Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.

1, Maret 2017

TELEMETRI NIRKABEL DATA SUHU, KELEMBAPAN, DAN


TEKANAN UDARA SECARA REALTIME BERBASIS
MIKROKONTROLER ATMEGA328P

Khafid Dwicahyo1, Hariyanto1, Bowo Prakoso2.


1
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta
2
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta
E-mail : hariyanto@stmkg.ac.id, cofecaffein@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan sistem telemetri nirkabel untuk mengukur suhu, kelembapan, dan tekanan udara
yang dilengkapi perekam data, hasil pengukuran tersebut bisa ditampilkan melalui LCD. Sistem telemetri
nirkabel terbagi dua bagian yaitu unit pengirim dan unit penerima. Unit pengirim terdiri dari sensor SHT11,
sensor BMP280, mikrokontroler ATmega328P, RTC, SD Card, dan modul transmiter RF. Unit penerima
terdiri dari receiver RF serta modul pengolah dan penyimpan data. Hasil penelitian menunjukkan alat ukur
dapat bekerja dengan baik hingga jarak 200 m dengan waktu penerimaan data tercepat 2 detik pada
pengujian full outdoor tanpa halangan. Pada pengujian semi outdoor dengan halangan dinding, diperoleh
jarak maksimal 100 m dengan waktu tercepat penerimaan data 2 detik. Nilai korelasi suhu sebesar R2=
0,973, kelembapan sebesar R2= 0,875, dan tekanan udara sebesar R2= 0,924, hasil ini menunjukkan
hubungan korelasi yang kuat antara alat standar dengan alat rancangan dengan garis lurus yang linier.

Kata Kunci : Telemetri, Suhu, Kelembapan, Tekanan Udara, Frekuensi Radio.

ABSTRACT

This research uses a wireless telemetry system to measure temperature, humidity, and air pressure, equipped
with data recorder, the measurement results can be displayed on LCD screen. Wireless telemetry system
divided into two parts: transmitter and receiver. Transmitter unit consists of sensor SHT11, sensor BMP280,
ATmega328P microcontroller, RTC, SD Card and RF transmitter module. The receiver unit consists of RF
receiver and data processor by the acquisition section which is complemented with data recorder database.
The result of the research shows that measuring devices performed well in full outdoor testing without
hindrance on maximum distance of 200 m, with the fastest time is 2 seconds of receiving data. In semi-
outdoor testing with walls hitch, known the maximum distance is 100 m, with the fastest time for receiving
data at 2 seconds. Temperature correlation value of R 2 = 0.973, humidity of R2 = 0.875, and the air pressure
of R2 = 0.924, it shows strong correlation between the standard tool to tool design with straight lines are
linear.

Keywords: Telemetry, Temperature, Humidity, Air Pressure, Radio Frequency.

44
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017

1. PENDAHULUAN pendukung yaitu objek ukur, sensor, pemancar,


Informasi yang cepat dan akurat sangat saluran transmisi, penerima dan
diperlukan dalam rangka menunjang kinerja di tampilan/display.
berbagai bidang, salah satunya pengamatan
meteorologi yang dilakukan oleh Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG). BMKG memanfaatkan sensor cuaca
untuk mengukur unsur-unsur cuaca, diantara
unsur-unsur cuaca tersebut adalah suhu udara,
kelembapan udara, dan tekanan udara.
Data kelembapan dan suhu udara dapat
Gambar 1. Sistem Telemetri
mempengaruhi ketebalan hujan suatu wilayah
(Marni, 2016). Gerhana matahari total (GMT)
1.2 Sensor SHT11
berpengaruh besar terhadap cuaca di Pantai
SHT11 module merupakan modul sensor suhu
Terentang, Bangka Tengah (Ardi, 2016),
dan kelembapan relatif. Modul ini dapat
perubahan ini lebih jelas terlihat setelah
digunakan sebagai alat pengindra suhu dan
dilakukan proses transformasi Fourier pada
kelembapan untuk aplikasi pengendali suhu dan
seluruh data yang menunjukkan perubahan
kelembapan ruangan maupun aplikasi
drastis pada periode periodogram parameter
pemantau suhu dan kelembapan relatif ruangan.
cuaca suhu dan tekanan udara yang
menunjukkan perubahan sebesar 1,25%.
Data suhu, kelembapan, dan tekanan udara
digunakan (Annisa, 2017) untuk mengukur
deformasi yang terjadi pada Gunung Merapi
menggunakan metode EDM (Electronic
Distance Measurement), yaitu sebagai
prekursor menjelang erupsi. Data digunakan
untuk koreksi atmosferik (cuaca) pada
pengukuran EDM agar analisis menjadi lebih
akurat. Gambar 2. Diagram Blok SHT11
Namun demikian, kendala yang sering
2. PERANCANGAN ALAT DAN
muncul menurut (Sukiswo,2015) adalah
METODE
bagaimana mengukur unsur-unsur cuaca
tersebut dari lokasi yang terpencil. Hal ini Perancangan sistem telemetri nirkabel untuk
mengakibatkan jarak dan keadaan geografis pengukuran suhu, kelembapan, dan tekanan
menjadi masalah serius. Untuk itu, metode udara terdiri atas perangkat keras dan perangkat
pengukuran yang andal diperlukan agar lunak seperti ditunjukkan Gambar 4.
didapatkan data yang akurat dan cepat, Perancangan perangkat keras terdiri atas unit
sehingga metode pengukuran dengan pengirim (Tx) dan unit penerima (Rx). Unit
telemetri dapat diandalkan sebagai solusi. pengirim terdiri dari board Arduino Uno R3
Penelitian (Harisuryo, 2015) mengunakan dan mikrokontroller ATMega328P, modul 3DR
modul RF 433 MHz untuk telemetri Telemetry 915MHz (Tx), sensor suhu dan
menggunakan antena kabel 17 cm sebagai kelembapan (SHT 11), sensor tekanan udara
pengirim dan penerima data menghasilkan (BMP280), LCD 16x2, RTC, datalogger dan
jarak transmisi maksimal sejauh 96 meter pada adaptor 9V 1A. Unit penerima terdiri dari
ruang terbuka dan jarak transmisi maksimal modul 3DR Telemetry 915MHz (Rx) dan PC
dalam ruangan yaitu 10 meter melalui dua buah Akuisisi.
tembok setebal ±14cm. Masukan sistem adalah perubahan nilai dari
parameter suhu, kelembapan, dan tekanan
1.1 Telemetri udara, sedangkan keluaran berupa nilai
Pengukuran variabel data dengan jarak tertentu perubahan ketiganya dalam tampilan LCD,
yang dikirim melalui media kabel maupun datalogger dengan SD Card sebagai media
tanpa kabel disebut sebagai sistem telemetri penyimpanan hasil pengukuran backup yang
(Harisuryo, 2015). Sistem telemetri secara garis disimpan dalam bentuk .txt dan .xls, terdapat
besar (Gambar 1) terdiri atas enam bagian RTC sebagai tanda waktu yang real time dan
45
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017

sistem akuisisi untuk pengolahan data Gambar 5 menunjukkan persamaan


pengamatan. karakteristik antara pengukuran alat standar
dengan sensor SHT11 yang digunakan.
Didapatkan nilai korelasi linier sebesar R2 =
0,973 menunjukkan koefisien korelasinya
mempunyai hubungan yang kuat dan arah yang
linier.
Hasil kalibrasi menujukkan rata-rata koreksi
sensor SHT11 untuk suhu sebesar 0,13oC. Hasil
ini cukup baik jika ditinjau dari peraturan
World Meteorogical Organization (WMO) dan
BMKG nilai koreksi suhu masih dalam
toleransi yang ditetapkan sebesar 0,2 oC.
Gambar 4. Diagram Alir Perancangan Sistem

3. PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 3.2 Uji Lapang Sensor Suhu


3.1 Pengujian Kalibrasi Sensor Suhu Pengujian secara langsung dilakukan dengan
Hasil keluaran SHT11 akan divalidasi dengan membandingkan alat pengamatan observasi
cara kalibrasi sensor untuk mendapatkan (TBK) dengan alat rancangan pengamatan di
kualitas data yang baik. Kalibrator yang Sangkar Taman Alat STMKG pada tanggal 23
digunakan yaitu Temperature Chamber untuk Agustus 2016. Dilakukan selama 1 hari penuh
pengkondisi suhu. Nilai set point tertentu perlu mulai jam 00.00 sampai 23.00 dan hasilnya
ditentukan selama proses kalibrasi pada seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.
masing-masing parameter yang diukur, dimana
pada set point tersebut akan dibandingkan hasil
pembacaan data dari sistem yang sudah
dirancang dengan alat standar
Thermohygrometer Digital Vaisala tipe
3000.0022 yang nantinya akan digunakan untuk
penentuan persamaan garis parameter antar set
point dengan asumsi data hasil pembacaan
sensor ialah linier.
Pelaksanaan kalibrasi untuk validasi data suhu
dan kelembapan relatif bertempat di
Laboratorium Kalibrasi Meteorologi BMKG
Pusat Kemayoran pada tanggal 28 Juni 2016 Gambar 6. Grafik Hasil Uji Lapang Suhu
dan hasilnya seperti ditunjukkan dalam Gambar
5. Gambar 6 menunjukkan bahwa grafik keluaran
sensor suhu berhimpit dengan hasil pengukuran
observasi dan sensor suhu mampu mengikuti
terhadap setiap perubahan hasil observasi.

3.3 Pengujian Kalibrasi Sensor Kelembapan


Hasil pengujian sensor kelembapan (Gambar 6)
menunjukkan nilai korelasi sebesar R2 = 0,875,
yang menyatakan hubungan alat standar dan
sensor SHT11 cukup kuat dan mempunyai arah
yang linier.

Gambar 5. Hasil Kalibrasi Sensor Suhu

46
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017

pembanding adalah Paroscientific Model 745 .


Hasil dari kalibrasi ditunjukkan oleh Gambar 9.

Gambar 7. Hasil Kalibrasi Sensor Kelembapan

Keluaran sensor kelembapan menunjukkan


rata-rata koreksi sebesar 2,45%. Hasil ini cukup Gambar 9. Hasil Kalibrasi Sensor Tekanan Udara
baik jika ditinjau dari peraturan dikeluarkan Gambar 9 menunjukkan nilai koefisien korelasi
oleh World Meteorogical Organization (WMO) sebesar R2 = 0.962 yang menyatakan bahwa
dan BMKG untuk parameter kelembapan pengukuran antara sensor BMP280 dan Alat
adalah sebesar ± 5 %. Standar memiliki hubungan korelasi yang kuat
dan arah yang linier.
3.4 Uji Lapang Sensor Kelembapan
3.6 Uji Lapang Sensor Kelembapan
Uji lapang dilakukan di sangkar meteorologi Proses uji coba lapangan antara alat rancangan
STMKG pada tanggal 23 Agustus 2016 mulai dengan alat standar Barothermohygrograp
pukul 00.00 sampai 23.00, hasilnya ditunjukkan dilakukan dalam ruangan observasi pengamatan
oleh Gambar 8. STMKG pada tanggal 24 Agustus 2016. Uji
coba dimulai pukul 07.00 - 19.00 pembacaan
nilai output alat dilakukan setiap 30 menit,
hasilnya sperti pada Gambar 10.

Gambar 8. Grafik Hasil Uji Lapang Kelembapan

Gambar 8. menunjukkan bahwa grafik keluaran


sensor suhu berhimpit dengan hasil pengukuran
observasi alat rancangan dan alat observasi, Gambar 10. Grafik Hasil Uji Lapang Sensor
selain itu menunjukkan pola perubahan yang Tekanan Udara
sama antara keluran keduanya. Gambar 10 menunjukkan bahwa garis titik
hijau yang mewakili alat observasi dan garis
3.5 Pengujian Kalibrasi Sensor Tekanan titik biru yang mewakili yang mewakili alat
Proses validasi dilakukan dengan mengalibrasi rancangan menunjukan pola tren yang tidak
data yang dikeluarkan oleh sensor dengan jauh berbeda antara pengamatan manual
keluaran sensor standar. Pelaksanaan kalibrasi dengan pengamatan sistem yang telah
untuk tekanan udara bertempat di Laboratorium dirancang.
Kalibrasi Meteorologi BMKG Pusat
Kemayoran pada tanggal 28 Juni 2016. Proses 3.7 Pengujian SD Card
validasi data tekanan menggunakan Pressure Hasil pembacaan sensor dan hasil pengolahan
Chamber yang memompa dan mengisap udara mikrokontroler akan disimpan pada modul SD
untuk mengubah tekanan udara dalam chamber. Card. Memori yang digunakan yakni micro SD
Sensor tekanan yang digunakan sebagai standar Card dengan adapter dengan kapasitas
penyimpanan 4 GB. Data penyimpanan tersebut

47
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017

disimpan dengan nama Datalog.txt dan format


text document.
Untuk menjaga keutuhan data pada sistem
backup SD Card maka diperlukan pengujian
untuk mengetahui kapan kita harus
memindahkan data ke database yang sudah di
sediakan seperti penyimpanan internal
komputer. Pengujian dilakukan selama 24 jam
dan memperoleh memori data yang sudah
dipergunakan sebesar 750 Kb. Perhitungan
memory :
Gambar 11. Hasil Pengujian Transceiver RF
(1)
= (2) 3.9 Pengujian Komunikasi Sistem
Keterangan : Pengujian komunikasi pada sistem ini bertujuan
= kapasitas memori 4 Gb untuk mendapatkan hasil kerja sistem serta
S = estimasi penyimpanan data per hari komunikasi nirkabel secara jarak jauh.
t = rentang waktu penyimpanan data Pengujian dilakukan dengan cara melihat
pembacaan sensor dengan masing-masing
output. Proses pembacaan dan pengukuran
= jarak jauh dengan menggunakan komunikasi

nirkabel RF (Radio Frequency). Proses
=
⁄ pengujian berlokasi di sepanjang jalan Camar –
= 5333 hari  14,6 tahun Pinguin Bintaro Sector 3. Pengujian dilakukan
secara full outdoor dan tanpa obstacle
3.8 Pengujian Transceiver RF sedangkan pengujian semi indoor dan terdapat
obstacle dilakukan di kampus Sekolah Tinggi
Modul Transceiver RF yang digunakan 3DR Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yakni
Telemetry 915MHz merupakan perangkat yang Ruang Radar tempat Observasi dengan bagian
terdiri dari sepasang radio telemetri dengan telemetri berada di dalam sangkar meteo taman
komunikasi serial berupa (TX, RX) dengan alat. Gambar 412 merupakan gambar lokasi
salah satu modul untuk digunakan pada pengujian jarak komunikasi sistem yang
perangkat komputer (Ground Module) dan diambil dari Google Earth.
modul lainnya untuk digunakan pada perangkat
processor lainnya.
Proses pengujian modul Transceiver RF untuk
mengetahui apakah modul Transceiver RF
mampu berkomunikasi dengan baik atau tidak.
Proses pengujian dilakukan dengan cara
mengunggah script program ke dalam
mikrokontroler untuk mengirim data dari
mikrokontroler yang dihubungkan dengan
Transmitter menuju Receiver yang
terkoneksikan dengan komputer. Gambar 12. Lokasi Pengujian Komunikasi Full
Outdoor
Proses pengecekan menggunakan
Terminal.exe, apakah data yang dikirim dari
Hasil pengujian jarak komunikasi antar kedua
mikrokontroler sudah masuk ke dalam
perangkat, diperoleh jarak terjauh secara line of
komputer atau tidak, setting COM port yang
sight pada ruang terbuka (full outdoor) yakni
akan digunakan pada komputer serta baudrate
kurang lebih 200 meter, dari hasil pengujian
pada komputer dan mikrokontroler harus sama.
komunikasi diperoleh hasil yang dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengujian Jarak Komunikasi


Full Outdoor

48
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017

Jarak Waktu Presentase (%) Hasil Pengujian


(m) (detik) β Komunikasi Hasil pengujian prosentase (β) didapat
t melalui pengirim sampel data sebanyak 100x
20 2 100 Bagus dan menghitung jumlah penerimaan data.
40 2 98 Bagus
60 4 97 Bagus
Prosentase( (4)
80 4 94 Bagus
100 5 95 Bagus
120 6 90 Bagus Hasil pengujian jarak komunikasi didapatkan
140 7 85 Bagus bahwa komunikasi pada jarak 0 sampai 200
160 8 80 Bagus masih berjalan dengan bagus, sedangkan pada
180 8 75 Bagus jarak 220 lebih komunikasi tidak berjalan
200 9 60 Bagus dengan baik.
220 12 45 Buruk
*
) t < 5 β > 90 kategori Bagus
*
) t > 10 β < 50 kategori Buruk

Pengujian berdasarkan waktu didapat dengan


melihat kecepatan pengiriman data, sample data
dikirim sebanyak 100x kemudian akan dicatat
lamanya waktu pengiriman (ttx) dan waktu
penerimaan data (trx) dan dihitung selisih
keduanya untuk mengetahui tingkat kehandalan
sistem.

t = ttx - tr (3) Gambar 3.10. Lokasi Pengujian Komunikasi Semi


Outdoor
Keterangan:
t = selisih waktu pengujian jarak (s) Pengujian Komunikasi semi outdoor
ttx = waktu pengiriman data (s) dilakukan dengan meletakan alat rangcangan
trx = waktu penerimaan data (s) transmiter (Tx ) di Sangkar Alat STMKG dan
melakukan pengambilan data didalam ruangan
tertutup dengan obstacle. Terdapat 5 kali
percobaan yang dilakukan.

Tabel 2. Hasil Pengujian Jarak Komunikasi Semi


Outdoor
Lokasi Lokasi Receiver Jarak Keterangan
Transmiter (m)
Sangkar Alat Ruang Observasi 19,25 Bagus
Radar
Sangkar Alat Ruang 56,77 Bagus
Pengamatan
Sangkar Alat Jalan 102,8 Bagus
Gambar 12. Grafik Hasil Pengujian Komunikasi Perhubungan I
Berdasarkan Waktu Sangkar Alat Jalan Pemancar I 149,2 Buruk
Sangkar Alat Tempat Tinggal 213 Buruk

Berdasarkan pengujian komunikasi semi


outdoor menunjukkan bahwa pengiriman
dengan jarak dibawah 100 meter masih cukup
bagus meskipun terhalang obstacle seperti
bangunan atau pohon lebih dari itu data tidak
dapat terkirim dengan baik.

Gambar 13. Grafik Hasil Pengujian Komunikasi


Berdasarkan Persentase
49
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017

4. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


4.1 Kesimpulan
Annisa, N.N., 2017, Analisis Pengaruh Suhu,
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian Tekanan, dan Kelembaban Udara pada
yang telah dilakukan, sebagai berikut : Data Hasil Pengukuran EDM di
1. Rasio jarak optimum berkisar 100 meter Gunung Merapi, Skripsi, Universitas
dengan keberhasilan pengiriman Gadjah Mada
komunikasi dari telemetri diatas 90%
kurang dari itu tingkat kualiatas Ardi, N.D., Gandini, R.,, Asmoro, C.P., Agus
pengiriman terus menurun. Fany Chandra Wijaya, A.F.C., Tayubi,
2. Berdasarkan estimasi perhitungan Y.R., dan Mujtahiddini, I., 2016,
penggunaan SD Card setiap harinya Analisis Spektral Suhu dan Tekanan
sebesar 750 KB, maka dalam 4 tahun Udara Selama Gerhana Matahari
hanya memerlukan memory sebesar 1.08 Total 2016 Di Bangka Tengah,
GB Prosiding Seminar Nasional Sains dan
3. Hasil pengujian komunikasi serial Antariksa, LAPAN.
telemetri terdapat jarak kritis dimana pada
jarak tersebut baik waktu dan persentase Gunarsih, A.K., 1990, Klimatologi Pengaruh
mengalami perubahan yang drastis yaitu Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.
pada jarak 180 meter. Bumi Aksara, Jakarta
4. Jarak maksimal yang didapatkan sejauh
200 meter untuk full outdoor tanpa Hendrit, G., 2011, Perancangan Sistem
obstacle dan 100 meter semi outdoor Monitoring Kelembapan dan
dengan obstacle, melebihi penelitian Temperatur Menggunakan Komunikasi
sebelumnya yang berkisar 150 meter pada Zigbee 2,4 GHz, Jurusan Teknik
kondisi outdoor. Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, Semarang.
4.2 Saran
Berdasarkan penelitian dan perancangan yang Hadi, I., 2015, Sistem Telemetri Suhu,
telah dilakukan, secara garis besar semuanya Kelembapan Relatif dan Tekanan
berjalan dengan baik terdapat sedikit Udara Berbasis Mikrokontroller
kekurangan serta keterbatasan. Berikut ATMega32 Dengan Komunikasi Radio
beberapa saran dalam peningkatan kualitas Frequency, Skripsi, Sekolah Tinggi
yang diharapkan membantu kelak ke depannya, Meteorologi Klimatologi dan
sebagai berikut : Geofisika, Tanggerang Selatan.
1. Penambahan parameter cuaca dalam
pengukuran, serta penggunaan sensor lain Harisuryo, R., Sumardi, dan Setiyono, B.,
agar diperoleh beberapa parameter yang 2015, Sistem Pengukuran Data Suhu,
lebih lengkap. Agar memiliki kualiatas data Kelembaban, dan Tekanan Udara
yang lebih baik. dengan Telemetri Berbasis Frekuensi
2. Agar jangkauan pancaran jauh sebaiknya Radio, Transient, Vol.4, NO. 3
menggunakan modul transceiver yang
memiliki daya yang lebih besar. Penggunaan
sistem komunikasi wireless dengan jenis Marni dan Jumarang, M.I., 2016, Analisis
dan tipe lainnya yang tidak mempunyai Hubungan Kelembaban Udara dan
pengaruh terhadap perubahan cuaca. Suhu Udara Terhadap Parameter
3. Pembaharuan sistem database, agar dapat Tebal Hujan di Kota Pontianak, Jurnal
melakukan pengolahan dan pengiriman data Prisma Fisika, Vol. IV, No. 03.
secara otomatis pada server pusat.
4. Pengecekan perlu dilakukan setiap 6 -12 Muzakim, A., 2011, Telemetri dan Telekontrol
bulan untuk pengamanan data backup. Antar Mikrokontroller Menggunakan
Sistem penyimpanan secara otomatis Xbee Pro Wireless. Jurnal ELTEK,
dibutuhkan untuk sistem backup data yang Volume 09 Nomor 02.
berasal dari bagian telemetri.

50
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017

Soejitno, 1976, Dasar-Dasar Pengamatan


Meteorologi Permukaan. Akademi
Meteorologi dan Geofisika, Jakarta

Sukiswo, 2005, Perancangan Telemetri Suhu


dengan Modulasi Digital FSK-FM,
Teknik Elektro, UNDIP.

Wastharini, M.A., Arseno, D., dan Iswahyudi


Hidayat, I., 2010, Perancangan dan
Implementasi Sistem Telemetri Suhu
Ruangan Berbasis Mikrokontroler.
Institut Teknologi Telkom. Bandung.

WMO No. 8, 2010, Guide to Meteorogical


Instruments and Methods of
Observation, World Meteorological
Organization.

Wahana Komputer, 2009, Aplikasi Cerdas


Menggunakan Delphi, Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Wuryatno, 2000, Agroklimatologi, USU Press,


Medan.

51
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017

52

Anda mungkin juga menyukai