Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Besi di alam dapat ditemukan dalam 2 macam bentuk, yaitu dalam bentuk batuan
seperti batu besi merah, batu besi magnit dan lain lain. Dalam bentuk pasir seperti
pasir besi titan (mengandung oksida besi Fe3O4 yang bercampur dengan oksida
titan), pasir besi spat (Fe.CO3) atau yang disebut speroseiderit yang mengandung
40% besi bercampur dengan tanah liat. Dalam makalah ini kita akan membahas
mengenai pasir besi. Di Indonesia, pasir besi dapat ditemukan di Pulau Jawa
(Lumajang, Ciamis, Cilacap, Banten, Yogyakarta, dan Tasikmalaya), Aceh,
Sulawesi Utara (Minahasa Selatan), NTT(Kabupaten Manggarai), dan Bengkulu.
Pasir besi di pesisir pantai selatan ini sudah dikenal sejak tahun 1976. Pasir besi
yang berada di sepanjang pesisir selatan Kulonprogo ini sendiri merupakan pasir
besi yang istimewa karena tidak seperti pasir besi pada umumnya yang hanya
mengandung titanium, tetapi juga mengandung vanadium. Pasir besi yang
mengandung vanadium yang baik hanya ada di Meksiko dan di Indonesia terdapat
di Jogja. Vanadium sering dimanfaatkan untuk memproduksi logam tahan karat dan
peralatan yang digunakan dalam kecepatan tinggi. Foil vanadium digunakan
sebagai zat pengikat dalam melapisi titanium baja, seperti dalam pembuatan tank
anti roket atau pembuatan pesawat ulang alik. Vanadium memiliki sifat yang jika
terkena gesekan panas 2000 derajat celcius akan mencair. Oleh karena itu, pasir
besi di pesisir selatan dapat dikatakan emas hitam. Oleh sebab itu sangatlah penting
bagi kita sebagai mahasiswa teknik pertambangan untuk dapat mengenal dan
mendalami seluk beluk pasir besi sebagai aset penting di Indonesia demi kemajuan
bangsa.
B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada penyusunan makalah ini hanya pada pasir besi yang
proses penambangannya dilakukan di pesisir pantai. Pembatasan ini diperlukan agar
nantinya masalah yang dibahas tidak meluas.

1
C. Identifikasi Masalah
Dalam pembahasan makalah ini, identifikasi masalahnya terkait pada genesa pasir
besi, manajemen tambangnya, metode dan pengolahan pasir besi, serta ekonomi
mineralnya.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana keterjadian pasir besi di alam?
2. Bagaimana cara pengolahan pasir besi dan proses penambangannya?
3. Bagaimana keekonomisan pasir besi ini, hal ini terkait pada ekonomi mineral
4. Bagaimana manajemen tambangnya?
E. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara pengolahan dan penambangan pasir besi serta
penangannya dalam dunia pertambangan sehingga menjadi bernilai ekonomi.
2. Mengetahui ekonomi mineral dari pasir besi ini.
Manfaat penyusunan makalah ini adalah :
1. Sebagai sumbangan pengetahuan baik itu bagi penulis maupun pembaca
nantinya.
2. Sebagai tambahan sumber referensi tentang pasir besi ini.
3. Untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah ekonomi mineral jurusan
teknik pertambangan UNP

2
BAB II

ISI

A. Pasir Besi di Alam


Di Indonesia, pasir besi dapat ditemukan di Pulau Jawa (Lumajang, Ciamis,
Cilacap, Banten, Yogyakarta,dan Tasikmalaya), Aceh, Sulawesi Utara (Minahasa
Selatan), NTT(Kabupaten Manggarai), Sumatera Barat, dan Bengkulu. Biasanya
pasir besi terdapat di pesisir pantai. Pasir besi terjadi akibat adanya endapan.
Pembentukan pasir besi adalah merupakan hasil dari proses kimia dan fisika dari
batuanyang bersifat andesitik hingga basalitik. Pasir besi terbentuk secara kimia
dari adanya pelarutan yang kemudian berlanjut ke proses fisika, yaitu melalui
penghancuran batuan oleh arus air, pencucian secara berulang- ulang, pemindahan
karena ombak atau arus, dan terjadi pengendapan di sepanjang pesisir pantai yang
mengandung Fe(besi) yang menurut beberapa penilitian kandungan tersebut datang
dari batuan basalitik dan andesitik vulkanik. Kandungan pasir besi pada setiap
daerah tentu berbeda- beda. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, seperti :
1. Batuan induk, sebagai sumber untuk terbentuknya endapan pasir besi.
2. Faktor fisika dan kimia(suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawah
laut dan sungai sebagai media transportasi dan akumulasi material.)
3. Faktor topografi (kemiringan), berperanan penting tempat akumulasi pasir besi
Selain itu, potensi akan endapan pasir besi pada suatu daerah dapat ditentukan
dengan sebuah formula, yaitu

C = (L x t) x MD xSG
dengan,
C = Sumber daya dalam ton
L = Luas daerah pengaruh dalam m2
T = Tebal rata- rata endapan pasir besi dalam meter
MD = Presentase kemagnetan dalam persen
SG = Berat jenis dalam ton/m3

3
B. Genesa Pasir Besi
Pasir Besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi (magnetit),
yang terdapat di sepanjang pantai, terbentuk karena proses penghancuran oleh
cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal yang mengandung
mineral besi seperti magnetit, ilmenit, oksida besi, kemudian terakumulasi serta
tercuci oleh gelombang air laut. Menurut N. Suwarna, dkk (1990) urutan
pembentukan batuan pada daerah kandungan pasir besi terdiri atas batuan tua
berumur Miosen Awal yang dideskripsikan breksi, warna kelabu tua-kelabu muda,
komponen andesit, basal, berukuran 0,5 –5cm, lava, andesit-basal, sebagian terker
sikan, terkalsitkan dan terkhloritkan, kekar lapis, endapan pasir besi ada yang
bersifat sebagai endapan darat dan endapan Teras pantai. Endapan teras pantai
secara tidak selaras menumpangi satuan lebih tua, terdiri dari sisipan konglomerat
dan batu pasir kasar agak sedikit karbonatan, umur Holosen. Endapan Aluvial dan
endapan pantai Terdiri dari material rombakan sungai karena pengangkatan terdiri
dari kerikil, kerakal dan pasir, terutama terjadi pada sungai besar dekat pantai
berupa endapan teras. Pembentukan endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa
dibandingkan dengan mineralisasi logam lainnya yang umum terdapat.
Pembentukan pasir besi adalah merupakan produk dari proses kimia dan fisika dari
batuan berkomposisi menengah hingga basa atau dari batuan bersifat andesitik
hingga basaltik. Proses ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari proses kimia
dan fisika.Di daerah pantai, endapan pasir pantai di perkirakan berasal dari
akumulasi hasil desintegrasi kimia dan fisika seperti adanya pelarutan,
penghancuran batuan oleh arus air, pencucian secara berulang-ulang, transportasi
dan pengendapan. Menurut Subandoro dan Pudjowaluyo (1972) endapan pasir
besi seperti pada Pulau Flores secara umum terletak pada busur batuan vulkano-
plutonik yang masih mirip dengan Pulau Jawa dimana endapan besi mengandung
titan ditemukan sepanjang pantai selatan. Agaknya batuan volkanik adalah
merupakan sumber utama pasir besi pantai yang ada sekarang. Keterjadian endapan
pasir besi di sepanjang pantai diperkirakan terjadi karena proses pelindihan,
transportasi dan akumulasi serta pengendapan. Kebutuhan bahan baku besi dalam
industri alat berat seperti industri baja /konstruksi, otomotif serta industri alat berat
lainnya pada tahun-tahun terakhir ini permintaannya meningkat secara tajam. Besi

4
sebagai salah satu bahan baku utama dalam industri baja dan industri alat berat
lainnya di Indonesia, keberadaannya akhir-akhir ini memiliki peranan yang sangat
penting. Potensi sebarannya luas dan banyak di berbagai pulau di Indonesia, seperti
di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, kawasan Nusatenggara, Kepulauan
Maluku ~ Papua. Sejauh ini kegiatan eksplorasi dan inventarisasi berkaitan dengan
endapan besi tersebut belum dilakukan secara menyeluruh, dan sistimatis.
Keterdapatan /keterjadian endapan besi dapat dikelompokan menjadi tiga jenis.
Pertama endapan bijih besi primer, terjadi karena proses hidrotermal, kedua
endapan besi laterit terbentuk akibat proses pelapukan dan ketiga endapan besi
sekunder ( pasir besi) Â adalah merupakan kelompok mineral rombakan. Untuk
mengetahui pembentukan pasir besi dilakukan dengan metoda pemetaan
permukaan. Pemetaan permukaan dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
hubungan antara geologi yang ada dengan pembentukan endapan pasir besi di
daerah tersebut. Pengukuran dengan teodolit jenis TO dilakukan untuk membuat
baseline dan crossline titik-titik pemboran. Penentuan posisi titik pertama dalam
pengukuran referensinya adalah dengan data GPS. Pemboran dilakukan pada
daerah pantai yang mengandung pasir besi dengan interval panjang (baseline) 400
meter dan lebar (crossline) 200 meter. Pekerjaan pemboran dilakukan dengan
menggunakan bor tangan (hand auger) jenis “Doomer” yang dilengkapi dengan
casing berdiameter 2,5 inchi. Proses separasi magnetik dilakukan dengan metode
increment. Hasil dari increment dipergunakan untuk menentukan nilai MD. Â Nilai
magnetic degree (MD) diperoleh dari hasil pengukuran berat konsentrat dibagi
berat asal dikalikan 100% . Sedangkan untuk mengetahui komposisi dan kadar tiap
mineral didalam pasir besi dilakukan analisa unsur Fe2O3, Fetotal, TiO2 dan H2O
terhadap sampel yang sudah menjadi konsentrat. Endapan pasir besi yang
dimasukan ke dalam perhitungan sumber daya terukur mempunyai MD > 7%. Total
sumber daya terukur  dihitung dengan cara menjumlahkan sumber daya tiap
lubang bor.

5
C. Metode dan Proses Penambangan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan
galian (mineral,batubara, panas bumi, migas,dll).Proses penambangan pasir besi
tidak menggunakan bahan kimia. Cara pengambilan pasir besi dilakukan dengan
proses magnetit. Setiap tahun, area kerja penambangan pasir besi berpindah-
pindah. Setiap pemindahan, selalu dilakukan reklamasi pada lahan yag pernah
digali. Penggalian pasir dilakukan sedalam 3 meter hingga 6 meter dalam area kerja
yang dibebaskan dengan konpensasi layak selama 1 tahun. Setelah Fe diambil,
pasir atau tanah yang tidak mengandung Fe (80%-90%) direklamasi atau
dikembalikan lagi. Meskipun sudah ada aturan untuk melakukan proses reklamasi
agar keadaan alam tetap seimbangm, masih banyak perusahaan- perusahaan
tambang pasir besi yang tidak melakukannya. Hal ini bisa terjadi karena beberapa
hal, seperti :
1. Adanya kepentingan ekonomi dan politik beberapa pihak
2. Penegakkan hukum yang kurang tegas
3. Aturan yang dibuat seringkali mengabaikan faktor lingkungan
Pertambangan pasir besi memiliki beberapa dampak buruk, seperti :
1. Terjadi kerusakan pada lahan bekas tambang
2. Merusakan pada lahan perkebunan dan pertanian
3. Wilayah hutan menjadi kawasan pertambangan
4. Dalam jangka panjang, tanah akan susah dikembalikan lagi ke fungsi awalnya
5. Pencemaran tanah, air dan udara
6. Merusak tambak dan terumbu karang di pesisir pantai
7. Hilangnya sebagian keanekaragamanhayati
8. Air tambang asam yang beracun jika dialirkan ke sungai dan masuk ke laut
akan mengganggu eksosistem didalamnya.
Metode penambangan untuk pasir besi ini bisa dikategorikan pada tambang
terbuka. Penambangan dengan cara open pit biasanya dilakukan untuk endapan
bijih atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau daerah lembah. Tanah akan
digali ke bagian bawah sehingga akan membentuk cekungan atau pit. Cara

6
pengangkutan pada open pit tergantung dari kedalaman endapan dan topografinya.
Pada dasarnya cara pengangkutannya ada 2 (dua) macam, yaitu :
1. Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau peledakan
diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip dump type rail cars, dan
sebagainya, langsung dari tempat penggalian ke tempat dumping dengan
menelusuri tebing-tebing sepanjang bukit.
2. Cara inkonvensional atau cara tak langsung adalah cara pengangkutan hasil
galian / peledakan ke tempat dumping dengan menggunakan cara kombinasi
alat-alat angkut. Misalnya dari permuka/medan kerja (front) ke tempat crusher
digunakan truk, dan selanjutnya melalui ore pass ke loading point; dari sini
diangkut ke ore bin dengan memakai belt conveyor, dan akhirnya diangkut ke
luar tambang dengan cage.
Untuk mineral jenis ini yaitu pasir besi metode penambangannya yang lebih rinci
dinamakan alluvial mine. Tambang aluvial adalah tambang terbuka yang
diterapkan untuk menambang endapan-endapan alluvial, misalnya tambang bijih
timah, pasir besi, emas dll. Berdasarkan cara penggaliannya, maka alluvial mine
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Tambang Semprot (Hydraulicking).
Pada tambang semprot penggalian endapan alluvial dilakukan dengan
menggunakan semprotan air yang bertekanan tinggi yang berasal dari
penyemprotan yang disebut monitor atau water jet atau giant. Tekanan aliran
air yang dihasilkan oleh monitor dapat diatur sesuai dengan keadaan material
yang akan digali atau disemprot yang biasanya bisa mencapai tekanan sampai
10 atm. Untuk memperbesar produksi biasanya : Digunakan lebih dari satu
monitor, baik bekerja sendiri-sendiri atau bersama di satu permuka kerja,
Monitor dibantu dengan alat mekanis seperti back hoe atau buldoser. Untuk
mengangkut material hasil galian atau semprotan ke instalasi pengolahan
digunakan air yang digerakkan dengan pompa. Jadi jika digunakan cara
penambangan tambang semprot harus tersedia cukup air, baik untuk sperasi
penambangan maupun untuk proses pengolahannya (konsentrasi).

7
2. Penambangan dengan Kapal Keruk (Dredging).
Penambangan dengan kapal keruk (MGM = Mesin Gali Mangkok) ini
digunakan bila endapan yang akan digali terletak di bawah permukaan air,
misalnya di lepas pantai, sungai danau atau dia suatu lembah dimana tersedia
banyak air. Berdasarkan macam alat-galinya, maka kapal keruk yang
digunakan untuk penambangan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :Multi
bucket dredge yaitu kapal keruk yang alat-galinya berupa rangkaian mangkok
(bucket), Cutter suction dredge, yaitu kapal keruk dengan alat-gali berupa pisau
pemotong yang menyerupai bentuk mahkota, Bucket wheel dredge, yaitu kapal
keruk yang dilengkapi dengan timba yang berputar (bucket wheel) sebagai alat-
gali. Sistem penggalian dengan kapal keruk dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu :Sistem tangga (benches), yaitu cara pengerukan dengan
membuat atau membentuk tangga atau jenjang (benches), Sistem tekan, yaitu
cara pengerukan dengan menekan tangga (ladder) sampai pada kedalaman
yang dikehendaki, kemudian maju secara bertahap tanpa membentuk tangga.
Sistem kombinasi, yaitu merupakan gabungan dari cara atau sistem tangga
dengan sistem tekan. Biasanya sistem tangga dipakai untuk menggalikan tanah
penutup, sedangkan sistem tekan untuk menggali endapan bijihnya.
3. Manual mining method.
Manual method atau penambangan secara sederhana adalah penambangan yang
menggunakan tanaga manusia atau hampir tidak menggunakan tenaga masin
atau alat mekanis. Cara ini biasanya dilakukan oleh rakyat setempat atau
kontraktor kecil untuk menambang endapan yang Ukuran atau jumlah
cadangannya tidak besar. Letaknya tersebar dan terpencil. Tetapi endapannya
cukup kaya. Alat-alat konsetrasi yang biasanya digunakan pada manual method
ialah : Pan / batea / dulang. Rocker (craddle), Sluice box.

8
D. Manajemen Tambang
1. EKSPLORASI
Tatacara eksplorasi pasir besi meliputi urutan kegiatan eksplorasi pasir
besi mulai dari kegiatan sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan
dan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan untuk mengetahui potensi pasir
besi.
- Kegiatan Sebelum Pekerjaan Lapangan
a. Studi Literatur yang dilakukan meliputi: pengumpulan dan
pengolahan data serta laporan kegiatan sebelumnya.
b. Studi Penginderaan Jarak Jauh dengan jenis data yang dapat
digunakan dalam studi ini meliputi : data Citra Landsat MSS TM/
Tematic mapper, SLAR, Spot image dan foto udara. Dengan data
penginderaan jarak jauh ini dapat dilakukan interpretasi gejala–gejala
geologi yang berguna sebagai acuan dalam eksplorasi pasir besi.
c. Studi Geofisika dengan data yang digunakan dalam studi ini
merupakan data geofisika berupa anomali kemagnetan.
d. Persiapan dan Penyediaan Peralatan Lapangan untuk pekerjaan
lapangan antara lain: peta dasar topografi dan peta geologi, alat bor
tangan, alat ukur topografi, palu geologi, kompas geologi, loupe, alat
tulis, magnetik pen, susceptibility meter, Global Positioning System
(G.P.S.), kamera, alat gali, pita ukur, alat preparasi conto, kantong
conto dan peralatan keselamatan kerja.
- Kegiatan Pekerjaan Lapangan
a. Pemetaan Geologi dalam penyelidikan pasir besi meliputi pemetaan
batas pasir pantai dengan litologi lainnya, sehingga dapat diperoleh
gambaran sebaran endapan pasir besi.
b. Pengukuran Topografi dilakukan untuk menggambarkan
morfologi pantai dan perencanaan penempatan titik-titik lokasi
pemboran dan sumur uji serta lintasan geofisika. Urutan kegiatan
yang dilakukan dalam pengukuran topografi adalah Penentuan
koordinat titik awal pengukuran pada punggungan sand dune,
Pembuatan garis sumbu utama (base line) dan Pengukuran siku-siku

9
untuk garis lintang (cross line). Garis sumbu utama diusahakan
searah dengan garis pantai dan garis-garis lintang yang
merupakan tempat kedudukan titik bor, arahnya dibuat tegak
lurus terhadap sumbu utama dengan interval jarak tertentu.
c. Geofisika (Geomagnetik) metoda geofisika yang digunakan dalam
studi ini adalah metoda geomagnetik yang meliputi: aeromagnetic
dan groundmagnetic, namun jarang diterapkan. Tujuan dari
penerapan metode ini adalah untuk mencari sebaran anomali
magnetik daerah pantai yang dieksplorasi.
d. Pemboran ini dimaksudkan untuk mengambil conto-conto pasir besi
pantai baik yang ada diatas permukaan laut maupun yang berada
dibawahnya. Pekerjaan pemboran pasir besi dilakukan dengan
menggunakan bor dangkal baik yang bersifat manual (Doormer)
maupun bersifat semi mekanis . Kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut: Penentuan lokasi titik bor, Setting alat bor,
Pembuatan lubang awal dilakukan dengan menggunakan mata bor
jenis Ivan sampai batas permukaan air tanah, Setelah menembus
lapisan air tanah, pemboran dilakukan dengan menggunakan casing
yang didalamnya dipasang bailer, Pemboran dihentikan sampai batas
batuan dasar, Pengambilan conto pasir besi yang terletak di atas
permukaan air tanah diambil dengan sendok pasir (sand auger)
jenis Ivan berdiameter 2,5 inchi, sedangkan conto pasir yang
berada di bawah permukaan air tanah dan bawah permukaan air laut
diambil dengan bailer yang dilengkapi ball valve. Conto-conto
diambil untuk setiap kedalaman 1,5 meter atau setiap satu meter dan
dibedakan antara conto dari horizon A, conto horizon B dan conto
dari horizon C. Pola pemboran dan interval titik bor yang digunakan
pada pekerjaan ini disesuikan dengan tahapan survei, sebagai contoh
pada tahapan eksplorasi rinci digunakan pola pemboran dengan
interval 100 m x 20 m (Gambar 2).
e. Pembuatan Sumur Uji, pada umumnya dilakukan pada pasir besi
undak tua yang telah mengalami kompaksi. Kegiatan ini dimaksudkan

10
untuk mengambil conto-conto pasir besi pantai sampai pada
kedalaman tertentu sampai mencapai permukaan air dan untuk
mengetahui profil/penampang tegak perlapisan pasir besi.
f. Preparasi Conto, proses preparasi di lapangan untuk conto bor dan
sumur uji dapat dilakukan dengan dua metoda, yaitu: increment atau
Riffle splitter. Conto yang diambil harus homogen dari setiap interval
kedalaman. Dengan pengambilan yang cukup representatif akan
menjamin ketelitian dalam analisa kimia, perhitungan sumber daya
atau cadangan dari endapan pasir besi pantai. Pengambilan conto-
conto tersebut didasari oleh prosedur baku dalam eksplorasi endapan
pasir besi pantai.
g. Penentuan Persentase Kemagnetan (MD), diawali dengan
pemisahan mineral magnetik dengan non-magnetik
h. Penentuan Berat Jenis insitu
2. Kegiatan Setelah Pekerjaan Lapangan
a. Analisa Laboratorium dilakukan conto-conto setelah
dikumpulkan Pekerjaan analisa laboratorium meliputi analisa kimia
dan fisika. Analisa kimia dilakukan terhadap conto individu
untuk mengetahui kandungan unsur dalam konsentrat, antara lain:
Fetotal (FeO dan Fe2O3, Fe3O4) dan Titan. Analisa kimia dapat
dilakukan dengan beberapa metoda, antara lain AAS, volumetrik,
XRF dan ICP. Analisa fisika yang dilakukan antara lain analisa
mineral butir, analisa ayak, analisa sifat magnetik dan berat jenis.
Analisa mineral butir dilakukan untuk mengetahui jenis dan persen
berat mineral baik untuk fraksi magnetik maupun nonmagnetik
Conto yang dianalisa mineral butir berasal dari conto komposit, yang
mewakili wilayah/ blok pemboran. Analisa ayak dimaksudkan
untuk mengetahui ukuran butiran pasir besi yang dominan.
Analisa ayak dilakukan terhadap conto pilihan berasal dari
bagian-bagian blok interval dalam bentuk conto komposit berat
500 gram.

11
b. Pengolahan Data dari hasil pengamatan dan analisa laboratorium
diolah dan ditafsirkan secara seksama untuk memberikan
gambaran tentang kondisi geologi daerah penelitian yang
berkembang dari aspek genetik, posisi, hubungan serta distribusinya.
- Tahapan Eksplorasi
3. Penyelidikan Umum adalah tahapan eksplorasi untuk mengidentifikasi
daerah potensial keterdapatan pasir besi pada skala regional terutama
berdasarkan hasil studi geologi regional dan analisa penginderaan jarak jauh.
Pada tahapan ini juga dilakukan pekerjaan pemboran sejajar pantai secara
acak disertai pengambilan conto dan pembuatan sumur – sumur uji apabila
diperlukan.
4. Eksplorasi adalah tahapan lanjutan setelah penyelidikan umum. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sumber daya endapan pasir besi secara rinci.

E. Pengolahan Mineral
Kegunaan pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak
dimanfaatkan pada industri semen. Selain itu manfaat dan kegunaan pasir besi
adalah bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada mesin fotokopi dan tinta laser,
bahan utama untuk pita kaset, pewarna serta campuran (filter) untuk cat, bahan
dasar untuk industri magnet permanent. Secara umum pasir besi terdiri dari mineral
opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti,
kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut
terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematite.
Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting, merupakan ubahan dari
magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik
dan andesitik volkanik. Indonesia sebenarnya memiliki jumlah cadangan pasir besi
dalam bentuk pasir besi titan yang termasuk banyak di daerah Jawa Tengah dan
Yogyakarta. Besar cadangan yang terukur sampai saat ini adalah kurang lebih 230
juta ton dengan perkiraan masih lebih banyak lagi cadangan pasir besi yang belum
tereksplorasi. Selama ini pasir besi titan yang didapatkan di Jawa Tengah dan
Yogyakarta hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku tambahan untuk proses
manufaktur semen di Jawa dan Sumatera. Sedangkan untuk produksi baja, pihak

12
lokal harus mengimpor bahan baku dari luar negeri secara keseluruhan. Dengan
meningkatnya kebutuhan akan produk berbasis besi-baja akhir-akhir ini, sudah
semestinya kita mulai melirik pasir besi titan asal negeri kita sendiri sebagai bahan
baku produksi besi-baja di Indonesia.Proses pengolahan pasir besi berbeda dengan
proses pengolahan besi biasa yang menggunakan tanur tinggi (blast furnace). Hal
ini dikarenakan adanya logam ikutan berupa berupa titanium dalam jumlah yang
besar. Logam titanium ini mengakibatkan terak yang terbentuk menjadi sangat
kental. Hal inilah yang menjadi hambatan operasional bagi pabrik-pabrik yang
ingin memanfaatkan pasir besi titan sebagai bahan baku produksinya, seperti PT.
Krakatau Steel yang mesin-mesinnya tidak cocok untuk menghadapi kendala
semacam ini. Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul, dibutuhkan
pencarian atas proses yang tepat dan teruji serta efisien agar pasir besi titan yang
ada dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebagai acuan, digunakan proses SL/RN
yang telah digunakan secara komersial dan dimodifikasi oleh New Zealand Steel,
Ltd. Dari proses yang ada ini, akan dilakukan perubahan-perubahan dan
penyempurnaan-penyempurnaan sehingga didapatkan proses yang lebih sesuai
dengan kondisi Indonesia.Penelitian dilakukan pada beberapa tahap, di antaranya
adalah tahap benefisiasi dan optimalisasi reduksi serta perolehan besi dan logam
ikutan seperti titanium dan vanadium. Produk-produk akhir yang didapat adalah
pigmen TiO2, logam titanium dan Ferro Vanadium.
a. Pasir Besi Titian
Pasir besi titan asal Indonesia yang didapatkan di Jawa Tengah dan Yogyakarta
berasal dari pelapukan batuan-batuan andesit yang dibawa oleh aliran sungai dan
diendapkan di pantai oleh bantuan dari gelombang laut. Hasil analisis mineral :
Melalui analisa Petrografi :
 Mineral bijih tersusun atas : Magnetit (Fe3O4), Hematit (Fe2O3), Ilmenit
(FeTiO3)
 Mineral bukan bijih tersusun atas : Hypersthene, Albit, Augit, Biotit, Kwarsa
Hasil analisa kimia didapat dalam bentuk persentase komponen-komponen yang
menyusunnya. Dari hasil analisa ayak juga dapat diketahui persentase berat masing-
masing komponen dalam ukuran-ukuran tertentu.

13
b. Proses pemisahan Besi Titian Secara Fisis
Sumber gangguan dari bijih pasir besi ini berupa titanium yang diusahakan
untuk dipisahkan agar pasir besi dapat diolah secara konvensional. Dengan
menggunakan suatu alat bernama EPMA (Electron Probe Micro Analyzer),
didapat gambar citra EPMA dari pasir besi. Dari gambar dapat terlihat
keberadaan jala-jala dengan lebar 6-12 mikron yang berisi unsur-unsur titan
dengan Fe yang tersebar secara merata.

Mesin EPMA (Electron Probe Micro Analyzer.


Dengan digerus hingga 1000 mesh, titan akan terbebas dari besi sehingga
pemisahan menggunakan metode magnetik separator dapat berjalan baik.
Secara teori, pemisahan secara fisis antara besi dan titanium dapat dilakukan,
tetapi secara praktis terlalu mahal dan sulit dikerjakan

Magnetic Separator

c. Proses SL/RN (NEW ZEALAND STEEL , LTD.)


Karena proses untuk memisahkan besi dan titanium secara fisis sulit dilakukan,
maka ditempuhlah jalan lain berupa metode kimia, yakni dengan jalur reduksi
dan peleburan. New Zealand Steel, Ltd. Merupakan perusahaan satu-satunya

14
yang berhasil melakukan peleburan pasir besi titan secara komersial dengan
cara memodifikasi proses SL/RN.

Gambar 4.1 Diagram Alir Modifikasi Proses SL/ RN ( New Zealand.Ltd)


Modifikasi yang dilakukan pada diagram di atas berupa penambahan langkah
pra-reduksi dengan memanfaatkan gas terbang (volatile meter) dari batubara.
Dari proses yang ditambahkan ini membuat TiO2 yang terbentuk di dalam terak
mudah dikeluarkan dari dalam dapur/melter. Hal ini dikarenakan temperatur
dalam dapur sangat tinggi, yaitu kurang lebih 1700oC.

d. KEMUNGKINAN IMPROVISASI PROSES SL/RN


Proses yang dilakukan New Zealand Steel, Ltd. ini bukannya tanpa
kekurangan. Proses ini masih belum sempurna. Terdapat kekurangan dan
kelebihan dlam proses ini. Kekurangan yang kentara adalah :
- Penggunaan batu bara khusus yang sulit didapatkan, sangat reaktif dan
temperatur fusion tinggi.
- Batubara yang berlebih dari umpan yang masuk Melter akan terbakar
percuma.
- Sensible heat dan chemical heat yang keluar dari Melter belum
dimanfaatkan.
- Ketergantungan elektroda grafit impor.

15
Proses ini memiliki keuntungan berupa tidak diperlukannya preparasi terlebih
dahulu dari bijih besi sebagai bahan baku, seperti digerus atau
diaglomerasikan/pelletasi. Dari proses-proses yang dijelaskan di atas,
dilakukan improvisasi dan modifikasi untuk memproses pasir besi titan dari
Yogyakarta yang secara komposisi kimia hampir sama dengan pasir besi titan
dari New Zealand. Penyempurnaan yang dilakukan adalah pada tahap-tahap
berikut :
- Reduksi
Pada tahap ini diperlakukan proses aglomerasi/pelletasi bijih dengan cara
mencampur bubuk batubara dengan ukuran yang sama. Dengan cara
demikian, diharapkan bahwa kontak yang terjadi antara pasir besi titan
dengan batubara menjadi lebih sempurna, sehingga proses reduksi pada
multi heart furnace dan rotary kiln dapat berjalan dengan sempurna. Bahan
imbuhan seperti betonit dan sebagian batu kapur juga dimasukkan ke
dalam proses aglomerasi dengan tujuan agar kualitas pellet menjadi lebih
kuat dan mengurangi kekentalan pada terak pada saat proses peleburan.

Keuntungan lain yang bisa didapat ialah batubara yang dugunakan


merupakan batubara dengan jenis yang umum dan mudah diperoleh.
Sedangkan kerugian yang ditimbulkan ialah diperlukannya ongkos
tambahan pada proses penggerusan dan pelletasi. Proses reduksi ini
merupakan tahap yang memegang peran penting, karena jika terjadi
reduksi berlebihan, akan menyebabkan TiO2 tereduksi menjadi TiO3.
Akibatnya adalah terak yang nantinya terbentuk akan menjadi sangat
kental dan mempersulit proses pengeluaran terak tersebut dari dalam
tungku. Dengan mengkalkulasi perhitungan energi bebas reaksi, kita dapat
membuat perkiraan mengenai derajat reduksi yang dikehendaki, sehingga
seluruh besi dan mayoritas vanadium akan tertinggal pada cairan logam
(hot metal) yang terdapat pada bagian bawah, sedangkan titanium akan
menjadi terak yang tertinggal pada bagian atas.
- Peleburan (Melting)

16
Proses peleburan dilakukan di dalam tungku peleburan/melter dengan
menggunakan batubara sebagai bahan bakar sebagai ganti dari tungku
busur listrik seperti dalam proses SL/RN. Pada proses dalam tungku
peleburan ini yang diharapkan adalah proses peleburannya saja. Proses
reduksi sangat tidak diharapkan. Pellet yang mengalami proses reduksi
akan jatuh pada daerah yang bertemperatur sangat tinggi (temperatur
lebur). Hal ini bertujuan untuk mencegah terbentuknya Ti2O3 yang akan
mempengaruhi kekentalan terak. Tungku pun harus memiliki panas yang
cukup sehingga udara yang dimasukkan harus merupakan udara yang
panas (hot blast). Oleh karena itu, bentuk melter yang paling tepat adalah
Kupola dengan angin panas atau “hot blast Cupola”. Baik Sensible Heat
maupun Chemical Heat, keduanya digunakan untuk memanaskan dan
sebagai pembantu proses reduksi Pellet. Dengan demikian, didapatlah
efisiensi penggunaan energi yang lebih baik. Sisa-sisa gas dimanfaatkan
untuk membuat udara masuk menjadi panas (Cold Blast Air) dan untuk
tujuan yang lain-lainnya.Agar terak yang dihasilkan bersifat encer, bahan
imbuhan yang ditambahkan harus diperhitungkan, baik dalam tungku
peleburan maupun dalam Pellet dengan mengacu pada diagram ternair
TiO2 – CaO – SiO2, sehingga berada pada daerah dengan titik lebur yang
paling rendah.
e. PEMISAHAN BESI, TITANIUM DAN VANADIUM
Bila semua proses di atas berjalan seperti yang seharusnya, maka mayoritas
vanadium akan bergabung bersama dengan besi dalam cairan logam (Hot
Metal), sedangkan mayoritas titanium akan bergabung dengan terak. Besi dapat
dipisahkan dari Vanadium dengan cara mengoksidasi cairan hot metal dengan
gas oksigen (Ladle Furnace). V2O5 pun akan keluar dan menyatu dengan terak.
Selanjutnya, cairan hot metal akan diproses dalam tungku converter untuk
dibuat sebagai produk-produk baja.

17
Unsur titanium dalam TiO2 dalam slag perlu ditingkatkan kadarnya agar bisa
diproses dalam tungku khlorinasi untuk lebih lanjut diproses menjadi pigmen
TiO2 dan logam titanium stekag melewati proses purifikasi terlebih dahulu.
V2O5 yang terkandung dalam terak bisa diolah menjadi V2O5 flake dan bentuk
master alloy “Ferro Vanadium”.

DIAGRAM ALIR PROSES

18
F. EKONOMI MINERAL
1. Pasir Besi di Indonesia
Tabel data produksi tambang di Indonesia
Tahun Batubara Bauksit Nikel Ore Emas Perak Granit Pasir Besi Timah Tembaga
Putih
(ton) (ton) (ton) (kg) (kg) (ton) (ton) (metricto (metricton
n) )
1996 50 332 047 841 976 3 426 867 83 564 255 404 4 827 058 425 101 52 304 1 758 910
1997 55 982 040 808 749 2 829 936 86 928 249 392 8 824 088 516 403 54 521 1 817 880
1998 58 504 660 1 055 647 2 736 640 123 862 383 191 9 662 649 509 978 53 960 2 640 040
1999 62 108 239 1 116 323 2 798 449 127 768 361 377 8 720 155 502 198 49 708 2 645 180
2000 67 105 675 1 150 776 2 434 585 109 612 310 430 5 941 370 420 418 56 360 3 270 335
2001 71 072 961 1 237 006 2 473 825 148 528 333 561 3 976 274 440 648 69 494 2 418 110
2002 105 539 301 1 283 485 2 120 582 140 246 281 903 3 975 434 190 946 88 142 2 851 190
2003 113 525 813 1 262 705 2 499 728 138 475 272 050 3 938 915 245 911 74 316 3 238 306
2004 128 479 707 1 331 519 2 105 957 86 855 255 053 4 035 040 79 635 73 080 2 812 664
2005 149 665 233 1 441 899 3 790 896 142 894 326 993 4 302 849 87 940 78 404 3 553 808
2006 162 294 657 2 117 630 3 869 883 138 992 270 624 4 514 654 84 954 79 100 817 796
2007 188 663 068 1 251 147 7 112 870 117 854 268 967 1 793 440 84 371 64 127 796 899
2008 178 930 188 1 152 322 6 571 764 64 390 226 051 2 050 000 4 455 259 79 210 655 046
2009 228 806 887 935 211 5 819 565 140 488 359 451 na 4 561 059 56 602 973 347
2010 325 325 793 440 000 9 475 362 119 726 335 040 8 237 065 na 97 796 993 152

Persentase persebaran cadangan pasir besi di wilayah Indonesia :


No Daerah Persentase Persebaran
1 Jawa Barat 28,8 %
2 Jawa Timur 22,4 %
3 Sumatera Utara 17,9 %
4 Jawa Tengah 13,4 %
5 DKI Jakarta 6,5 %
6 Sulawesi Selatan 6%
7 Bali 3%
8 Papua 2%

Peta persebaran cadangan pasir besi di Indonesia :

19

Lokasi potensi pasir besi di Indonesia


Berikut salah satu detail cadangan pasir besi yaitu di Provinsi Jawa Barat :

Kabupaten Lokasi Cadangan


Pangandaran dan
Ciamis 500.000 ton
Cijulang
Sindang Barang dan
Cianjur 8.000.000 ton
Cidaun
Ciracap, Surade,
Sukabumi Jampang, 48.800.000 ton
Pelabuhan Ratu
Cipatujah dan 4.200.000 ton ( Cipatujah )
Tasikmalaya
Cikalong 2.400.000 ton ( Cikalong)

Data cadangan pasir besi di wilayah Indonesia :

Nama Cadangan (dalam


Provinsi juta ton)
Jawa Tengah 16.9
Jawa Barat 63.9
Jawa Timur 4.4
Aceh 0.48
Bengkulu 12.7

Maluku Utara 8.8

Total 107.18

2. Pasir Besi di Luar Indonesia


Pasir besi selain terdapat di Indonesia, juga terdapat di beberapa negara lain.
Data-data yang kami dapat adalah sebagai berikut :
Sumber Daya Pasir Besi Pada Pesisir New Zealand

20
Cadangan (dalam
Daerah
juta ton)
Taharoa 595
Waikato Heads 570
Pulau Utara lain 279
Auckland 8.4
Westport 16.5
Barrytown 12
Pantai Barat lain 6.9
TOTAL 1487.8

Total pasir besi di New Zealand adalah 1487.8 juta ton.


Total pasir besi di Filipina sebagai rekaan awal adalah 250 juta ton.
Sedangkan potensi cadangan pasir besi di Indonesia menurut Dir. Sumber Daya
dan Inventarisasi Mineral pada tahun 2004 adalah sekitar 107.18 juta ton.
Ini berarti jumlah pasir besi di Indonesia hanya 2,8% dari jumlah pasir besi di
New Zealand dan 16% dari jumlah pasir besi di Filipina.
Tabel perbandingan cadangan pasir besi
Negara Indonesia Filipina New Zealand
Cadangan(dalam
107.18 250 1487.8
Juta ton)

Cadangan ( dalam Juta ton)


1600
1400
1200
1000
800
600 Cadangan ( dalam Juta ton)
400
200
0
New Filipina Indonesia
Zealand

21
3. Ekspor dan Impor Pasir Besi
a. Data ekspor pasir besi New Zealand tahun 2009 – 2011.

Negara 2009 2010 2011


Tujuan Qty US$ 1.000 Qty US$ 1.000 Qty US$ 1.000
China 639500 15304 810400 21828 116700 5361
Jepang 60700 1749 - - 116700 3112
Taiwan 20 12 - - - -
Australia 126 77 - - - -

b. Data ekspor pasir besi Indonesia tahun 2003

Negara
Qty(ton) US$ 1.000
Tujuan
Jepang 639,126 101,109.00
Jepang 511300.8 80900.000
TOTAL 1,150,426.80 182,009.00

c. Data import pasir besi Indonesia tahun 2002-2003

2002 2003
Negara Pengirim
Qty(ton) US$ 1.000 Qty(ton) US$ 1.000
Brazil 146,916.00 5,351,643.00 117,532.80 4,281,314.40
Perancis 18 18,180.00 16.2 16,362.00
New Zealand 15.24 6,883.00 13.72 6,194.70
Singapura 0.02 361 0.02 324.9
Afrika Selatan 304 74,872.00 273.6 67,384.80
USA 0.01 278 0.01 250.2
TOTAL 147,253.27 5,452,217.00 117,836.35 4,371,831.00

22
4. Konsumsi Pasir Besi di Indonesia
a. Data konsumsi pasir besi di Indonesia tahun 2002
End Use Volume, Tons
Mesin dan Komponennya 14.868,80
Perabot Rumah Tangga 88.337,10
Perlengkapan dan komponen angkutan 10.574,60
Produkdari pasir besi 133.694,50
Semen 718.811,30
Total 966.286,30

b. Data konsumsi pasir besi di Indonesia tahun 2003


End Use Volume, Tons
Mesin dan Komponennya 17.842,56
Perabot Rumah Tangga 97.170,81
Perlengkapan dan komponen angkutan 12.689,52

Produkdari pasir besi 160.433,40


Semen 898.514,13
Total 1.186.650,42

23
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Kelimpahan Pasir besi dialam harus lah digunakan semaksimal mungkin
sebagaimana amanah UUD tahun 1945 Pasal 33. Disadari bahwa setiap aktifitas
tambang selalu merubah bentang alam, dan berbicara tentang penambangan pasir besi
yang berada minimal 100 m dari bibir pantai, kita juga harus mempertimbangkan Muka
Air Tanah berdasarkan pertimbangan Hidrogeologi, kedalaman penambangan pasir besi
harus diperhitungkan secara benar berdasarkan data geoteknik. Akhir dari penambangan
yang baik adalah ketika lahan bekas tambang dapat memberikan dampak positif bagi
masyarakat, ending dari penambangan pasir besi yang kita harapkan adalah masyarakat
dapat mengelola nya menjadi lahan tanam siap pakai.
Kandungan pasir besi pada setiap daerah tentu berbeda- beda. Hal itu disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti :
1. Batuan induk, sebagai sumber untuk terbentuknya endapan pasir besi.
2. Faktor fisika dan kimia(suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawah
laut dan sungai sebagai media transportasi dan akumulasi material.)
3. Faktor topografi (kemiringan), berperanan penting tempat akumulasi pasir besi

24
DAFTAR PUSTAKA

http://www.docstoc.com/?doc_id=54768689&download=1

http://realmwk.files.wordpress.com/2010/05/skema-proyek-pasir-besi-di-kp-

18jan2009.jpg

http://realmwk.wordpress.com/2010/04/14/sultan-proyek-penambangan-pasir-besi-

ditentukan-amdal/

http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%202007/LOGAM/Logam_Eksplorasi-

PasirBesi_MinahasaSelatan_SULUT.pdf

http://drdbengkulu.wordpress.com/2011/09/22/dampak-negatif-penambangan-pasir-

besi-studi-kasus-dermaga-linau-kecamatan-maje-kabupaten-kaur/

http://realmwk.wordpress.com/2010/04/26/pasir-besi-pesisir-selatan-terbaik-di-dunia/

http://www.pam-group.com/en/en.prmprocess.htm

25

Anda mungkin juga menyukai