Anda di halaman 1dari 16

Sejarah dan Teori Terbentuknya Bumi

AHA BlogWeb Tuesday, 27 December 2016 Geografi

Bumi terbentuk dimulai kurang lebih 4,56 milyar tahun yang lalu dan mengalami beberapa

perkembangan. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di

alam semesta ini tidak diam melainkan melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan

bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Ilmu yang

mempelajari tentang bumi disebut geologi. Sedangkan cabang ilmu yang mempelajari khusus

mengenai materi dan proses pembentukannya baik permukaan atau di dalam bumi disebut

geologi fisik. Proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya

kita. Dalam perkembangannya terciptalah beberapa hipotesa tentang pembentukan bumi yang

berkesinambungan dengan hipotesa terbentuknya alam semesta. Terdapat berbagai macam

teori-teori pembentukan bumi di alam semesta yang akan diuraikan lebih lanjut sebagai

berikut:

SEJARAH DAN TEORI TERBENTUKNYA BUMI

A. Hipotesa oleh Georges-Louis Leclerc


Pada tahun 1778 ahli ilmu alam Prancis Georges-Louis Leclerc, Comte de Buffon,

mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari dengan sebuah komet

yang menyebabkan sebagian massa matahari terpental keluar. Massa yang terpental inilah

yang menjadi planet.

B. Hipotesa Nebula atau Kabut


Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuwan yaitu Imanuel Kant seorang ahli filsafat

bangsa Jerman dan Piere Simon LaPlace seorang ahli astronomi bangsa Perancis. Kant

mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan LaPlace mengemukakan pada tahun 1796

dengan nama Nebular Hypothes. Menurut Kant dan Laplace, pada awal mulanya alam raya

merupakan gumpalan kabut (nebula) yang mengandung debu dan gas yang tidak terlalu

panas. Kabut bergerak dan berputar dengan kecepatan yang sangat lambat sehingga lama

kelamaan suhunya menurun dan massanya terkonsentrasi. Kemudian perputarannya menjadi

lebih cepat sehingga membentuk sebuah cakram dengan massa terpusat di tengah-tengah

cakram. Perputaran yang semakin cepat menyebabkan terbentuk cincin atau gelang-gelang

gas yang memisahkan diri dari bagian luar cakram sehingga terbentuk suatu cakram yang

mengandung sedikit kabut di bagian tengah dan beberapa lapis cincin di sekelilingnya.

Cincin-cincin kemudian memadat dan membeku sehingga terbentuk planet-planet, sedangkan

massa pada bagian pusat membeku membentuk matahari. Tetapi teori ini tidak bertahan lama

karena banyak sanggahan yang dilakukan dan ditolak dengan dilakuakn penelitian kembali

sehingga diambil kesimpulan bahwa teori nebula tidak dapat membuktikan kebenarannya.

C. Hipotesa Bintang Kembar


Menurut hipotesa bintang kembar oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956, awalnya

ada dua buah bintang yang berdekatan (bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak

dan berkeping-keping. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang kedua, maka keping-keping ini
bergerak mengelilingi bintang dan berubah menjadi planet-planet. Teori ini mempunyai

kelemahan karena berdasarkan analisis matematis yang dilakukan oleh para ahli menunjukan
bahwa momentum anguler dalam sistem tatasurya yang ada sekarang ini tidak mugkin
dihasilkan oleh peristiwa tabrakan dua buah bintang. Hipotesa bintang kembar juga tidak

dapat dipertahankan karena tidak terbukti kebenarannya.

D. Hipotesa Planetisimal
Di kemukakan oleh, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi Amerika bersama rekannya

Thomas C Chamberlain, seorang ahli geologi. Teori ini mengemukakan matahari terdiri dari

massa gas bermassa besar sekali, pada suatu saat disusupi oleh sebuah bintang lain yang

melintas dengan kecepatan tinggi di dekat matahari. Pada waktu bintang melintas di dekat

matahari dan jarak keduanya relatif dekat, maka sebagian massa gas matahari ada yang

tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari

massa gas yang tertarik ke luar ada yang pada lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang

berputar mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah bintang melintas berlalu,

massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi dingin dan terbentuklah cincin padat

yang disebut planetisimal. Beberapa planetisimal yang terbentuk akan saling tarik-menarik

dan bergabung menjadi satu lalu memadat dan pada akhirnya membentuk planet-planet.

HIPOTESA PLANESTESIMAL
E. Hipotesa Tidal (pasang surut bintang)
Dua orang ilmuwan Inggris, James Jeans dan Harold Jeffreys, pada tahun 1918

mengemukakan teori tidal. Mereka mengatakan pada saat bintang melintas di dekat matahari

hampir menyebabkan tabrakan, sebagian massa matahari tertarik ke luar sehingga

membentuk semacam cerutu dan mengalami pendinginan dan membentuk planet-planet.

Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi,

melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya

terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari

dan mengalami proses pendinginan.

F. Hipotesa Kuiper (kondensasi)


Gerald P. Kuiper pada tahun 1950 mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar

berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah proto matahari, sedangkan massa gas yang

berputar mengelilingi matahari adalah protoplanet.

G. Hipotesa Whipple
Fred L. Whipple, seorang ahli astronom Amerika mengemukakan pada mulanya tata surya

terdiri dari gas dan kabut debu yang mengandung nitrogen yang sedikit kosmis yang berotasi

membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang berotasi menyebabkannya menggumpal

menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling

bertabrakan dan kemudian membentuk planet – planet.

H. Hipotesa Big Bang


Alam pada saat itu belum merupakan materi tetapi pada suatu ketika berubah menjadi materi

yang sangat kecil dan padat, massanya sangat berat dan tekanannya besar, karena adanya

reaksi inti kemudian terjadi ledakan hebat. Massa itu kemudian berserak dan mengembang
dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan dan membentuk kelompok dengan berat jenis

yang lebih kecil dan terus bergerak, menjauhi titik pusatnya tetapi masih terjangkau oleh gaya
gravitasi sehingga akhirnya terbentuklah tata surya. Ledakan besar itu terjadi ketika seluruh
materi kosmos keluar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang sangat tinggi dari

volume yang sangat kecil. Kejadian ini yang sering kali disebut-sebut sebagai hipotesa big

bang yang fenomenal. Hipotesa Big Bang ini semakin menguatkan pendapat bahwa alam

semesta ini pada awalnya tidak ada tetapi kemudian tercipta dari ketiadaan. Kalangan

ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk

akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam

semesta muncul menjadi ada. Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang

diterima oleh masyarakat ilmiah. Hipotesa Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu

pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Akhirnya, paham para materialis tentang

tidak adanya penciptaan atau tidak adanya pencipta terpatahkan dengan bukti-bukti big bang.

Setelah bumi terbentuk, penyempurnaannya terjadi dengan pergerakan lempeng yang

menjadikan bumi dengan benua-benuanya seperti sekarang ini. Berikut beberapa teori

pergerakan lempeng:

1. Contraction and Expansion (kontraksi dan pemuaian)


Penyusutan Bumi terjadi karena adanya proses pendinginan. Analogi ini diadopsi dari

peristiwa mengkerutnya kulit apel yang mengering. Teori ini dapat menjelaskan daerah-

daerah yang tertekan seperti deretan gunung api tetapi tidak tapat menjelaskan cekungan,

celah serta lembah. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Descrates (1596-1650) dan juga

di dukung oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Keduanya berpendapat

bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadinya proses pendinginan pada bagian dalam
bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan

lembah-lembah.
Pengembangan Bumi terjadi karena proses pemanasan. Teori ini didapat setelah

radioaktivitas diketahui. Ia dapat menjelaskan bagaimana Benua bisa hancur dan dengan

mudahnya menjelaskan pembentukan lipatan tetapi belum bisa menjelaskan daerah-daerah

tekanan.

2. Continental Drift (pengapungan benua)


Pada awal abad ke-20 ilmuan menyadari bahwa mereka tidak bisa menjelaskan struktur Bumi

dan prosesnya dengan satu teori saja. Banyak hipotesis ilmuan yang dikembangkan untuk

mencoba dan menunjang konflik observasi. Alfred Wegner seorang meteorologis Jerman

yang mempelajari tentang iklim kuno mengemukakan teori pergeseran benua.


ALFRED WEGNER

Hipotesisnya adalah Continental Drift yang dikemukakan pada tahun 1910. Seperti

kebanyakan orang, amerika selatan dan afrika cocok bersama-sama seperti jigsaw puzzle dan

menarik perhatiannya.
CONTINENTAL DRIFT

Dia menggabungkan fakta-fakta dan distribusi fosil untuk memformulasikan teori bahwa

benua bergerak dipermukaan bumi. Dia mengemukakan bahwa sebelum 200 juta tahun yang

lalu, seluruh benua membentuk satu daratan yang besar dan berat yang disebuat Pangea.

Prinsip dari teori ini adalah benua diposisikan pada sebuah lempeng atau batuan, dan mereka

mengapung sepanjang permukaan bumi setiap waktu. Kelemahan teori Wegner dan

alasannya tidak diterima oleh gelogist adalah dia mengemukakan bahwa benua menggelincir

diatas dasar laut, padahal dasar laut tidak cukup kuat untuk menopang benua.

Ia mengemukakan teori yang disebut “Apungan dan Pergeseran Benua-Benua” pada tahun
1912 dihadapan perhimpunan ahli geologi di Frankfurt Jerman. Teori tersebut dipopulerkan

pertama kalinya dalam bentuk buku pada tahun 1915 yang berjudul Dje Ensfehung der

Konfjnenfe und Ozeane(Asal Usul Benua dan Lautan). Buku tersebut menimbulkan

kontroversi besar di lingkungan ahli-ahli geologi, dan baru mereda pada tahun enampuluhan

setelah teori Apungan Benua dari Wegener ini semakin banyak mendapatkan dukungan.

Wegener mengemukakan teori tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Terdapat kesamaan yang mencolok antara garis kontur pantai timur benua
Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan Afrika. Kesamaan

pola garis kontur pantai tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya Benua Amerika Utara dan

Selatan serta Eropa dan Afrika dahulu adalah daratan yang berimpitan. Berdasarkan fakta

bahwa formasi geologi di bagian-bagian yang bertemu ini mempunyai kesamaan. Keadaan ini

telah dibuktikan kebenarannya. Formasi geologi di sepanjang pantai Afrika Barat dari Sierra

Leone sampai tanjung Afrika Selatan sama dengan formasi geologi yang ada di pantai Timur

Afrika, dari Peru sampai Bahia Blanca.


b. Benua-benua yang ada sekarang ini, dahulunya adalah satu benua yang disebut

Benua Pangea
Benua Pangea tersebut pecah karena gerakan benua besar si seltan baik ke arah barat maupun

ke arah utara menuju khatulistiwa. Daerah Greeland sekarang ini bergerak menjauhi daratan

Eropa dengan kecepatan 36 m/tahun, sedangkan Kepulauan Madagaskar menjauhi Afrika

Selatan dengan kecepatan 9 m/tahun. Dengan peristiwa tersebut maka terjadilah hal-hal

sebagai berikut :
 Bentangan-bentangan samudra dan benua-benua mengapung sendiri-sendiri.
 Samudra Antlantik menjadi semakin luas karena benua Amerika masih terus bergerak
ke arah barat, sehingga terjadi lipatan-lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan
utara-selatan, yang terdapat di sepanjang pantai Amerika Utara dan Selatan.
 Aktivitas seismik yang luar biasa di sepanjang Pahatan St. Andreas, di dekat pantai
barat Amerika Serikat.
 Batas Samudra Hindia semakin mendesak ke utara. Anak benua India semakin
menyempit dan semakin mendekati ke Benua Eurasia, sehingga menimbulkan lipatan
Pegunungan Himalaya. Pergerakan benua-benua sampai sekarang pun masih berlangsung, hal
ini dibuktikan dengan makin melebarnya celah yang terdapat di alur-alur dalam samudra

3. Laurasia-Gondwana

Alexander Du Toit merupakan geologist Afrika Selatan. Setelah kunjungannya ke Amerika

Selatan, ia menjadi pendukung teori Wegener. Dia mempubllikasikan observasinya dalam A

Geological Comparison of South America with South Africa dan kemudian dia

mengembangkan pemikirannya dalam Our Wondering Contonents (1937). Dia menyatakan

pemisahan dari pangea membentuk dua benua super yaitu Laurasia (disekitar kutub utara)

dan Gondwana (disekitar kutub selatan).

4. Paleomagnetism (pola magnetik purba batuan)


Selama perang dunia kedua, geologis yang dipekerjakan oleh militer bernama Harry Hass

dari Universitas Princeton mengemukakan penelitian tentang dasar laut. Tujuan penelitian ini

untuk memahami topografi dasar laut termasuk mengukur kedalaman dasar laut dari

permukaan dan menemukan tempat tersembunyi musuh-musuh di kapal selam. Tipe


penelitian lainnya menggunakan magnetometer (untuk mengukur benda-benda magnet) yang
diletakkan dibelakang kapal untuk mendeteksi kapal selam. Penelitian ini juga menunjukkan
adanya anomali magnetic dibawah laut, dengan kemagnetan yang tinggi di punggung laut dan

kemagnetan yang rendah di sisi lainnya.

Penelitian ini menyatakan 2 topografi penting yaitu punggung samudra dan palung samudra.

Harry juga menyatakan bahwa benua tidak bergerak sepanjang kerak samudra, tetapi benua

dan kerak samudra bergerak bersama-sama. Jika kerak samudra yang baru dan litosfer terus

menerus terbentuk pada punggung laut, samudra akan bertambah luas, kecuali jika ada

sebuah mekanisme yang menghancurkan litosfer samudra. Zona Benioff dan palung samudra

membuktikan bahwa litosfer samudra kembali ke mantel dengan menyusup ke bawah pada

palung laut (zona subduksi). Karena lempeng samudra dingin dan rapuh, ia akan pecah dan

kembali bercampur dengan matel dan menghasilkan gempa bumi yang sangat dalam.

Pada tahun 1950 dan 1960, penelitian tentang medan magnet bumi dan perubahannya seiring

waktu (paleomagnetism) membuktikan fakta terbaru bahwa benua mengapung. Kesimpulan

dari konsep medan magnet adalah (1) Bumi memiliki lebih dari satu kutub yang berubah

seiring waktu di masa lalu. (2) benua yang berbeda telah bergerak relatif satu sama lain

seiring waktu geologi. Penelitian ini mengkonfirmasi hipotesis terakhir dan juga

menkonfirmasi teori Continental Drift.

5. Convection Current (arus konveksi) oleh Arthur Holmes dan Harry H


Perpecahan benua dan pergerakan lempeng disebabkan oleh adanya energi yang

menggerakkannya. Energi tersebut berasal dari arus konveksi di dalam astenosfer bumi. Arus

konveksi adalah perpindahan energi panas pada fluida, yang disebabkan oleh :
 Peluruhan unsur radioaktif
 Gradien Geometris
 Karena adanya serangan benda asing
 Panas yang tersimpan pada saat pembentukan planet
Menurut Teori Konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan

dikembangkan lebih lanjut Robert Diez, dikemukakan bahwa di dalam bumi yang masih

dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan lava sampai ke

permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudra), lava tersebut akan

membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggerser dan menggantikan

kulit bumi yang lebih tua.

Bukti dari adanya kebenaran teori ini ysitu terdapatnya mid oceanic, seperti mid Atlantik

Ridge, dan Pasific-Atlantik Ridge di permukaan bumi. Bukti lainnya didasarkan pada

penelitian umur dasar laut yang membuktikan semakin jauh dari punggung tengah samudra,

umur batuan semakin tua. Artinya, terdapat gerakan yang berasal dari mid oceanic ridge ke

arah yang berlawanan disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisandi bawah kulit bumi.

5. Sea Floor Spreading


Pergerakan lempeng yang saling menjauh tertangkap oleh peneliti. Pergerakan ini

mengakibatkan terbentuknya punggungan yang memanjang di daerah yang menjauh. Vine,

Matthews dan Morely mengumpulkan informasi-informasi penting dan menemukan bahwa

lenmpeng samudra yang baru terbentuk diantara dua lempeng yang saling menjauh.

Penyusupan magma antar lempeng ini menyebabkan adanya punggung laut. Teori ini

dinamakan Sea Floor Spreading dan menjawab pertanyaan terbesar tentang Continental Drift

“ Bagaimana bisa benua bergerak diatas kerak samudra?” faktanya, benua bergerak bersama

kerak samudra sebagai bagian dari sistem litosfer. Fenomena ini disebabkan konveksi arus
panas dari mantel atas bumi atau astenosfer.

6. Tektonik Lempeng
Dengan mengkombinasikan Sea Floor Spreading dengan Continental Drift dan informasi

seismik global, teori terbaru dari Tektonik lempeng yang dicetuskan oleh Mc. Kenzie dan
Robert Parker menjadi teori yang paling masuk akal untuk menjelaskan pergerakan lempeng.
Teori tektonik lempeng berdasarkan model sederhana Bumi. Litosfer yang padat tersusun

atas kerak samudra dan kerak benua dan terletak di atas mantel, dan terdiri dari beberapa

lembar dengan ukuran yang berbeda yang disebut lempeng.

Lempeng tersusun dari kerak samudra dengan ketebalan 100 km dan 250 km ketebalan kerak

benua dan mengapung diatas astenosfer. Ketika benua dan samudra dapat melayang karena

mereka adalah bagian dari lempeng besar yang mengapung dan bergerak horizontal pada

bagian teratas astenosfer. Lempeng ini bersifat rigid (padat) dengan kemampuan elastis,

tetapi deformasinya tampak sepanjang batas antar lempeng. Dan ada kalanya lempeng

samudra yang menyusup kembali ke dalam mantel karena perbedaan ketebalan dan

kepadatan. Juga peristiwa pelebaran lempeng akibat adanya arus konveksi. Peristiwa

penyusupan maupun pelebaran ini menyebabkan adanya batas antar lempeng. Ada tiga jenis

tiga batas lempeng yaitu Batas Lempeng Divergen dimana lempeng bergerak menjauh satu

sama lainnya, Batas Lempeng Konvergen dimana lempeng bergerak mendekati satu sama

lainnya, dan yang terakhir Batas Lempeng Transform dimana lempeng terdorong

berselisihan satu sama lain. Batas lempeng inilah yang menyebabkan adanya peristiwa

tektonik maupun vulkanik yang terjadi di Bumi.


TEKTONIK LEMPENG

Tektonik lempeng adalah teori yang dikembangkan pada akhir tahun 1960, teori ini

menjelaskan bagaimana proses pergerakan dan pembentukan lempeng terluar Bumi. Teori ini

menyebabkan revolusi pemikiran manusia tentang Bumi. Sejak berkembangnya teori ini, para

geologis telah menguji kembali hampir setiap aspek geologi. Teori tektonik lempeng telah

terbukti sangat berguna karena dapat memprediksikan kejadian geologi dan menjelaskan
hampir seluruh aspek dari apa yang kita lihat di Bumi. Seperti pembentukan gunung, gempa

bumi, dan gunung merapi.


BUMI

Dalam perkembangan teori yang tektonik lempeng, cukup banyak ilmuan yang

mengumumkan penelitiannya berbentuk teori yang sering kali kita dengar sekarang ini.

Akhirnya, dengan proses yang panjang dan rumit, bumi terbentuk dengan indahnya

dilengkapi dengan aksesorinya seperti lautan, gunung, dan daratan. Sekarang ini,

pengetahuan terbaru berpegang pada pembentukan bumi dan proses pembentukan muka bumi

seperti yang dijelaskan dalam teori big bang dan teori tektonik lempeng. Manusia saat ini

percaya dengan teori ini dan dijadikan pegangan dalam menggambarkan bumi secara

keseluruhan.
STRUKTUR BUMI

Sedikit tambahan mengenai proses terbentuknya bumi, pasti kita semua penasaran berapa

umur bumi yang kita tinggali saat ini. Berikut teori yang menjelaskannya :

Ada beberapa teori yang digunakan untuk menentukan umur bumi :

1. Teori Sedimen
Menghitung umur bumi dengan mengukur tebalnya lapisan sedimen yang membentuk

batuan. Cara perhitungan dengan mengukur endapan batuan pada muara sungai dalam

setahun. Laju endapan pertahun dan tebalnya endapat eksisting dapat memperkirakan umur

bumi kira-kira 500 juta tahun.

2. Teori Kaddar Garam


Pada awal pembentukannya samudera dalam kondisi tawar. Penguapan terus-menerus dan

penambahan mineral dan garam yang masuk dalam laut/samudera akan menaikkan kadar

garam. Dengan mengukur kadar garam dan laju kenaikan kadar garam setahun maka dapat
diketahui umur samudera/bumi, yaitu lebih dari 1000 juta tahun.
3. Teori termal
Bumi pada awal pembentukannya panas sekali, makin lama makin berkurang dan dicapai

suhu seperti sekarang ini. Menurut Elfin, ahli fisika Inggris, proses pendinginan telah

berlangsung 20 juta tahun.

4. Teori Peluruhan Radioaktif


Radioaktif yang berada di bumi akan mengalami peluruhan mengikuti fungsi eksponensial

menurun. Dengan rumus ini dapat diketahui umur bumi antara 5000 juta hingga 7000 juta

tahun.

Dari teori-teori diatas, berbeda unsur yang diteliti, berbeda pula umur yang didapatkan. Saat

ini, umur bumi yang dipercaya adalah sekitar 4.54 yang ditentukan melalui penanggalan

radiometric meteorit dan sesuai dengan usia bebatuan tertua yang pernah ditemukan dan

sampel dari bulan. Tetapi, siapa yang mengetahui pastinya? Hanya Allah yang maha kuasa

yang mengetahui segala sesuatu. Kita hanya bisa menerka 

Anda mungkin juga menyukai