Anda di halaman 1dari 30

PAPER

KMB II

“ STUDY KASUS SISTEM HEMATOLOGI : LEUKIMIA”

OLEH :
KELOMPOK I
KEPERAWATAN 2016

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2019

1
ANGGOTA KELOMPOK
KELAS A
1. SACHRAINI AMALIA TAHIR
2. RUSTIYANSY RAUF
3. SRIDELVI PAHRUN
4. MEDRI ADAM
5. CINDI HARMAIN
6. FITRICAN TAHIR
7. NURAIN LAMINULLAH
8. FERDINAND NOE

KELAS B
8. SITI ROSDIANA NAPU
9. AYU SINTIA
10. SASMITA DJIHU
11. MIRTA K ANA
12. RANTI U ENGO
13. INDAH SRI WAHYUNI MOHAMAD
14. DESI YANTIKO
15. NOVRI ASIALI

KELAS C
16. RIYANTI MILE
17. SERLIN MOHAMAD UMAR
18. CAHYANI S. NAPU
19. FERAWATY MONOARFA
20. MONALISA MOHAMAD
21. INDRAWATI POMALINGO
22. SYAHRIL PAKAYA
23. MOH. ASWIN

2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Leukimia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal,ganas,sering
disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal,jumlahnya berlebihan
dan dapat menyebabkan anemia,trombisitopeni dan diakhiri dengan
kematian. (Amin Huda,2016).
2. Stadium Leukimia
a. Stadium A
Pada stadium ini terjadi pembesaran kelenjar getah bening
(limfadenopati) di kurang dari tiga kelompok/lokasi dan jumlah sel
darah putih yang tinggi.
b. Stadium B
Pembesaran kelenjar getah bening pada lebih tiga kelompok/lokasi
dan jumlah sel darah putih tinggi
c. Stadium C
Terjadi pembesaran pada sekelompok kelenjar getah bening atau
limpa di suatu bagian tubuh,jumlah sel darah putih tinggi,dan jumlah
sel darah merah atau trombosit yang rendah.
3. Manifestasi Klinik
a. Tahap A
Satu-satunya gejala yang mungkin dimiliki adalah pembesaran
kelenjar getah bening dan biasanya belum dirasakan oleh penderita.
b. Tahap B
Penderita akan mudah merasa lelah dan belum memiliki gejala.
c. Tahap C
Penderita akan mengalami anemia dan cepat merasa lelah. Pada tahap
ini penderita akan memiliki tanda-tanda pembekuan darah
abnormal,seperti mimisan atau memar. Penderita juga mungkin

4
mengalami infeksi berulang dan terjadi penurunan berat badan serta
mudah berkeringat di malam hari.
4. Faktor resiko Yang bisa Terserang Leukimia
a. Faktor Internal
Faktor internal meliputi, usia anak saat terdiagnosis, jenis kelamin
anak, urutan kelahiran anak, berat anak lahir, usia ibu saat
mengandung anak, usia ayah ketika ibu mengandung anak, riwayat
keguguran ibu, dan riwayat pemberian ASI kepada anak.
1) Jenis kelamin anak
Kejadian leukemia banyak terjadi pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan dengan rasio 10:3(Chandrayai S., 2010).
Menurut sulastriana (2012), kasus leukemia pada laki-laki
sebanyak 52,9%. Penelitian dari M. TevlikDorak, etal. (2006) juga
menyatakan bahwa laki-laki lebih berisiko 3 kali terkena leukemia
daripada perempuan (OR= 3.05).
2) Urutan kelahiran anak
Urutan lahir anak dengan kategori anak pertama dalam keluarga
memiliki OR= 0.87 (95%CI: 0.81-0.93) terhadap kejadian kanker
anak yaitu leukemia (Julie, 2011).
3) Berat anak lahir
Dalam hasil penelitian dari Pulina K. Bangun, etal (2013)
menyatakan bahwa anak dengan berat bayi lahir ≥3.500 gram
memiliki risiko 8,99 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia
dibanding anak dengan berat lahir normal dan rendah (OR=8,99).
4) Usia ibu saat mengandung anak
Usia ibu saat mengandung anak berperan menjadi faktor risiko
leukemia. Dalam hasil penelitian dari Pulina K. Bangun, etal
(2013) dikemukakan bahwa ibu dengan usia ≥35 tahun memiliki
risiko 1,5 kali lebih tinggi untuk anak terkena leukemia dibanding
ibu dengan usia 20-34 tahun (OR=2,2).
5) Usia ayah ketika ibu mengandung anak

5
Usia ayah ketika ibu mengandung anak juga berperan menjadi
factor risiko leukemia. Dalam hasil penelitian dari Pulina K.
Bangun, etal(2013) dikemukakan bahwa ayah dengan usia ≥35
tahun memiliki risiko 1,55 kali lebih tinggi untuk anak terkena
leukemia dibanding ayah dengan usia <35 tahun (OR= 1.55).
6) Riwayat keguguran pada ibu
Ibu yang pernah mengalami keguguran sebelum kelahiran anak
memiliki risiko anak dengan leukemia 2,19 kali lebih tinggi untuk
dibanding ibu yang tidak memiliki riwayat keguguran (OR= 2.19)
(Xiaomei, 2005).
7) Riwayat pemberian ASI kepada anak
Ibu yang tidak memberikan ASI pada anak sebagai makanan pokok
utama pada usia bayi (0-1 tahun) menjadikan anak berisiko 1,22
kali lebih tinggi untuk terkena leukemia dibanding anak yang
mengkonsumsi ASI pada masa bayi (OR= 1.22) (Paulina, 2013)
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi, paparan radiasi, paparan insektisida
rumah tangga, dan perilaku merokok orang tua.
1) Paparan radiasi sutet
Rumah yang dekat dengan sumber radiasi seperti sutet, ataupun
sering terpapar radiasi seperti radiasi ultraviolet menjadikan Anak
memiliki risiko 4,73 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia
dibandingkan dengananak yang tidak memiliki paparan radiasi
(OR=4,73) (Paulina, 2013).
2) Paparan insektisida rumah tangga
Penggunaan insektisida rumah tangga seperti penggunaan obat
nyamuk dapat menjadi faktor risiko terjadinya leukemia anak.
Seperti hasil yang telah dikemukakan dalam penelitian bahwa
anak dengan riwayat penggunaan insektisida rumah tangga
memiliki risiko 5,25 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia

6
dibandingkan dengan anak yang tidak memiiki paparan insektisida
(OR=5,25) (Paulina, 2013).
3) Perilaku merokok orang tua
Orang tua yang memiliki perilaku merokok memberikan
kontribusi dalam terjadinya leukemia anak. Polusi dari hasil
pembakaran memiliki beberapa unsur bahan kimia berbahaya
yang dapat menimbulkan kejadian kanker terutama leukemia pada
anak. Hasil penelitian menyatakan bahwa orang tua yang memiliki
perilaku merokok memiliki risiko 1,08 kali lebih tinggi untuk
anak terkena leukemia dibandingkan anak dengan orang tua tidak
merokok (OR= 1.08) (Paulina, 2013).
5. Psikososial Pasien Leukimia
a. Pasien dan keluarga
Faktor psikologis pada pasien kanker leukimia dapat dilihat dari
dua sudut pandang. Kepribadian seseorang sebagai faktor yang
membuatnya unik dan berbeda sebagai manusia merupakan hal yang
berkaitan dengan kanker. Penelitian tentang kepribadian manusia
mengatakan ada suatu tipe kepribadian yang disebut Kepribadian Tipe
C. Kepribadian tipe C ini dikarakteristikan sebagai pribadi yang
sering menahan atau menyangkal emosi terutama marah. Orang
dengan kepribadian tipe C juga sering terlalu merasionalkan segala
sesuatunya dan ingin selalu tampil baik dan sempurna di mata orang.
Orang dengan kepribadian seperti ini tentunya sering mengalami
"kelelahan mental" sehingga mudah menjadi depresi dan merasa tidak
berdaya. Dikatakan jika dikombinasikan dengan faktor risiko lain,
orang dengan kepribadian tipe C akan lebih berisiko menderita
kanker. Sedangkan gejala-gejala gangguan psikologis yang bisa
muncul pada pasien yang sudah mengalami kanker adalah kemarahan,
kecemasan, depresi, dan tidak mempunyai harapan. Kondisi ini
sayangnya jika tidak ditangani dengan baik akan memperburuk
kesehatan pasien kanker dan menyebabkan penurunan kualitas

7
hidupnya. Harapan hidup pasien yang mengalami kanker dan juga
mengalami gangguan psikiatrik pun biasanya lebih pendek daripada
yang mampu mengatasi kondisi itu.
b. Persiapan Pasien Dan Keluarga dalam menghadapi leukimia
1. Menjadi penenang bagi pasien
Miliki pemahaman menyeluruh tentang penyakit dan rencana
perawatan pasien,baik jangka panjang maupun jangka pendek. Ini
adalah cara terbaik untuk membantu mereka mendapatkan tempat
yang dibutuhkan, selalu siap mendengar penjelasan pasien dengan
seksama.
2. Pelajari tentang resiko Infeksi
Pasien kanker yang menjalani kemoterapi memiliki risiko infeksi
yang besar. Ini dikarenakan perawatan tersebut membunuh sel
darah putih yang melawan infeksi bersama sel kanker. Pasien
dengan kanker darah leukimia juga memiliki risiko infeksi lebih
besar karena sel darah putih yang diproduksi di sumsum tulang
tidak matang dengan baik.
3. Terus mengawasi Perawatan
Jika anggota keluarga menjalani kemoterapi dan medapatakan
garis penting untuk mengganti pembalut yang menutupi jalurnya
dengan tepat. Pastikan ini tidak basah karena pasien bisa beresiko
infeksi
4. Menjaga Perawatan
Bantulah kelola efek samping kemoterapi. Anda bisa membatu
membuat perawatan kemoterapi agar lebih mudah diterima untuk
pasien. Caranya adalah dengan mengelola dan mengantisipasi
efek samping seperti kurangnya nufsu makan.
5. Temukan cara kreatif untuk memotivasi anggota keluarga
Cobalah untuk menentukan cara yang kreatif agar membuat
pasien tetap termotovasi. Ini bisa membantu mempertahankan
kekuatan dan daya tahan mereka serta meningkatkan suasana hati.

8
6. Merencanakan rawat inap
Merawat anggota keluarga dengan kanker seperti leukimia sering
kali menjadi sebuah upaya jangka panjang para pasien biasnya
harus menghadapi masa perawatan dan tinggal dirumah sakit
untuk waktu yang lama karena itu, bicarakan tentang apa yang
bisa membuatnya tetap nyaman dirumah sakit seperti benda-benda
tertentu dan bisa membawakannya foto keluarga atau
lembar,leptop,tablet,buku,hingga permainan kesukaannya.
7. Penanganan Leukimia
a. Transplantasi Sumsum Tulang
Salah satu cara untuk menangani penyakit leukimia adalah dengan
transplantasi sumsum tulang atau sel punca. Prosedur ini dilakukan
dengan cara memasukkan sel induk darah sehat ke dalam tubuh
penerima,sehingga dapat mengembalikan fungsi sumsum tulang
dalam memproduksi sel darah sehat.
1) Tujuan transplantasi Sumsum tulang
a) Memperbarui sumsum tulang yang rusak atau hancur
b) Menyediakan sel induk darah baru yang dapat membantu
membunuh sel kanker secara langsung.
c) Menjaga kondisi dan mengembalikan fungsi normal
sumsum tulang setelah pasien menjalani pengobatan dengan
kemoterapi atau radioterapi.
d) Mencegah kerusakan sumsum tulang yang lebih parah
akibat penyakit genetik
2) Indikasi Transplantasi sumsum tulang
a) Anemia aplastik
b) Thalasemia
c) Sindrom mielodisplasia
d) Leukimia
e) Limfoma
f) Multiple myeloma

9
g) Congenital neutropenia (suatu penyakit keturunan yang
menyebabkan infeksi berulang)
3) Persiapan Sebelum transplantasi sumsum tulang
a) Persiapan bagi Pasien
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan pasien atau
resipien sebelum proses transplantasi, antara lain :
1 Berdiskusi dengan dokter. Dokter akan menjelaskan
tentang proses transplantasi,serta efek samping dan
risiko komplikasi yang mungkin dialami pasien setelah
menjalani prosedur transplantasi,
2 Pasien akan menjalani serangkaian tes dan prosedur
pra-transplantasi untuk diperiksa status dan kondisi
kesehatannya secara keseluruhan,serta dipastikan
bahwa fisiknya siap untuk menjalani transplantasi.
Proses evaluasi ini berlangsung selama beberapa hari
atau lebih.
3 Setelah seluruh tes pemeriksaan dilakukan dan pasien
dinyatakan siap menjalani transplantasi sumsum
tulang,dokter akan memasukkan selang tipis panjang ke
dalam pembuluh vena besar di dada atau leher pasien
(kateter vena sentral). Kateter ini akan berada ditubuh
pasien selama pasien menjalani perawatan yang
digunakan untuk memasukkan sel punca darah,serta
obat-obattan dan tranpusi darah yang diperlukan.
b) Persiapan bagi Pendonor
Transplantasi sumsum tulang dilakukan dengan metode
allogeneic,maka ada beberapa persiapan yang perlu
dilakukan oleh pendonor, antara lain :
1. Dokter akan menjelaskan prosedur donasi sumsum
tulang dan risiko komplikasi yang mungkin muncul
kepada donor.

10
2. Donor akan menjalani tes HLA (human leukocyte
antigen) untuk mengidentifikasi kecocokan sel antara
donor dan penerima.
3. Jika tes HLA menunjukkan adanya kecocokan, maka
donor akan menjalani tes tambahan untuk memastikan
bahwa donor tidak memiliki penyakit genetik atau
penyakit yang dapat ditularkan kepada penerima.
4. Setelah donor dinyatakan cocok,maka donor akan
menjalani proses pengambilan sel induk darah
4) Prosedur Transplantasi Sumsum tulang
a) Pengambilan sel induk darah untuk transplantasi. Setelah
pasien melalui tahap pemeriksaan,sel induk darah akan
diambil,disimpan,dan diberi pengawet untuk nantinya
digunakan dalam transplantasi. Ada tiga cara dalam
pengambilan sel induk darah, baik yang diperoleh dari
pasien itu sendiri (autologus) atau dari donor (allogenic),
yaitu:
I dari darah (apheresis). prosedur ini dilakukan
dengan memisahkan sel induk yang ada di dalam
aliran darah dengan menggunakan mesin yang
dinamakan mesin apheresis. prosedur ini umumnya
berlangsung selama 3 jam dan dapat dilakukan
berulang. berikut adalah langkah-langkah prosedur
apharesis:
a. dokter akan memberikan obatobatan yang
merangsang produksi sel induk darah,
sehingga jumlah sel induk dalam darah
meningkat. obat-obatan diberikan dalam
bentuk suntikan selama 4 hari berturut-turut

11
b. pada hari ke-5, dokter akan melakukan tes
darah untuk memeriksa jumlah sel induk
dalam sirkulasi darah pasien.
c. jika jumlah sel induk darah cukup, maka
mesin apheresis akan dihubungkan dengan
pembuluh darah pasien
d. melalui mesin ini, darah pasien akan disaring
dan dipisahkan antara sel induk dengan
komponen darah lainnya. darah yang telah
dipisahkan akan dikembalikan ke dalam
tubuh
II dari sumsum tulang (bone marro harvest). metode
lain pengambilan sel induk darah dengan jarum
suntik khusus melalui tulang panggul. langkah-
langkah pengambilan sel inuk dari sumsum tulang,
yaitu:
a. pasien akan dibaringkan dengan posisi
tengkurap
b. dokter akan memasukkan jarum suntik
khusus melalui kulit yang menembus tulang
panggul ke dalam rongga sumsum tulang
c. dokter akan menyedot darah dan sel induk
darah dengan jarum suntik tersebut
d. setelah proseur selesai, dokter akan menutup
area suntikan dengan perban
5) Proses Transplantasi
Setelah proses persiapan,pasien akan diberi beberapa hari untuk
beristrahat sebelum menjalani proses transplantasi. Beberapa hal
yang akan dilakukan selama proses transplantasi :
a. Dokter akan memberi obat-obattan kepada pasien penerima
sel induk melalui infus,untuk mengurangi resiko efek

12
samping dari pengawet yang digunakan untuk melindungi
sel induk saat diawetkan
b. Dokter akan mencairkan sel induk tersebut dengan
dihangatkan
c. Setelah sel induk cair dan siap digunakan,dokter akan
memasukka sel induk darah melalui kateter vena sentral
secara perlahan. Proses ini umumnya berlangsung selama
beberapa jam. Pasien akan menjalani proses transplantasi
sumsum tulang dalam keadaan sadar,namun pasien tidak
akan merasakan sakit.
b. Radiasi
Terapi radiasi umumnya menggunakan sinar-X atau sinar berenergi
tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Sebelum prosesnya dimulai. Anda akan diminta
untuk berbaring di atas permukaan datar. Kemudian sebuah mesin
besar akan mengarahkan radiasi ke titik-titik tertentu pada tubuh anda.
c. Kemoterapi
Kebanyakan kasus kanker darah ditangani dengan kemoterapi untuk
membunuh sel kanker yang menggoroti tubuh pasien. Bentuk
kemoterapi pun bisa berupa obat kemoterapi minum atau di suntikkan
lewat infus.
d. Terapi target
Tidak jauh beda dengan kemoterapi. Terapi target menggunakan obat
tambahan lainnya untuk membantu tubuh menyerang sel kanker.
Bedanya, terapi ini lebih spesifik tertuju pada bagian tubuh yang
banyak terdapat sel kanker. Salah satunya, obat imatinib (Gleevec)
dapat menghentikan aktifitas protein pada sel kanker sehingga
penyebarannya dapat dicegah.
e. Imunoterapi
Imunoterapi berfungsi untuk membantu memancing sistem imun
tubuh anda untuk melawan sel kanker. Mudahnya begini, anda akan

13
diberikan obat-obatan tertentu yang fungsinya untuk menguatkan
sistem imun anda. Begitu sistem imun baru anda terbentuk dan lebih
kuat. Maka anda akan lebih mampu memerangi sel kanker yang
menggoroti tubuh anda.

14
BAB II
KASUS

A. SKENARIO KASUS

Tn A 32 tahun datang ke RSUD Toto Kabila dengan keluhan lemah, pucat,


mudah mimisan.pada pemeriksaan tidak di dapat pembesaran abdomen. Hasil lab
di dapatkan HB 8,7 gr/dl, leukosit 115.000/mmk, trombosit 100.000/mmk.klien
mengatakan tidak ada nafsu makan dan berat badan menurun 4 kg dari BB
sebelumnya 55 kg,keluarga mengatakan anaknya sering masuk rumah sakit
dengan keluhan yang sama. keluarga mengatakan sedih karena dokter mengatakan
hidup anaknya tidak lama lagi karena sudah masuk ke stadium lanjut tapi klien
tidak mengetahui hal tersebut hanya keluarga saja yang mengetahuinya.

B. KATA KUNCI
1. Lemah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) yaitu (1) tidak
kuat; tidak bertenaga: badanya karena baru sembuh dari sakit.
2. Pucat
Pucat adalah kondisi dimana ketika tubuh kita tidak mendapatkan
cukup oksigen atau kekurangan sel darah merah, hal inilah yang
menyebabkan akan berubah warna menjadi pucat. Pucat ini sendiri tidak
hanya terlihat dari wajah, tapi juga dapat di lihat dari tubuh lain seperti
tangan, lidah dan konjingtiva.
3. Mimisan
Mimisan adalah pendarahan yang terjadi dari hidung. Darah dapat
keluar dari salah satu atau kedua lubang hidung dengan durasi yang
berbeda-beda. Ada yang mengalaminya hanya selama beberapa detik, dan
ada yang lebih dari 10 menit. Mimisan dapat di sebabkan oleh berbagai

15
hal. Faktor pemicunya bisa berupa penggunaan obat-obatan, keturunan,
hingga penyakit.
4. Hb 8,7 gr/dl
Hemoglobin adalah molekul protein dalam sel darah merah yang
bertugas membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan
mengembalikan karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk di
keluarkan melalui pernapasan.
Penyebab kekurangan hemoglobin umumnya karena pendarahan
yang dapat berasal dari luka. Selain itu kekurangan kadar hemoglobin juga
dapat di sebabkan beberapa penyakit yang membuat produksi Hb atau sel
darah merah berkurang seperti Anemia, Kanker dsb.
5. Leukosit 115/mmk
6. Trombosit 100.000/mkk
7. BB munurun
8. Tidak nafsu makan
Nafsu makan merupakan suatu sistem pengaturan internal yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi di dalam tubuh.
Hilangnya nafsu makan normal akan menjadi masalah jika kondisi tersebut
terus berlanjut. Malnutrisi atau kurangnya makanan dan nutrisi yang
dibutuhkan tubuh adalah masalah serius utama kehilangan nafsu makan
jika berlangsung selama lebih dari beberapa minggu.
Akibat kurangnya nafsu makan, tubuh kekurangan nutrisi penting
untuk mengontrol gula darah. Untuk menangani nafsu makan menurun
adalah dengan mengetahui penyebabnya. Pada banyak kasus, hilangnya
nafsu makan disebabkan oleh penyakit, yang artinya kondisi tersebut
hanya berupa gejala dari sebuah penyakit.
Siapa yang menyangka bahwa nafsu makan menurun dapat
disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berbahaya yang ada di dalam
tubuh.

16
C. PERTANYAAN DAN JAWABAN
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Apa yang menyebabkan Sumsum tulang yang merupakan organ
menurunnya nafsu makan penghasil sel-sel darah menjadi tidak
dan berat beran pada terkendali ketika terkena leukimia, sel-sel
penderita leukimia ? darah yang diproduksi mayoritas sel
darah putih abnormal, hal ini akan
merugikan produksi sel-sel darah yang
lain, seperti sel darah merah dan
trombosit produksinya menurun, dan
tentu saja hal ini akan menimbulkan
gejala seperti menurunnya nafsu makan
dan berat badan. (https:// id.scrib.com)
2. Kenapa pada kasus Pada kasus leukimia, sel darah putih tidak
leukimia, dimana produksi merespon signal yang diberikan, dimana
sel darah putih yang melakukan produksi yang berlebihan
abnormal/berlebih tetapi tidak terkontrol yang kemudian keluar
daya tahan tubuh seorang dari sumsum tulang dan dapat ditemukan
itu semakin menurun. di dalam darah perifer atau darah tepi.
Bukannya fungsi sel darah Jumlah sel darah putih yang abnormal ini
putih sebagai antibody bila berlebihan malah dapat mengganggu
tubuh ? fungsi normal sel lainnya.
(https://id.scrib.com)
3. Kenapa pasien leukimia Mimisan yang terus menerus terjadi juga
sering mimisan? bisa menjadi gejala leukimia. Orang
dengan leukimia sering mengalami
memar dan juga mudah berdarah. Karena,
leukimia merupakan kanker sel darah
putih, yang menghambat darah putih
dalam melawan infeksi. Ketika seseorang

17
memiliki leukimia, sumsum tulangnya
tidak mampu memproduksi sel-sel darah
merah yang cukup dan trombosit untuk
memasok kebutuhan tubuh.
4. Apa hubungan penurunan Tubuh terus memproduksi sel-sel dari
trombosit dengan sumsum tulang. Produksi bisa berkurang
leukimia? disebabkan penyakit seperti leukimia dan
anemia yang mempengaruhi sumsum
tulang.

D. PENYIMPANGAN KDM
Faktor penyebab

Proliferasi leukosit

Peningkatan leukosit
Metabolisme Terpakainya zat
Peran sel darah normal nutrisi
meningkat
digantikan leukosit

gg. pada sumsum tulang


anoreksia

DEFISIT
sel darah merah menurun Trombosit menurun
NUTRISI
hemoglobin menurun faktor pembekuan darah
PERFUSI terganggu
JARINGAN suplai O2 ke jaringan tdak adekuat
PERIFER mudah pendarahan
TIDAK kelamahan
EFEKTIF epiktasis
INTOLERANSI AKTIVITAS
RESIKO INFEKSI

18
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
3. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme d.d berat badan
menurun, nafsu makan menurun.
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah
5. Ketidakmampuan koping keluarga d.d terlalu khawatir dengan anggota
keluarga

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
NO.
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Resiko Infeksi b.d Setelah di lakukan Pencegahan Infeksi
ketidakadekuatan intervensi keperawatan Observasi
pertahanan tubuh 3x24 jam, maka 1. Monitor dan gejala
sekunder Tingkat Infeksi infeksi lokal dan
Menurun. Dengan sistemik
kriteria Hasil:
Terapeutik
1. Kadal sel darah
2. Batasi jumlah
putih membaik.
pengunjung
2. Nafsu makan
3. Cuci tangan sebelum
meningkat
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan tehnik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi

Edukasi
5. Jelaskan tanda dan

19
gejala infeksi
6. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
7. Ajarkan etika batuk
8. Anjurkan cara
meningkatkan asupan
nutrisi
9. Anjurkan cara
meningkatkan asupan
cairan

Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu.

2. Perfusi jangan Setelah di lakukan Perawatan sirkulasi


tidak efektif b.d intervensi keperawatan 1. Observasi
penurunan 3x24 jam, maka perfusi a. Periksa sirkulasi
konsentrasi perfier meningkat. perifer (mis. Nadi
hemoglobin Dengan kriteria Hasil: perifer, edema,
1. Warna kulit pengisian kapiler,
pucat menurun warna, suhu,
2. Kelemahan otot anklebranchial
menurun index)
b. Identifikasi faktor
risiko gangguan
sirkulasi (mis.
Diabetes, perokok,
orang tua,
hipertensi dan
kadar kolesterol
tinggi)

20
c. Monitor panas,
kemerahan, nyeri
atau bengkak pada
ekstremitas
2. Terapeutik
a. Hindari
pemasangan infus
atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
c. Hindari penekanan
dan pemasangan
toutniquet pada
area yang cedera
d. Lakukan
pencegahan infeksi
e. Lakukan perawatan
kaki dan kuku
f. Lakukan hidrasi
3. Edukasi
a. Anjurkan berhenti
merokok
b. Anjurkan
berolahraga rutin
c. Anjurkan
mengecek air
mandi untuk

21
menghindari kulit
terbakar
d. Anjurkan
melakukan
perawatan kulit
yang tepat (mis.
Melebabkan kulit
kering pada kaki)
e. Anjurkan program
rehabilitasi
vaskuler
f. Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi (mis.
Rendah lemah
jenuh, minyak ikan
omega 3)
g. Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)
Manajemen sensasi
perifer
1. Obaservasi
a. Identifikasi

22
penyebab
perubahan sensasi
b. Identifikasi
penggunaan alat
pengikat, prostesis,
sepatu, dan pakaian
c. Periksa perbedaan
sensasi tajam dan
tumpul
d. Periksa perbedaan
sensai panas dan
dingin
e. Periksa
kemampuan
mengidentifikasi
lokasi dan tekstur
benda
f. Monitor terjadinya
parestesia, jika
perlu
g. Monitor perubahan
kulit
h. Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
2. Terapeutik
a. Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
(terlalu panas atau
dingin)

23
3. Edukasi
a. Anjurkan
penggunaan
termometer untuk
menguji suhu air
b. Anjurkan
penggunaan sarung
tangan termal saat
memasak
c. Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
b. Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid, jika
perlu

3. Defisit Nutrisi b.d Setelah di lakukan Manajemen Nutrisi


peningkatan intervensi keperawatan Observasi
kebutuhan 3x24 jam, Status 1. Indetifikasi status
metabolisme d.d Nutrisi Membaik. nutrisi
berat badan Dengan kriteria Hasil: 2. Identifikasi alergi dan
menurun, nafsu 1. Porsi makanan yang intoleransi makanan
makan menurun. di habiskan 3. Identifikasi makanan
meningkat yang di sukai
2. Berat badan 4. Monitor asupan

24
membaik makanan
3. Indeks masa tubuh 5. Monitor berat badan
(IMT) membaik 6. Monitor hasil
4. Frekuensi makan pemeriksaan
membaik laboratoritum
5. Nafsu makan Terapeutik
membaik 7. Lakukan Oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu.
8. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
9. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai.
10. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
11. Berikan makanan
tinggi kalori dan
protein.
12. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
13. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
14. Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
15. Kolaborsi pemberian
medikasi sebelum

25
makan (mis. Perdera
nyeri, antlemetik) jika
perlu
16. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan juemlah
kalori dan jenis
nutrien yang di
butuhkan, jika perlu.
4. Intoleransi Setelah di lakukan Manajemen Energi
aktivitas b.d intervensi keperawatan Observasi
kelemahan d.d 3x24 jam, maka 1. Identifikasi gangguan
merasa lemah Tolenransi Aktivitas fungsi tubuh yang
meningkat. Dengan menagkibatkan
kriteria Hasil: kelelahan.
1. Keluhan lemah 2. Monitor kelelahan
menurun fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam
tidur
4. Monitor lokasi
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas.

Terapeutik
5. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
6. Lakukan latihan
rentang gerak pasif

26
dan/atau aktif.
7. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan

Edukasi
8. Anjurkan tirah baring
9. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
10. Anjurkan
menguubungi perawat
jika tanda dan gelaja
kelelahan tidak
berkurang.

Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.

5. Ketidakmampuan Setelah di lakukan Dukungan koping


koping keluarga intervensi keperawatan keluarga
d.d terlalu 3x24 jam, Status Observasi
khawatir dengan koping keluarga 1. identifikasi beban
anggota keluarga Membaik. Dengan prognosis secara
kriteria Hasil: psikologis
1. kekhawatiran 2. Identifikasi pemahaman
tentang anggota tentang keputusan
keluarga perawatan stelah
menurun pulang.

27
3. identikasi kesesuaian
antara harapan
pasien, keluarga
dan tenaga
kesehatan
Terapeutik
1. dengarkan masalah,
perasaan, dan
pertanyaan
keluarga
2. diskusikan rencana
medis dan
perawatan
3. fasilitasi anggoata
keluarga melalui
proses kematian
dan berduka, jika
perlu.
4. hargai dan dukung
mekanisme koping
adaktif ynag di
gunakan.
5. berikan kesempatan
berkunjung bagi
anggota keluarga
Edukasi
1. informasikan kemajuan
pasien secara
berkala
2. informasikan fasilitas
perawatan

28
kesehatan yang
tersedia
Kolaborasi
1. rujuk untuk terapi
keluarga, jika perlu

29
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda, Hardhi kusuma ( 2016 ). Asuhan Keperawatan Praktis berdasarkan


Penerapan diagnosis NANDA NIC – NOC ,jilid 1, 2. Mediaction, Jakarta.

Anna Budi Keliat. SKP. Msc. 1994, Proses Keperawatan, EGC

Burton, J. L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Ed


1. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Ed


1. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Ed 1.


Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Nasional Indonesia

30

Anda mungkin juga menyukai