Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan
yang cukup besar dalam kehidupan. Bagi manusia air berperan dalam kegiatan
pertanian, industri, dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Air yang digunakan
harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas air dapat
ditinjau dari segi fisik, kimia, dan biologi. Kualitas air yang baik tidak selamanya
tersedia di alam. Perkembangan industri dan permukiman dapat mengancam
kelestarian air bersih.
Tujuan dari semua proses pengolahan air yang ada adalah menghilangkan
kontaminan dalam air, atau mengurangi konsentrasi kontaminan tersebut sehingga
menjadi air yang diinginkan sesuai kebutuhan (pengguna akhir) tanpa merugikan
dampak ekologis.
Proses-proses yang terlibat dalam pemisahan kontaminan dapat menggunakan
Proses Fisik seperti menetap dan penyaringan Kimia seperti Desinfeksi dan
Koagulasi. Selain itu proses Biologi juga digunakan dalam pengolahan air limbah,
proses-proses ini dapat meliputi, mencampur dengan Udara, diaktifkan Lumpur
atau Saringan pasir padat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan water treatment?
2. Mengapa perlu dilakukan water treatment?
3. Apa saja yang menjadi parameter pengolahan air?
4. Bagaimana proses pengolahan air?
1.3 Tujuan
1. Memahami definisi water treatment.
2. Memahami perlunya water treatment.
3. Menjelaskan parameter dalam Water Treatment.
·4. Memahami proses pengolahan air.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Water Treatment
Water Treatment adalah suatu cara/bentuk pengolahan air dengan cara –
cara tertentu dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai
kebutuhan. Water Treatment Plant adalah sebuah sistem yang difungsikan untuk
mengolah air dari kualitas air baku (influent) yang kurang bagus agar
mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent) standar yang di
inginkan/ditentukan atau siap untuk dikonsumsi.
Tabel 2.1 Batasan Air Limbah untuk Industri
Parameter Konsentrasi (mg/L)
COD 100 – 300
BOD 50 – 150
Minyak nabati 5 – 10
Minyak mineral 10 – 50
Zat padat tersuspensi (TSS) 200 – 400
pH 6.0 – 9.0
Temperatur 38 – 40 [oC]
Ammonia bebas (NH3) 1.0 – 5.0
Nitrat (NO3-N) 20 – 30
Senyawa aktif biru metilen 5.0 – 10
Sulfida (H2S) 0.05 – 0.1
Fenol 0.5 – 1.0
0.05 – 0.5
Sianida (CN)
Pada umumnya gangguan terhadap suatu peralatan/ sistem yang bermedia
air disebabkan oleh zat-zat pengotor dalam air yang disebut kontaminan.
Kontaminan tersebut dapat berbentuk gas, cair, padatan, dan mikroorganisme.
a. Kontaminan gas
Beberapa kontaminan gas seperti karbondoksida, sulfur dioksida, oksigen, dan
lain-lain. Air yang mengandung gas-gas tersebut bersifat korosif dalam
reaksinya terbentuk senyawa asam yang kemudian bereaksi dengan peralatan
dari logam dengan reaksi sebagai berikut.
CO2 + H2O H2CO3 + Fe FeCO3 + H2
SO2 + ½ O2 SO3
SO3 + H2O H2SO4 + Fe FeSO4 + H2

b. Kontaminan cair
Kandungan zat cair dalam air dapat berupa asam, seperti asam klorida (HCl),
asam sulfat (H2SO4) atau basa seperti ammonia cair (NH4OH), minyak/ lemak
yang berasal dari kebocoran air yang masuk ke dalam sistem. Kandungan asam
dan basa dalam air akan bersifat korosif.
4
c. Kontaminan padatan
Berdasarkan besarnya ukuran partikel padatan terlarut, maka kontaminan
padatan dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu: padatan terlarut (TDS), padatan
tersuspensi (TSS), dan padatan sediment.
Padatan terlarut (TSS) terdiri dari senyawa organik dan anorganik yang larut
dalam air seperti kalsium karbonat, magnesium karbonat, kalsium sulfat,
magnesium sulfat, kalsium klorida, natrium silikat, dan lain-lain. Air yang
mengandung padatan terlarut sangat baik daya hantar listriknya.
Garam-garam kalsium dan magnesium menjadikan air bersifat sadah, dapat
menyebabkan kerak (CaCO3.CaSO4) dan defosit lumpur [(MgCO3.Mg(OH)2)]
pada pipa-pipa ketel uap (boiler).
CaCl2 + SO4
2- CaSO4 + 2Cl-
CaCl2 + CO3
2- CaCO3 + 2Cl-
MgSO4 + CO3
2- MgCO3 + SO4
2-
MgCl2 + CO3
2- MgCO3 + 2Cl-
MgCl2 + H2O Mg(OH)3 + 2HCl-
Garam natrium silikat ( Na2SiO3 ) dalam air panas akan terhidrolisa
menghasilkan asam silikat pada temperatur di atas 200ºC akan menjadi kristal
keras yang sangat padat, kecil, dan rapat. Kristal ini yang menempelkan pada
pipa-pipa ketel uap. Silika hanya dapat dihilangkan dengan alat penukar ion di
unit demin plant.
5
Padatan tersuspensi ( TSS ) menyebabkan air keruh, tidak larut, tidak dapat
mengendap langsung seperti tanah liat, koloid silikat. Koloid silikat sering lolos
dalam proses koagulasi sehingga proses penghilangannya dapat menggunakan
alat penukar ion.
Padatan Sedimen adalah padatan yang langsung mengendap jika air
didiamkan. Padatan yang mengendap tersebut terdiri dari partikel-partikel
padat yang berukuran lebih besar dari padatan tersusupensi, relative besar dan
berat, seperti pasir dan lumpur. Padatan sering menimbulkan erosi pada
material dan menyumbat aliran air.
d. Kontaminan mikroorganisme
Kontaminan mikroorganisme seperti ganggang, lumut, jamur dan bakteri dapat
tumbuh dengan baik pada sistem air pendingin “open circuit”. Mikroorganisme
jenis ganggang dan lumut dapat menyumbat saringan-saringan air pendingin,
tube-tube kondensor, pompa-pompa dan mengurangi kecepatan pertukaran
panas. Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme dalam air yang
dapat merusak bangunan-bangunan menara pendingin yang terbuat dari beton.
2.2 Tujuan dari Water Treatment
Water Treatment secara umum bertujuan untuk mengelola air hasil
buangan dari proses industri dimana pengelolahan itu dimaksudkan supaya air
buangan industri itu tidak mencemari lingkungan atau bisa digunakan kembali
untuk proses industri dengan cara menghilangkan kontaminan atau memurnikan
kembali air tersebut.
2.3 Parameter dalam Water Treatment
2.3.1 Parameter Fisik
6
Parameter fisik air biasanya dilihat dari unsur yang berhubungan dengan
indra manusia seperti penglihatan, sentuhan, rasa dan penciuman, yang meliputi
Turbidity (kekeruhan), warna, bau, rasa, dan suhu. Sistem pengolahan yang biasa
digunakan adalah Sistem Sedimentasi (Pengendapan), Filtrasi dan penambahan
desinfektan.
2.3.2 Parameter Kimia
Senyawa kimia yang sering di temukan pada air adalah Fe, Mn, Ca, Mg,
Na, SO4, CO3. Jika air memiliki kandungan senyawa kimia yang berlebihan (tidak
masuk standar konsumsi yang aman), pengolahan dapat dilakukan dengan sistem
filtrasi dengan menggunakan media tertentu misalnya system Reverse Osmosis
atau Demineralier dan Softener.
2.3.3 Parameter Biologi
Parameternya dilihat berdasarkan adanya mikroorganisme yang ada di
dalam air. Bila jumlah mikroorganisme di dalam air berlebihan biasanya akan
mengganggu kesehatan bila dikonsumsi. Pengolahan dapat dilakukan dengan
menggunakan desinfektan atau alat yang biasa digunakan, misalnya injeksi Chlor,
System UV dan System Ozone (O3).
2.4 Proses Pengolahan Air pada Water Treatment.
Water treatment merupakan proses pengolahan air dimana air tersebut diolah
untuk menghilangkan kontaminan yang ada di dalamnya. Proses pengolahan
air ini dibagi menjadi tiga proses yaitu :
· Pengolahan air secara kimia
· Pengolahan air secara fisika
· Pengolahan air secara biologi
2.4.1. Pengolahan air secara kimia
· Koagulasi dan Flokulasi
7
Benda-benda tersuspensi dalam air dapat berupa bahan-bahan kasar yang
dapat mengendap sampai pada bahan-bahan koloid lembut. Bahan-bahan tersebut
dapat bersatu dan mengendap dan disatukan menjadi lebih besar dengan bantuan
bahan penggumpal. Kumpulan benda-benda besar tersebut akan tertinggal di dasar
sedimentasi dan dihilangkan dengan cara penyaringan (filtrasi). Langkah-langkah
proses koagulasi dan flokulasi sebagai berikut :
1. Bahan kimia penggumpal dimasukkan ke dalam air, supaya bahan
kimia tersebut bereaksi secara seragam, bahan tersebut harus
ditaburkan secara merata . Hal ini memerlukan pengadukan yang
cepat atau pencampuran dengan air pada titik dimana penggumpalan
ditambahkan.
2. Rekasi-reaksi kimia dan kimia fisik dan perubahan-perubahan yang terjadi
mengarahkan pada koagulasi dan pembentukan partikel-partikel berukuran
mikroskopis.
3. Pengadukan perlahan-lahan menyebabkan penyatuan pertikelpartikel
menjadi kumpulan yang dapat terendapkan.
Gambar 1. Proses Koagulasi, Flokulasi, dan Filtrasi
8
· Proses Pelunakan dan Demineralisasi
Proses softening ( pelunakan ) bertujuan untuk mengurangi kadar
kesadahan air yang biasanya digunakan sebagai air umpan boiler. Proses softening
dilakukan dengan 2 cara, yaitu : presifitasi kimia dan pertukaran ion. Presipitasi
kimia dilakukan dengan cara mengubah kesadahan kalsium dan magnesium
yang mempunyai kelarutan kecil menjadi kalsium karbonat dan magnesium
hidroksida yang mempunyai kelarutan besar. Presipitasi kimia dilakukan
dengan 2 cara pengolahan, yaitu : Proses Kapur Soda Abu dan Proses Soda
Kaustik.
Gambar 2. Bagan Proses Demineralisasi
. PROSES KAPUR SODA ABU
Proses presipitasi kimia dengan Kapur Soda Abu mampu mengubah
bentuk kesadahan karbonat (CH) dan magnesium non karbonat (MgNCH)
menjadi spesies terendapkan dengan bantuan penambahan kapur (CaO). Spesies
hasil reaksi tersebut merupakan bentuk padatan terendapkan ( disimbolkan dengan
s ) yang mempunyai densitas cukup untuk melakukan pengendapan secara
gravitas. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ca2+
+ 2 (HCO3)-+ CaO + H2O . 2 CaCO3(s) + 2 H2O
Mg2+
+ 2 (HCO3)-+ CaO + H2O . CaCO3(s) + Mg2+
+ CO3
2-
9
Mg2+
+ CO3
2- + CaO + H2O . CaCO3(s) + Mg(OH)2(s)
. PROSES SODA KAUSTIK
Semua bentuk senyawa sadah dapat diubah menjadi bentuk yang
terendapkan dengan penambahan soda kaustik (NaOH). Reaksi yang terjadi pada
proses soda kaustik sebagai berikut :
Ca2+
+ 2 (HCO3)- + 2 NaOH . CaCO3 + 2 Na+ + CO3
2- + 2 H2O
Mg2+
+ 2 (HCO3)- + 4 NaOH . Mg(OH)2 + 4 Na+ + 2 CO3
2- + 2 H2O
Mg2+
+ SO4
2- + 2 NaOH . Mg(OH)2 + 2 Na+ + SO4
2-
Rangkaian reaksi tersebut menghasilkan senyawa soda abu (Na2CO3) yang
digunakan untuk bereaksi dengan calcium non carbonat hardness (NaNCH).
Tabel 2.2 Dosis Bahan Kimia Untuk Softening (Lb/Million Gallon)
Sumber Proses Kapur Soda Proses Soda
CaO sebagai CaO Na2CO3 Kaustik
CO2 10,61 Tidak Ada 15,16
Ca CH 4,67 Tidak Ada 6,67
Mg CH 9,34 Tidak Ada 13,34
Mg NCH 4,67 8,84 6,67
Ca CH Tidak Ada 8,84 Tidak Ada
Dosis stoikometri bahan kimia murni dari sumber 1 mg/l sebagai CaCO3
kecuali CO2 1 lb/million gallon = 1,2 x 10-4 kg/m3
· Pertukaran Ion
Adalah suatu alat untuk mengambil ion – ion kontaminan air oleh resin –
resin dan menukarnya dengan ion – ion hidrogen (H+) dan ion – ion hidroksil (OH-
) sehingga diperoleh air murni. Resin adalah bahan polimer sintesis yang
10
mengandung ion – ion hidrogen sebagai resin kation dan ion – ion hidroksil
sebagai resin anion.
Resin memiliki batas kemampuan dalam melakukan pertukaran ion.
Apabila telah mencapai batasnya, maka resin tersebut telah jenuh dan harus
di aktifkan kembali melalui regenerasi dan injeksi bahan – bahan kimia. Alat
penukar ion terdiri dari alat penukar kation dan alat penukar anion.
Gambar 3. Ion Exchanger
Alat Penukar Kation adalah suatu alat berbentuk silinder yang berisi
resin kation, berfungsi untuk menukar ion – ion positif dari kontaminan air.
Contoh : kontaminan air adalah garam NaCl, reaksinya
Na+Cl- + R-H+ . Na+R- + H+Cl-
Reaksi yang terjadi pada proses pertukaran kation, yaitu :
2 R – H + Ca(HCO3)2 . R2 – Ca + 2 H2CO3
2 R – H + CaSO4 . R2 – Ca + H2SO4
11
2 R – H + CaCl2 . R2 – Ca + 2 NaCl
2 R – H + Mg(HCO3)2 . R2 – Mg + 2 H2CO3
2 R – H + MgSO4 . R2 – Mg + H2SO4
2 R – H + MgCl2 . R2 – Mg + 2 HCl
Urutan penukaran oleh resin pertukaran kation: Ca2+, Mg2+, K dan Na.
Alat Penukar Anion : adalah suatu berbentuk silinder yang berisi resin anion,
berfungsi untuk menukar ion-ion negatif don kontaminan air. Contoh: kontaminan
air adalah keluaran alat penukar kation HCI. Rekasinya sebagai berikut :
H+ CI- + R+ OH- R+ CI- + H2O
Hasil keluaran dari penukar kation adalah bersifat asam. Ion positif pada
resin anion akan menangkap ion negatif dari senyawa asam sehingga produk akhir
adalah air murni yang babas mineral, Reaksinya sebagai berikut :
2 R - OH + H2CO3 R2 - CO3 +2 H2O
2R - OH + H2SO4 R2 -SO4 + 2 H2O
2R - OH + H2(SiO2) R2__SiO2 +2 H2O
Urutan penukaran oleh resin penukar anion adalah: SO4
2-, CI-, HCO3
- HSiO2
-,
Hasil penukaran ion baik kation dan anion terkadang tidak berlangsung
100 %. Idealnya setelah melewati penukar kation dan anion, air tidak lagi
mengandung kontaminan. Tetapi kenyataannya masih ada ion-ion kontaminan air
yang lolos dari penukar kation dan anion.
Mixed bed adalah suatu alat berbentuk silinder yang berisi campuran
resin kation dan resin anion, berfungsi untuk menangkap kation dan anion yang
lolos dari tangkapan penukar kation dan penukar anion. Keseluruhan reaksi terjadi
pada satu silinder. Dengan dilengkapi mixed bed diharapkan akan diperoleh air
dengan kemurnian tinggi.
12
Gambar 4. Mixed Bed
Degasser adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengeluarkan gas-gas
kontaminan yang terlarut dalam air pada proses penukaran ion. Degasser biasanya
dipasang setelah alat penukar ion dan sebelum alat penukaran ion.
Gambar 5. Degasser
Resin Penukar Ion
Resin sebagai penukar ion memiliki kapasitas yang terbatas. Bila kapasitas
kapasitas ion sudah terlampaui, penukar ion tidak lagi mampu menangkap ion-ion
13
kontaminan air. Dalam keadaan watt, ini resin penukar ion dikatakan sudah jenuh
dan harus diregenerasi.
Kejenuhan Resin
Ada 2 cara yang dipakai untuk menentukan indikasi kejenuhan resin:
· Berdasarkan “couter flow”; yaitu dengan cara mengukur kuantitas air
yang telah diproses oleh resin penukar ion.
· Berdasarkan kualitas air yaitu dengan cara mengukur kualitas air yang
telah diproses oleh resin penukar ion. Parameter yang digunakan adalah
konduktivitas dan kadar silikat.
Regenerasi Resin
Agar resin penukar ion yang telah jenuh dapat berfungsi kembali perlu
diregenerasi. Regenerasi adalah suatu proses untuk menginaktifkan kembali resin
penukar ion yang telah jenuh menggunakan bahan kimia sebagai larutan
regenerasi.
Langkah-Langkah Regenerasi Resin
1. Back washing berfungsi untuk membilas mesin dengan cara membalik
arah aliran air. Maksudnya untuk merenggangkan resin yang dalam
keadaan mampat serta membersihkan kotoran dari permukaan resin.
Pembukaan katup harus perlahan-lahan untuk menghindarkan rusaknya
resin (chanelling).
2. Dilute water berfungsi untuk membilas sisa-sisa kotoran yang masih ada
dari hasil back washing dengan arah aliran normal. Maksudnya adalah
supaya pada saat pemberian bahan kimia tidak terganggu oleh kotorankotoran.
3. Regenerasi (pemberian bahan kimia), setelah di “back washing” dan
“dilute water”, resin menjadi renggang dan bersih sehingga permukaan
kontak antara resin mejadi lebih luas. Regenerasi dilakukan dengan
mengalirkan air dan bahan regenerasi (HCI untuk kation dan NaOH untuk
14
anion pada konsentrasi tertentu) dengan arah aliran normal. Regenerasi
dilakukan sampai larutan regenerai habis.
4. Slow Rinse : Pencuci lambat dilakukan dengan cara mengalirkan air
dengan arah aliran normal secara perlahan-lahan. Hal ini dimaksudkan
agar bahan kimia regenerasi berdifusi secara sempurna ke dalam resin.
5. Fast Rinse: Dilakukan sama seperti pencucian lambat, tetapi dengan laju
alir yang lebih besar. Maksudnya untuk membuang sisa-sisa bahan kimia
regenerant. Pencucian cepat terus dilakukan sampai hasil airnya sesuai
dengan standar yang telah diterapkan.
Proses Regenerasi Kation
Regenerasi kation adalah proms pengendalian resin yang telah
menangkap kontaminan air untuk ditukar kembali dengan ion hidrogen
dengan cara menginjeksikan bahan kimia HCI. Contoh reaksi yang terjadi
pada proses regenerasi kation untuk ion yang ditangkap adalah Na+, yaitu:
Na+ R- + H+ CI- Na+ Cl- + R- H+ (resin aktif kembali)
Proses Regenerasi Anion
Regenerasi anion adalah proses pengembalian resin yang telah
menangkap kontaminan air untuk ditukar kembali dengan ion hidroksil
dengan cara menginjeksikan bahan kimia NaOH. Contoh reaksi yang terjadi
pada proses regenerasi anion untuk ion yang ditangkap adalah SiO2, yaitu :
R2 – SiO2 + 2 NaOH Na2 – SiO2 + 2 R – OH (resin aktif kembali)
Akibat Kegagalan Regenerasi
Kegagalan proses regenerasi perlu dihindari karena akan menyebabkan
inefisiensi. Seberapa dampak akibat kegagalan proses regenerasi yaitu:
· Berdampak langsung pada pemakaian bahan kimia. Bahan yang
diinjeksikan akan terbuang percuma dan akan menyebabkan
pemborosan bahan kimia
· Meningkatnya pemakaian air karena dipakai untuk proses pencucian
15
dan pembilasan regenerasi.
· Lamanya waktu untuk mengulangi regenerasi yang seharusnya tidak
dilakukan. Waktu yang semestinya setelah regenerasi dapat
dimanfaatkan untuk memproduksi air demin.
· Meningkatnya biaya lain karena pemakaian listrik untuk pompa-pompa,
tenaga operator, dan lain-lain.
Regenerasi Mixed Bed
Miked bed terdiri dari dua macam resin, maka regenerasinya
dilakukan untuk masing-masing resin secara bergantian. Resin anion
terletak pada bagian atas dari resin kation karena perbedaan berat jenis.
Bahan kimia regenerant yang digunakan adalah NaOH untuk resien anion
dan KCI untuk resin kation.
Langkah-Langkah Regenerasi Mixed Bed
· Normal operation
· Back washing
· Regenerasi (pemberian bahan kimia)
· Air blowing
· Fast rinse
Air blowing adalah pemberian udara mengguanakan kompresor ke resin
dengan arah berlawanan. Tujuannya supaya resin tergelembung dan bercampur
aduk dengan baik. Pada langkah ini akan terlihat pemisahan resin anion pada
bagian atas karena berat jenisnya.
2.4.2. Pengolahan air secara fisika
· Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam
limbah cair oleh gaya gravitasi. Pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan
16
setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk
memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam
dalam waktu lebih singkat.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistem
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi, sebaiknya dilakukan proses
sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan
flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya.
Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya
untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated
sludge, OD, dsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit
pengolahan lumpur tersendiri.
Sedimen dari limbah cair mengandung bahan-bahan organik yang akan
mengalami proses dekomposisi. Pada proses tersebut akan timbul formasi gas
seperti carbon dioxida, methane, dsb. Gas tersebut terperangkap dalam partikel
lumpur dimana sewaktu gas naik ke atas akan mengangkat pula partikel lumpur
tersebut. Proses ini selain menimbulkan efek turbulensi juga akan merusak
sedimen yang telah terbentuk. Pada Septic-tank, Imhoff-tank dan Baffle-reactor,
konstruksinya didesain sedemikian rupa guna menghindari efek dari timbulnya
gas supaya tidak mengaduk/merusak partikel padatan yang sudah mapan (settle)
di dasar tangki, sedangkan pada UASB (Uplift Anaerobic Sludge Blanket) justru
menggunakan efek dari proses tersebut untuk mengaduk aduk partikel lumpur
supaya terjadi kondisi seimbang antara gaya berat dan gaya angkat pada partikel
lumpur, sehingga partikel lumpur tersebut melayang-layang/mubal mubal.
Setelah proses dekomposisi dan pelepasan gas, kondisi lumpur tersebut
tersebut sudah stabil dan akan menetap secara permanen pada dasar tangki,
sehingga sering juga proses sedimentasi dalam waktu yang cukup lama disebut
dengan proses Stabilisasi. Akumulasi lumpur (Volume) dalam periode waktu
tertentu (desludging-interval) merupakan parameter penting dalam perencanaan
pengolahan limbah dengan proses sedimentasi dan stabilisasi lumpur.
17
Gambar 6. Proses Sedimentasi
· Filtrasi
Filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media pasir atau bahan
sejenis untuk memisahkan partikel flok atau gumpalan yang tidak dapat
mengendap agar diperoleh air yang jernih.
Penyaring adalah pengurangan lumpur tercampur dan partikel koloid dari
air limbah dengan melewatkan pada media yang porous. Kedalaman penyaringan
menentukan derajat kebersihan air yang disaringnya pada pengolahan air untuk
minum.
Mekanisme yang dilalui pada filtrasi:
1. Air mengalir melalui penyaring glanular
2. Partikel-partikel tertahan di media penyaring
3. Terjadi reaksi-reaksi kimia dan biologis
Filtrasi yang berfungsi sebagai tempat proses penyaringan butir-butir yang
tidak ikut terendap pada bak sedimentasi dan juga berfungsi sebagai penyaring
mikroorganisme atau bakteri yang ikut larut dalam air. Bangunan filtrasi
biasanya menggunakan pasir silica yang berwarna hitam yang memiliki
ketebalan yang berbeda dan juga kerikil. Pasir ini digunakan karena lebih
berat dan lebih menempel flok-floknya.
18
Gambar 7. Proses Filtrasi
2.4.3. Pengolahan air secara biologi
· Ticking Filter
Pengolahan air dengan cara trickling filter merupakan proses pengolahan
air dengan cara meyebarkan air ke dalam suatu tumpukan unggun atau
media yang terdiri dari bahan batu pecah atau kerikil, bahan keramik, sisa
tanur (slag), medium dari bahan plastik atau lainnya. Dengan cara
demikian maka pada permukaan medium akan tumbuh lapisan biologis
(biofilm), seperti lender, dan lapisan biologis tersebut akan kontak dengan
air dan akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
Gambar 8. Trickling Filter
19
· Rotating biological contractor
Rotating Biological Contactors (RBCs) adalah teknologi pengolahan
limbah secara biologi yang menggunakan biofilm sebagai tempat tumbuh
mikroorganisme. RBCs berbentuk tangki horizontal setengah lingkaran, di
dalamnya terdapat sejumlah cakram (disc) yang dirangkai secara paralel dengan
jarak yang berdekatan. Biofilm akan terbentuk dan tumbuh menempel pada
permukaan cakram. Cakram akan berputar dengan kecepatan tertentu. RBC terdiri
dari cakram (disc) yang tersusun secara seri dengan jarak antar cakram yang
relatif dekat.
Reaktor biologis putar (rotating biological contactor) disingkat RBC
adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah yang mengandung polutan
organik yang tinggi secara biologis dengan sistem biakan melekat (attached
culture). Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah yang
mengandung polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikro-organisme
(microbial film) yang melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor.
Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari
bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu
poros sehingga membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul tersebut
diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah yang
mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut.
Dengan cara seperti ini mikro-organisme misalnya bakteri, alga, protozoa,
fungi, dan lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut
membentuk suatu lapisan yang terdiri dari mikro-organisme yang disebut biofilm
(lapisan biologis). Mikro-organisme akan menguraikan atau mengambil senyawa
organik yang ada dalam air serta mengambil oksigen yang larut dalam air atau
dari udara untuk proses metabolismenya, sehingga kandungan senyawa organik
dalam air limbah berkurang.
20
Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis
tersebut tercelup ke dalam air limbah, mikro-organisme menyerap senyawa
organik yang ada dalam air limbah yang mengalir pada permukaan biofilm, dan
pada saat biofilm berada di atas permuaan air, mikro-organisme menyerap okigen
dari udara atau oksigen yang terlarut dalam air untuk menguraikan senyawa
organik. Enegi hasil penguraian senyawa organik tersebut digunakan oleh mikroorganisme
untuk proses perkembang-biakan atau metabolisme.
Senyawa hasil proses metabolisme mikro-organisme tersebut akan keluar
dari biofilm dan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke
udara melalui rongga-rongga yang ada pada mediumnya, sedangkan untuk
padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada pada permukaan lapisan biologis
(biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk yang larut dalam air.
Pertumbuhan mikro-organisme atau biofilm tersebut makin lama semakin
tebal, sampai akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari
mediumnya dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya, mikro-organisme pada
permukaan medium akan tumbuh lagi dengan sendirinya hingga terjadi
kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik yang ada dalam air
limbah.
21
Gambar 9. Rotating Biological Contractor
Gambar 10. Diagram Proses RBC
22
Bak Pemisah Pasir
Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir, sehingga
kotoran yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan
kotoran yang mengambang misalnya sampah, plastik, sampah kain dan lainnya
tertahan pada sarangan (screen) yang dipasang pada inlet kolam pemisah pasir
tersebut.
Bak Pengendap Awal
Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak pengendap
awal. Di dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan tersuspensi sebagian
besar mengendap. Waktu tinggal di dalam bak pengendap awal adalah 2 - 4 jam,
dan lumpur yang telah mengendap dikumpulkan daan dipompa ke bak
pengendapan lumpur.
Bak Kontrol Aliran
Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan debit
air limbah tersebut dialirkan ke bak kontrol aliran untuk disimpan sementara. Pada
waktu debit aliran turun / kecil, maka air limbah yang ada di dalam bak kontrol
dipompa ke bak pengendap awal bersama-sama air limbah yang baru sesuai
dengan debit yang diinginkan.
Kontaktor (reaktor) Biologis Putar
Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari bahan
polimer atau plastik dengan jumlah banyak yang dilekatkan atau dirakit pada
suatu poros, diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air
limbah. Waktu tinggal di dalam bak kontaktor kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi
demikian, mikro-organisme akan tumbuh pada permukaan media yang berputar
tersebut, membentuk suatu lapisan (film) biologis. Film biologis tersebut terdiri
dari berbagai jenis/species mikro-organisme misalnya bakteri, protozoa, fungi,
dan lainnya. Mikro-organisme yang tumbuh pada permukaan media inilah yang
akan menguraikan senyawa organik yang ada di dalam air limbah. Lapisan
23
biologis tersebut makin lama makin tebal dan kerena gaya beratnya akan
mengelupas dengan sendirinya dan lumpur organik tersebut akan terbawa aliran
air keluar. Selanjutnya lapisan biologis akan tumbuh dan berkembang lagi pada
permukaan media dengan sendirinya.
Bak Pengendap Akhir
Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya dialirkan
ke bak pengendap akhir dengan waktu pengendapan sekitar 3 jam. Dibandingkan
dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari RBC lebih mudah
mengendap, karena ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air limpasan (over
flow) dari bak pengendap akhir relatif sudah jernih, selanjutnya dialirkan ke bak
khlorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap di dasar bak dipompa ke bak
pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap
awal.
Bak Khlorinasi
Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih mengandung
bakteri coli, bakteri patogen, atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke
masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, air limbah yang keluar dari
bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi untuk membunuh mikroorganisme
patogen yang ada dalam air. Di dalam bak khlorinasi, air limbah
dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan waktu kontak tertentu
sehingga seluruh mikro-orgnisme patogennya dapat dimatikan. Selanjutnya
dari bak khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke badan air.
Bak Pemekat Lumpur
Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak pengendap
akhir dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur diaduk
secara pelan kemudian dipekatkan dengan cara didiamkan sekitar 25 jam sehingga
lumpurnya mengendap, selanjutnya air supernatant yang ada pada bagian atas
dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur yang telah pekat dipompa ke
24
bak pengering lumpur atau ditampung pada bak tersendiri dan secara periodik
dikirim ke pusat pengolahan lumpur di tempat lain.

BAB IIV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Water Treatment adalah suatu cara/bentuk pengolahan air dengan
cara – cara tertentu dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diharapkan
sesuai kebutuhan. Dalam mengolah air dapat ditinjau dari beberapa
parameter di antaranya parameter fisik, kimia, dan biologi.
Selain parameter terdapat beberapa proses pengolahan air yaitu
pengolahan air secara fisika, kimia, dan biologi. Secara fisika yaitu filtrasi
dan sedimentasi. Secara kimia yaitu koagulasi dan flokulasi, pelunakan air
serta ion exchange. Secara biologi yaitu trickling filter dan RBC (Rotating
Biological Contractor).
3.2 Saran
Dalam kehidupan sehari – hari maupun dalam industri tidak
terlepas dari adanya limbah cair. Untuk mengatasi limbah tersebut perlu
adanya pengolahan air (Water Treatment). Dalam Water Treatment proses
yang dilakukan untuk mengolah limbah cair tersebut sebaiknya dilakukan
sesuai dengan kontaminan yang terkandung di dalam limbah tersebut agar
pengolahannya menjadi lebih tepat dan efisien. Sehingga tidak
menimbulkan pengaruh yang lain terhadap lingkungan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Zulkarnain, dkk. 2011. Modul Utilitas. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya
http://envist2.blogspot.com/2009/05/filtrasi.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbahindustri/
sedimentasi-pengendapan-pada-pengolahan-limbah-cair/

http://www.ionexchange.com/ion/en/processes/counterflow/multistep/

Anda mungkin juga menyukai