegal Identifikasi Potensi
Sesuai dengan sifat dan karakternya yang Kawasan Pengambangan merupakan
ilegal, pola perletakan rumah tidak kawasan-kawasan dengan kepadatan
terencana dan tidak teratur. Rumah liar penduduk relatif tinggi dan permukiman
tumbuh secara sporadis dan tidak penduduk relatif kumuh, artinya
memperhatikan orientasi rumah. Rumah- permukiman-permukiman ini perlu
rumah liar banyak yang tidak terakses diprioritaskan pembangunannya, baik dari
jaringan jalan. pengendalian permukiman maupun
pengembangan sarana prasarana
Pengaturan Hunian infrastruktur kawasan tersebut. Dalam
Rencana Studi Kawasan Kumuh 2010 Kota
Pengaturan hunian merupakan suatu
Banjarmasin, Kawasan Pengambangan
alat/instrumen untuk mengendalikan
termasuk Kawasan Kumuh, meliputi
pembangunan permukiman, sehingga dapat
kawasan kumuh yang berada pada wilayah
menciptakan kualitas permukiman yang
Kelurahan Kuripan, Pengambangan, Kebun
baik. Beberapa instrumen yang digunakan
Bunga, Sungai Bilu dan Sungai Lulut.
adalah aturan GSB (Garis Sempadan
Bangunan), KDB, dan KLB.
1. Perumahan Swadaya Permasalahan, Hambatan Dan Tantangan
Pengaturan bangunan hunian pada Permasalahan pengembangan permukiman
kawasan perumahan swadaya tidak terlalu di Kawasan Pengambangan sebagai berikut:
ketat dan cenderung tidak terdapat 1. Adanya permukiman padat penduduk
pengawasan. Hal ini terlihat dari bangunan mengakibatkan lingkungan kumuh dan
yang melanggar garis GSB dan KDB, tidak sesuai standar lingkungan
sedangkan KLB tidak terlalu terjadi permukiman yang sehat. Selain itu,
pelanggaran. Terdapat rumah yang umumnya masyarakat berpenghasilan
dibangun tanpa memperhatikan aturan GSB, rendah dan miskin cenderung bermukim
bahkan terdapat bangunan yang padat penduduk, sehingga penampilan
dikembangkan hampir 100% dari luas lahan fasade bangunan sangat buruk dan tidak
yang dimiliki. memberikan kontribusi terhadap estetika
2. Perumahan Lama lingkungan;
Pengaturan hunian di perumahan 2. Pertumbuhan berbagai aktivitas,
lama/tepian sungai hampir tidak ada. bangunan dan kawasan tidak tertata
Terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang dengan baik, serta tidak terencana
spesifik pada kawasan perumahan secara komprehensif dan representatif,
lama/tepian sungai. Rumah panggung sehingga relatif kusam, kumuh dan tidak
berada di atas air yang secara aturan terawat;
melanggar garis sempadan sungai. 3. Peningkatan jumlah rumah tangga yang
Sedangkan untuk perumahan lama/tepian menempati rumah tidak layak huni tanpa
sungai yang berada di ‘darat’ terletak tidak didukung oleh prasarana dan sarana
terlalu jauh dari garis sungai. Aturan KDB lingkungan infrastruktur, khususnya jalan
dan KLB tidak dapat diterapkan secara lingkungan dan utilitas umum yang

10
memadai, terutama bagi masyarakat lembab seperti Kota Banjarmasin.
yang berpenghasilan rendah. Sirkulasi udara dapat diciptakan
dengan cara memperhatikan sirkulasi
Hambatan dan tantangan dalam
eksisting dan selanjutnya
pengembangan permukiman di Kawasan
memperkuat dan mengarahkan
Pengambangan adalah:
sirkulasi udara tersebut. Oleh karena
1. Masyarakat menginginkan adanya
itu, Penataan Bangunan dan
relokasi sementara, sehingga
Infrastruktur (PSD) hendaknya juga
Pemerintah Kota Banjarmasin harus
mengandung suatu aturan yang
menyediakan tempat yang dapat
ditujukan untuk menjamin agar
menampung ribuan kepala keluarga
sirkulasi udara eksisting tidak
sebelum dibangunnya rusunawa di
terhambat oleh letak dan orientasi
daerah tersebut.
dari bangunan-bangunan yang bakal
2. Kehadiran Rusunawa diprediksi akan
tumbuh di kawasan tersebut.
memberikan dampak, yaitu:
c. Bila pola pembangunan dengan
a. Meningkatkan jumlah penduduk,
pengurukan dilanjutkan,
sehingga secara signifikan akan
dikhawatirkan akan terjadi
meningkatkan jumlah kebutuhan
pergeseran daerah genangan ke
infrastruktur, termasuk kemungkinan
kawasan lain. Oleh karena itu dalam
terjadinya peningkatan volume dan
penataan bangunan dan infrastruktur
frekuensi lalu lintas kendaraan dan
(PSD) pembangunan harus diatur
pejalan kaki di sekitar Rusunawa.
dengan baik agar dampak
Apabila pada beberapa titik muncul
pembangunan tidak menyebabkan
atau terdapat kemacetan lalu lintas,
kawasan lain mengalami limpahan
kondisi jalan menjadi penting untuk
air permukaan yang seharusnya
dipikirkan. Lebar jalan yang terlalu
diperankan oleh Kawasan Studi.
sempit dan pertemuan antara jalan
d. Bertambahnya limbah yang
yang menghubungkan dua pusat
dihasilkan oleh pertambahan jumlah
kegiatan dengan jalan-jalan
penduduk dan pembangunan
lingkungan mempunyai potensi untuk
lingkungan. Sampah bisa diatur
berkembang secara fisik dengan
pengelolaannya dengan sistem
berbagai aktifitas, sehingga sebelum
Tempat Pembuangan Sementara
berkembang secara tidak terkendali
(TPS) di titik-titik tertentu pada
dan dapat menyebabkan kemacetan,
Kawasan Studi dan selanjutnya
jalan sempit dan titik persimpangan
dibawa ke Tempat Pembuangan
seperti itu perlu diperhatikan dan
Akhir (TPA) di luar kawasan. Limbah
ditata.
cair dan padat yang umumnya
b. Perubahan iklim mikro di sekitar
berasal dari kotoran manusia bisa
kawasan, sebagai akibat hadirnya
ditangani dengan sistem setempat
bangunan baru di kawasan tersebut.
dengan catatan sistem penyediaan
Salah satu iklim mikro yang harus
air bersih dilakukan oleh PDAM dan
diperhatikan adalah arah dan
bukan dari sumur artesis dari
kecepatan angin yang melalui
masing-masing persil. Biasanya
kawasan. Sirkulasi udara yang baik
peningkatan jumlah limbah akan
dapat membawa heat-gains atau
diikuti dengan peningkatan jumlah
pertambahan panas dan kelembaban
pemulung di sekitar kawasan,
pada diri manusia sehingga
sehingga dengan demikian jumlah
meningkatkan kenyamanan manusia
rumah kumuh akan bertambah pula.
dalam suatu ruang secara efektif.
Hal ini memerlukan pemecahan yang
Udara memiliki sirkulasi baik apabila
cukup serius. Belum adanya
ada inlet dan outlet tertentu bagi
kebijakan yang terperinci untuk
udara. Oleh karena itu, sirkulasi
pengembangan dan perencanaan
udara merupakan hal penting untuk
kawasan studi akan menyebabkan
diciptakan dalam suatu kawasan di
terjadi perkembangan yang tidak
sebuah negara beriklim tropis
terarah dan kurang terkoordinasi.

11
e. Meningkatkan volume air kotor dan 6. Keterbatasan lahan, dalam pelaksanaan
mengurangi daya serap tanah peremajaan lingkungan kumuh harus
terhadap air hujan (sebab luas dipilih lokasi yang benar-benar cocok
permukaan tanah yang ditutup oleh baik terhadap program itu sendiri
bangunan akan menjadi semakin maupun program lainnya yang sedang
besar), sehingga akan meningkatkan dilaksanakan.
volume air hujan dalam sistem 7. Perlu diciptakan kebersamaan,
drainasi yang ada. masyarakat perkotaan yang cenderung
mengutamakan kepentingan individu
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
perlu diarahkan pada hidup dengan rasa
menangani lingkungan permukiman kumuh,
kebersamaan dalam lingkungan
sebagai berikut:
permukiman yang baru.
1. Peremajaan lingkungan kumuh
8. Belum kuatnya dana pembangunan
merupakan proyek besar, sehingga
permukiman.
harus dipertimbangkan dengan matang
9. Belum berkembangnya prinsip dengan
mengenai manfaat proyek karena
pendekatan yang manusiawi tanpa
menyangkut sekian banyak manusia
kekerasan;
yang akan tergusur atau dimukimkan
10. Sulitnya penegakan hukum karena
kembali.
penghuni lingkungan kumuh hampir tidak
2. Masih ada dualisme antara penataan
mengerti peraturan perundang-
lingkungan dengan peremajaan
undangan yang berlaku. Diperlukan
lingkungan yang mengikuti standar
waktu yang cukup lama untuk mengubah
teknis bangunan. Penghuni permukiman
pola hidup masyarakat.
kumuh kelihatannya masih senang
11. Pengelolaan program peremajaan
tinggal di rumah kumuh daripada di
lingkungan kumuh harus berpandangan
rumah susun.
objektif dan luas. Pengelola harus
3. Banyak proyek peremajaan lingkungan
melihat kepentingan pemerintah dan
kumuh yang tidak didahului oleh survai
kepentingan masyarakat yang
sosial untuk melihat karakteristik
lingkungan permukimannya akan
kemampuan dan kemauan penduduk
diremajakan.
yang akan tergusur. Pembangunan
rumah susun bukan sekedar masalah Penanganan Dan Rekomendasi
teknis, tetapi juga menyangkut sosial Penyediaan hunian vertikal dianggap
ekonomi dan budaya penduduk. sebagai salah satu solusi yang rasional
4. Banyak proyek peremajaan lingkungan pada saat ini, untuk mengantisipasi
yang kurang memperhatikan kelangkaan lahan bagi pembangunan
kelengkapan lingkungan seperti taman, perumahan di perkotaan, khususnya di
ruang terbuka, tempat rekreasi, Kawasan Pengambangan.
pencegahan kebakaran, tempat
pembuangan sampah sementara dan
tempat bermain anak- anak.
5. Penggusuran sering diartikan buruk,
akan tetapi pemerintah berusaha
meremajakan lingkungan kumuh dan
memungkinkan penduduknya ke tempat
yang lebih baik.

12
Gambar 2
Model Pengembangan Hunian Vertikal

1. Mangkaji kelayakan pembangunan


Dalam rangka mendorong
rumah susun dari aspek ekonomi, fisik-
percepatan penyediaan perumahan di
lingkungan dan sosial budaya;
perkotaan, pemerintah memperioritaskan
2. Memberi rekomendasi untuk
pengadaan rumah susun sederhana sewa
mengantisipasi berbagai masalah
(rusunawa) maupun milik (rusunami).
ekonomi, fisik-lingkungan dan sosial
Pembangunan rumah susun sederhana
budaya dalam perencanaan
sewa (rusunawa) merupakan salah satu
pembangunan rumah susun.
wujud program penanganan kawasan
Studi kelayakan ini sangat bermanfaat baik
permukiman kumuh di perkotaan dengan
bagi pemerintah dan warga permukiman
pendekatan peremajaan kota atau urban
eksisting maupun bagi pemerhati dan
renewal. Sebagai salah satu komponen
peminat masalah lingkungan permukiman
dalam peremajaan permukiman perkotaan,
kota.
rusunawa diperuntukkan bagi masyarakat
1. Bagi pemerintah, bermanfaat untuk
berpenghasilan rendah (MBR) yang belum
menetapkan kebijakan-kebijakan
mampu mengakses rumah milik atau rumah
perencanaan pembangunan rumah
sewa pada harga pasar, sehingga
susun;
pengelolaan rusunawa bisa dikategorikan
2. Bagi warga permukiman eksisting,
sebagai program penanggulangan
sebagai informasi dalam aspek
kemiskinan. Pembangunan rusunawa tidak
peremajaan permukiman kumuh melalui
dapat berdiri sendiri, namun harus terpadu
pembangunan rumah susun;
serta disiapkan melalui tahapan pekerjaan
3. Bagi pemerhati dan peminat masalah
yang ditetapkan oleh masing-masing
lingkungan permukiman kota, sebagai
kota/kabupaten.
salah satu rujukan dalam pembangunan
Sebelum dilaksanakan
rumah susun untuk merehabilitasi
pembangunan rumah susun, perlu diadakan
permukiman kumuh.
pengkajian kelayakan untuk mencapai hasil
Selain studi kelayakan, diperlukan
yang tepat sasaran. Studi kelayakan ini
perlindungan sosial dan lingkungan guna
bertujuan untuk:
meminimalkan dampak-dampak yang akan
terjadi, baik dampak sosial maupun

13
lingkungan terhadap suatu kegiatan
kontruksi rumah susun. Pendekatan studi
yang dilakukan adalah studi AMDAL atau
UKL/UPL dan atau LARAP sesuai dengan
kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA
.
Dinas Pekerjaan Umum. 2010. Studi
Kawasan Kumuh Kota Banjarmasin
tahun 2010. Pemerintah Kota
Banjarmasin.

Dinas Tata Ruang, Cipta Karya, dan


Permukiman. 2012. Penyusunan
Rencana Pengembangan Kawasan
Permukiman Prioritas (RPKPP)
Kawasan Tradisional Veteran dan
Pengambangan Kota Banjarmasin.
Pemerintah Kota Banjarmasin.

Santoso, Imam. 2011. Studi Pengamatan


Tipologi Bangunan pada Kawasan
Kota Malang. Jurnal Ilmiah On Line.
Universitas Merdeka Malang.

Shirvani, Hamid, 1985, The Urban Design


Process. Van Nostrand Reinhold
Company. New York.

Tilaar, Sonny dkk. 2012. Kajian


Tipomorfologi Kawasan Permukiman
Terencana di Kota Manado. Media
Matrasain Vol 9 No 3 Nopember 2012

Yunus, Hadi Sabari. 2008. Dinamika


Wilayah Peri-Urban: Determinan Masa
Depan Kota. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.

Yunus, Hadi Sabari. 2002. Struktur Tata


Ruang Kota. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta

14

Anda mungkin juga menyukai