Anda di halaman 1dari 17

Makalah Pancasila

Pelaksanaan Pancasila pada Era Sebelum


Kemerdekaan

Disusun oleh:

Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota


Departemen Teknik Arsitektur Dan Perencanaan
Fakultas Teknik

Universitas Gadjah Mada

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
Pancasila yang berjudul “Pelaksanaan Pancasila pada Era Sebelum Kemerdekaan”.

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pancasila sekaligus untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Pancasila di era
sebelum kemerdekaan.

Penulis sadar dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah berjasa membantu dalam penyusunan proposal ini. Khususnya
kepada dosen mata kuliah Pancasila, Bapak Subari yang telah membimbing
penulis dalam penyusunan makalah ini, kepada teman-teman mata kuliah
Pancasila, serta kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah yang penulis buat di masa yang akan datang. Besar harapan
penulis agar proposal ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 8 Maret 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Depan ...................................................................................................... i


Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3


A. Perkembangan Pancasila pada Era Prasejarah .......................................... 3
B. Perkembangan Pancasila pada Era Kerajaan ............................................ 4
C. Perkembangan Pancasila pada Era Penjajahan ......................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 12


A. Kesimpulan ............................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................ 12

Lampiran ............................................................................................................. 13
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap – tiap bangsa
mempunyai cara berjuang Beograd, mempunyai karakteristik Beograd. Oleh
karena pada hakikatnya bangsa sebagai individu mempunyai kepribadian
Beograd.”

Seperti kutipan tersebut, setiap bangsa di dunia ini memiliki nilai historis,
cita-cita, dan kepribadian bangsa yang berbeda. Kita setuju bahwa setiap negara
dan bangsa yang ingin berdiri kokoh dan kuat. Supaya tidak jatuh terombang
ambing dalam kerasnya kehidupan berbangsa dan bernegara haruslah memiliki
dasar dan ideologi.

Pancasila merupakan dasar negara dan ideologi bangsa yang perlu disadari
sebagai cerminan jiwa kepribadian Indonesia, yang perlu diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menunjukan identitas bangsa.

Sebelum 1 Juni 1945 (yang diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila)


tidak pernah disebutkan mengenai nilai-nilai Pancasila. Namun, perlu diketahui
bahwa Pancasila telah hidup dan membudaya di bangsa kita dengan nama yang
berbeda, yang mungkin belum diolah tapi telah mendarah daging dalam
kehidupan masyarakat sejak jaman kerajaan dan jauh sebelumnya.

Menurut M. Yamin sedikit banyaknya nilai-nilai Pancasila telah banyak


muncul sejak jaman kerajaan dan lahirnya Pancasila tidak dapat dipisahkan dari
sejarah mulai dari penjajahan dan hal-hal lain yang terjadi di bangsa ini sebelum 1
Juni 1945.

Oleh karena itu, pemuda-pemudi penerus perjuangan bangsa perlu adanya


mengenal lebih jauh tentang Pancasila, mengetahui sejarah dasar negara dan

1
ideologi bangsanya. Karena dengan mengetahui tentang sejarah, kita dapat
mengetahui konsep dan cita cita yang terkandung di balik terciptanya hal tersebut
dan dapat mempertahankan identitas bangsa, supaya dapat menjadi bangsa yang
besar dan bersahaja.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Pancasila dalam era prasejarah?
2. Bagaimana perkembangan Pancasila dalam era kerajaan?
3. Bagaimana perkembangan Pancasila dalam era penajajahan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pancasila pada Era Prasejarah


Ahli geologi menyatakan bahwa kepulauan Indonesia terjadi dalam
pertengahan jaman tersier kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Baru pada jaman
quarter yang dimulai sekitar 600.000 tahun yang silam, Indonesia didiami oleh
manusia. Berdasarkan hasil penemuan fosil yang ditemukan adalah Meganthropus
Paleo Javanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis,
serta Homo Mojokertensis. Berdasarkan artefak yang ditinggalkan, mereka
mengalami hidup tiga jaman yaitu :
a. Paleolitikum
b. Mesolitikum
c. Neolithicum
Inti dari kehidupan bangsa Indonesia pada masa Pra Sejarah hakekatnya
adalah nilai-nilai Pancasila itu sendiri, yaitu :
1. Nilai Religi
Adanya kerangka mayat pada Paleolitikum menggambarkan adanya
penguburan, terutama Wajakensis dan mungkin Pithecanthropus Erectus, serta
dalam menghadapi tantangan alam tenaga gaib sangat tampak. Selain itu
ditemukan alat-alat baik dari batu maupun perunggu yang digunakan untuk
aktifitas religi seperti upacara mendatangkan hujan. Adanya keyakinan terhadap
pemujaan roh leluhur juga dan penempatan menhir di tempat-tempat yang tinggi
yang dianggap sebagai tempat roh leluhur, tempat yang penuh keajaiban dan
sebagai batas antara dunia manusia dan roh leluhur.
Jelas bahwa masa Pra Sejarah sudah mengenal nilai-nilai kehidupan religi
dalam makna animisme dan dinamisme sebagai wujud dari religious behavior.
2. Nilai Peri Kemanusiaan
Nilai ini tampak dalam perilaku kehidupan saaat itu misalnya penghargaan
terhadap hakekat kemanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang tinggi
terhadap manusia meskipun sudah meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku

3
berbuat baik terhadap sesama manusia, yang pada hakekatnya merupakan wujud
kesadaran akan nilai kemanusiaan. Mereka tidak hidup terbatas di wilayahnya,
sudah mengenal sistem barter antara kelompok pedalaman dengan pantai dan
persebaran kapak. Selain itu mereka juga menjalin hubungan dengan bangsa-
bangsa lain.
3. Nilai Kesatuan
Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia,
sehingga muncul kesamaan dalam kosa kata dan kebudayaan. Hal ini sesuai
dengan teori perbandingan bahasa menurut H. Kern dan benda-benda kebudayaan
Pra Sejarah Von Heine Gildern. Kecakapan berlayar karena menguasai
pengetahuan tentang laut, musim, perahu, dan astronomi, menyebabkan adanya
kesamaan karakteristik kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika lautan juga merupakan tempat tinggal selain daratan. Itulah
sebabnya mereka menyebut negerinya dengan istilah Tanah Air.
4. Nilai Musyawarah
Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah
memiliki aturan untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan
tumbuh kembangnya adat sosial.
Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku
yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih secara musyawarah
berdasarkan Primus Inter Pares (yang pertama diantara yang sama).
5. Nilai Keadilan Sosial
Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong-royong berarti
masyarakat pada saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup foodgathering
menuju ke pola hidup foodproducing. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu
upaya kearah perwujudan kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada.

B. Perkembangan Pancasila pada Era Kerajaan


a. Masa Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII, di bawah kekuasaan Wangsa
Sailendra (Melayu Kuno & menggunakan huruf Palawa) dikenal dengan Kerajaan

4
Maritim yang mengadakan jalur perhubungan laut. Kerajaan Sriwijaya menguasai
Selat Sunda (686 M), Selat Malaka (775M). Sistem perdagangan telah diatur
dengan baik, di mana pemerintah melalui pegawai raja membentuk suatu badan
untuk mengumpulkan hasil kerajinan rakyat supaya rakyat mengalami kemudahan
dalam pemasarannya. Selain itu juga sudah ada badan yang bertugas mengurus
pajak, harta benda kerajaan, kerohaniawan yang menjadi pengawas teknis
pembangunan, gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga kerajaan dapat
menjalankan sistem negaranya dengan nilai-nilai Ketuhanan
Pada zaman Kerajaan Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha
yang sudah dikenal di Asia. Pelajar dari Universitas ini dapat melanjutkan studi ke
India. Banyak guru-guru tamu yang mengajar disini dari India, seperti Dharmakitri.
Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin dalam
Kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan "Marvuai Vannua
Criwijaya Siddhayatra Subhika" (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).
Pada hakekatnya nilai-nilai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan
nilai-nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya Agama Budha dan Hindu yang
hidup berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya, terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan Agama Budha.
b. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India menunjukkan telah
tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif.
c. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Kerajaan Sriwijaya telah menerapkan
konsep negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan nusantara.
d. Nilai sila keempat, Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas,
meliputi Siam dan Semenanjung Melayu (Indonesia sekarang).
e. Nilai Sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.

5
b. Masa Kerajaan Majapahit
Sebelum Kerajaan Majapahit berdiri telah berdiri kerajaan di Jawa Tengah
dan Jawa Timur secara silih berganti yaitu Kerajaan Kalingga (abad ke-VII),
Sanjaya (abad ke-VIII), sebagai refleksi puncak budaya kerajaan tersebut,
dibangunnya Candi Borobudur (candi agama Budha pada abad ke-IX) dan Candi
Brambanan (candi agama Hindu pada abad ke-X)
Agama yang dilaksanakan pada zaman Majapahit ini adalah Agama Hindu
dan Budha yang saling hidup berdampingan secara damai. Pada masa ini mulai
dikenal beberapa istilah dan nilai-nilai pancasila pada Kerajaan Majapahit, antara
lain:
1) Sila pertama, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup
berdampingan secara damai. Istilah Pancasila terdapat dalam buku
'Negrakertagama karangan Empu Prapanca dan buku Sutasoma karangan
Empu Tantular yang terdapat seloka persatuan nasional yang berbunyi
"Bhineka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrud” artinya walaupun
berbeda-beda namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan
yang berbeda.
2) Nilai sila kedua, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk
dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Disamping itu
juga mengadakan persahabatan dengan negara-negara tetangga.
3) Nilai sila ketiga, terwujud dengan keutuhan kerajaan , khususnya Sumpah
Palapa, yang di ucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang ratu dan
menteri-menteri tahun 1331 yang berbunyi: "Saya baru akan berhenti
berpuasa makan palapa, jika seluruh nusantara tertakluk di bawah
kekuasaan negara, jika Gurun, Seram, Tanjung, Ham, Pahang, Dempo,
Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan"
4) Nilai sila keempat, terdapat semacam penasehat dalam tata Pemerintahan
Majapahit yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut
prasasti Kerajaan Brumbang (1329), dalam tata pemerintahan Kerajaan
Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan , seperti Rakryan I Hino,
I Sirikan dan I Halu yang berarti memberikan nasehat kepada Raja.

6
Kerukunan dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah
menumbuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan
masalah bersama.
5) Nilai sila kelima, dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang
ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

C. Perkembangan Pancasila pada era penjajahan


a. Zaman Penjajahan
Zaman penjajahan dimulai bangsa Eropa yang membutuhkan rempah-
rempah itu mulai memasuki Indonesia, yaitu Portugis, Spanyol, Inggris dan
Belanda. Masuknya bangsa Eropa seiring dengan keruntuhan Kerajaan Majapahit
sebagai akibat dari perselisihan dan perang saudara, yang berarti nilai-nilai
nasionalisme sudah ditinggalkan. Pada zaman ini tidak ada rasa persatuan dan
kesatuan sehingga perjuangan melawan penjajah secara fisik dilakukan secara
sendiri-sendiri disetiap daerah. Rakyat mudah diadu domba sehingga mudah
dipecah belah, hal ini juga yang menimbulkan rakyat Indonesia semakin miskin
dan bodoh akibat penjajahan tersebut. Oleh karena itu untuk semboyan yang
berbunyi "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh" merupakan semangat agar
rakyat Indonesia bisa menciptakan persatuan dan kesatuan karena tanpa persatuan
kita tidak akan bisa mengusir penjajah. Alasan Jepang ikut dalam perang dunia II
adalah, pada saat itu Jepang ingin meluaskan wilayah kekuasaannya di kawasan
Asia Tenggara . Namun, negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara
tersebut masih dalam kekuasaan negara-negara barat seperti Inggris, Belanda,
Perancis, dan Amerika Serikat. Akibatnya terjadi permusuhan antara negara-
negara tersebut. Pada saat itu Jepang berfikir bahwa Amerika Serikat merupakan
musuh tertangguhnya. Maka sebagai langkah awal Jepang berencana untuk
melakukan serangan terhadap Amerika Serikat. Latar Belakang Jepang ikut
Dalam Perang Dunia II Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut
Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan
seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar.

7
Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk
(pengangkut pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20
kapal penjelajah ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65
kapal selam serta 2.274 pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2
kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur, pada
tanggal 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada
Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di Kepulauan Hawaii. Serangan ini
dipimpin oleh Admiral Chuici Nagumo yang diperkirakan akan selesai dalam 150
hari. Serangan Jepang ke Pearl Harbour ( A.S ) Minggu pagi tanggal 7 Desember
1941 , 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom pembawa torpedo serta
sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang. Pengeboman
Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar serta merusak
6 kapal perang lain. Selain itu pemboman Jepang tesebut juga menghancurkan
180 pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan lebih
dari 1.140 lainnya luka-luka. Namun tiga kapal induk Amerika selamat, karena
pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor.
Amerika sangat terkejut dengan serang tersebut. Maka pada tanggal 8
Desember 1941, Kongres Amerika Serikat benar benar menyatakan perang
terhadap Jepang. Karena Amerika Serikat merupakan salah satu negara adi kuasa
maka secara otomatis Jepang benar-benar terjun dalam Perang Dunia II.
Walaupun tengah ikut terjun dalam Perang Pasifik melawan negara sekutu, namun
Jepang juga bisa dengan cepat menyerbu dan menduduki negara negara di
kawasan Asia yang dikuasai Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat seperti
Indochina, Myanmar, Filipina dan Malaysia. Kedudukan Belanda di Indonesia
juga terancam oleh kedatangan Jepang. Pada bulan Januari 1942, Jepang berhasil
merebut dan menduduki daerah Balikpapan dan Tarakan (Kalimantan Timur),
Jepang sengaja datang dan merebut kedua daerah ini karena merupakan daerah
penghasil minyak bumi yang sangat penting dalam persenjataan Jepang untuk
perang. Kedatangan Jepang Di Indonesia sikap bangsa Indonesia terhadap
datangnya Jepang. Pada mulanya Jepang sangat berhati-hati menghadapi bangsa
Indonesia dan selalu menghargai masyarakat pribumi. Jepang berusaha memikat

8
hati bangsa Indonesia dengan propaganda dan janji-janji yang muluk. Mereka
selalu mengatakan bahwa kedatangan mereka untuk kemakmuran bersama, yaitu
kemakmuran bangsa-bangsa di Asia Timur Raya.
Hal tersebut diperkuat dengan tindakan-tindakan baik yang diambil Jepang,
seperti membebaskan para pemimpin yang menjadi tahanan pada masa Belanda,
memperbolehkan Sang Saka Merah Putih dikibarkan di seluruh Indonesia, bahkan
Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda di Indonesia sehingga bahasa
Indonesia dijadikan sebagai bahasa pengantar di sekolah. Pada awalnya, perilaku
Jepang terhadap bangsa Indonesia tersebut membuat bangsa Indonesia merasa
gembira dan penuh harap bebas dari penjajahan. Bangsa Indonesia tertarik
dengan propaganda dan janji yang dikeluarkan oleh Jepang sehingga bersedia
untuk membantu Jepang. Namun niat bangsa Indonesia ini lama-lama
disalahgunakan oleh Jepang. Mereka berubah total. Mereka juga menyiksa,
menindas, dan bertindak kejam pada Bangsa Indonesia, sama seperti penjajah
yang lain bahkan lebih kejam. Mereka juga memaksa rakyat untuk melakukan
kerja paksa Romusha yang menimbulkan kesengsaraan pada rakyat. Dengan
perlakukan kejam yang diterima bangsa Indonesia dari Jepang, maka bangsa
Indonesia yang mulanya berharap pada Jepang kini berbalik berjuang mengusir
Jepang. Banyak terjadi perlawanan di banyak wilayah, misalnya Peristiwa Cot
Plieng, Aceh.
Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru
mengaji di Cot Plieng Lhokseumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama
tidak berhasil, sehingga membentuk Majlis Islam A’la Indonesia (MIAA) bidang
ekonomi. SDA dikeruk Jepang dengan memeras kekayaan bangsa Indonesia.
Tindakan yang dilakukan adalah: menyita peninggalan kekayaan Belanda;
mengawasi dan memonopoli penjualan teh, kopi, karet, kina; kampanye
pengerahan barang-barang; menambah bahan pangan mengganti perkebunan
dengan bahan pangan rakyat hanya memiliki 40 %, yang 60% untuk Jepang
menanam pohon jarak, kekurangan pangan partisipasi ke romusha bidang sosial
dan mentalitas masyarakat. Akibat partisipasi ke romusha, pembentukan
organisasi semi militer Seinendan (barisan pemuda 9 Maret 1942) yang bertujuan

9
melatih pemuda usia 14-22 tahun untuk mempertahankan tanah air. Fujinkai
(barisan wanita usia 15 tahun) Agustus 1943 dengan tujuan memperkuat
pertahanan dalam penyediaan makanan dan mengumpulkan dana wajib berupa
perhiasan dan ternak. Seinendan bertujuan melatih pemuda pengaruh kaum
nasionalis. Syuisintai (barisan pelopor) 14 September 1944 dengan tujuan
menyiapkan kesiagaan rakyat. Pembentukan organisasi militer Heiho (barisan
pembantu prajurit Jepang) April 1943 pemuda usia 18–25 tahun yang bertujuan
membantu dalam pertempuran Jepang melawan sekutu. PETA (Pembela Tanah
Air) 3 Oktober 1943 sebagai kekuatan inti tentara Jepang
Pemimpin Indonesia mewujudkan Indonesia merdeka dengan cara
memanfaatkan gerakan bentukan Jepang. Gerakan 3A yang dibentuk pada 29
April 1942 yang dipimpin oleh Mr. Syamsudin. Tujuannya untuk membantu
Jepang menghadapi Sekutu. Isi dari Gerakan 3A adalah: Nippon cahaya Asia,
Nippon pelindung Asia, Nippon pemimpin Asia. Pusat tenaga rakyat (Putera)
Agustus 1942 diresmikan 1 Maret 1943, pemimpinnya adalah 4 serangkai (Ir.
Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, K.H. Mas Mansyur) memusatkan
kekuatan masyarakat untuk membantu Jepang bagi Indonesia membela rakyat
agar terhindar dari kekejaman menggembleng semangat 17 Syusintai (barisan
pelopor) 25 September 1944 yag bertujuan menyiapkan kesigapan masyarakat.
Pada masa pendudukan Jepang, banyak rakyat Indonesia yang dipaksa menjadi
Romusha.
Jepang juga mengatur sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat yang
terdiri dari:golongan teratas, yaitu golongan Jepang, golongan kedua yaitu
golongan pribumi, golongan ketiga yaitu Timur Asing. Bidang Budaya
penghormatan kepada kaisar Jepang Seikerei yang dianggap sebagai keturunan
Dewa matahari dengan cara menghadap ke arah Tokyo (matahari terbit) dengan
membungkukkan badan. Bahasa Indonesia diperbolehkan sebagai bahasa
pengantar dan bahasa resmi. Kewajiban menggunakan tahun Jepang (Showa).
Perayaan hari lahirnya Kaisar Hirohito (Tencosestu). Kewajiban menggunakan
waktu Tokyo. Bidang Pendidikan Pendidikan mengalami kemunduran sehingga
peningkatan jumlah buta huruf. Jumlah sekolah menurun drastis. Beberapa

10
kegiatan pendidikan di perguruan tinggi sempat diberhentikan. Proses indoktrinasi
“Hakko I Chiu” (delapan benang merah dalam satu atap) yang intinya menerapkan
lingkungan yang didominasi dengan pengaruh Jepang.
Bidang Pendidikan Jepang membuka sekolah:
a) Sekolah rakyat 6 tahun
b) Sekolah Menengah 3 tahun
c) Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun
d) Sekolah Guru 2 tahun, 4 tahun, dan 6 tahun
e) Perguruan tinggi : Perguruan Tinggi Kedokteran di Jakarta Perguruan
Tinggi Teknik di Bandung Perguruan Tinggi kedokteran Hewan di
Bogor Akademi Pamong Praja di Jakarta Bidang Militer Seinenden
(Barisan Pemuda) Keibodan (Barisan Pembantu Polisi) Fujinkai
(Barisan Wanita) Heiho (pembantu prajurit Jepang) PETA (Pembela
Tanah Air)
b. Kebangkitan Nasional
Pada abad ke-XX, Indonesia mengubah cara-caranya dalam melakukan
perlawanan terhadap penjajah Belanda. Kegagalan perlawanan secara fisik yang
tidak adanya koordinasi pada masa lalu mendorong pemimpin-pemimpin Indonesia
abad ke-XX untuk mengubah bentuk perlawanan yang lain dengan cara
membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya bernegara. Usaha-
usaha yang dilakukan dengan cara mendirikan berbagai organisasi politik
disamping organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Dimulai
dengan didirikannya suatu organisasi yang bernama Budi Utomo (20 Mei 1908)
dengan tokoh yang terkenal adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini
merupakan organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. Kemudian barulah
bermunculan organisasi pergerakan lain yaitu Serikat Dagang Islam (1909) yang
kemudian berubah menjadi pergerakan politik dengan nama Serikat Islam (1911) di
bawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto. Pada masa ini juga adanya Perjuangan
PNI (1927) yang menitikberatkan pada kesatuan nasional yang dipelopori oleh
Soekarno dan kawan-kawan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila telah lahir jauh sebelum terciptanya rumusan lima dasar yang
diusulkan oleh para tokoh kemerdekaan Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr.
Soepomo, dan Ir. Soekarno. Nilai- nilai pancasila telah tertanam dalam diri
masyarakat Indonesia sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit hingga masa
penjajahan oleh kolonial Eropa maupun Jepang. Nilai- nilai tersebut antara lain :

a. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa melalui kepercayaan –


kepercayaan yang ada (animisme, dinamisme, Hindu, Budha, dan lain
sebagainya) pada saat itu, serta terbentuknya sikap saling menghormati dan
toleransi antara pemeluk agama yang berbeda.
b. Pengakuan terhadap adanya harkat dan martabat manusia serta menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan dan mengembangkan sikap tenggang rasa agar
tidak semena – mena terhadap orang lain.
c. Pengakuan terhadap keragaman suku bangsa dan budaya bangsa dan
sekaligus mendorong kearah pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan bangsa daripada kepentingan
pribadi dan golongan serta mengutamakan musyawarah dan mufakat dalam
setiap pengambilan keputusan.
e. Mewujudkan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
terutama meliputi bidang geologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan
pertahanan keamanan nasional.
B. Saran
a. Seharusnya mahasiswa dapat memahami seberapa pentingnya Pendidian
Pancasila serta dapat menerapkan nilai-nilai pancasila dalam menjalani
kehidupan.
b. Pemerintah diharapkan dapat mempertahankan Pendidikan Pancasila
sebagai P4 (Pedoman, Penghayatan, Pengamalan Pancasila) didalam modul
pembelajaran .

12
LAMPIRAN

Nama Anggota :
1. Sinta Rahma Dewi 15/379901/TK/43166
2. Amalia Fitria Hataul 15/378803/TK/42745
3. Revi Putri Despi 15/378818/TK/42760
4. Raina Danica 15/379897/TK/43162
5. Baiq Muslida Shafira 15/378807/TK/42749
6. Asalia Raudhati Izzatillah 15/384878/TK/43540
7. Atri Intan Permatasari 15/378806/TK/42748
8. Risti Ary Kardina 15/378820/TK/42762
9. Adellia Naura Fatina 15/384873/TK/43535
10. Aarth Schafer Hutabarat 15/384870/TK/43532
11. Anitya putri 15/378805/TK/42747
12. Sendri Pratiwi 15/379900/TK/43165
13. Ardiwiryawan Wibowo 15/384877/TK/43539
14. Mutia Penita Putri 15/381176/TK/43354
15. Septi Mooi 15/378822/TK/42764
16. Faza Almaziyyah Tohari 15/379895/TK/43160
17. Gracea Christina Priscilla 15/378811/TK/42753
18. Wahyu Bawono Arum Aji 15/381340/TK/43408

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.elib.unikom.ac.id/download.php?id=51393 diakes 7 Maret 2016

Anonim.Pancasila dalam Konteks Sejarah Peruangan Bangsa Indonesia.


http://www.academia.edu/9155997/Pancasila_dalam_Konteks_Sejarah_Pe
ruangan_Bangsa_Indonesia.diakses 7 Maret 2016.

Maftuh,Muhammad. Nilai-Nilai Pancasila Sejak Zaman Prasejarah Dan Proses


Perumusan

Pancasila.www.academia.edu/9456473/Nilainilai_pancasila_sejak_zaman_
prasejarah_dan_proses_perumusan_pancasila.diakses pada 7 Maret 2016.

14

Anda mungkin juga menyukai