Bab I Askep Ulkus Peptikum
Bab I Askep Ulkus Peptikum
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Ulkus peptikum adalah erosi mukosa saluran gastrointestinal yang
Ester.2002)
Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa
yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun seringkali
dianggap juga sebagai ulkus. (Price Sylvia A & Lorraine M. Wilson. 2006)
Ulkus peptikum adalah ekskavalasi(area berlubang) yang terbentuk
oval pada lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum).
(http://indonesiaindonesia.com/f/12980-ulkus-peptikum/)
2
pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari
1) Oris (mulut)
2) Faring (tekak)
3) Esofagus (kerongkongan)
4) Ventrikulus ( lambung )
b) Yeyenum
c) Ileum
a) Sekum
b) Kolon asendens
c) Kolon transversum
d) Kolon desendens
e) Kolon sigmoid
7) Rektum
8) Anus
b. Struktur Pencernaan
a) Geligi
4
(1) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan,
gigi susu.
(2) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 bulan
Fungsi gigi terdiri dari gigi seri untuk memotong makanan, gigi
taring untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, dan gigi
potong.
b) Lidah
2) Faring
3) Esofagus
panjangnya ±25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak
dibawah lambung.
4) Lambung
susu).
6
lambung
besar dari dalam keluar yaitu, selaput lendir, lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah
menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli dan tempat
c) Rektum
d) Anus
7
3. Etiologi
lambung.
(Suratun.2010)
asam, atau apabila terjadi produksi asam yang berlebihan dilambung yang
4. Klasifikasi/Jenis-jenis
Menurut Suratun (2010) klasifikasi ulkus peptikum dibagi menjadi 3 bagian:
a. Berdasarkan kejadianya
8
penyebab seperti luka bakar dan operasi berat atau karena obat-
obatan.
2) Ulkus peptikum kronis. Gejalah menahun, pasien memiliki
riwayat penyakit nyeri ulu hati, nyeri lebih dari 2 bulan yang
bikarbonat.
ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida
dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan
kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari
mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup
atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada
diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli
aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah
asam lambung.
6. Manifestasi Klinis
a. Perubahan nafsu makan dan perubahan berat badan
b. Nyeri lambung yang sangat hebat
c. Muntah yang berdarah dan feses yang berdarah, bila terjadi kerusakan
kapiler lambung
d. Takikardi
10
epigastrik yang dapat menyebar kepunggung. Rasa sakit ini biasanya muncul
1-2 jam setelah makan. Makanan dapat menurunkan rasa sakit namun
ulkus dalam lambung atau duodenum namun gejala tetap ada, maka ada
sulit yang memerlukan intervensi fisik dan mental pada pihak pasien dan
gastrik.
(Reeves, Gayle Roux, & Robin lockhart.2001)
Obat yang diresepkan pada klien dengan ulkus peptikum untuk empat alasan
utama :
gasrointstinal( antibiotika ).
proton, antasida] ).
(Monica, Ester.2001)
9. Komplikasi
Ulkus peptikum dapat menimbulkan komplikasi berikut:
a. Hemoragi– gastrointestinal atas
b. Perforasi
c. Penetrasi
d. Obstruksi pilorik (obtruksi jalan keluar lambung)
( Suddarth & Brunner. 2002).
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
a. Aktivitas/Istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
suara gemetar
d. Eliminasi
e. Makanan/Cairan
menurun
f. Neurosensori
Gejala : Rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan
g. Nyeri/Kenyamanan
h. Keamanan
Gejalah : Alergi terhadap obat
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Carpenito, 2000 dikutip dalam Nursalam, 2008), diagnosa
(status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok di
pasca operasi
perubahan pascagastrektomi
3. Rencana Keperawatan
16
Kriteria Evaluasi:
1) Pasien menunjukan perbaikan sistem kardiovaskuler
2) Hematemesis dan melena terkontrol
3) Konjungtiva tidak anemis
4) Pasien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembat, turgor kulit
Intervensi Rasional
1. Kaji sumber dan respons 1. Deteksi awal mengenai seberapa jauh
kemungkinan terjadi
3. Monitor status cairan (turgor kulit,
3. Mengindentifikasi tanda-tanda
membran mukosa dan keluaran
terjadinya syok hipovolemik
urine)
4. Lakukan gastric cooling 4. Bertujuan untuk melakukan
duodenum
perawatan rumah
Kriteria evaluasi:
1) Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatn yang
diberikan
2) Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah
diberikan
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Agar lebih terarah dalam
moral pasien
9. Intervensi untuk meningkatkan
pascabedah
Intervensi Rasional
1. Kaji dan monitor jalan nafas 1. Deteksi awal untuk interprestasi
dikeluarkan
6. Mengencerkan sekret pada jalan nafas
mengalami injuri
Kriteria evaluasi:
1) TTV dalam batas normal
2) Tidak terjadi infeksi pada area insisi
21
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan diruang 1. Menurunkan resiko injuri dan
pascaoperasi hemodinamik
4. Mengindentifikasi tanda
pasien pada saat latihan batuk dan menjadi salah satu komplikasi
Kriteria evaluasi:
menurunkan nyeri
4) Pasien tidak gelisah
Intervensi Rasional
1. Istirahatkan klien saat nyeri muncul 1. Menurunkan kebutuhan oksigen
nyeri
5. Untuk menghilangkan nyeri
lambung
tidak terjadi
Kriteria evaluasi:
normal
2) TTV dalam batas normal, CRT > 3 detik, produksi urine > 600ml/hari
3) Laboratorium : Nilai elektrolit normal, nilai hematokrit dan protein
Intervensi Rasional
1. Pengukuran tekanan darah 1. Hipotensi dapat terjadi pada
Kriteria evaluasi:
Intervensi Rasional
1. Kaji turgor kulit, berat badan, 1. Menetapkan derajat masalah untuk
Kriteria evaluasi:
Intervensi Rasional
1. Jaga kondisi balutan dalam keadaan 1. Untuk menghindari kontaminasi
Kriteria evaluasi:
standar
Intervensi Rasional
1. Monitor respons fisik seperti 1. Digunakan dalam mengevaluasi