Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rancangan dan perangkat pendidikan gender
yang dapat diterapkan melalui Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Kegiatan yang di-
lakukan pada penelitian tahap pertama adalah melakukan need asessment untuk memahami kondisi
awal PKK di lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di PKK Kecamatan Bandar Kedungmulyo
Jombang. Berdasarkan Focus Group Discussion yang melibatkan Camat, penggerak PKK di tingkat
kecamatan dan desa, terungkap bahwa PKK masih cenderung berfungsi menguatkan ideologi pa-
triarkhi yang menempatkan perempuan pada fungsi-fungsi domestik. Dua kegiatan yang selalu di-
rencanakan dalam program-programnya adalah arisan dan simpan pinjam, sementara kegiatan PKK
yang terkait dengan fungsi edukasi PKK belum terencana dengan baik. Melalui penelitian pengem-
bangan ini, fungsi edukasi PKK dirancang untuk dapat dikembangkan sebagai wahana pendidikan
gender. Ibu-ibu yang melek gender ini pada gilirannya dapat menjadi agen sosialisasi gender yang
egalitarian bagi anak-anaknya untuk mencapai keadilan gender menuju kehidupan yang demokratis.
Abstract: This study aimed to develop the design and the gender educational kits which could be
applied through the Family Welfare Empowerment (PKK) activities. The activity undertaken in the
first phase of the study was to conduct a needs assessment to understand the initial conditions of the
PKK in the study setting. The study was conducted in PKK at Sub-district Bandar Kedungmulyo
Jombang. Based on the focus group discussion involving the sub-district head, the PKK agents in the
sub-district and the desa levels it was revealed that the PKK still served to strengthen the ideology of
patriarchy by putting women in the domestic functions. Two activities which were always planned in
the programs were arisan and simpan pinjam, while the PKK’s activities related to its educational
function had not been well planned. Through this research development, the educational functions of
PKK were designed to be the place for mothers to understand gender. These mothers were expected to
be the gender socialization agents for their own children to build gender equity for a democratic life.
103
104
yang didasarkan pada kesetaraan dan keadilan an demokrasi adalah hal yang penting dilaku-
gender. kan. Ibu adalah agen yang penting dalam pe-
Dalam rangka pengembangan kehidupan nyiapan anak untuk menjadi individu yang de-
yang demokratis, kehadiran PKK sebagai orga- mokratis. Tidak ada demokrasi tanpa kesetaraan
nisasi yang langsung bersentuhan dengan ibu- dan keadilan gender. Dengan memperhatikan
ibu dapat menjadikan PKK sebagai wadah un- peran ibu sebagai guru dan agen sosialisasi gen-
tuk membongkar ideologi gender yang patriar- der di keluarga, PKK dapat mengambil peran
khi di masyarakat. Gerakan PKK sebagai orga- penting dalam “membantu” dan menyiapkan
nisasi yang ada di desa dan di kota berpeluang ibu untuk dapat menjadi guru dan agen sosiali-
menjadi sarana pendidikan dan percepatan per- sasi gender egalitarian bagi anak-anak dalam
wujudan kehidupan demokrasi di masyarakat. rangka membangun kehidupan yang demokra-
Anggota PKK adalah individu yang oleh ma- tis. Dalam rangka itu, penting untuk dipertanya-
syarakat dikonstruksi sebagai pendidik pertama kan bagaimanakah strategi pelaksanaan pendi-
dan utama di rumah. Oleh karena itu, dalam dikan gender yang dapat dikembangkan melalui
konstruksi sosial ini, ibu adalah guru yang per- PKK?
tama dan utama bagi anak di keluarga. Seiring Gender adalah konstruksi sosial tentang
dengan itu, PKK dapat dimanfaatkan secara karakteristik dan peran laki-laki dan perempu-
strategis dalam menyemaikan dan memperkuat an. Sebagai konstruksi sosial, gender bersifat
akar kehidupan berkesetaraan gender dan de- relatif seiring dengan perkembangan masyara-
mokratis. PKK dapat menjadi wadah pendidik- kat tersebut. Gender yang memuat sifat yang
an bagi ibu agar mereka dapat menjadi “guru” melekat pada kaum laki-laki maupun perem-
demokrasi yang siap menanamkan nilai-nilai puan yang dikonstruksi secara sosial maupun
kesetaraan gender yang pertama dan utama bagi kultural, mengekspresikan harapan sosial ke-
anak-anaknya pada laki-laki dan perempuan. Seiring dengan
Demokrasi adalah tatanan kehidupan dinamika sosial, nilai-nilai gender pun dapat
yang ditandai oleh ciri-ciri liberty (kebebasan), berubah pada ruang dan waktu yang berbeda.
egality (persamaan), dan fraternity (persauda- Konstruksi gender tradisional (patriarkhi)
raan). Demokrasi adalah seperangkat gagasan meletakkan nilai keutamaan kepada laki-laki.
dan prinsip tentang kebebasan dalam kebersa- Laki-laki berada pada posisi yang lebih tinggi
maan yang berlangsung dalam situasi persau- daripada perempuan. Laki-laki adalah the first,
daraan. Setiap individu memiliki kebebasan dan perempuan adalah the second. Laki-laki berada
berhak menggunakan kebebasannya. Meskipun pada posisi superordinat, perempuan di posisi
demikian, kebebasan itu sama sekali tidak ber- subordinat. Dalam konstruksi gender tradisional,
arti dibolehkan melakukan penindasan terhadap terjadi dikotomi stereotipe dan lingkup ativitas
pihak lain karena orang lain juga memiliki ke- yang kuat. Masyarakat mengonstruksi perem-
bebasan yang harus dihargai. Oleh karena itu, puan sebagai sosok yang feminin, yaitu lembut,
karakter penting yang ada dalam kehidupan de- tidak asertif, cenderung mengalah, dan emo-
mokrasi adalah adanya pengakuan kesetaraan sional, sedangkan laki-laki ditampilkan sebagai
bagi semua perbedaan yang ada, termasuk per- sosok yang besar, asertif, dominan, dan rasional
bedaan jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan (Susilastuti, 1993:29).
secara individual memiliki kebebasan yang sama. Perempuan yang feminin “dikodratkan”
Oleh karena itu, keduanya harus saling meng- menjadi ibu rumah tangga yang bertugas meng-
hargai. urus kerumahtanggaan (lingkup domestik), se-
Demokrasi tidak akan tercapai tanpa par- dangkan laki-laki yang maskulin adalah kepala
tisipasi seluruh individu. Ketchum (2004:88) keluarga yang bertugas mencari nafkah dan ber-
mengatakan bahwa bekerjanya demokrasi ber- aktivititas di lingkup publik. Dikotomi domes-
awal dari individu. Karena itu, penyiapan indi- tik-publik dan stereotipe maskulin-feminin yang
vidu untuk dapat menjadi bagian dari pergerak- kuat menimbulkan relasi gender yang tidak
setara (bias gender), yang pada akhirnya me- Orang tua adalah model bagi anak. Ke-
nyebabkan terciptanya ketidakadilan. Dalam padanya, anak akan berimitasi dan mengidenti-
konstruksi gender yang patriarkhi, perbedaan fikasikan diri. Melalui proses tersebut, anak
gender berujung dengan peminggiran perem- mempelajari nilai gender sesuai dengan peran
puan dalam berbagai bidang kehidupan. yang dijalankan orang tua mereka. Sesuai de-
Sebagai sistem relasi kekuasaan, gender ngan teori belajar sosial (Stockard, 1999:217),
menentukan semua kondisi kehidupan di ling- stereotipe, perilaku, dan peran gender yang di-
kup publik maupun domestik (Maloutas, 2006: tampilkan oleh orang tua membuat anak ter-
2). Ketimpangan gender tidak merefleksikan motivasi untuk menampilkan stereotipe, peri-
kehidupan demokrasi yang ditandai oleh liberty laku, dan peran yang sama melalui proses imi-
(kebebasan), egality (persamaan), dan fraternity tasi dan identifikasi. Anak mempelajari gender
(persaudaraan). Demokrasi harus menghormati dari apa yang dilakukan dan dikondisikan oleh
dan menggaransi kebebasan dan perbedaan an- orang tua melalui penguatan yang dilakukan
tarindividu (Muloutas, 2006:11). Sesuai dengan dalam bentuk pemberian hadiah dan hukuman
pandangan tersebut, dalam demokrasi individu- kepada anak. Hukuman dan hadiah tersebut
individu anggota masyarakat memiliki kedu- menjadi pelajaran berharga bagi anak untuk
dukan yang sama atau setara. Mereka memiliki mengulangi atau tidak mengulangi perilakunya.
kedaulatan atas dirinya sendiri atau kebebasan. Pada umumnya, orang tua berinteraksi
Laki-laki dan perempuan berada dalam posisi secara berbeda kepada anak laki-laki dan pe-
yang setara gender. Laki-laki dan perempuan rempuan. Hal tersebut menyebabkan anak laki-
harus eksis secara bersama-sama secara setara laki dan perempuan berkembang secara berbe-
di ruang publik. Oleh karena itu, konstruksi da. Laki-laki berkembang menjadi maskulin
gender patriarkhi yang menempatkan laki-laki dan perempuan menjadi feminin. Sementara itu,
dan perempuan secara tidak setara tidak sesuai orang tua yang berinteraksi secara tidak berbe-
dengan nilai-nilai demokratis. da kepada anak laki-laki dan perempuan lebih
Ibu dikonstruksi sebagai penanggung ja- mengantarkan anak-anaknya menjadi pribadi
wab atas perawatan dan pendidikan anak-anak yang memiliki dorongan berprestasi atau keter-
di rumah. Ibu (orang tua) dipercaya sebagai gantungan, hangat dalam berinteraksi, pem-
sumber sosialisasi gender yang paling signifi- batasan (restrictiveness), dan praktik-praktik di-
kan dan sentral (Kretchmar, 2011:102; Grusec siplin (Stockard 1999:217; Stockard dalam
dan Davidov, 2007:285). Sosialisasi orang tua Kretchmar, 2011:103). Tenenbaum dan Leaper
merupakan sumber perbedaan gender yang pa- (Leaper dan Friedman, 2007:566) mengungkap-
ling menentukan (Wharton, 2005:124). Peran kan bahwa terdapat asosiasi yang signifikan
gender ibu dapat dimodifikasi sebagai peran antara sikap gender orang tua dan sikap gender
mendekonstruksi gender menuju nilai-nilai ke- anak. Brannon (2005:145) mengemukakan bah-
hidupan yang egalitarian. Seiring dengan dina- wa ideologi gender orang tua mempengaruhi
mika sosial dan tuntutan kehidupan demokratis, perkembangan gender anak. Oleh karena itu, ke
ibu dapat dipersiapkan menjadi “guru” gender depan diharapkan masyarakat berkembang ke
dan demokrasi bagi anak-anak. Proses penyiap- arah yang demokratis. Pendidikan kepada anak
an ini dapat dilakukan melalui organisasi ibu- sudah selayaknya diwarnai oleh nilai-nilai gen-
ibu, yaitu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluar- der yang demokratis.
ga (PKK). Melalui salah satu fungsi edukasi- Dalam rangka menyiapkan ibu menjadi
nya, program-program PKK dapat diarahkan agen sosialisasi gender di rumah, pendidikan
pada penyiapan ibu-ibu agar paham dan sadar, gender bagi ibu yang dirancang melalui kegiat-
yang pada gilirannya diharapkan akan dapat an PKK ini dikembangkan berdasarkan prinsip
mengedukasi anak-anak tentang perspektif gen- belajar untuk orang dewasa (andragogi). Orang
der. dewasa akan belajar dengan baik jika mereka
berpartisipasi dalam proses belajar tanpa
Penguatan Fungsi Edukasi PKK: Pendidikan Gender untuk Membangun Kehidupan Demokratis
106
paksaan dan hal yang mereka pelajari berfungsi 122). Pengalaman, kebutuhan, dan kesempatan
praktis baginya. Mereka terlibat dalam kegiatan baru yang berlangsung sepanjang kehidupan
tersebut karena kesadaran akan kebutuhannya. manusia merupakan faktor-faktor yang dapat
Karena itu, pembelajaran orang dewasa penting memotivasi individu dewasa untuk "menilai"
didasarkan pada refleksi kritis atas kondisi dan ulang konstruksi gendernya. Sesuai dengan pan-
kebutuhan dirinya. Hal-hal yang bersifat teore- dangan Freire bahwa pendidikan harus me-
tis dan tidak terkait langsung dengan tindakan merdekakan, pendidikan harus menjadi praktik
praktis bukan menjadi prioritas. Salah satu pen- yang memungkinkan peserta belajar menemu-
dekatan yang dapat dipilih dalam pembelajaran kan dirinya sendiri dan memiliki kesadaran (kon-
adalah pendekatan berpusat pada masalah sientasi) untuk melakukan perlawanan terhadap
(Srinivasan dalam Basleman dan Mappa, 2011: domestikasi yang dilakukan.
23). Meskipun demikian, untuk membuka wa-
wasan mereka tentang gender, diperlukan pula METODE
pengenalan terhadap beberapa konsep dasar Penelitian ini merupakan jenis penelitian
gender. pengembangan karena penelitian ini bermaksud
Stimulus merupakan hal penting dalam mengembangkan aktivitas dan perangkat pen-
proses belajar. Informasi gender, terutama yang didikan gender yang diaplikasikan melalui ke-
memiliki nuansa berbeda dengan konstruksi giatan PKK. Pengembangan model pendidikan
gender yang telah dimiliki seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan model 4D yang
menjadi alternatif berpikir dan pilihan bagi sub- meliputi define, design, develop, dan dissemina-
jek yang sudah dewasa sebagaimana dikemuka- tion (Thiagarajan, Simmel & Simmel, 1985)
kan oleh Eccles (1995:187) dan Stangor dan Setting kegiatan penelitian ini adalah
Ruble (Baron dan Byrne, 1991:122). Banyak PKK. Subjek dalam penelitian ini adalah dela-
faktor yang mempengaruhi proses pendekon- pan orang tim penggerak PKK di Kecamatan
struksian gender pada individu dewasa. Selain Bandar Kedungmulyo, lima orang penggerak
proses sosialisasi sebelumnya, proses belajar PKK di desa, dan tiga orang ibu-ibu anggota
aktif, kemampuan berpikir, dan analisis kritis PKK. Subjek dipilih secara purposive berdasar-
memiliki peran yang besar dalam proses ter- kan pertimbangan kesediaan mereka dijadikan
sebut. Berkaitan dengan itu, pengalaman pri- subjek penelitian dan keterlibatannya dalam
badi dan pengamatan sosial, serta pengetahuan kegiatan PKK.
seseorang tentang gender dan peran gender Aktivitas yang dilakukan dalam peneliti-
menjadi sumber pelajaran gender, yang secara an tahun pertama ini adalah need assesment
bersama-sama dapat menumbuhkan perasaan yang dijadikan dasar untuk menentukan model
dan kesadaran terhadap ketidakadilan gender, aktivitas dan tema-tema esensial yang dapat di-
terutama dialami perempuan. kembangkan dalam produk penelitian yang di-
Mendekonstruksi nilai pada orang dewa- hasilkan. Data ini selanjutnya dianalisis secara
sa tidaklah mudah, tetapi betapapun informasi kualitatif. Proses analisis kualitatif ini terdiri
gender yang non-tradisional tidak mudah di- atas tiga sub proses kegiatan, yaitu penyajian
ingat oleh orang tua, sebagaimana yang terjadi data, reduksi data, dan verifikasi (Miles dan
pada anak-anak yang skema gendernya yang Huberman; 1992:20).
belum mantap. Namun demikian, informasi itu
tetap akan berguna untuk memberikan alternatif HASIL DAN PEMBAHASAN
pikiran dan pilihan kepada mereka untuk meli- Hasil
hat alternatif aktivitas yang diwarnai oleh ste- Berdasarkan FGD yang dilaksanakan
reotipe gender yang non-tradisional dan kemu- dapat dikemukakan bahwa kegiatan rutin PKK
dian mendekonstruksi konsep gendernya, seba- adalah arisan dan simpan pinjam. Mereka
gaimana diungkapkan oleh Eccles (1995:187) mengungkapkan bahwa PKK bisa dimanfaatkan
dan Stangor dan Ruble (Baron dan Byrne, 1991: sebagai ajang pertemuan dan komunikasi an-
taribu-ibu. Sesekali kegiatan rutin yang dilaku- da PAUD. Peran tim penggerak PKK dalam
kan diselipi dengan kegiatan penyuluhan atau kaitannya dengan kegiatan ini adalah menye-
penyampaian informasi yang tampaknya ber- diakan fasilitas yang diperlukan. Upaya-upaya
sifat insidental. khusus terkait dengan pembinaan guru sepenuh-
PKK Kecamatan Bandar Kedungmulyo nya mengikuti kebijakan dari tim penggerak
selama ini belum pernah mengagendakan secara PKK kabupaten atau instansi yang terkait de-
terprogram kegiatan edukasi kepada anggota- ngan itu, misalnya dinas kesehatan atau puskes-
nya. Kegiatan pendidikan yang dilakukan se- mas.
lama ini masih sebatas pada penyuluhan atau Kegiatan edukasi lain yang telah dilaku-
penyampaian informasi. Kegiatan semacam ini kan misalnya melalui kegiatan pengajian ibu-
dilakukan ketika misalnya, tim penggerak PKK ibu. Melalui kegiatan ini, dilakukan proses pen-
tingkat kabupaten menyampaikan informasi didikan yang berkaitan dengan kegiatan pembi-
atau pengetahuan kepada mereka. Pada saat se- naan keimanan dan ketakwaan.
perti itu, mereka kemudian merancang untuk Berdasarkan FGD yang dilakukan, tim
menyampaikan atau meneruskan informasi itu penggerak PKK masih cenderung bertindak se-
kepada tim penggerak PKK di tingkat desa me- bagai pelaksana kegiatan, belum memosisikan
lalui pertemuan rutin bulanan yang diseleng- diri sebagai perancang kegiatan. Kegiatan pen-
garakan. Kegiatan semacam ini tidak disertai didikan untuk tujuan tertentu yang sengaja di-
oleh pemantauan apakah informasi itu kemudi- rancang oleh PKK belum pernah dilaksanakan.
an juga disampaikan kepada anggota PKK di Oleh karena itu, ketika tim peneliti menawarkan
tingkat desa, bagaimanakah proses penyampai- alternatif pemikiran untuk menjadikan PKK
annya berlangsung, serta bagaimana hasilnya. lebih fungsional lagi dalam mengedukasi ang-
Catatan penting lain yang bisa diungkap- gotanya, tim penggerak PKK antusias menyam-
kan terkait dengan kegiatan ini adalah tidak butnya.
adanya persiapan tentang kecukupan pengeta- Sesuai dengan tema yang diangkat dalam
huan dari para penyampai informasi di tingkat penelitian ini, dalam FGD dicoba ditawarkan
desa. Informasi yang pernah diperoleh dari ka- topik demokrasi dan pendidikan gender. Demo-
bupaten dan kemudian dilanjutkan dengan ke- krasi penting dan harus diperjuangkan. Mereka
giatan yang sama, misalnya terkait dengan in- sependapat bahwa demokrasi adalah bagian
formasi gender dan kesehatan, atau informasi penting dalam kehidupan bernegara, sehingga
politik yang biasanya dilaksanakan ketika men- penting dijadikan topik pendidikan. Hampir se-
dekati momen-momen penting seperti pemilih- luruh ibu penggerak PKK yang hadir menyata-
an umum atau pemilihan kepala daerah. Bentuk kan bahwa pendidikan formal yang lebih ber-
kegiatan penyuluhan yang lain biasanya disam- peran dalam menyiapkan anak menuju kehidup-
paikan oleh pihak luar, misalnya dari dinas ke- an demokrasi. Sekolah dipandang sebagai insti-
sehatan, atau aktivitas pemberantasan buta ak- tusi yang paling bertanggung jawab dalam
sara fungsional. PKK hanya menjadi semacam mengedukasi generasi muda terkait dengan ke-
wadah berkumpulnya ibu-ibu yang menjadi sa- hidupan demokrasi. Hampir terabaikan bahwa
saran kegiatan tersebut. demokrasi bukanlah sekedar aturan kehidupan
Menyusul kebijakan pemerataan kesem- yang timbul begitu saja. Demokrasi dibangun
patan memperoleh pendidikan di tingkat anak oleh individu-individu yang memiliki komit-
usia dini, sesuai dengan kebijakan tim pengge- men terhadap kehidupan itu. Karena itu, de-
rak PKK di tingkat provinsi, di setiap desa di- mokrasi memerlukan individu-individu yang
kembangkan pendidikan anak usia dini. Seko- berkarakter demokratis. Karakter demokratis ini
lah PAUD ini dikelola oleh PKK di tingkat desa ditumbuhkan dan dikembangkan tidak hanya
dengan guru-guru yang antara lain direkrut dari oleh sekolah, tetapi diletakkan dasar-dasarnya
ibu-ibu yang bersedia dididik untuk tujuan ter- oleh ibu yang dikonstruksi secara sosial sebagai
sebut. Guru-guru ini disebut dengan istilah bun- pendidik pertama dan utama bagi anak-anak.
Penguatan Fungsi Edukasi PKK: Pendidikan Gender untuk Membangun Kehidupan Demokratis
108
Ketika “pencerahan” tentang peran ke- tidak terlalu mengusik kecemasan mereka.
luarga dalam mendidik karakter demokratis dan Politik dipandang lebih cocok untuk laki-laki.
karakter anak laki-laki dan perempuan dikemu- Perempuan agak sulit jika terjun ke dunia po-
kakan, mereka kemudian bereaksi secara positif litik. ”ya, pulang malam-malam dan pergi-pergi
bahwa karakter anak laki-laki berbeda dengan terus tidak mungkin dilakukan oleh ibu,” kata
anak perempuan. “Mendidik anak perempuan seorang ibu.
untuk disiplin terhadap dirinya sendiri lebih Mereka bersepakat jika perempuan wajib
mudah daripada mendidik anak laki-laki,” de- sekolah seperti halnya anak laki-laki. Namun,
mikian diungkapkan oleh seorang ibu yang ha- pentingnya mereka sekolah berbeda pada laki-
dir dalam kegiatan FGD. Pernyataan ini ke- laki dan perempuan. Laki-laki dipahami sebagai
mudian didukung oleh banyak ibu yang lain. individu yang wajib bekerja, tetapi saat ini pe-
Pembicaraan menjadi hangat karena “to- rempuan sebaiknya memang bekerja. Mereka
pik anak” yang sedang dibahas. Topik ini ada- mengatakan “Perempuan yang bekerja bisa
lah topik yang begitu dekat dengan kehidupan membantu memperbaiki ekonomi keluarga.”
ibu-ibu sebagai agen yang dikonstruksi ma- Selain itu, jika mau bertindak yang terkait de-
syarakat sebagai pelaku pendidikan yang per- ngan uang, mereka merasa lebih leluasa, karena
tama dan utama. tidak sungkan dengan suaminya. “Tugas istri
“Menurut saya, anak harus diberi kesibukan
adalah membantu dan mendampingi suami.”
yang positif agar tidak terbawa arus. Saya Artinya, apapun yang dilakukan istri tidak bo-
menyuruh anak saya laki-laki untuk ikut se- leh melupakan bahwa perempuan harus meng-
pak bola.... kalau perempuan, ya nggaklah. urus anak-anak dan suaminya.
Mereka lebih bisa mengendalikan diri, tetapi Demokrasi dipahami ibu-ibu sebagai pro-
perlu juga sibuk dengan kegiatan. Tapi tidak ses yang berkaitan dengan kehidupan bernegara
main bola tentu. Tak akan saya izinkan. Saya dan berpolitik. Oleh karena itu, demokrasi itu
menyuruh anak saya ikut fashion show. hampir selalu dikaitkan dengan kegiatan pe-
Anaknya cantik, tinggi dan putih, dan kegiat-
milihan pimpinan, seperti pemilihan umum, pe-
an itu cocok dengan sifat perempuan.”
milihan presiden, atau pemilihan kepala daerah.
“Mengapa anak laki-laki dan perempuan Partisipasi warga masyarakat terhadap persoal-
berbeda ya?” demikian dilontarkan oleh salah an-persoalan publik dan upaya alternatifnya be-
satu tim peneliti. Respon yang diungkapkan lum menjadi bagian yang terperhatikan sebagai
salah seorang ibu demikian, “Ya mengapa ya? bagian dari demokrasi. Menurut mereka, setiap
Apa memang begitu dari sananya ya?” Ibu-ibu orang berhak memberikan pilihannya sesuai de-
yang lain tidak menjawab, namun malah me- ngan keyakinannya. Istri tidak harus menurut
nguatkan dengan contoh bahwa anak laki-laki- suami untuk itu. Pertimbangan yang rasional
nya memang berbeda dengan anak perempuan- atas pilihannya merupakan bagian yang penting
nya. “Kalau bangun tidur itu tidak mau menata untuk dimiliki semua orang, baik laki-laki mau-
tempat tidurnya. Meletakkan barang semba- pun perempuan. Hal ini disebut sebagai kewa-
rangan dan main terus kerjaannya... beda de- jiban warga negara.
ngan adiknya yang perempuan, ngerti mem- Informasi tentang gender telah diperoleh
bantu orang tua.” beberapa pengurus dari tim penggerak kabupa-
Persoalan rendahnya kualitas dan kuan- ten PKK, namun informasi itu belum cukup
titas perempuan yang terlibat pada proses ber- berarti membuat mereka memahami konsep
demokrasi dan dalam aktivitas publik yang lain gender dengan baik. Padahal, untuk melaksana-
hampir tidak menjadi cermatan mereka sampai kan fungsi kegiatan yang dirancang ini, pema-
saat peneliti mencoba mengungkapkan persoal- haman atas konsep-konsep gender menjadi ba-
an itu. Mereka tidak cukup resah dengan se- gian yang penting. Bahkan, tidak hanya itu,
dikitnya jumlah perempuan yang menjadi wakil kepekaan dan kesadaran gender perlu dimiliki
rakyat atau pimpinan instansi. Dunia politik oleh tim penggerak PKK dalam rangka me-
Penguatan Fungsi Edukasi PKK: Pendidikan Gender untuk Membangun Kehidupan Demokratis
110
Penguatan Fungsi Edukasi PKK: Pendidikan Gender untuk Membangun Kehidupan Demokratis
112
D. Hastings (Editors). Halaman 561-587. Susilastuti, D.H. 1993. “Jender Ditinjau dari
New York: The Guilford Press. Perspektif Sosiologi.” dalam Fauzie Ri-
djal, Lusi Margiyani, dan Agus Fahri
Maloutas, Maro Pantelidou. 2006. The Gender Husein (eds.) Dinamika Gerakan Perem-
of Democracy. Citizenship and Gendered puan di Indonesia. (hlm. 29-36) Yogya-
Subjectivity. New York: Routledge. karta: Tiara Wacana.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. Thiagarajan, Simmel & Simmel. 1985. Deve-
1992. Qualitative Data Analysis. Terje- lopment Research Model in Education.
mahan oleh: Tjetjep Rohendi Rohidi. Boston: Allyn & Bacon.
Jakarta: UI Press.
Tilaar, H.A.R., Jimmy Ph. Paat, dan Lody Paat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 2011. Pedagogik Kritis Perkembangan,
2007 tentang Pedoman Penataan Lem- Substansi, dan Perkembangannya di In-
baga Kemasyarakatan. donesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Stockard, Jean. 2006. “Gender Socialization.” Wharton, Amy S. 2005. The Sociology of Gen-
dalam Handbook of Sociology of Gender. der: An Introduction to Theory and Re-
Editor: Janet Salman Chafetz. Halaman search. Oxford: Blackwell Publishing.
215-228. Houston: Springer.