Anda di halaman 1dari 4

Mengapa kita perlu mengetahui peribadatan bangsa quraisy sebelum Islam?

Karena pada mulanya bangsa Arab Quraisy sudah meyakini dan mengikuti ajaran agama

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, yaitu agama Hanifiyah.

Hanif artinya adalah benar dan lurus. Karena itu, ajaran tauhid sebetulnya sudah mengakar di

hati masyarakat Arab sejak dulu.

Seiring berjalannya waktu, banyak pergaulan dan pembauran dari bangsa lain yang

mempengaruhi kepercayaan bangsa Quraisy.

Ajaran yang semula tauhid mengalami perubahan, pengurangan dan penambahan yang

dilakukan para pengikut yang tidak bertanggung jawab.

Selanjutnya, muncul berbagai ajaran yang meragukan tauhid sebagaimana diajarkan Nabi

Ibrahim dan Nabi Ismail, akhirnya membuat mereka jatuh menjadi penyembah berhala yang

dibawa Amr bin Luay al Khuzai.

Bentuk-bentuk pemujaan yang dilakukan bangsa Quraisy saat memasuhi fase jahiliyah,

antara lain:

1. Menyembah malaikat

2. Menyembah roh leluhur, jin dan hantu

3. Menyembah matahari dan bintang

4. Menyembah berhala atau arca dari batu, kayu dan logam

5. Beberapa di antaranya memeluk agama Yahudi dan Nasrani

Masa-masa jahiliyah hilang, setelah Rasulullah Muhammad SAW membawa Islam untuk

menegaskan ajaran tauhid kembali sebagaimana diajarkan Nabi Ibrahim dan Ismail.

Itulah mengapa kita perlu mengetahui peribadatan bangsa quraisy sebelum Islam. Supaya kita

menjadi tahu bahwa bangsa quraisy sebelumnya sudah tahu tentang tauhid, kemudian
mengalami perubahan dengan menyembah selain Allah, lalu Rasulullah Muhammad SAW

menegakkan tauhid itu lagi melalui Islam.

Bentuk Peribadatan Bangsa Quraisy Sebelum Islam

Ketika Islam lahir di Jazirah Arab, terdapat dua kerajaan besar masa itu, yaitu Persia dan

Byzantium (Romawi). Kekaisaran Persia menganut agama Majusi, yang menyembah api

dengan kitab suci Zend Avesta. Sedangkan kekaisaran Byzantium menganut agama Nasrani

dengan kitab sucinya Injil. Bangsa Arab sendiri telah meninggalkan ajaran nabi Ibrahim as

dan beralih menyembah berhala atau penganut agama wasani.

Menurut Hasan Ibrahim Hasan, Agama

wasani dibawa oleh tokoh Arab

bernama Amru ibn Luhay Al-Khuza'i. Ia

membawa berhala atau patung dari Syam

ke Ka'bah. Diceritakan bahwa Amru

mengalami sakit keras, kemudian dia pergi

ke Syam untuk berobat di pemandian yang sudah terkenal bisa menyembuhkan penyakit.

Ketika sampai di Syam, dia mandi di tempat tersebut, dan sembuh. Di Syam, Amru melihat

penduduknya menyembah berhala-berhala. Berhala-berhala tersebut kata penduduk setempat,

dapat mendatangkan hujan, mengalahkan musuh, dan atas permintaan Amru, dia membawa

berhala tersebut ke Mekah, kemudian meletakkannya di Ka'bah. Bukan hanya berhenti di

situ, dia juga menyeru penduduk Mekah, Madinah dan Hijaz untuk menyembah berhala-
berhala tersebut. Ajakan ini disambut baik oleh penduduk Mekah karena Amru dianggap

sebagai tokoh yang dapat dipercaya.

Beberapa berhala yang disembah penduduk Arab sebelum Islam adalah berhala tertua dan

terbesar Latta di Thaif, berhala Uzza di hijaz dan berhala Mana di Yasrib (Madinah). Berhala

di lingkungan Ka'bah sendiri jumlahnya mencapai lebih dari 360 buah, sehingga memenuhi

lingkungan Ka`bah. Banyaknya jumlah patung dan berhala tersebut karena setiap kabilah di

Arab masing-masing memiliki berhala sendiri-sendiri sebagai sesembahan bagi mereka. Di

samping beragama wasani, sebagian penduduk Arab juga beragama Yahudi, Nasrani dan

Majusi.

Kebudayaan masyarakat Arab sebelum Islam sering

disebut sebagai kebudayaan jahiliyah. Menurut

sejarawan Ahmad Amin, jahiliyah mengandung arti

sifat-sifat ringan tangan, keras, kaku dan berbangga

diri pada sukunya. Kebalikan dari sifat-sifat itu adalah

ketenangan jiwa, rendah hati, menyandarkan diri pada

amal saleh dan bukan kepada keturunan. Kata

jahiliyah berasal dari kata jahl, bukan dimaksudkan

lawan dari ilm, melainkan lawan dari hilm. Sebab

bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal beberapa

cabang ilmu pengetahuan, terutama seni sastra. Julukan jahiliyah lebih disebabkan karena

kondisi kemerosotan moral mereka. Sejarawan Hasan Ibrahim Hasan mengatakan, sejarah

Arab sebelum Islam disebut jahiliyah karena dua faktor: Pertama, tidak ada satu kesatuan

dalam bingkai satu negara dengan satu kepemimpinan yang kuat dan kokoh, mereka tidak
mempunyai aturan, sehingga yang kuat bisa menindas yang lemah. Kedua, sebagian besar

penduduknya buta huruf dan hanya sedikit sekali yang bisa membaca dan menulis.

Dalam kehidupan sosial, Arab jahiliyah terbiasa dengan perilaku menyimpang seperti,

merampok, meminum minuman keras atau khamr, membunuh, berzina, sampai mengubur

anak perempuan

hidup-hidup. Pada aspek kehidupan politik dan hukum, kehidupan mereka tidak ada

persatuan antar beberapa suku, bahkan mereka terbiasa berperang antar suku karena hal-hal

yang sepele seperti memperebutkan sumber air. Tidak ada hukum yang disepakati untuk

ditaati bersama, karena itu siapa yang kuat dialah yang menang dan berkuasa. yang lemah

pasti pada posisi tertindas. Masyarakat seperti ini disebut sebagai kanibal, yaitu masyarakat

yang situasi kehidupan sosialnya melakukan segala cara untuk meraih tujuan. Pada aspek

kehidupan ekonomi, bagi suku baduy pedalaman menyandarkan kehidupannya pada beternak

unta dan biri-biri. Sedangkan masyarakat yang tinggal di perkotaan melakukan perdagangan.

Dari uraian tersebut, tentu kamu dapat menilai betapa beratnya perjuangan yang dilakukan

Nabi Muhammad saw. di Mekah guna menyiarkan agama Islam, menyempurnakan akhlak

masyarakat masa itu. Apakah di lingkungan kamu masih terdapat ciri-ciri masyarakat seperti

digambarkan di atas, yaitu menyembah selain Allah dan mengalami kemerosotan moral?

Langkah-langkah apa yang akan kamu lakukan jika ingin mengubah masyarakat ke kondisi

yang lebih baik? Sejarah dakwah Nabi Muhammad saw. di Mekah berikut ini diharapkan bisa

memberi teladan bagi kamu dalam menjalankan syiar Islam.

Anda mungkin juga menyukai