Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Teknik Sipil ISSN 1412-548X

Universitas Syiah Kuala pp. 29- 38

APLIKASI SOFTWARE EPANET 2.0 UNTUK MENDETEKSI


KEHILANGAN TEKANAN (HEAD LOSSES) PADA JARINGAN PIPA
DISTRIBUSI PDAM TIRTA MON PASE LHOKSEUMAWE
Ziana 1) dan Adzuha Desmi 2)
1)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
2)
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh, Email: adzuha_5esmi@yahoo.com

Abstrak
Air minum merupakan kebutuhan pokok bagi setiap warga kota tak terkecuali penduduk Kota
Lhokseumawe yang dilayani oleh PDAM Tirta Mon Pase. Dewasa ini kita melihat banyak
komsumen yang mengeluh karena PDAM belum optimal dalam melayani kebutuhan konsumen,
karena tekanan yang tersambung ke konsumen belum sampai pada standar yang ditetapkan. Untuk itu
perlu dilakukan studi untuk mengetahui tekanan yang terjadi pada saat operasional PDAM. Dengan
menggunakan software EPANET 2.0 memudahkan kita dalam mendeteksi tekanan yang terjadi serta
kehilangan tekanan yang terjadi di jaringan pipa distribusi. Dari hasil analisa hidrolis dengan
menggunakan software EPANET 2.0 didapat bahwa hasil sisa tekan di wilayah studi pada saat jam
puncak antara pukul 05:00 s/d 06:00, di desa Kampung jawa Lama mempunyai sisa tekan antara 9,03
– 10,62 m, desa Lancang garam mempunyai sisa tekan antara 9,50 – 11,66 m, Kelurahan Simpang
Empat mempunyai sisa tekan antara 9,52 – 9,57 m dan Kelurahan Kota Lhokseumawe mempunyai
sisa tekan antara 9,57 – 11,81 m. Secara keseluruhan di wilayah studi sisa tekan di perpipaan
distribusi hampir merata, namun pada saat jam puncak sisa tekan di wilayah penelitian masih berada
di bawah standar yang ditetapkan oleh Departemen PU yaitu antara 15 – 30 m.
Kata Kunci : jaringan distribusi, EPANET 2.0, head losses.

Dalam studi ini, untuk mengetahui tingkat


1. Pendahuluan
kebocoran yang terjadi di jaringan pipa distribusi,
Perkembangan penduduk dan perkembangan maka dilakukan analisa hidrolis dengan
teknologi dewasa ini, menyebabkan air secara relatif menggunakan software EPANET 2.0. Perangkat ini
semakin lama semakin langka. Kelangkaan ini digunakan untuk mendapatkan suatu model simulasi
bertambah dengan mundurnya kondisi sumber- yang merupakan pendekatan dari sistem jaringan
sumber air. Dalam keadaan yang demikian air perpipaan eksisting dan rencana di Kota
bersih merupakan komoditi ekonomi yang sangat Lhokseumawe. Ini dilakukan dengan pembuatan
tinggi nilainya, karena harus dapat memenuhi suatu basis data dan sistem pengelolaannya ke dalam
kebutuhan kehidupan masyarakat yang beraneka sebuah format tertentu sehingga dikelola dengan
ragam dan sangat luas. sistem computer dan memuat sejumlah informasi
tertentu. Dengan kemampuan EPANET 2.0 dapat
Kota Lhokseumawe adalah kota Administratif
memberikan hasil terutama 2 jenis informasi yaitu
Pemerintahan yang terdiri dari 3 kecamatan yaitu Ke.
kecepatan aliran dan tekanan di jaringan pipa
Banda Sakti, Kec. Muara Dua, dan Kec. Blang
distribusi selama 24 jam.
Mangat. Dimana pelayanan penyediaan air bersih
untuk kebutuhan masyarakat dilakukan oleh PDAM Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
Tirta Mon Pase. tingkat kehilangan air ke pelanggan. Analisa
hidrolis ini akan mendapatkan tingkat kehilangan
Dewasa ini kita melihat banyak komsumen tekanan di pipa jaringan distribusi yang diakibatkan
yang mengeluh karena PDAM belum optimal dalam oleh kebocoran (leakaged) maupun sambungan
melayani kebutuhan konsumen. Hal ini salah
illegal (Illegal Connected) sehingga akan dilakukan
satunya disebabkan karena air yang didistribusikan
perbaikan jaringan pipa distribusi untuk
tidak seluruhnya dapat diterima konsumen karena
meningkatkan efektivitas pelayanan kepada
tingginya kehilangan tekanan dan adanya kebocoran
konsumen PDAM Tirta Mon Pase.
dari sistem distribusi yang digolongkan sebagai
kehilangan dan pemborosan. Untuk meningkatkan
profesionalisme pelayanannya dalam memenuhi 2. Karekteristik Daerah Studi
kebutuhan air bersih perlu dilakukan studi analisa
Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota di
hidrolis jaringan pipa distribusi.
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia.
Volume 1, Tahun I, Mei 2002 - 29
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Kota ini berada di tengah-tengah jalur timur WTP Krueng Pase saat ini hanya berproduksi
Sumatera berada di antara Banda Aceh – Medan sebesar 50 lt/det dikarenakan tidak dapat melakukan
dengan luas wilayah sekitar 212 km2. Secara pengelolaan dengan sempurna pada debit 100 lt/det
geografis wilayah Kota Lhokseumawe terletak pada dikarenakan tidak adanya unit prasedimentasi untuk
posisi antara 96o52’00’’ sampai dengan 97o31’00’’ menurunkan kekeruhan sumber air baku yang
BT, dan 04o46’00’’ sampai 05o18’00’’ LU serta berasal dari Krueng Pase yang mempunyai tingkat
bertopografi landai berada pada ketinggian 10 – 15 kekeruhan yang tinggi. Dari data yang didapat dari
m di atas permukaan laut. Lhokseumawe yang PDAM Tirta Mon Pase , pada bulan Mei 2007
beriklim tropis, kemarau berlangsung antara bulan produksi air WTP Krueng Pase mencapai 112.320
Februari sampai Agustus, sedangkan musim hujan m3, sedangkan air yang distribusi mencapai 100.820
antara bualn September sampai Januari. Suhu di m3 dengan jam operasi distribusi rerata 18 jam/hari.
musim kemarau rerata 32,8oC dan pada musim
Saat ini sumur dalam yang beroperasi hanya 5
penghujan rerata 28oC.
buah dengan kapasitas produksi pada bulan Mei
Menurut Aceh dalam Angka (2005) Kota 2007 sebesar 107.865 m3, sedangkan air yang masuk
Lhokseumawe mempunyai jumlah penduduk sebesar ke reservoir Cot Sabong untuk pelayanan Kota
154.634 jiwa pada tahun 2005 dengan laju Lhokseumawe sebesar 14.249 m3. Untuk lebih jelas
pertambahan penduduk pertahun sebesar 2,12%. tentang sistem produksi PDAM Tirta Mon Pase
Jumlah rumah tangga sebesar 33.305 dengan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
populasi per-RT sebesar 4,64 jiwa.
B. Bangunan Penunjang
2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih Bangunan Penunjang pada sistem pelayanan
Kota Lhokseumawe terdiri dari reservoir baja beton
A. Sumber Air Baku 500 m3 yang berada di WTP Krueng Pase, Booster
Sistem penyediaan air bersih Kota Pump yang berada di Buket Rata, dan Reservoir
Lhokseumawe terbagi dalam 3 daerah pelayanan beton 1200 1200 m2 Cot Sabong yang berada di
yaitu Kec. Banda Sakti, Kec. Muara Dua dan Kec. ketinggian dengan elevasi ± 35 m serta reservoir
Blang Mangat. Sistem ini dilayani oleh 3 unit yang berada di WTP Gate-1 Paloh. Booster
produksi yaitu sumur dalam Simpang Kramat, Water beroperasi 19 jam/hari yaitu dari jam 22:00 – 12:00
Treatment Plant (WTP) Krueng Pase, dan Water dan jam 14:00 – 19:00. Untuk lebih jelasnya data –
Treatment Plant (WTP) Gate-1 Paloh. Namun saat
data reseroir tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
ini WTP Gate-1 Paloh belum beroperasi. Total
kapasitas dari 3 unit tersebut 200 lt/det.

Tabel 2.1 Unit Produksi Sistem Pelayanan Kota Lhokseumawe


Kap. Sistem Produksi Sumber Air
No Unit Daerah Pelayanan
(lt/det) (lt/det) Baku
Sumur Dalam Simpang Kramat &
1. 75,00 40,27 Sumur Dalam
(8 unit) Kota Lhokseumawe
2. WTP Kr Pase 100,00 50,00 Kr Pase Kota Lhokseumawe
PT. Arun & Kota
3. WTP Gate-1 Paloh 35,00 - Kr Peusangan
Lhokseumawe
Sumber : PDAM Tirta Mon Pase

Tabel 2.2 Unit Produksi Sistem Pelayanan Kota Lhokseumawe


Kapasitas Elevasi
No Nama Reservoir Lokasi Jam Operasi
(m3) (m dpl)
1. Kr Pase 500 Desa Paya Terbang 24 20
2. Booster 500 Buket Rata 22 19
3. Cot Sabong 1.200 Cot Sabong 35 5
Sumber : PDAM Tirta Mon Pase

30 - Volume 1, Tahun I, Mei 2002


Jurnal Teknik Sipil ISSN 1412-548X
Universitas Syiah Kuala pp. 29- 38
200 1
Water Meter
2.3 Sistem Perpipaan Transmisi – Distribusi 150 1
Air Valve 150 1
Perpipaan transmisi – distribusi pada sistem
pelayanaan Kota Lhokseumawe terdiri dari Sumber : PDAMTirta Mon Pase
berbagai jenis dan diameter pipa yaitu jenis Steel,
ACP, Ductile dan PVC dengan diameter bervariasi
antara ø 50 mm sampai ø 400 mm. Untuk pipa 3. Perhitungan dan Analisa
ACP dipasang sekitar tahun 80-an, sedangkan pipa
Steel, Ductile dan PVC dipasang sekitar tahun 90- 3.1 Kehilangan Tinggi Tekan (Head Losses)
an ke atas sampai sekarang. Jaringan perpipaan
Menurut Rossman (2000), kehilangan tinggi
dilengkapi dengan perlengkapan dan bangunan
tekan (head losses) yang mengalir di dalam
penunjang yang terdiri dari Gate Valve, Air Release
jaringan pipa yang berhubungan dengan friksi pada
Valve, Jembatan Pipa, Washout dan lain-lain.
dinding pipa dapat dihitung dengan salah satu dari
Untuk ini dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.
3 formula yaitu formula Hazen-Williams, formula
Darcy-Wiesbach, dan formula Chezy-Manning.
Tabel 2.3 Perpipaan Kec. Banda Sakti
Formula Hazen-Williams digunakan untuk
menghitung headloss untuk cairan selain dari air
Jenis Diameter (mm) Panjang (m)
dan mula-mula dikembangkan untuk aliran turbulen
200 1.500 saja, formula Darcy-Weisbach paling benar secara
ACP 150 3.000 teori dapat digunakan di setiap jenis aliran dan
semua cairan, formula Chezy-Manning biasa
200 1.200
digunakan untuk aliran saluran terbuka. Masing-
150 6.900
PVC Masing formula menggunakan penyamaan yang
100 9.200
berikut untuk menghitung headloss dijaringan pipa,
75 3.900
adalah :
Total 25.700
Sumber : PDAM Tirta Mon Pase hL = A.q B ………….. (1)
Dimana hL adalah headloss (m), q adalah laju alir
Tabel 2.4 Perlengkapan Pipa Kec Banda Sakti (LPS), A adalah koefisien gesekan, dan B adalah
eksponen pengaliran dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Jenis Diameter (mm) Jumlah Masing-masing formula menggunakan suatu
200 3 koefisien kekasaran pipa berbeda yang harus
150 9 ditentukan dengan Tabel 3.2.
Gate Valve
100 8
75 6

Table 3.1 Pipe Headloss Formulas for Full Flow


Resistance Coefficient Flow Exponent
Formula
(A) (B)
Hazen-Williams 4.727 -1.8652 .d -4.871.L ………… (2) 1,852
Darcy-Weisbach 0.0252. f (e , d , q).d -5 .L …. (3) 2
Chezy-Manning 4.66.n 2 .d -5.33 .L …………… (4) 2
Dimana :
C = Hazen-Williams roughness coefficient
e = Darcy-Weisbach roughness coefficient (ft)
f = friction factor (dependent on e, d, and q)
n = Manning roughness coefficient
d = pipe diameter (ft)
L = pipe length (ft)
q = flow rate (cfs)
Sumber : Rossman (2000)

Table 3.2 Roughness Coefficients untuk Pipa Baru


Volume 1, Tahun I, Mei 2002 - 31
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Material
Hazen-Williams C Darcy-Weisbach e Manning's n
(unitless) (feet x 10-3) (unitless)

Cast Iron 130 – 140 0.85 0.012 - 0.015


Concrete or
120 – 140 1.0 - 10 0.012 - 0.017
Concrete Lined
Galvanized Iron 120 0.5 0.015 - 0.017
Plastic 140 – 150 0.005 0.011 - 0.015
Steel 140 – 150 0.15 0.015 - 0.017
Vitrified Clay 110 - 0.013 - 0.015
Sumber : Rossman (2000)

Kelurahan Simpang Empat mempunyai sisa tekan


Dengan formula Darcy-Weisbach EPANET
antara 9,52 – 9,57 m dan Kelurahan Kota
menggunakan metoda berbeda untuk menghitung
Lhokseumawe mempunyai sisa tekan antara 9,57 –
faktor gesek f tergantung pada jenis aliran, formula
11,81 m, sedangkan kebutuhan air bersih untuk
Hagen–Poiseuille digunakan untuk aliran laminer
konsumen pada periode 24 jam dapat dilihat pada
(Re< 2,000), Perkiraan Swamee-Jain kepada Gambar 4.3.
persamaan Colebrook-White digunakan secara
penuh untuk aliran turbulen (Re> 4,000) dan
interpolasi volume dari Diagram Moody digunakan Table 3.3 Minor Loss Coefficients for Selected
untuk aliran transisi ( 2,000<Re< 4,000). Fittings

3.2 Minor Losses Fitting loss Coefficient

Minor losses (kerugian lokal) adalah Globe valve, 10.0


disebabkan oleh turbulensi yang terjadi pada fully open 10.0
belokan dan sambungan. Kerugian seperti ini Angle valve, 5.0
tergantung pola jaringan dan derajat akurasi fully open
kebutuhan. Dapat ditentukan koefisien kerugian Swing check valve, 2.5
minor belokan dan sambungan. Besarnya minor fully open
losses yang terjadi dapat dihitung dengan : Gate valve, 0.2
fully open
Short-radius elbow 0.9
æ v2 ö
hL = K çç ÷÷ ……………… (5) Medium-radius elbow 0.8
è 2. g ø Long-radius elbow 0.6
45 degree elbow 0.4
Dimana K adalah koofisien minor losses, v
adalah kecepatan aliran, dan g adalah kecepatan Closed return bend 2.2
gravitasi. Koofesien minor losses dapat dilihat Standard tee - flow 0.6
pada Tabel 3.3. through run
Standard tee - flow 1.8
through branch
4. Hasil dan Pembahasan Square entrance 0.5
Exit 1.0
Dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 hasil analisa
hidrolis dengan menggunakan software EPANET Sumber : Rossman (2000)
2.0 didapat bahwa hasil sisa tekan di wilayah studi
pada saat jam puncak antara pukul 05:00 s/d 06:00,
di desa Kampung Jawa Lama mempunyai sisa
tekan antara 9,03 – 10,62 m, desa Lancang garam
mempunyai sisa tekan antara 9,50 – 11,66 m,

32 - Volume 1, Tahun I, Mei 2002


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Gambar 4.1 Simulasi Tekanan Sisa pada Pukul 5:00

Gambar 4.2 Simulasi Tekanan Operasional Periode 24 jam

Volume 1, Tahun I, Mei 2002 - 33


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Gambar 4.3 Simulasi Kebutuhan Air Periode 24

Secara keseluruhan di wilayah studi sisa tekan grafik dan peta jaringan yang dapat di ekspor
di pipa distribusi hampir merata, namun pada saat ke software Auto-CAD.
jam puncak sisa tekan di wilayah penelitian masih 5. Penurunan Tekanan diakibatkan oleh usia
berada di bawah standar yang ditetapkan oleh instalasi pipa distribusi PDAM Tirta Mon
Departemen PU yaitu antara 15 – 30 m. Pase relatif telah berusia lama.
6. Pipa distribusi telah terdapat kebocoran,
yang diakibatkan oleh berbagai alternatif.
5. Kesimpulan dan Saran 7. Booster belum bekerja secara kontinyu
sesuai dengan jadwal operasionalnya
5.1 Kesimpulan sehingga belum dapat memaksimalkan
fungsi pelayanan dari PDAM Tirta Mon Pase.
Dari penelitian ini di wilayah pipa distribusi
Kota Lhokseumawe dapatlah diambil kesimpulan
sebagai berikut : 5.2 Saran

1. Data elevasi, panjang dan jenis pipa didapat Untuk mendeteksi dimana terjadi kebocoran
dari hasil pengukuran dan survey lapangan. pada pipa distribusi, maka disarankan untuk
2. Formula yang dipakai adalah Darcy- dilakukan proses pencucian pipa (flushing), dimana
Wiesbach (untuk semua jenis pipa lama). perlu dilakukan Blok Renovasi Proses (BRP).
3. Setiap informasi selama 24 jam dari setiap Pada pekerjaan BRP, dimana instalasi pipa diblok
titik jaringan (Node) berupa tekanan, untuk memperkecil wilayah pantauan. Dengan
kehilangan tekanan dan di setiap pipa diberikan penambahan tekanan dengan
jaringan berupa kecepatan aliran akan menggunakan kompresor ke instalasi pipa maka
didapatkan ketika program di run, serta data proses flushing akan terlaksana dan dengan mudah
dalam bentuk tabel dari setiap titik dapat di kebocoran akan terdeteksi.
ekspor ke software Word. Software
EPANET mampu menghasilkan pekerjaan
yang lebih cepat dan akurat. 6. Datar Pustaka
4. Pengelolaan dan penyajian data dengan
EPANET dapat disajikan dalam bentuk tabel, Anonim, 2005, Aceh Dalam Angka, Pemda Prov.
NAD, Banda Aceh.
34 - Volume 1, Tahun I, Mei 2002
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Anonim, 2007, Laporan Bulanan PDAM Tirta Mon Munson, B.R, 1994, Fundamental of Fluid
Pase, PDAM Tirta Mon Pase, 2007, Mechanis, John Wiley & Son Inc, New
Lhokseumawe York.
Khurmi, R.S, 1978, Hydraulics, Fluid Mechanic Rossman, L.A, 2000, EPANET User Manual, Water
and Hydrolics Machines, S. Chand & Supply and Water Resources Division,
Company Ltd, New Delhi. National Risk Management Research
Laboratory, Cincinnati, OH.

Volume 1, Tahun I, Mei 2002 - 35

Anda mungkin juga menyukai