*Corresponding author: Jurusan Kimia FMIPA UNSRAT, Jl. Kampus Unsrat, Manado, Indonesia 95115; Email address:
chlalompoh@gmail.com
Published by FMIPA UNSRAT (2015)
58 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 4 (1) 57-62
teknik ini masih menimbulkan kendala pada saat 2.3. Uji Kadar Protein dengan Metode Makro Kjeldahl
dikonsumsi karena pengolahan tersebut hanya Ditimbang 0,5 g sampel dan dimasukkan ke
mempengaruhi komposisi daging, rasa, dan tekstur dalam labu Kjeldahl 100 ml. Selanjutnya
ikan, tetapi tidak dapat melunakkan tulang dari ikan ditambahkan dengan campuran 2 g selenium dan 25
tersebut. Oleh karena itu sekarang telah berkembang ml asam sulfat pekat. Didestruksi sampai larutan
teknologi pindang duri lunak atau presto ikan. menjadi hijau jernih. Tahap selanjutnya, larutan hijau
Menurut Tapotubun et al. (2008), presto ikan jernih didinginkan, diencerkan, dan dimasukkan ke
merupakan pengolahan ikan melalui proses dalam labu ukur 100 ml. Dipipet 5 ml larutan dan
pemanasan pada tekanan tinggi dengan penambahan dimasukkan ke dalam alat penyulingan dan
garam dan bumbu, menghasilkan ikan dengan duri ditambahkan 5 ml natrium hidroksida 30% dan
yang lunak sehingga bisa dikonsumsi secara langsung beberapa tetes indikator PP. Selanjutnya disuling
dengan durinya. Ikan presto merupakan salah satu selama 10 menit dan ditampung pada 10 ml larutan
produk pangan yang telah banyak dipasarkan, asam borat 2% yang telah dicampur dengan indikator
sehingga perlu dilakukan pengujian untuk PP. Selanjutnya dititrasi dengan asam klorida 0,01 N,
mengetahui kualitas ikan yang dihasilkan dari proses dan dibuat blanko. Dihitung kadar proteinnya.
presto. Tujuan penelitian ini adalah menguji kualitas
2.4. Uji Kadar Air dengan Metode Oven
ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) presto dengan
menggunakan bumbu dan tanpa bumbu, pada Cawan kosong dikeringkan dalam oven dengan
beberapa hari penyimpanan. suhu 105oC selama 60 menit. Selanjutnya cawan
tersebut didiginkan dalam desikator selama 30 menit.
Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke dalam
2. Metode
cawan, ditimbang, dan ditempatkan di dalam oven
2.1. Bahan dan Alat dengan suhu 105oC, selama 3 jam. Tahap
Sampel yang digunakan adalah ikan cakalang selanjutnya, cawan dipindahkan ke desikator,
segar yang diperoleh dari pelelangan ikan Tumumpa didinginkan, dan ditimbang. Dihitung kadar airnya.
Manado, bumbu-bumbu masakan yang diperoleh dari 2.5. Analisis Kadar MDA dengan Metode
pasar tradisional Bersehati Manado, aquades, Thiobarbituric Acid Reactive Substance (TBARS)
selenium, asam sulfat pekat, natrium klorida 0,9%,
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan dalam
natrium hidroksida 0,1 N, asam klorida 0,01 N, asam
tabung reaksi dan ditambahkan 4 ml asam
borat, Phenoftalein (PP), asam trikloroasetat (TCA)
trikloroasetat (TCA) 10%. Selanjutnya disentrifus
10%, asam tiobarbiturat (TBA) 1%, Plate Count Agar
selama 10 menit, kemudian diambil supernatant dan
(PCA). Semua bahan yang digunakan adalah
ditambahkan dengan 2,5 ml asam tiobarbiturat (TBA)
analytical grade.
1%. Tahap selanjutnya, larutan dicampur sampai
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini homogen dengan dipanaskan dalam waterbath
adalah panci presto, lemari pendingin, cawan selama 10 menit lalu didinginkan. Diukur absorbansi
porselin, sentrifus, waterbath, labu Kjeldahl, filtrat yang berwarna merah muda pada panjang
seperangkat alat titrasi, alat pemanas (oven), gelombang 532 nm dengan menggunakan
desikator, autoclave, inkubator, dan spektrofotometer spektrofotometer UV-Vis. Kadar MDA dihitung dengan
UV-Vis. menggunakan kurva baku standar dari
2.2. Pembuatan Ikan Cakalang Presto tetraetoksipropana (TEP) sebagai prekursor MDA.
Ikan Cakalang disiangi, dicuci, dan ditimbang. 2.6. Uji TPC
Selanjutnya dibuat dalam dua perlakuan. Perlakuan Alat dan bahan yang akan digunakan sepereti
pertama yaitu ikan cakalang segar tanpa pemberian Erlenmeyer, botol serum, pipet mikro, dan media agar,
bumbu, dan perlakuan kedua dengan pemberian disterilisasi dalam autoclave selama 15 menit. Media
bumbu. Ikan yang dibuat dengan pemberian bumbu yang digunakan adalah PCA (Plate Count Agar).
direndam dengan larutan garam 3% selama 15 menit Suspensi contoh dilakukan dengan pengenceran 10-1
lalu dicuci dan ditiriskan. Setelah itu direndam lagi dengan menghancurkan 1 gram sampel ke dalam 9
dalam larutan garam jenuh (20%) selama 15 menit ml larutan pengencer (NaCl 0,9%). Suspensi bahan 1
kemudian dilaburi bumbu yang telah dihaluskan ml dimasukkan ke dalam 9 ml larutan pengencer
(bawang merah 4,4%, bawang putih 0,5%, cabe 0,5%, untuk mendapatkan pengenceran yang diinginkan.
kemiri 4,4%, lengkuas 0,5%, bahan penyedap Suspensi yang telah ada dicampurkan dengan media
masakan 0,3%, daun salam, sereh, dan asam jawa). agar, kemudian koloni bakteri dihitung setelah
Selanjutnya ikan yang tidak dibumbui dan ikan yang inkubasi selama 2 hari pada suhu 30oC. Jumlah
dibumbui direbus dalam panci presto dengan air koloni yang diterima 25-250 koloni per cawan.
sebanyak 1 liter selama 90 menit. Tahap berikutnya, Dihitung nilai TPC.
ikan disimpan di tempat sampel uji selama 3 hari
pada suhu 50C. Masing-masing sampel ikan dari 2
3. Hasil dan Pembahasan
perlakuan kemudian diuji karakteristiknya secara
berkala meliputi uji kadar protein, kadar air, kadar 3.1. Kadar Protein
MDA, dan TPC. Kadar protein pada ikan cakalang presto dapat
dilihat pada Gambar 1.
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 4 (1) 57-62 59
Berdasarkan data pada Gambar 1, penambahan oleh Heruwati (2002), bahwa penurunan kadar
bumbu pada pengolahan ikan presto memberikan protein pada ikan bergantung pada kadar garam dan
pengaruh terhadap kadar protein dari ikan yang waktu penggaraman. Afrianto dan Liviawaty (2005)
dihasilkan. Ikan cakalang presto yang diolah dengan juga mengemukakan bahwa pada tubuh ikan terdapat
penambahan bumbu memiliki kandungan protein protein globular yang merupakan protein yang mudah
yang lebih rendah dibanding ikan cakalang presto larut dalam air dan larutan garam. Selain itu,
yang diolah tandpa penambahan bumbu. Hal ini konsentrasi garam dapat menyebabkan
disebabkan karena adanya penambahan garam pada terdenaturasinya protein pada tubuh ikan.
proses pembumbuan. Seperti yang telah disebutkan
40
29.34
30 27.71 25.73 24.97
27.2 23.22 22.91
%protein
26.51
20
10
0
C CB
Gambar 1 ‒ Kadar protein ikan cakalang presto (C = Cakalang presto tanpa bumbu; CB = Cakalang presto yang
dibumbui)
67
65.83
66 65.34 65.49 65.41 65.48
64.92
65
%kadar air
64
63.07 63.14
63
62
61
C CB
Gambar 2 ‒ Kadar air ikan cakalang presto (C = Cakalang presto tanpa bumbu; CB = Cakalang presto yang
dibumbui)
Jika ditinjau dari lama penyimpanan yang ikan sehingga protein yang terkandung pada daging
dilakukan sampai hari ke-3 , kadar protein ikan akan lebih terkonsentrasi. Hal ini sependapat
mengalalmi kecenderungan menurun, tetapi menurut dengan Suharjo (1998), garam selain sebagai
Khodabux et al. (2007), kadar protein ikan cakalang penyedap masakan, juga dapat menurunkan kadar
segar atau tanpa pengolahan berkisar antara 21,80- air, sehingga protein akan lebih terkonsentrasi.
25,10% oleh karena itu maka kadar protein ikan 3.2. Kadar Air
cakalang presto, baik yang diolah tanpa proses Kadar air dari ikan cakalang presto dapat dilihat
pembumbuan atau melalui proses pembumbuan pada Gambar 2.
dalam penelitian ini masih lebih tinggi, yaitu berkisar
Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa ikan
antara 22,91 – 29,34%. Hal ini disebabkan karena
cakalang presto yang diolah dengan menggunakan
pengolahan ikan presto dilakukan dengan
bumbu atau tanpa penggunaan bumbu, menunjukkan
menggunakan garam dan suhu tinggi. Menurut
nilai yang tidak jauh berbeda. Salah satu bumbu yang
Tapotubun et al. (2008), pengolahan dengan
digunakan adalah bawang putih. Berdasarkan
menggunakan garam dan suhu tinggi dapat
penelitian yang telah dilakukan oleh Putro et al.
menyebabkan terjadinya pengeluaran air dari daging
60 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 4 (1) 57-62
(2008), terbukti bahwa ekstrak bawang putih tidak Sedangkan pada penyimpanan hari ke-3, kadar air
mempengaruhi kadar air ikan. dari produk presto mengalami peningkatan. Menurut
Jika ditinjau dari lama penyimpanan, kadar air Kaparang et al. (2013), meningkatnya kadar air ikan
ikan cakalang presto pada semua perlakuan, tidak pada proses penyimpanan disebabkan karena produk
mengalami perubahan sampai pada penyimpanan dapat menyerap air dari lingkungan. Kadar air ikan
hari ke-1, namun pada penyimpanan hari ke-2 terjadi cakalang presto dari semua perlakuan dan
penurunan kadar air. Hal ini disebabkan oleh penyimpanan sampai hari ke-3 belum melewati batas
lingkungan tempat penyimpanan yang memungkinkan mutu yang ada. Standar mutu kadar air untuk produk
terjadinya penurunan kadar air. Pada suhu rendah, perikanan adalah 60 – 70% (Arpah, 1993).
jaringan protein tidak dapat lagi mengikat air yang 3.3. Analisis Kadar MDA dengan Metode
menyebabkan berkurangnya kadar air pada ikan. Thiobarbituric Acid Reactive Substance (TBARS)
Menurut Rospiati (2006), penyimpanan pada suhu Kadar MDA yang diperoleh dari penelitian dapat
rendah menyebabkan lemahnya sistem ikatan dilihat pada Gambar 3.
hidrogen, sehingga terjadi aggregasi protein dan
jaringan protein tidak dapat lagi mengikat air.
109.09
100 74.72
50 23.51
8.3
0
K C CB
Gambar 3 ‒ Kadar MDA ikan cakalang presto (K = Kontrol; C = Cakalang presto tanpa bumbu; CB = Cakalang
presto yang dibumbui)
1000 950
830
Nilai TPC (koloni/gr)
800
600
400 230 180 200 160
200
< 25 <25
0
C CB
Gambar 4 ‒ Nilai TPC ikan cakalang presto (C = Cakalang presto tanpa bumbu; CB = Cakalang presto yang
dibumbui)
Berdasarkan Gambar. 3, dapat dilihat bahwa belum melewati batas mutu yang ada, sedangkan
kadar MDA untuk ikan cakalang presto menunjukkan kadar MDA ikan cakalang presto yang diolah tanpa
nilai yang rendah pada hari ke-0. Kadar MDA untuk penambahan bumbu sudah melewati batas mutu
ikan cakalang presto yang diolah dengan yang ada. Batas mutu ikan dengan uji TBA adalah 10
menggunakan bumbu menunjukkan nilai terendah µM (Ke dan Ackman, 1976).
dibandingkan dengan kontrol, dan ikan cakalang Seiring bertambahnya waktu penyimpanan,
presto yang diolah tanpa pembumbuan. Hal ini kadar MDA ikan cakalang presto untuk semua
menunjukkan bahwa bumbu yang digunakan dapat perlakuan mengalamai peningkatan. Hal ini
berpengaruh pada produk presto yang dihasilkan. menunjukkan bahwa semakin lama waktu
Bumbu-bumbu yang digunakan pada pengolahan ikan penyimpanan, semakin banyak reaksi oksidasi yang
presto memiliki kemampuan antioksidan yang dapat terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti et al.
menghambat terjadinya oksidasi lemak. Cabai dan (2006), menunjukkan ikan cakalang yang disimpan
lengkuas merupakan bumbu masak yang telah pada suhu rendah hingga hari ke-3, mengalami
terbukti mengandung senyawa antioksidan (Cahyono, proses oksidasi yang lebih tinggi dibanding proses
2013; Utami et al., 2013). Kadar MDA ikan cakalang reduksi. Sohn et al. (2005), juga mengungkapkan
presto yang diolah dengan penambahan bumbu
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 4 (1) 57-62 61
bahwa asam lemak tak jenuh yang terdapat pada ikan semua perlakuan dan kadar MDA pada pemberian
biasanya teroksidasi pada awal penyimpanan. bumbu, belum melewati batas mutu, sedangkan
3.4. Total Plate Count (TPC) kadar MDA ikan cakalang presto tanpa pemberian
bumbu, sudah melewati batas mutu yang ada.
Nilai TPC yang diperoleh dari dapat dilihat pada
Gambar 4.
Berdasarkan Gambar. 4, dapat dilihat bahwa
pada hari ke-0, ikan cakalang presto yang diolah baik Daftar Pustaka
melalui proses pembumbuan ataupun tidak,
Afrianto, E., dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan.
menunjukkan nilai TPC yang rendah, yaitu < 25
Kanisius, Yogyakarta.
koloni/gram. Hal ini disebabkan karena pada proses
presto digunakan suhu tinggi yang dapat Arpah, M. 1993. Pengawasan Mutu Pangan. Penerbit
menyebabkan kematian pada sel bakteri. Selain itu, Tarsito, Bandung.
waktu pemanasan juga berpengaruh pada jumlah Cahyono, B. 2013. Cabai Rawit. Kanisius, Yogyakarta.
bakteri yang dihasilkan dari proses presto. Penelitian Gelman, A., L. Glatman, V. Drabkin, dan S. Harpaz.
yang dilakukan oleh Tapotubun et al. (2008), 2001. Effect of Storage Temperature and
menunjukkan semakin lama waktu pemanasan, Preservative Treatment on Shelf Life of The Pond-
jumlah bakteri yang terdapat pada hasil presto raised Freshwater Fish, Silver Perch (Bidyanus
semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena semakin bidyanus). Journal Food Protection. 64 : 1584-
lama waktu pemanasan, daya tahan bakteri terhadap 1591.
panas akan hilang dan menyebabkan kematian.
Heruwati, E. S. 2002. Pengolahan Ikan Secara
Penggunaan bumbu juga dapat berpengaruh Tradisional: Prospek dan Peluang Pengembangan.
pada nilai TPC yang dihasilkan dari ikan cakalang Jurnal Litbang Pertanian. 21 : 92-99.
presto. Berdasarkan hasil yang diperoleh, ikan
Irianto, H. E., dan I. Soesilo. 2007. Dukungan
cakalang presto yang diolah dengan menggunakan
Teknologi Penyediaan Produk Perikanan. Makalah
bumbu memiliki nilai TPC yang lebih rendah dari ikan
pada Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia.
cakalang presto yang diolah tanpa penambahan
Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen
bumbu. Hal ini disebabkan karena pada proses
Kelautan dan Perikanan, Bogor.
pembumbuan, terdapat garam yang memilki
kemampuan untuk membunuh bakteri. Menurut Kaparang, R., S. D. Harikedua, dan I K. Suwetja.
Muchidien dan Hardhy (1985), garam dapat 2013. Penentuan Mutu Ikan Tandipang
membunuh jasad renik serta peka terhadap CO2. (Dussumieria acuta C.V) Asap Kering Selama
Selain itu, bumbu-bumbu yang digunakan seperti Penyimpanan Suhu Kamar. Jurnal Media Teknologi
bawang merah, bawang putih, lengkuas, daun salam, Hasil Perikanan. 1 : 1-6.
sereh, dan asam jawa juga mengandung senyawa Ke, P. J., dan R. G. Ackman. 1976. Metal-catalysed
antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan Oxidation in Mackerel Skin and Meat Lipids. J. Am.
bakteri pada ikan. Penelitian yang dilakukan oleh Oil Chem. Soc. 53 : 636-640.
Rahayu (2000), menunjukkan bumbu masakkan Khodabux, K., M. S. S. L’Omelette, S. Jhaumeer-
dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada Laulloo, P. Ramasami, dan P. Rondeau. 2007.
makanan. Chemical and Near-Infrared Determination of
Jika ditinjau dari lama penyimpanan, nilai TPC Moisture, Fat and Protein in Tuna Fishes. Food
pada semua perlakuan mengalami penurunan. Hal ini Chem.102 : 669-675.
disebabkan karena suhu penyimpanan yang rendah. Muchidien, A., dan L. T. Hardhy. 1985. Ikan Pindang.
Menurut Gelman et al. (2001), pada suhu 20-100C, PT. Widya Karya Pratama, Jakarta.
bakteri mengalami pertumbuhan yang lambat
sehingga mutu ikan menurun dengan lambat dan Putro, S., Dwiyitno, J. F. Hidayat, dan M. Pandjaitan.
daya simpannya lebih lama. Suhu rendah juga 2008. Aplikasi Ekstrak Bawang Putih (Alium
menyebabkan proses-proses biokimia yang terjadi sativum) untuk Memperpanjang Daya Simpan Ikan
pada tubuh ikan menjadi lebih lambat. Nilai TPC ikan Kembung Segar (Rastrelliger kanagurta). Jurnal
cakalang presto dari semua perlakuan belum Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
melewati batas mutu hingga penyimpanan hari ke-3. Perikanan. 3 : 193-200.
Berdasarkan Standar Nasiolan Indonesia, batas Rahayu, W. P. 2000. Aktifitas Antimikroba Bumbu
maksimum jumlah koloni bakteri untuk ikan segar Masakana Tradisional Hasil Olahan Industri
dan ikan olahan adalah 5x105 koloni/gram. terhadap Bakteri Patogen dan Perusak. Bul.
Teknol. dan Industri Pangan. 11 : 42-48.
4. Kesimpulan Rospiati, E. 2006. Evaluasi Mutu dan Nilai Gizi Nugget
Daging Merah Ikan Tuna (Thunnus sp) yang Diberi
Ikan cakalang presto yang diolah dengan
Perlakuan Titanium Dioksida. Sekolah
penambahan bumbu dan tanpa penambahan bumbu
Pascasarjana ITB, Bogor.
menunjukkan kualitas yang cukup baik. Kadar protein
ikan cakalang presto mengalami peningkatan setelah Sohn, J. H., Y. Taki, H. Ushio, T. Kohata, dan T.
melalui proses presto. Kadar air dan nilai TPC pada Ohshima. 2005. Lipid Oxidation in Ordinary and
62 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 4 (1) 57-62
Dark Muscles of Fish: Influences on Rancid Off- Utami, R., Kawiji, E. Nurhartadi, M. Kurniasih, dan D.
odor Development and Color Darkening of Indianto. 2013. Pengaruh Minyak Atsiri Jahe
Yellowtail Flesh During Ice Storage. Journal of Food Merah dan Lengkuas Merah pada Edible Coating
Science. 70 : 490-496. terhadap Kualitas Fillet Ikan Patin. Agritech. 33 :
Suharjo. 1998. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI Press, 1-18.
Jakarta. Wijayanti, I., F. Swastawati, dan T. W. Agustini. 2006.
Tapotubun, A. M., E. E. E. M. Nanlohy, dan J. M. Pola Perubahan K-Value dan ORP Ikan Cakalang
Louhenapessy. 2008. Efek Waktu Pemanasan (Katsuwo pelamis) pada Penyimpanan Suhu
terhadap Mutu Presto Beberapa Jenis Ikan. Rendah (±110C). Jurnal Pasir Laut. 3 : 1-12.
Ichthyos. 7 : 65-70.