T. Sulistyono
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
email: tsulis472@gmail.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bagaimana model koordinasi mulai tahap
perencanaan kebutuhan sampai dengan tahap pemberhentian guru PNS; dan (2) apakah ada depro-
fesionalisasi melalui politisasi terhadap guru-guru oleh para pejabat. Penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kualitatif fenomenologis dengan menggunakan teknik pengumpulan data Focus Group
Discussion (FGD), wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis menggunakan pola pikir induktif
dan deduktif (reflektif). Hasil penelitian diperoleh model koordinasi sebagai berikut. (1) Koordinasi
internal dan eksternal telah dimulai sejak tahap perencanaan hingga tahap pemberhentian. Koordinasi
internal dilakukan di jajaran Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Koordinasi eksternal dilakukan oleh
jajaran Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dengan lembaga-lembaga lain sesuai dengan tahapanan-
nya. Pedoman koordinasi, yaitu komitmen membedakan politik dengan pendidikan, kultur dan aturan-
aturan hukum, baik secara nasional maupun lokal. (2) Tidak terjadi deprofesionalisasi melalui politi-
sasi terhadap guru-guru PNS oleh pejabat di lingkungan Kota Yogyakarta; koordinasi guru PNS di
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta telah berjalan dengan baik.
Abstract: The aims of this studywere to find out: (1) the coordination models starting from the plan-
ning of needs to the stage of civil servant teacher retirement; (2) whether there was de-professionali-
zation through politicization of civil servant teachers by officials. The study was conducted by means
of the phenomenological qualitative approach, employing the Focus Group Discussion (FGD), inter-
views, and documentation as data collecting techniques. The analysis technique used the inductive and
deductive (reflective) framework. The study resulted in the following coordination models. (1) Both
the internal coordination and the external coordination had started from the stage of the planning to the
stage of retirement. The internal coordination was made by the ranks of the Educational Office of
Yogyakarta Municipality. The external coordination was made by the ranks of the Educational Office
of Yogyakarta Municipality and other institutions in accordance with the stages. There was a coordi-
nation guideline, namely a commitment to distinguish between politics and education, culture and
legal regulations both nationally and locally; (2) There was no de-professionalization. The coordina-
tion of civil servant teachers in the Educational Office of Yogyakarta Municipality had run well.
1
2
kali perubahan, terakhir adalah UU No 12 nasi, bagaimana model koordinasinya; (3) ba-
Tahun 2008. Otonomi daerah sering dipahami gaimana model koordinasi tahap pengangkatan
secara tidak benar sehingga dapat menimbulkan dan penempatan; (4) bagaimana model koordi-
masalah mendasar dalam kehidupan bernegara. nasi tahap pemindahan; (5) bagaimana model
Misalnya, karena daerah memiliki kewenangan koordinasi tahap pemberian penghargaan, pe-
untuk mengatur dan mengurus rumah tangga ningkatan kesejahteraan, dan perlindungan; (6)
sendiri, pihak lain tidak boleh mencampuri bagaimana model koordinasi tahap pembinaan
urusan daerah. Jika ditafsirkan demikian, da- dan pengembangan; (7) bagaimana model koor-
erah-daerah bisa terpisah dari Negara Kesatuan dinasi tahap pemberhentian; (8) adakah pengor-
Republik Indonesia (NKRI). Pemahaman terse- banan profesionalisasi melalui politisasi oleh
but tentu tidak benar karena bertentangan de- para pejabat; dan (9) apakah koordinasi penge-
ngan pasal 18 ayat 1 UUD 1945, yang menetap- lolaan guru di Dinas Pendidikan Kota Yogya-
kan Negara Kesatuan Republik Indonesia di- karta sudah berjalan baik.
bagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah Fenomena otonomi daerah dan atau de-
provinsi dibagi atas kabupaten dan kota, yang sentralisasi terjadi di mana-mana di dunia ini,
tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota tersebut termasuk di Indonesia. Otonomi daerah di Indo-
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur nesia dimulai pada awal 1999, yaitu ketika ter-
dengan undang-undang (Sentosa, 2009: iii). Di jadi era transisi menuju demokrasi melalui re-
samping itu, pemerintah daerah dapat berjalan formasi. Era reformasi melahirkan UU No. 22
sendiri-sendiri, tanpa memperhatikan koridor Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
NKRI, yang dapat berakibat melahirkan raja- UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
raja kecil di NKRI. Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pe-
Kedua, pada era otonomi daerah, menu- merintah Daerah. Tujuan otonomi daerah adalah
rut UNDP di Indonesia terjadi missing link atau peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan,
keterkaitan yang hilang antara Kemendikbud keadilan, demokratisasi, dan penghormatan ter-
dan sekolah. Hal ini terjadi karena sekolah taat hadap budaya lokal serta keragaman potensi
kepada Dinas Pendidikan Kab/Kota sebagai ba- daerah.
wahan Pemkab/Pemkot, bukan taat kepada Ke- Dalam perjalanannya, UU No. 22 Tahun
mendikbud (Sudarmo dan Sudjana, 2009; Sla- 1999 dipandang tidak sesuai lagi dengan per-
met PH., 2012). kembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tun-
Ketiga, koordinasi dalam manajemen apa- tutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga
pun menurut penulis sangat penting. Kegagalan perlu diganti (Sentosa, 2009:1). UU No. 32 Ta-
suatu program sangat mungkin terjadi ketika hun 2004 diubah dengan Peraturan Pemerintah
tidak ada koordinasi atau setidak-tidaknya ko- Pengganti Undang-Undang atau Perpu No. 3
ordinasinya sangat lemah di antara para pelaku Tahun 2005 tentang Perubahan atas UU No. 32
sehingga hasilnya tidak efektif. Sementara itu, Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Ke-
koordinasi biasa disikapi sebagai suatu yang mudian, pada tahun 2008 diubah lagi dengan
mudah diucapkan, tetapi sukar dilaksanakan. UU No. 12 Tahun 2008. Dengan otonomi dae-
Contoh, tidak adanya koordinasi yang baik an- rah ini, proses pembangunan dan pengambilan
tara pemerintah pusat dengan pemerintah dae- keputusan menggunakan paradigm desentrali-
rah yaitu tidak sinkronnya antara kebijakan pe- sasi. Desentralisasi merupakan proses penye-
merintah pusat dengan daerah terhadap kebu- rahan kekuasaan kepada pemerintahan daerah
tuhan guru. Tahun 2014 Kota Yogyakarta tidak yang dipilih oleh masyarakat melalui pemilihan
dapat formasi, padahal yang persiun 240-an umum (Slamet PH, 2005). Desentralisasi me-
orang. merlukan new habits of mind and heart, yaitu
Fokus masalah penelitian ini adalah (1) resistemisasi/restrukturisasi, rekulturisasi, dan
pada tahap apa dimulainya koordinasi; (2) jika refigurasi (Slamet PH, 2008:1).
pada tahap perencanaan telah dimulai koordi-
Model Koordinasi Pengelolaan Guru PNS di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada Era Otonomi Daerah
4
Perencanaan Perenc
AngPat
Koordinasi Pindah
Pelaksanaan JahGaLin
Evaluasi BangBin
Henti
Keterangan
Perenc : Tahap Perencanaan
AngPat : Tahap Pengangkatan dan Penempaatan
Pindah : Tahap Pemindahan
JahGalin : Tahap Peningkataan kesejahteraan, penghargaan dan perlindungan
Bangbin : Tahap Pengembangan dan Pembinaan
Henti : Tahap Pemberhentian
Pemda D.I.Y/BKD
D.I.Y
Gambar 3. Model Koordinasi Tahap Perencanaan Kebutuhan Guru PNS di Dinas Pendidikan
Kota Yogyakarta pada Era Otonomi Daerah
Keterangan
BKD : Badan Kepegawaiaan Daerah
Bag Org Setda : Bagian Organisasi Sekretariat Daerah
DPDPK : Dinas Pendapatan Daerah dan Pengelolaan Keuangan
Pemkot : Pemerintah Kota
Pemda DIY : Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
BKD DIY : Badan Kepegawaiaan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
BKN : Badan Kepegawaian Negara
Kemeneg PAN & RB : Kementerian Negara Penertiban Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Model Koordinasi Tahap Pengangkatan dan kan, yaitu ketika diminta membantu menye-
Penempatan diakan tempat untuk seleksi. Dinas Pendidikan
Model koordinasi tahap pengangkatan Kota Yogyakarta minta kepada Kepala-kepala
dan penempatan Guru PNS di Dinas Pendidikan UPT (TK-SD) dan para kepala sekolah untuk
Kota Yogyakarta pada era otonomi daerah da- menyiapkan sekolah-sekolah yang dapat di-
pat dilihat pada Gambar 4. Koordinasi internal pakai untuk proses seleksi.
ketika pendaftaran, pelaksanaan/ seleksi dilaku-
Model Koordinasi Pengelolaan Guru PNS di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada Era Otonomi Daerah
6
Koordinasi
Eksternal
Gambar 4. Model Koordinasi Tahap Pengangkatan dan Penempatan Guru PNS di Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta pada Era Otonomi Daerah
Keterangan
BKD : Badan Kepegawaiaan Daerah
Sekda/ Asekda : Sekretaris Daerah/ Asisten Sekretaris Daerah
Dintib : Dinas Ketertiban
Dinkes : Dinas kesehatan
TIT : Teknologi Informasi dan Telematika
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
BKD DIY : Badan Kepegawaiaan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
BKN : Badan Kepegawaian Negara
Meneg PAN & RB : Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi
Model Koordinasi Tahap Pemindahan Guru yakarta. Koordinasi eksternal dilakukan ketika
Model koordinasi tahap pemindahan guru usulan disampaikan ke Walikota Yogyakarta
PNS Pendidikan Dasar dan Menengah di Dinas melalui BKD. Data tentang guru se-Dinas Pen-
Pendidikan Kota Yogyakarta pada era otonomi didikan Kota Yogyakarta kemudian diverifi-
daerah seperti berikut. kasi/divalidasi/direkonsiliasi, termasuk rencana
Koordinasi internal dilakukan ketika Ke- mutasinya. Mutasi atau perpindahan guru PNS
pala Dinas/Kasubbag Kepegawaian Disdik Ko- bermacam-macam alasannya. Misalnya, mutasi
ta Yogyakarta melakukan sosialisasi dan minta karena kenaikan jabatan, mutasi karena men-
data tentang guru se-Dinas Pendidikan Kota dapat tugas tambahan, mutasi dari jabatan fung-
Yogyakarta. Ketika akan ada rotasi guru, kepala sional ke jabatan struktural, mutasi dari satu
sekolah memberikan masukan mengenai guru- tempat (sekolah) ke tempat (sekolah) lain, dan
guru yang dapat dipindah, dibahas bersama de- mutasi karena hukuman sebagai pembinaan
ngan kepala UPT di kantor UPT. Hasil pemba- serta mutasi untuk penataan dan pemerataan.
hasan di UPT kemudian diverifikasi/divalidasi/ Model koordinasi tahap pemindahan guru PNS
direkonsiliasi di Dinas Pendidikan Kota Yog- disajikan dalam Gambar 5.
Koordinasi Internal di
Internal Jajaran Dinas
Pemindahan
Koordinasi
Koordinasi
Eksternal
BKD, Baperjakat,
Kantor Kemenag Jajaran Pemkot Kantor Kemenag
Kota Disdikpora
DIY Kemendikbud
Pemda D.I.Y/BKD
D.I.Y
Gambar 5. Model Koordinasi Tahap Pemindahan Guru PNS di Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta pada Era Otonomi Daerah
Model Koordinasi Pengelolaan Guru PNS di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada Era Otonomi Daerah
8
Koordinasi
Eksternal
Pemda D.I.Y/
BKD D.I.Y
Dirjen PMPTK,
Walikota Kemeneg PAN &
RB/BKN
Gambar 6. Model Koordinasi Tahap Pengembangan dan Pembinaan Guru PNS di Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta pada Era Otonomi Daerah
Keterangan
BKD : Badan Kepegawaiaan Daerah
APIP : Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Sekda (PPK) : Sekrataris Daerah Pejabat Pembina Kepegawaian
PMPTK : Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Koordinasi Internal
Internal Jajaran Dinas
Pening Kesej,
Penghargaan &,
Koordinasi
Perlindungan
Koordinasi
Eksternal
Keterangan
BKD : Badan Kepegawaian Daerah
DPDPK : Dinas Pendapatan Daerah dan Pengelolaan Keuangan
TAPD : Tim Anggaran Pemerintah Daerah
LPMP : Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
UNY : Universitas Negeri Yogyakarta
UGM : Universitas Gadjah Mada
DPRD : Dewan Penwakilan Raakyat Daerah
KT KEMENAG : Kantor Kementerian Agama Kota
Koordinasi internal dilakukan ketika me- dengan penyediaan anggaran. Koordinasi de-
rencanakan pelatihan-pelatihan. Misalnya, penu- ngan DPRD Kota selaku mitra kerja pemerintah
lisan karya tulis ilmiah, penelitian tindakan ke- daerah terkait dengan penetapan anggaran. Ko-
las, membuat usulan ke BKD Kota Yogyakarta, ordinasi dengan LPMP terkait dengan pelatih-
dan melakukan program kemitraan untuk SMA an-pelatihan, misalnya penulisan karya ilmiah,
dan SMK serta pemanfaatan MGMP, KKG. Ko- penelitian tindakan kelas. Koordinasi dengan
ordinasi eksternal yang berkaitan dengan pe- UNY dan UGM terkait dengan nara sumber
ningkatan kesejahteraan, penghargaan dan per- pelatihan. Koordinasi dengan Kantor Kemenag
lindungan. Koordinasi dengan BKD terkait de- Kota Yogyakarta berkaitan dengan pembinaan
ngan dengan lembaga-lembga lain, termasuk guru agama. Koordinasi dengan Kemeneg Pan
dengan jajaran Pemkot Yogyakarta. Koordinasi & RB terkait dengan pedoman PAK.
dengan DPDPK terkait dengan pengajuan usul-
an anggaran. Koordinasi dengan TAPD terkait
Model Koordinasi Pengelolaan Guru PNS di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada Era Otonomi Daerah
10
Model Koordinasi Tahap Pemberhentian atas permintaan sendiri (APS); (3) diberhenti-
Model koordinasi tahap pemberhentian kan karena mendapatkan hukuman sedang atau
Guru PNS Pendidikan Dasar dan Menengah di berat; (4) meninggal dunia; dan (5) tugas/cuti di
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada era luar tanggungan Negara.
otonomi daerah seperti berikut. Koordinasi secara eksternal dilakukan
Koordinasi secara internal dilakukan ke- ketika memroses pemberhentian. Secara rinci
tika jajaran Dinas Pendidikan: (1) membuat proses pemberhentian guru PNS di lingkungan
usulan nominatif guru yang akan berhenti/di- Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta sebagai be-
berhentikan; (2) melakukan pemeriksaan duga- rikut. Pertama, bagi yang pensiun karena BUP:
an terjadinya pelanggaran sedang atau berat se- (1) surat pengajuan usul pensiun PNS (BUP)
hingga diperlukan pemberhentian kepegawaian- dari sekolah-sekolah yang ada di lingkungan
nya; dan (3) menindaklanjuti proses pember- Dinas Pendidikan. (2) Tidak dapat mengumpul-
hentian. Alasan-alasan pemberhentian guru PNS kan angka kredit selama enam tahun berturut–
yaitu karena: (1) batas usia pensiun (BUP); (2) turut.
Koordinasi
Koordinasi
Eksternal
Walikota BKN
Gambar 8. Model Koordinasi Tahap Pemberhentian Guru PNS Pendidikan Dasar dan
Menengah di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada Era Otonomi Daerah
(3) Oleh BKD, Surat Keputusan Pensiun di- Koordinasi pengelolaan atau manajemen
berikan kepada yang bersangkutan maksimal guru PNS di Dinas Pendidikan Kota Yogya-
tiga bulan sebelum TMT pensiun dalam suatu karta pada era otonomi daerah berjalan lancar
upacara/apel bersama di halaman Balaikota atau baik. Hasil penelitian ini berbeda dengan
oleh Walikota/Wakil Walikota/Sekretaris Dae- hasil penelitian Shleifer dan Vishny pada tahun
rah Kota Yogyakarta. Kedua, bagi yang pensiun 1993; Bardhan pada tahun 2002 bahwa desen-
Atas Permintaan Sendiri: (1) ada surat peng- tralisasi justru dapat meningkatkan insentif
unduran diri dari yang bersangkutan ke kepala yang mendorong korupsi (dalam Lecuna, Anto-
sekolah; (2) surat pengajuan pensiun dini/ Atas nio, 2012:140). Demikian juga penelitian di Ve-
Permintaan Sendiri (APS) dari sekolah kepada nezuela oleh Tracy (Mitchell, Betsy,1997) yang
Dinas Pendidikan; (3) surat dari dinas pendidik- melaporkan kompleks dan sulitnya implemen-
an kepada Walikota Yogyakarta; (4) disposisi tasi desentralisasi pendidikan di sana karena
dari Walikota ke BKD Kota Yogyakarta; (5) berbagai hambatan sebagaimana dikemukakan
proses penerbitan keputusan walikota tentang di atas.
pemberhentian dilakukan oleh BKD Kota Yog-
yakarta meliputi pencermatan berkas keleng- PENUTUP
kapan hingga pengajuan Surat Keputusan Pem- Implikasi teoretis pertama dari penelitian
berhentian Dengan Hormat Atas Permintaan ini adalah bahwa koordinasi bukan hanya di-
Sendiri kepada Walikota. Ketiga, pemberhen- lakukan ketika pelaksanaan jika ditinjau dari
tian karena melakukan pelanggaran disiplin tahap-tahap implementasi manajemen sesuai
PNS seperti berikut. (1) Adanya dugaan pelang- dengan fungsi-fungsinya. Koordinasi seharus-
garan disiplin PNS. (2) Atasan langsung mela- nya telah dilakukan sejak perencanaan. Kedua,
kukan pemeriksaan. Karena indikasi pelang- koordinasi akan berjalan dengan baik atau lan-
garan disiplinnya termasuk kategori berat yang car manakala semua pihak memiliki mind set,
sesuai ketentuan PP Nomor 53 Tahun 2010 hard set serta action set demi kepentingan na-
berupa pemberhentian, baik dengan hormat sional, bukan sekedar kedaerahan semata. Da-
maupun tidak dengan hormat, maka atasan lam praktiknya, pelaksanaan koordinasi memer-
langsung secara hirarkis melaporkan kepada lukan pedoman. Jika pedoman tersebut dilak-
Walikota selaku Pejabat Pembina Kepegawaian sanakan secara konsisten, koordinasi akan ber-
(PPK). (3) PPK/Walikota memerintahkan ke- jalan lancar. Dengan saling pengertian secara
pada Kepala Dinas Pendidikan untuk memben- proporsional dan komitmen pada pemisahan
tuk Tim Pemeriksa yang terdiri dari Atasan urusan pendidikan dan politik, kultur dan atur-
Langsung, unsur pengawasan dan unsur kepe- an-aturan yang ada, terbukti koordinasi penge-
gawaian atau pejabat lain yang ditunjuk. lolaan guru PNS di Dinas Pendidikan Kota
Hampir tidak ada pengorbanan profesio- Yogyakarta berjalan baik tanpa gejolak berarti.
nalisasi melalui politisasi atau deprofesionali- Oleh karena itu, model ini direkomendasikan
sasi terhadap guru PNS oleh para pejabat di dipakai oleh dinas pendidikan kabupaten/kota
Kota Yogyakarta. Semuanya dikelola secara lain, sepanjang memiliki karakteristik yang mi-
profesional dan proporsional sesuai dengan ko- rip dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.
mitmen, kultur dan aturan yang ada. Berbeda
dengan penelitian di Venezuela oleh Tracy, UCAPAN TERIMA KASIH
Mitchell (1997) melaporkan bahwa implemen- Terima kasih penulis ucapkan setulus-
tasi desentralisasi pendidikan di sana sangat tulusnya kepada semua pihak yang telah mem-
sukar dan kompleks, dan hasilnya sangat lambat bantu kelancaran penelitian ini. Demikian pula
karena berbagai hambatan baik politik maupun kepada pimpinan jurnal yang telah bersedia me-
dana. Namun, Rondinelli, Cheema, dan Nellis muat naskah ini. Semoga semuanya mendapat
(Ramesh, 2013) menemukan sedikit bukti bah- imbalan yang melimpah dari Allah subhanahu-
wa desentralisasi memiliki dampak positif. wata’ala.
Model Koordinasi Pengelolaan Guru PNS di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada Era Otonomi Daerah
12
Nastution, S. 1988. Metode Penelitian Natura- UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
listik Kualitatif. Bandung: Tasito. Daerah. Jakarta: Depdagri.
Sentosa, Sembiring. 2009. Himpunan Peratur- UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
an Perundang-undangan Republik Indo- Kedua atas UU Nomor 32 Tahun 2004.
nesia, Pemerintahan Daerah (Pemda) Jakarta: Depdagri.
Disertai dengan Peraturan Terkait. Ban-
dung: Nuansa Aulia.