Anda di halaman 1dari 11

“GANGGUAN ENDOKRIN”

1. PENYAKIT GANGGUAN ENDOKRIN


1. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme tubuh dengan naiknya
gula darah (hiperglikemia) karena kekurangan hormon insulin. Yang mungkin juga
terjadi karena hormon insulin tidak bekerja dengan semestinya (Gardner & Shoback,
2011).
Diabetes mellitus sendiri dibagi menjadi dua, yakni karena gangguan autoimun
karena kelenjar pankreas tidak dapat mensekresi hormon insulin yang biasa disebut
dengan diabetes tipe 1. Sementara diabetes tipe 2 terjadi karena tubuh seseorang
tidak menerima insulin dalam jumlah yang cukup sehingga fungsinya tidak optimal
yang menjadikan tubuh kurang peka terhadap insulin (terjadi resistensi insulin). Dari
dua tipe penyakit diabetes mellitus diatas, yang sering terjadi adalah diabetes tipe 2
yang awal mulanya disebabkan karena pola hidup yang kurang sehat.

2. Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus merupakan suatu gangguan penyakit yang disebabkan oleh
gangguan tingkat sirkulasi pada hormon ADH (anti-diuretic hormone) yang
berfungsi untuk mengatur cairan dalam tubuh (Gardner & Shoback, 2011).
Hormon ADH ini adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
posterior. Penyebab utama terjadinya diabetes inspidus ini adalah produksi hormon
ADH berkurang atau ketika ginjal kurang merespon terhadap hormon ADH yang ada
dan berakibat ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan dan urin yang dihasilkan
menjadi tidak pekat.
3. Hipotiroid
Hipotiroid adalah penyakit yang terjadi karena kurangnya hormon tiroksin
yang diproduksi dari kelenjar tiroid (Sherwood, 2010). Hipotiroid menyebabkan
beberapa kelainan pada tubuh karena hormon dari kelenjar tiroid ini bertugas
mengatur metabolisme dalam tubuh. Apabila terjadi kekurangan hormon, maka
fungsi metabolisme tubuh tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Akibat dari hipotiroid ini seperti berat badan meningkat tanpa alasan yang
jelas, sangat mudah lelah, kurangnya kesadaran diri (merasa bingung) dan mudah
lupa. Jika hipotiroid ini terjadi karena penyakit bawaan lahir, maka akan terjadi
kretinisme, dimana perkembangan fisik dan mental pada masa anak-anak menjadi
terhambat. kretinisme pada anak ini dapat ditandai dengan tubuhnya yang kecil,
bentuk kepala yang agak menonjol, tangan dan kaki pendek, dimana gejalagejalanya
mirip dengan dwarfisme. Pada orang dewasa, gejala yang terlihat adalah wajah yang
terlihat sembab, dan juga rambut yang rontok ketika menderita hipotiroid.

4. Hipertiroid
Hipertiroid merupakan kebalikan dari Hipotiroid dimana apabila hipotiroid
disebabkan kurangnya hasil sekresi hormon pada kelenjar tiroid, maka hipertiroid
adalah terlalu banyaknya hormon tiroid yang dihasilkan. Pada kebanyakan kasus
yang terjadi hipertiroid.penyebab utamanya adalah penyakit graves. Penyakit graves
sendiri merupakan penyakit auto-imun dimana tubuh memproduksi TSI (thyroid
stimulating immunoglobulin) juga dikenal sebagai LATS (long-acting thyroid
stimulator), yang merupakan antibodi yang menuju reseptor TSH (thyroid
stimulating hormon) pada sel tiroid (Sherwood, 2010).
5. Penyakit Addison
Penyakit Addison merupakan penyakit yang terdapat pada kelenjar adrenal.
Hal ini karena korteks adrenal menghasilkan hormon yang terlalu sedikit dari
seharusnya. Penyebab utama pada penyakit addison ini merupakan kelainan
autoimun dimana terjadi kesalahan pada produksi hormon aldosteron dan kortisol
yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal menjadi terlalu sedikit. Selain hal tersebut
penyebab lain dari penyakit addison ini berasal dari kondisi kelenjar pituitari yang
kurang memproduksi hormon adrenokortikotropik (ACTH), dimana yang berakibat
pada kurangnya hormon kortisol saja, karena sekresi hormon aldosteron ini tidak
bergantung pada ACTH.

6. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing merupakan penyakit karena sekresi yang berlebih dari
hormon kortisol. Penyebab sindrom Cushing ini ada tiga, yang pertama adalah
karena rangsangan yang terlalu berlebih dari korteks adrenal dengan jumlah hormon
CRH dan/atau ACTH yang berlebih. Kedua yaitu karena terdapat tumor pada
kelenjar adrenal yang mengakibatkan kesulitan dalam mensekresi hormon kortisol
ACTH. Yang terakhir adalah karena terdapat tumor yang mensekresi hormon ACTH
selain dari kelenjar pituitari, yang biasanya terdapat pada paru-paru. Selain ketiga
faktor diatas, konsumsi obat yang mengandung kortikosteroid juga bisa memicu
sindrom cushing ini. Sindrom Cushing ini dapat diketahui dengan mudah apabila
seorang pasien memang mengonsumsi obat yang mengandung kortikosteroid sejak
lama. Gejala seperti membulatnya wajah, munculnya guratan-guratan pada tubuh,
serta penumpukan lemak merupakan gejala yang terlihat dari penderita sindrom
Cushing.
7. Sindrom Adrenogenital
Sindrom adrenogenital adalah Sekresi hormon androgen yang terlalu berlebih.
Hormon androgen yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal ini merupakan hormon yang
lebih mempengaruhi pria. Apabila seorang wanita menghasilkan hormon androgen
yang terlalu berlebih maka akan berakibat wanita tersebut bisa mempunyai ciri-ciri
fisik seperti laki-laki. Pada pria, kelebihan hormon androgen ini akan sulit dideteksi
kecuali pada pria ketika masih dalam masa puber dimana terjadi pembesaran suara,
pertumbuhan jenggot, dan munculnya hasrat berhubungan. Kelebihan androgen pada
pria dewasa bisa tidak terlalu berpengaruh karena hormon ini merupakan hormon
untuk pria.

2. TERAPI YANG TEPAT


1. Diabetes Mellitus
a. Diabetes Tipe 1
Pemberian terapi insulin secara terus menerus
- Insulin suntik subkutan.
Dosis : disesuaikan dengan kebutuhan dan kadar gula darah pasien
- Insulin suntik intavena
Dosis :
Dewasa : dosis suntuk diberikan rata-rata 6 unit perjam, dosis digandakan dua
atau empat kali lipat jika kadar gula darah tidak juga turun ke angka 180
mg/dL.
Anak-anak : infus awal yang diberikan rata-rata 0,1 unit/kgBB per jam
hingga gula darah turun 180 mg/dL. (Wilcox, 2005)
b. Diabetes Tipe 2
Pemberian obat :
- Metformin
Mengurangi produksi gula pada hati, dan menurunkan kadar glukosa puasa
dan dapat menurunkan A1C sebesar hingga 1,5 %
Efek samping : gastrointestinal
Kontra indikasi : disfungsi ginjal
- Sulfonilurea
Menurunkan kadar glukosa darah dengan cara meningkatkan sekresi insulin.
Efek yang tidak diinginkan : hipoglikemia yang bisa berlangsung lama dan
mengancam hidup.
Sulfonylurea sering menyebabkan penambahan berat badan hingga 2 kg.
- Glinid
Glinid menstimulasi sekresi insulin akan tetapi golongan ini memiliki waktu
paruh dalam sirkulasi yang lebih pendek dari sulfonylurea dan harus diminum
dalam frekuensi yang lebih sering. Golongan ini dapat menurunkan A1C
sebesar hingga 1,5 %. Pada golongan ini resiko hipoglikemik lebih ringan
disbanding sulfonylurea.
- Dipeptidyl Peptidase four inhibitor (DPP-4)
DPP-4 merupakan protein membrane yang di ekspresikan pada berbagai
jaringan termasul sel imun. Bekerja meningkatkan efek GLP-1 dan GIP.
DPP-4 inhibitor menurunkan A1C sebesar 0,6-0,9 %.
Obat ini tidak menimbulkan hipoglikemia bila dipakai sebagai monoterapi.
- Penghambat α-glukosidase
Penghambat α-glukosidase bekerja menghambat pemecahan
polisakarida di usus halus sehingga monosakarida yang dapat diabsorpsi
berkurang, dengan demikian peningkatan kadar glukosa postprandial
dihambat.
Golongan ini tidak selektif metformin dan sulfonilureadalam
menurunkan kadar glukosa darah; A1C dapat turun sebesar 0,5-0,8 %
Efek samping : gastrointestinal. Dikarenakan meningkatnya karbohidrat
di colon mengakibatkan meningkatnya produksi gas.

- Thiazolidinedione (TZD)
TZD bekerja meningkatkan sensitivitas otot, lemak, dan hepar terhadap
insulin baik endogen maupun exogen. TZD dapat menurunkan A1c sebesar
0,5-1,4 %.
Efek samping : penambahan berat badan dan retensi cairan sehingga
terjadi edema perifer dan peningkatan kejadian gagal jantung kongestif.

- Insulin
Bila digunakan dalam dosis adekuat, insulin dapat menurunkan setiap kadar
A1C sampai mendekati target terapetik. Insulin tidak memiliki dosis
maksimal. Terapi insulin berkaitan dengan peningkatan berat badan dan
hipoglikemia. (Nathan, 2008)
2. Diabetes Insipidus
a. Desmopressin
Berfungsi seperti hormone antidiuretic, yang akan menghentikan produksi urine.
Bentuk sediaan : dapat berupa semprot hidung atau tablet
Efek samping : sakit kepala, sakit perut, mual, mimisan, hidung berair atau
tersumbat.
b. Thiazide diuretic
Berfungsi membuat urine menjadi lebih pekat dengan cara mengurangi kadar
airnya.
Efek samping : pusing ketika berdiri, gangguan pencernaan, kulit menjadi lebih
sensitive, dan bagi pria mengalami disfungsi ereksi.
c. Obat Antiinflamasi Non Steroid
Jika kelompok obat ini dikombinasikan dengan thiazide diuretic, obat ini bisa
menurunkan jumlah urine yang dikeluarkan oleh tubuh. (Kalra, 2016)
3. Hipotiroidisme
a. Levotiroksin
Merupakan hormon T4 sintetis, yang diberikan dalam bentuk oral.
Fungsi : untuk mengembalikan kadar hormon tiroid ke kondisi normal sehingga
dapat meredakan gejala-gejala hipotiroidisme (Kostoglou, 2010)

4. Hipertiroidisme
a. Thionamide
Kelompok obat yang digunakan untuk menekan produksi hormone tiroksin dan
triiodotironin. Contoh obatnya adalah carbimazole dan propylthiouracil. Obat ini
perlu dikonsumsi sekitar 1-2 bulan agar bisa dilihat efektivitasnya terhadap
hipertiroidisme. Dosis thionamide akan diturunkan secara perlahan setelah
produksi hormone oleh kelenjar tiroid mulai terkendali.
Efek samping : pusing, mual, sakit persendian, nyeri perut dan ruam kulit yang
gatal. Resiko hipotiroidisme lebih kecil dibandingkan dengan proses radioterapi.
Pastikan untuk rutin memonitor kadar sel darah putih selama mengonsumsi obat-
obatan ini.
b. Radioterapi
Radioiodine adalah sejenis prosedur radioterapi untuk mengobati hipertiroidisme.
Hormone yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid akan erkurang ketika radioaktif
iodine (dalam tingkat rendah dan tidak berbahaya) menyusutkan kelenjar tiroid.
Pengobatan radioiodine dapat berbentuk cair atau kapsul.
Kontra indikasi : wanita hamil, menyusui atau merencanakan kehamilan, orang
mengalami gangguan mata, seperti pandangan kabur dan bola mata yang
menonjol.
c. Beta-blocker
Obat yang digunakan untuk mengatasi gejala yang muncul akibat
hipertiroidisme, seperti hiperaktif, detak jantung cepat dan tremor.
Kontra indikasi : pasien penderita asma
Beta-blocker diberikan setelah produksi hormone kelenjar tiroid bisa
dikendalikan dengan thionamide.
Efek samping : mual, nteri perut, konstipasi, diare, pusing, kaki dan tangan
menggigil, insomnia, dan selalu merasa lelah. (Kravest, 2016)

5. Penyakit Addison
a. Kortikosteroid tablet.
Obat yang digunakn untuk menggantikan kortisol adalah prednisone atau
hydrocortisone. Sedangkan fludrocortisone digunakan untuk menggantikan
aldosterone.
b. Kortikosteroid suntik
Biasanya digunakan untuk pasien penyakit Addison yang mengalami gejala
muntah, dan tidak bisa meminum kortikosteroid tablet. (Burton, 2015)
6. Sindrom Cushing
Metode pengobatan :
a. Mengurangi penggunaan kortikosteroid. Metode ini digunakan pada pasien yang
mengonsumsi kortikosteroid dalam jangka panjang
b. Sindrom cushing yang disebabkan oleh tumor, dilakukan bedah pengangkatan
tumor, baik dikelenja hipofisis, kelenjar adrenal, pancreas atau paru-paru. Setelah
bedah, pasien akan diberikan obat pengganti hormon kortisol secara sementara
c. Dengan radio terapi, jika tumor pada kelenjar hipofisis tidak bisa diangkat
sepenuhnya, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani radioterapi atau
terapi radiasi.
d. Jika bedah dan radioterapi tidak berhasil, dokter akan menggunakan obat-obatan
untuk mengontrol kadar kortisol. Obat juga bisa digunakan sebelum pembedahan
dilakukan.
e. Untuk mengontrol kadar kortisol di kelenjar adrenalin menggunakan obat :
Ketoconazole, mitotane, dan metyrapone. Sedangkan untuk penderita sindrom
cushing yang memiliki diabetes umumnya menggunakan mifepristone. Efek
samping dari obat-obat diatas yaitu, dapat menimbulkan mual, muntah, sakit
kepala, nyeri otot, serta hipertensi. Kadang juga timbul efek samping yang serius
seperti gangguan fungsi hati.

7. Sindrom Adrenogenital
Pada penyakit ini belum ditemukan obatnya. Namun, pengobatan dilakukan
untuk mengurangi gejala yang dialami pasien. Jika kondisi ini terdeteksi saat masa
kanak-kanak, pasien perlu dibawa kedokter anak untuk diagnose dan pengobatan.
Dibeberapa Negara, pemeriksaan pada balita yang wajib dilakukan. Jika kondisinya
teridentifikasi saat masih bayi, pembedahan semestinya dilakukan setelah anak
berusia 1-3 bulan. Tapi, pembedahan ini akan membantu memperbaiki penampilan
yang abnormal pada kelamin. Pasien perlu mengonsumsi obat sepanjang hidupnya.
Jika tidak, kondisi akan memburuk akan menyebabkan komplikasi yang dapat
mengancam keselamatan jiwa. (white PC)
DAFTAR PUSTAKA

Burton, C. et. al. 2015. Addison’s Disease : Identification and Management in Primary
Care. Br J Gen Pract. 65(638), pp. 488-490

Gardner, D.G and Shoback, D., 2011. Greenspan's Basic & Clinical Endocrinology. 9th ed.
China: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Kalra, S. et al. 2016. Diabetes Insipidus : The Other Diabetes. Indian Journal of
Endocrinology and Methabolism, 20(1), pp. 9-12

Kostoglou-Ahanassiou, I. Ntalles, K. 2010. Hypothyroidism – New Aspects of an old


Disease. Hippokratia, 14(2), pp. 82-87

Kravest, I. 2016. Hyperthyroidism : diagnosis and treatment. American Family Physician,


93(5), pp. 363-370.

Nathan, MN, Buse JB, Mayer BD, Ferrannini E, Holman RR, Sherwin R et al. Medical
Management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes A consebsus Algorithm for the initiation
and Adjustment of Therapy. A consensus statement of the American Diabetes Assiciation
and the European Association fir the Study of Diabetes. Diabetes Care , 2008 ; 31:1-11

Sherwood, L., 2010. Human Physiology. From Cells to Systems. 7th ed. Canada: Yolanda
Cossio

White PC. Congenital adrenal hyperplasia and related disorders. In : Kliegman RM,
Stanton BF, St.

Wilcox, G. 2005. Insulin and insulin Resistance. Clinical Biochemist Reviews, 26(2), pp.
19-39
SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan Sindrom Adrenogenital ?
Jawaban : Sindrom adrenogenital adalah Sekresi hormon androgen yang dihasilkan
oleh kelenjar adrenal yang terlalu berlebih. Hormone androgen banyak dihasilkan oleh
pria. Jika kelebihan hormone androgen diderita oleh wanita maka wanita akan bisa
memiliki ciri fisik yang ada pada pria.
2. Sebutkan contoh terapi obat yang tepat untuk pasien Diabetes Insipidus beserta fungsi
dari masing-masing obat !
Jawaban :
 Desmopressin, Berfungsi untuk menghentikan produksi urine.
 Thiazide diuretic, Berfungsi membuat urine menjadi lebih pekat dengan cara
mengurangi kadar airnya.
 Obat Antiinflamasi Non Steroid + thiazide diuretik, berfungsi menurunkan
jumlah urine yang dikeluarkan oleh tubuh.
3. Sebutkan 3 obat yang dapat mengontrol kadar kortisol dikelenjar adrenalin !
Jawaban :
 Ketoconazole
 Mitotane
 Metyrapone

Anda mungkin juga menyukai