Anda di halaman 1dari 4

Masih adakah kejujuran dalam dunia pendidikan?

(Dalam pandangan nilai menurut Max Scheler)

Kejujuran dan Pendidikan


Kejujuran merupakan suatu keutamaan yang dimiliki seseorang dimana manusia
menjadi inti dalam mengkomunikasikan diri dengan benar. Kejujuran dapat diartikan sebagai
tanda dimana seseorang mempunyai karakter atau tidak. Dengan berbuat jujur maka karakter
seseorang akan terlihat. Ketika seseorang dapat mengakui segala kesalahan dengan
menerima diri apaadanya maka kejujuran pada seseorang dapat dibangun. Namun dengan
cara seperti itu belum tentu cukup, yang perlu dikembangkan adalah mengembangkan segala
potensi yang dimilik dengan kejujuran. Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa kejujuran
sangatlah penting bagi masa depan terutama pencapaiannya. Masa depan tidak lepas dari
pendidikan dimana pendidikan digunakan untuk pencapaian masa depan seseorang.
Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan seseorang yang lebih
berpengalaman atau berpengetahuan kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak mampu melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak
dengan bantuan orang lain, manusia akan mandiri jika memiliki banyak pengetahuan. Dengan
menempuh pendidikan seseorang akan lebih dewasa dalam segala hal. Tetapi sayangnya
pendidikan saat ini sudah berbeda dengan pendidikan zaman dulu. Pada zaman dahulu
pendidikan mempunyai karakter yang dibilang masih kentel tetapi saat ini nilai karakter yang
ada sudah tergeser. Jarang ditemui orang yang berpendidikan memiliki karakter yang baik
malah kadang karakter sudah mulai hilang. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah
pendidikan saat ini sulit diandalkan. Pendidikan hanya digunakan untuk pangkat semata tanpa
memberikan nilai kejujuran didalamnya. Banyak sekali kasus mengenai pendidikan.
Misalnya guru korupsi, guru pacari murid, guru memukul murid, guru menyebar kunci
jawaban dll. Dari materi ini saya mengangkat judul : masih adakah kejujuran dalam dunia
pendidikan? ( Dalam pandangan nilai menurut Max Scheler) Judul ini saya ambil karena saat
ini dunia pendidikan sudah tidak berkarakter dan banyak mengalami kecurangan sehingga
nilai kejujuran sudah mulai hilang.
Masalah-masalah dalam dunia pendidikan tidak ada hentinya. Belum selesai masalah
satu muncul lagi masalah yang lain. Bahkah kadang terpikir masalah pendidikan tidak dapat
teselesaikan. Permasalahan pendidikan bukan hal asing bagi kita yang sudah pernah
menginjak bangku sekolahan. Ketika masa SD kita polos dan penurut, lalu ketika SMP kita
sudah mulai nakal dan ketika SMA kita sudah dapat dibilang berani untuk melawan. Dari
ketiga jenjang pendidikan tersebut tidak sedikit pasti kita pernah melakukan kecurangan
dalam tugas kita sebagai pelajar. Misalnya mencontek, menjiplak pekerjaan orang lain, dan
yang paling parah adalah membeli kunci jawaban. Kecurangan tersebut dilakukan karena
terdapat beberapa sebab, diantaranya adalah takut dimarai guru, malas belajar, mencari
penghargaan atau bisa juga karena terdapat tuntutan dari guru. Kecurangan-kecurangan
tersebut dapat membuat ketagihan dan akhirnya kini telah mendarah daging dalam diri kita.
Secara tidak sadar jika kecurangan tersebut tetap ditanamkan dalam diri, maka semakin
banyaklah bibit-bibit koruptor yang merajalela.
Bukan hanya siswa saja yang dapat dibilang melakukan kecurangan tetapi seorang
guru yang dianggap sebagai panutan juga melakukan kecurangannya dalam berkewajiban
sebagai guru. Misalnya seorang kepala sekolah memanfaatkan hubungan nepotisme,
memalsu nilai pada rapor, memberi kunci jawaban pada siswa dll. Lalu dimana letak
kejujuran dewasa ini? Belajar jujur telah diajarkan sejak kita masih kecil sampai kita
memasuki bangku sekolah tetapi saat ini kejujuran sudah mulai hilang entah kemana.
Sekarang bagaimana siswa bisa belajar jika panutan belajarpun juga tidak jujur? Guru tidak
jujur dapat dikatakan hanya beorientasi pada hasil semata tanpa melihat nilai didalamnya.
Banyak terjadi kasus tentang tersebarnya kunci jawaban disekolah-sekolah yang dapat
dibilang sekolah terkenal. Dilihat dari luar sekolah tersebut sangat difavoritkan dan dianggap
sekolah paling bagus dan mahal. Tetapi setelah diselidiki ketika melakukan Ujian Nasional
siswa melakukan ketidak jujuran yaitu membeli kunci jawaban. Parahnya ketika siswa
ditanya mengapa membeli kunci jawaban, siswa mengaku disuruh oleh gurunya agar nama
baik sekolah tetap terlihat baik dari hasil yang dicapai. Dari kasus tersebut dapat dilihat
bahwa siswa dan guru tidak memperbolehkan kegagalan terjadi. Kegagalan dianggap tidak
memberi kesuksesan tetapi membuat kehancuran. Tetapi perlu disadari bahwa kegagalan
adalah hal yang lumrah, yang keberadaannya tidak perlu ditakuti apalagi dianggap hina.
Bahkan jika disadari bahwa kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Seharusnya pemikiran
gagal menghancurkan dapat dimusnahkan justru dengan kegagalan kita semakin mendapat
pengalaman, dan diberi kesempatan untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang
diperbuat.
Dari berbagai macam kasus ketidak jujuran tersebut dapat dilihat bahwa saat ini
pendidikan karakter di Indonesia sudah mulai hilang. Pendidikan karakter memiliki tujuan
yaitu membentuk pribadi seutuhnya agar dalam menjadi manusia yang berguna bagi sesama.
Pendidikan karakter dimasukan dalam pendidikan agar dalam segala potensi yang dimiliki
siswa dapat dikembangkan secara maksimal. Dari pengertian pendidikan karakter tersebut
semakin jelas bahwa nilai yang saat ini sudah mulai hilang adalah nilai kejujuran. Hilangnya
karekter tersebut disebabkan karena orang tidak pernah puas dengan yang dimiliki atau juga
karena ada sesuatu yang membuat seseorang takut untuk berbuat jujur. Kasus ketidakjujuran
dalam dunia pendidikan tidak terjadi hanya pada siswa tetapi kepada seluruh lingkungan
pendidikan. Karakter yang baik dapat dibangun jika kita hidup dalam lingkungan yang
baik(sekolah) tetapi setelah berjalannya waktu sekolah yang dulunya dianggap dan dipercaya
sebagai tempat kita belajar segala hal kini sudah tidak bisa dipercaya lagi. Kejujuran sering
diibaratkan sebagai mata uang yang akan berlaku dimanapun tempatnya dan tidak terbatasi
oleh apapun.
Pandangan Nilai menurut Max scheler serta kaitannya dalam dunia pendidikan
Nilai merupakan kualitas yang membuat sesuatu menjadi berharga. Misalnya ketika
nilai ada dalam diri kita maka kita layak dipuji, dihormati, dijunjung tinggi dan pantas untuk
dicari. Dari nilai kita dapat menemukan identitas diri kita sebagai manusia seutuhnya dan
dapat menentukan mana yang seharusnya dianggap baik dan buruk. Nilai memberikan arah
untuk kehidupan kita dan menentukan nasib kita kedepannya. Jadi disini dapat dilihat bahwa
manusia tidak dapat hidup tanpa nilai. Nilai menuntut kita untuk bertanggung jawab artinya
kita mempunyai tanggung jawab atas arah dan tujuanhidup kita tanpa mengabaikan nilai-nilai
yang ada disekitar kita. Tapi saat ini nilai tidak digunakan dengan baik tetapi malah
digunakan sebagai ajang permusnahan atau saingan semata.
Max scheler mengatakan bahwa nilai merupakan suatu kenyataan yang tersembunyi
dibalik fakta dan kenyataan-kenyataan lain. Bagi scheler nilai harus dimengerti bahwa nilai
tidak tergantung pada zaman, orang, benda perasaan subjective, perasaan, dan berbagai
pengalaman indrawi. Dengan adanya kecurangan belum tentu seseorang tidak mempunyai
nilai kejujuran dan orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagaii orang jujur. Menurut Max
Scheler kenyataan bahwa suatu nilai lebih tinggi daripada yang lain dapat dipahamii dalam
suatu tindakan pemahaman akan tingkat tinggi dan rendahnya suatu nilai. Ada lima pedoman
untuk menentukan hirearki nilai yaitu : (i) jika semakin tahan lama, maka semakin tinggi nilai
tersebut. (ii) jika semakin dibagikan tanpa mengurangi maknanya, maka semakin tinggi pula
nilai tersebut (iii) jika semakin tidak tergantung pada nilai yang lain, maka semakin tinggi
pula nilai tersebut (iv) jika semakin mendalam dan membahagiakan, maka semakin tinggi
pula nilai itu (v) jika semakin tidak tergantung pada kenyataan tertentu, maka semakin tinggi
pula nilai. Dari lima pedoman tersebut membawa Scheler kepada penjelasan mengenai
hirearki nilai. Scheler berpendapat bahwa tingkatan nilai dari yang paling rendah ke yang
paling tinggi berdasarkan criteria diatas yakni : a. nilai kenikmatan/kesenangan (kesenangan
lebih disukai daripada ketidaksenangan.) b. nilai vital/kehidupan (nilai yang diturunkan dari
sini adalah kesejahteraa, keluhuran, halus dan lembut.) c. nilai spiritual/kejiwaan (nilai-nilai
tidak tunduk pada keadaan jasmani tetapi bisa dirasakan jiwa, misalnya: keindahan,
kebenaran, keadilan) d. nilai kesucian/kekudusan (bersangkut pada hubungan manusia
dengan Tuhannya). Dari keempat tingkatan tersebut kita dapat mengembangkan nilai sesuai
dengan posisi yang sesuai misalnya dalam masalah sosial : orang rela mencuri karena hanya
ingin menghidupi keluarganya, sehingga terdapat nilai vital/kehidupan.
Nilai saat ini sudah tidak dianggap penting bagi pendidikan. Pendidikan yang dulunya
dianggap sebagai tempat pembentukan karakter sekarang ini sudah tidak dapat digunakan.
Kejujuran sudah tidak terlihat bahkan sudah mulai dilupakan. Dengaan demikian filsafat nilai
ini membantu kita untuk melihat pribadi kita yaitu bagaimana kita menempatkan diri kita
secara benar dihadapan segala macam nilai. Tingkah laku kita cenderung tidak
memperdulikan nilai yang ada bahkan kita lupa akan dampak yang terjadi jika kita
melakukan ketidakjujuran. Ketidakjujuran merupakan tindakan yang dibilang sangat
merugikan.
Untuk dunia pendidikan, nilai sangatlah penting dalam membangun masa depan.
Sedikit kita melakukan kecurangan maka akan terjadi dampak yang sangat merugikan. Itu
sebabnya nilai sangat berperan penting dalam mengatasi ketidakjujuran dalam dunia
pendidikan saat ini. menurut Max Scheler nilai terdapat empat kriteria dari situ dapat kita
lihat dan kita fahami agar kita orang berpendidikan harus bisa memposisikan nilai yang ada.
Dengan memahami empat tingkatan tersebut dunia pendidikan dapat mengembalikan
karakter yang semula sudah mulai hilang. nilai harus dihayati dan dilakoni. Dengan
menghayati nilai orang mampu mengendalikan diri dalam segala tindakannya.

Harapan bagi Pendidikan kedepannya


Dilihat dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pendidikan saat ini tidak diperhatikan
bahkan pendidikan hanya digunakan sebagai ajang permusuhan. Sudah disinggung dari
materi diatas bahwa akreditas sekolah hanya dilihat dari luarnya saja tanpa mengandung nilai
didalamnya. Sekarang ini yang paling penting adalah nasib pendidikan kedepannya. Dimana
nilai kejujuran harus ditananmkan dalam diri setiap inidividu. Jika setiap individu tidak
mengerti nilai dan tidak mengerti penenmpatan nilai yang sesuai maka hilanglah karakter
Indonesia sebagai bangsa yang jujur. Nilai itu tidak hanya dilihat tetapi harus dilakukan dan
dihayati dalam kehidupan. Harapan untuk pendidikan kedepannya adalah membentuk
karakter yang jujur dalam dunia pendidikan serta memahami nilai-nilai yang baik sehingga
kedepannya akan membentuk generasi penerus yang berguna dan mampu mengaplikasikan
pendidikan dengan benar. Memang tidak mudah membangun pribadi yang jujur apalagi
dalam dunia pendidikan saat ini, tetapi jika nilai kejujuran tidak ditanamkan mulai sekarang
bagaimana nasip pendidikan yang akan datang?
Sumber
 Diktat Kuliah Filsafat Pendidikan
 Wikepedia
 Artikel yang berjudul “masih adakah kejujuran dalam dunia pendidikan”

gg

Anda mungkin juga menyukai