PENDAHULUAN
menyebabkan proses difus pembentukan nodul dan fibrosis pada hati. Prevalensi
tetapi hal tersebut bervariasi menurut negara dan wilayah. Sirosis hepatis
prevalensi sirosis hepatis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang di rawat di bangsal
hepatitis B di Indonesia yang berkisar 5-10% dan hepatitis C sekitar 2-3%. Dalam
perjalanan penyakitnya, 20-40% dari jumlah penderita penyakit hati menahun itu
akan menjadi sirosis hati dalam waktu sekitar 15 tahun, tergantung sudah berapa
Penyebab utama sirosis hepatis di negara barat adalah alkohol dan Hepatitis
(40% - 50%) dan Hepatitis C (30% - 40%). Secara klinis, sirosis hepatis terbagi
dari kompensata menjadi dekompensata disebabkan oleh insufisiensi sel hati dan
hipertensi portal. Hal tersebut akan memengaruhi tes fungsi hati dan pemeriksaan
1
2
Albumin merupakan protein yang hanya disintesis di hati sehingga kadarnya akan
pada pasien sirosis hepatis. Pengukuran serum kreatinin dapat digunakan untuk
menilai fungsi ginjal pada pasien sirosis hepatis. Komplikasi yang terjadi pada
sirosis hepatis akan meningkatkan risiko kematian dan angka kesakitan pasien,
komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan saluran cerna, asites, sindrom
sangatlah besar dan jika angka kejadian tersebut tidak ditekan dan masalah tidak
penderita sirosis hepatis yang akhirnya akan menambah angka kematian. Untuk
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan sirosis
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis sirosis hepatis di ruang
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat:
1. Akademis, hasil karya tulis ilmiah ini merupakan sumbangan bagi ilmu
sirosis hepatis.
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan di
b. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
1. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang
a. Wawancara
dilakukan dengan melakukan tanya jawab kepada pasien dan keluarganya pada
b. Observasi
maupun tim kesehatan lainnya yang dilakukan pada saat pengkajian tanggal 27
juni 2019.
c. Pemeriksaan
2019 dan laboratorium yang dapat menunjang untuk menegakkan diagnosa dan
penanganan selanjutnya.
3. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang
terdekat pasien, catatan medik perawat, dan hasil – hasil pemeriksaan dan
4. Studi Kepustakaan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
karya tulis ilmiah ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
6
2. Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub
BAB 2: Tinjauan Pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis
dan asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis hepatis, serta kerangka
masalah.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan pasien dengan sirosis hepatis. Konsep penyakit diuraikan
Hati (hepar) adalah organ yang paling besar besar di dalam tubuh kita,
warnanya coklat dan beratnya sekitar 1500 gram. Letaknya di bagian atas dalam
7
8
kanan atas abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi ileh tulang rusuk
(costae), sehingga dalam keadaan normal (hepar yang sehat tidak teraba). Hati
menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah yang tidak
teroksigenasi tetapi kaya akan nutrient vena porta hepatica (Setiadi, 2016).
Hati adalah organ visceral (dalam rongga abdomen) terbesar yang terletak
di bawah kerangka iga. Pada kondisi hidup, hati berwarna merah tua karena kaya
akan persediaan darah kaya nutrient dari vena portal dan vena hepatika
(Syaifuddin, 2011).
dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati terbagi 4 belahan yaitu lobus
1) Arteri hepatica, ysng keluar dari aorta dan memberi 80 % darah pada
2) Vena porta, yang terbentuk dari linealis dan vena mesentrika superior
70% sebab beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan usus, guna darah
ini membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorpsi oleh mukosa
dan usus halus. Darah berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan
sel hati dan setiap lobulus disaluri oleh sebuah pembuluh sinusoid darah
1. Sekresi
glikogen .
10
2. Metabolisme
darah.
c) Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang
3. Penyimpanan
mengandung zat besi dan dapat dilepaskan bila zat besi diperlukan.
4. Detoksifikasi
masa kehidupan fetus yang kemudian diambil alih oleh susum tulang
belakang.
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat
dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan
sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat
akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative (Sudoyono Aru, dkk
2009).
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya difus dan
peradangan menahun pada hati, yang diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, serta
degenerasi dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan
2.1.3 Etiologi
b. Alkohol
c. Metabolik
kriptogenik
1. Keluhan pasien:
a. Pruritus
2. Tanda klasik:
waktu singkat dan pasien akan merasa mengantuk, delirium, kejang, dan
e. Onset ensefalopati hepatitis sengan gagal hati kronik lebih lambat dan
lemah
2.1.5 Patofisiologi
Ada tipe-tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati (Huda & Kusuma,
2016):
sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
disekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan
infeksi. Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal
empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan
parut.
2.1.6 Komplikasi
lain:
1. Hipertensi portal
vena portal dan vena cava inferior) diatas 10-20 mmHg, komplikasi
2. Asites
dalam peritoneum.
3. Varises Esofagus
terjadi pada asites yang ditandai dengan infeksi spontan cairan asites
5. Sindroma hepatorenal
6. Ensefalopati hepatikum
a. Tingkat 0
b. Tingkat 1
c. Tingkat 2
d. Tingkat 3
marah.
e. Tingkat 4
rangsangan nyeri.
7. Kanker hati
Gejala paling sering dari kanker hati adalah nyeri perut, pembesaran
perut, pembesaran hati, penurunan berat badan, dan demam. Selain itu,
(hiperkalsemia).
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah
pertanda virus untuk menentukan penyebab sirosis hati seperti HBsAg, HBeAg,
b. Albumin
merupakan tanda kurangnya daya tahan hati dalam mengh adapi stress seperti
tindakan operasi.
2. Pemeriksaan fisik
Perkiraan besar hati, biasanya hati membesar pada awal sirosis, bila hati
mengecil artinya prognosis kurang baik. Besar hati normal selebar telapak
2.1.8 Penatalaksanaan
edema telah dapat diatasi dengan diet rendah garam dan istirahat yang cukup
atau kurang
ditingkatkan sampai 300 mg/hati bila setelah 3-4 hari tidak ada perubahan..
7. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan
parasintesis aman apabila disertai dengan infus albumin sebanyak 6-8 gr untuk
setiap liter cairan asites. Selain albumin, dapat digunakan dekstran 70%.
Hepatis
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan sirosis hepatis menurut Nurarif & Kusuma
(2015) yaitu:
a. Identitas pasien
- 49 tahun.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
nafas.
dan merokok
1) B1 (Breathing)
2) B2 (Blood)
3) B3 (Brain)
4) B4 (Bladder)
5) B5 (Bowel)
nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Biasanya bising usus normal.
6) B6 (Bone)
2. USG
(2017):
hemoglobin
1. Diagnosa Keperawatan 1
b. Kriteria hasil: pasien tidak tampak sesak, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada retraksi dada, frekuensi nafas dalam batas normal (16-20
x/menit)
c. Intervensi:
hipoksemia
2. Diagnosa Keperawatan 2
b. Kriteria hasil: nyeri hilang, tanda-tanda vital dalam batas normal (TD=
c. Intervensi:
10)
3. Diagnosa Keperawatan 3
hemoglobin
b. Kriteria hasil: pasien tidak lemah, konjungtiva merah muda, tekanan darah
c. Intervensi:
Rasional: Agar pasien dan keluarga mengetahui diet yang tepat untuk
penderita anemia
4. Diagnosa Keperawatan 4
b. Kriteria hasil: pitting edema berkurang, intake dan output seimbang, tanda-
tanda vital dalam batas normal (TD= 120/80 mmHg, N= 60-100 x/menit,
c. Intervensi:
2) Kaji intake dan output pasien/24 jam (misalnya setiap jam 6 pagi)
5. Diagnosa Keperawatan 5
b. Kriteria hasil: pasien tidak tampak lemah, tidak ada penurunan berat
c. Intervensi:
intake adekuat
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
pasien
6. Diagnosa Keperawatan 6
26
secara mandiri, tanda-tanda vital dalam batas normal (TD= 120/80 mmHg,
c. Intervensi:
7. Diagnosa Keperawatan 7
c. Intervensi:
Rasional: Jaringan dan kulit yang edema mengganggu suplai nutrient dan
mobilisasi
ekstremitas bawah
1. Tindakan observasi
3. Tindakan edukasi
dengan tim kesehatan lainnya dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan
5. Dokumentasi
asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis antara lain pola nafas yang efektif
adekuat, serta perfusi jaringan yang efektif. Dengan pencapaian kriteria hasil,
pasien keluar dari siklues proses keperawatan dan rencana asuhan keperawatan
berakhir. Perawat menulis catatan pulang yang meringkas resolusi dari setiap
diagnosa keperawatan. Apabila kriteria hasil belum tercapai atau masalah belum