Anda di halaman 1dari 14

DAMPAK TINGKAT KECERDASAN DAN EMOSIONAL

MENTAL ANAK TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK


PADA KASUS SEKSUALITAS

Oleh

RAHMI FADHLAH
NPM. 168600258

Program Studi Psikologi

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2019
Judul Penelitian : DAMPAK TINGKAT KECERDASAN DAN
EMOSIONAL MENTAL ANAK TERHADAP
PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK PADA
KASUS SEKSUALITAS
Nama Mahasiswa : Rahmi Fadhlah
Npm : 168600258
Program Studi : Psikologi
Jurusan : Psikologi

Mengetahui,
Dosen Pengampu I

Eryanti Novita, S.Psi, M.Psi,.

Tanggal Ujian :
Nilai :

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3 Batasan Masalah ................................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kecerdasan Emosional ....................................................................... 6
2.2 Gangguan Emosional mental ............................................................. 7
2.3 Pembentukan Karakter ....................................................................... 8

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 10
3.2 Disain Penelitian .............................................................................. 10
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 10
3.4 Metode Penelitian ............................................................................ 10
3.5 Subjek Penelitian .............................................................................. 10
3.6 Tahapan Pengumpulan Data ............................................................ 11
3.7 Metode Analisis Data ...................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

kemampuan akademik seperti nilai rapor dan predikat kelulusan pendidikan


tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau
seberapa tinggi sukses yang dicapai dalam hidup. Sebaliknya seperangkat
kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan
orang-orang sukses dari yang berprestasi biasa-biasa aja. Faktor ini dikenal
sebagai kecerdasan emosional (EQ). EQ sendiri dapat diartikan sebagai
kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta
menggunakan perasaan tersebut menuntut pikiran dan perilaku seseorang. Sajalan
dengan hal tersebut, EQ sering disebut juga dengan kemampuan mengenali
perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang
lain (Yunaini. 2010).

Dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, kecerdasan emosi selalu


mendahului inteligensi rasional. kecerdasan emosi yang baik dapat menentukan
keberhasilan individu dalam membangun kesuksesan karir maupun sosialnya.
Oleh karenanya untuk dapat mengembangkan serta meningkatkan kecerdasan
emosi siswa, perlu adanya tindakan yang tepat dari pihak sekolah.

Dengan memanfaatkan dinamika lingkungan sekelompok siswa dapat


menciptakan dan berperan aktif dalam meningkatkan kecerdasan yang bertujuan
untuk menggali serta mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki individu.
Bimbingan kelompok sangat tepat bagi remaja karena memberikan kesempatan
untuk menyampaikan gagasan, perasaan, permasalahan, melepas keragu-raguan
diri, dan pada kenyataanya mereka akan senang berbagi pengalaman dan keluhan-
keluhan pada teman sebayanya dengan hal tersebut, siswa dapat menyadari pula
bahwa kadang-kadang kesulitan orang lain bahkan lebih berat daripada
kesulitannya sendiri (Lestari. 2012)

2
Sehingga dengan adanya uraian tersebut, pada proses pembentukan
kecerdasan emosional terdapat emosional mental yang selalu mendampingi
permasalah tersebut. Masalah mental emosional pada siswa, termasuk masalah
perilaku, yang tidak ditindaklanjuti akan berdampak meningkatnya masalah
perilaku pada saat dewasa kelak. Contohnya yaitu : (1) remaja yang merokok
berisiko tinggi untuk ketergantungan terhadap nikotin, meminum alkohol pada
usia kurang dari 15 tahun berisiko tinggi untuk menjadi seorang pecandu alkohol
(alcoholism), (2) perilaku pelanggaran hukum pada masa remaja diramalkan akan
menyebabkan terjadinya gangguan kepribadian antisosial, (3) melakukan
hubungan seksual pada masa remaja dapat meningkatkan risiko terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan dan sexually transmitted disease (Soraya. 2012)

Untuk mencegah terjadinya dampak negatif tersebut, dapat melalui deteksi


dini terhadap perubahan yang terjadi dan karakteristik remaja dengan
mengidentifikasi beberapa faktor risiko dan faktor protektif sehingga remaja dapat
melalui periode ini dengan optimal dan mampu menjadi seorang individu dewasa
yang matang baik fisik maupun psikisnya.

Pada saat dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan
kualitas karakteristik siwa, hal tersebut dilakukan dengan upaya sebagai
pengenadalian emosional mental yang berlebihan. Salah satu cara pengendalian
karakter yaitu dengan pelaksanaan pendidikan. Pelaksanaan Pendidikan pada
lembaga pendidikan formal mempunyai nilai penting. Tuntutan tersebut
didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni kekerasan yang
ditunjukkan oleh kenakalan remaja dalam masyarakat seperti perkelahian massal,
perusakan lingkungan hidup, dan korupsi merupakan tiga contoh permasalahan
yang semakin lama dirasakan sebagai permasalahan yang paling banyak terjadi di
Indonesia (Wening. 2012)

Berdasarkan uraian diatas, sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut tentang
pengaruh dari dampak kecerdasan emosional dan emosional mental terhadap
pengembangan karakter pada siswa, hal tersebut dinilai adanya kaitan erat dari
permasalah tersebut.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang akan dilihat fokus utama permasalahan


yang diangkat, yaitu :
1. Bagaimana tingkat kecerdasan yang dialami siswa di lingkungan
2. Bagaimana pengendalian emosianal yang dilakukan siswa terhadap
lingkungan
3. Bagaimana pengembangan karakter yang diterima siswa dari lingkungannya.
4. Bagaimana pengaruh dari dampak kecerdasan emosional dan emosional
mental terhadap pengembangan karakter.
5. Bagaimana hubungan signifikan antara kecerdasan emosional, emosional
mental dengan pengembangan karakter pada siswa.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka batasan masalah


yang disampaikan pada penilitian ini adalah
1. Data yang diambil untuk melihatdari kecerdasan emosional hanya berupa data
prestasi dan minat bakat yang ditekuni.
2. Data yang diambil untuk emosional mental berupa cara bagai mana
penanganan untuk pengendalian kenakalan remaja
3. Data yang diambil untuk melihat pengembangan karakter dilihat dari lamanya
aktifitas yang dilakukan untuk belajar, olahraga, dan beribadah
4. Pengelolahan data pada data penelitian dilakukan dengan bantuan softwere
SPSS.
5. Data yang digunakan hanya data yang tanpa melihat faktor dari lingkungan
yang diambilnya sampel.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari


penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat kecerdasan yang dialami siswa di lingkungan

4
2. Mengetahui pengendalian emosianal yang dilakukan siswa terhadap
lingkungan
3. Mengetahui cara pengembangan karakter yang diterima siswa dari
lingkungannya.
4. Mengetahui pengaruh dari dampak kecerdasan emosional dan emosional
mental terhadap pengembangan karakter.
5. Mengetahui hubungan signifikan antara kecerdasan emosional, emosional
mental dengan pengembangan karakter pada siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:


a. Bagi peneliti, sebagai pengetahuan dan wawasan tambahan mengenai
pengaruh dari dampak kecerdasan emosional dan emosional mental
terhadap pengembangan karakter.
b. Bagi pembaca, sebagai tambahan informasi dan referensi bacaan bagi yang
hendak melakukan penelitian yang sama.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecerdasan Emosional

Yuniani (2010) mendefinisikan emosi sebagai luapan perasaan yang


berkembang dan surut dalam waktu singkat serta keadaan dan reaksi psikologi
dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan dan kecintaan.
menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya,
suatu keadaan yang biologis dan psikologis serta serangkain kecenderungan untuk
bertindak. Selain itu menurut buku besar kamus Indonesia Emosional adalah hal-
hal yang berhubungan dengan emosi. Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali
di lontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter.S dari Harvard University dan
John.M dari University of New Hampshire Amerika untuk menerangkan kualitas-
kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.

Kualitas-kualitas itu antara lain adalah: empati (kepedulian),


mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian,
kemampuan menyesuaikan diri, bisa memecahkan masalah antar pribadi,
ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. Teori lain tentang
emosional menyatakan bahwa kecerdasan emosional (Emotional intelligence)
adalah penggunaan emosi secara cerdas, dengan maksud membuat emosi tersebut
bermanfaat dengan menggunakannya sebagai pemandu perilaku

Nurdiyanti (2018) menyatakan bahwa Kecerdasan emosional adalah


kemampuan menata perasaan (emosi) diri, serta kemampuan memahami dengan spontan
kebutuhan atau perasaan orang lain bahkan emosi berpengaruh besar pada kualitas dan
kuantitas belajar. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai
hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat belajar
atau bahkan menghentikannya sama sekali.

Hasil belajar merupakan wujud pencapaian peserta didik sekaligus


merupakan lambang keberhasilan pendidik dalam membelajarkan peserta didik.
Inilah yang dinantikan sebagai upaya pencapaian pendidikan yang bermutu.

6
2.2 Ganguan Emosional Mental

Menurut Suyoko (2012) menyatakan gangguan mental adalah sebagian


gangguan jiwa yang bukan disebabkan oleh kelainan organic otak dan lebih
didominasi oleh gangguan emosi. Terlihat dari gejala tersebut bahwa gangguan
mental emosiaonal lebih mengarah kepada aspek psikologi dari pada aspek
biologis. Terlihat dari manusia yang mengalami gangguan mental emosional akan
terjadi perubahan mood dan afek yang dihubungakan terhadap pikiran-pikiran
yang spesifik atau kondisi fisik yang sesuai dengan pertumubuhan mood dan afek.

Ada beberapa poin yang menandakan terjadinya gangguan emosional


mental :

a. Perasaan depresif
b. Hilangnya minat dan semangat
c. Mudah lealh dan tenagah hilang
d. Konsentrasi menurun
e. Harga diri menurun
f. Perasaan bersalah
g. Pesimistis terhadap masa depan
h. Gangguan terhadap waktu istirahat
i. Menurunnya lipido

Soraya (2012) menyatakan bahwa Emosi adalah reaksi sesaat yang biasanya
muncul dalam bentuk perilaku, sedangkan perasaan adalah sesuatu yang sifatnya
lebih menetap. Pada masa remaja, kepekaan emosi biasanya meningkat, sehingga
rangsangan sedikit saja sudah menimbulkan luapan emosi yang besar, misalnya
menjadi mudah marah atau mudah menangis.

Dari kasusu tersebut. Dalam pengutaraan emosi pada manusia, maka terjadinya
masalah mental emosional. Masalah mental emosional dapat didefinisikan sebagai
sesuatu yang menghambat, merintangi, atau mempersulit seseorang dalam usahanya
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pengalaman – pengalamannya. Terkadang
emosional yang dialami oleh remaja sering sekali tidak terkendalikan dengan baik.

7
2.3 Pembentukan Karakter

Miftah (2013) memnyatakan bahwa pengembangan dan pembentukan


karakter anak dimulai dari bangku sekolah dan keluarga. Salah satu area
pembelajaran bagi anak di bangku sekolah adalah pembelajaran ilmu sosial yang
berupaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami individu dan
kelompok yang hidup bersama dan berinteraksi di dalam lingkungan. Selain itu,
para siswa dibimbing untuk mengembangkan rasa bangga terhadap warisan
budaya yang positif, kritis, antisipatif, dan selektif terhadap yang negatif, serta
memiliki kepedulian terhadap keadilan sosial, proses demokrasi, dan
kelanggengan ekologis.

Wening (2012) memberi pendapat bahwa pengendalian emosional mental


yang terjadi pada remaja akan tidak terkendalikan sehingga menyebabkan
terjadinya kenakalan reamaja, oleh terjadinya kenakalan remaja dalam masyarakat
seperti perkelahian massal, perusakan lingkungan hidup, dan korupsi merupakan
tiga contoh permasalahan yang semakin lama dirasakan sebagai permasalahan
yang paling banyak terjadi di Indonesia.

Sebagai menghindari kejadian seperti itu, siswa dilatih dan dibiasakan agar
mampu menelaah dan menerapkan bagaimana manusia berinteraksi antara sesama
manusia dan lingkungan, sekaligus berperan secara aktif dalam menciptakan
keharmonisan, keselarasan, dan keseimbangan dalam kehidupan, serta
membangun bangsa ke arah bangsa yang memiliki peradaban seperti yang dicita-
citakan dan diperjuangkan oleh para pejuang bangsa ini.

Proses pengembangan karakter bisa didapat dengan cara proses


pembelajaran. Banyak metode yang sudah ditawarkan dalam proses pembelajaran,
upaya pemerintah secara aktif dalam mengembangkan dan meningkatkan
pembelajaran demi kualitas yang cukup baik terhadap kemajuan pemuda bangsa
ini. Sehingga tercapainya kemandirian yang cukup baik dalam menjalankan roda
Negara Indonesia.

Dalam proses pembelajaran, siswa juga dilatih dan dibiasakan menelaah

8
secara kritis nilai-nilai dan proses demokratis, keadilan sosial, kelanggengan
ekologis, dan menimbang isu-isu moral dan etika bagi pengembangan kepedulian
tentang nilainilai dan hakikat hidup bermasyarakat. Melalui kegiatan telaah,
keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi, serta peran aktif dalam membangun
kehidupan bermasyarakat diharapkan siswa mampu memahami dan membangun
kehidupan yang harmonis, peka dan adaptif terhadap budaya/ lingkungan yang
selalu berubah dari waktu ke waktu. Untuk itu, sangat diharapkan agar siswa
dapat mengambil keputusan yang tepat melalui proses belajar belajar dari
pengalaman masa lalu, fakta yang terjadi saat ini dan kemampuan memprediksi
masa mendatang

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dilingkungan sekolah SMAN 2 kota medan


menggunakan data primer dengan bertepatan waktu yang dilaksanakan selama 1
bulan observasi dan pengumpulan data.

3.2 Disain Penlitian

Desain penelitian merupakan rencana atau rancangan yang dibuat oleh


peneliti sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian ini
merupakan penelitian ex-post factoI dan epidemologi karena hanya mengungkap
data mengenai peristiwa yang telah berlangsung pada responden yang tidak ada
perlakuan dan kontrol serta menggambarkan keadaan dari perkembangan karakter
pada siswa.. Penelitian ex-post facto dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah
terjadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas


(X1) yaitu kecerdasan emosional dan (X2) emosional mental terhadap variabel
terikat yaitu pembentukan karakter (Y).

3.4 Metode Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan penelitian secara kuantitaif,


berdasarkan data dari anak-anak usia dini dan jarak pndang berdasarkan letak
tempat duduk anak.

3.5 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan individu, benda atau organisme yang dijadikan


sumber informasi dalam pengumpulan data penelitian, dengan kata lain subjek
penelitian disebut juga sebagai informan. Pemilihan Subjek ini dengan
menggunakan tcnique sampling Dengan teknik ini, jumlah informan yang akan

10
menjadi subjeknya akan terus bertambah dan tak terbatas, pengambilan sesuai
kebutuhan yang diinginkan. Penetapan subjek berasal dari siswa yang aktif di
SMAN 2 kota Medan.

3.6 Tahapan Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan


menggunakan beberapa tahapan, yaitu :

1. Mengkode data (data coding), pengkodean dilakukan berdasarkan data


yang diamati sesuai dengan tinggi badan, jenis kelamin dan usia

2. Mengedit data (data editing), pada tahap ini memulai pemeriksaan


terhadap data yang belum teredit secara maksimal.

3. Menbuat structural data (data entry), memasukan hasil data kuisioner


kedalam computer. Pengentrian dilakukan di softwere spss.

4. Pemeriksaan data (data cleaning), memeriksa kembali pada data apakah


didalam data yang sudah di entri masih terdapat kesalah dalam
pengentrian.

3.7 Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data dalam penelitian ini adalah:


1. Analisis data Univariate, analisis ini berguna untuk mendiskripsikan atau
menjelaskan karakteristik terhadap dai masing-masing variabel yang
diteliti. Dengan hasil analisis ini berupa distribusi yang dilihat dari
persentasi setiap variabel
2. Analisis data Bivariate, analisis ini beruna untuk melihat perbedaan
proporsi antara variabel yang diteliti. Dalam analisis ini menggunakan uji
distribusi dengan uji chi-square sebgai analisis setiap variabel.

11
DAFTAR PUSTAKA

Eliyanto, Hendri,. Hendriani, Wiwin,. (2013) : Hubungan Kecerdasan Emosi


dengan Penerimaan Ibu Terhadap Anak kandung yang Mengalai Cerebral
Pasly, Jurnal Psikologi Pendidkan dan Perkembangan, 2(02), 124-131.
Lestari, Indah,. (2012) : Pengembangan Model Bimbingan Kelompok dengan
Teknik Simulasi Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Siswa, Jurnal
Bimbingan Konseling, 1(02), 88-95.
Miftah. M,. (2013) : Pengembangan Karakter Anak melalui Pembelajaran Ilmu
Sosial, Jurnal Pendidikan Karakter, 3(02), 204-218.
Nurdiyanti, Anisa,. Yulianingsi, Yuyun,. Syamiyah,. (2018) : Hubungan
Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Anak Usia Dini, Jurnal
UIN Sunan Gunung Djati , 1(01), 1-11.
Rahman, Ulfiani,. Mardiah,. Azmidar,. (2015) : Hubungan Antara Pola Asuh
Permisif Orang Tua dan Kecerdasan Emosional Siswa dengan Hasil
Belajar Matematika Siswa, AULA Dunia Jurnal, 1(02), 116-130.
Soraya Dianti, Dian,. (2012): Perbedaan Masalah Mental dan Emosional
Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Agama, Fak.Kedokteran Undip,
Semarang.
Suyoko,. (2012) : Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Gangguan
Mental, Emosional pada Lansia di DKI Jakarta, Fak.KesMas UI, Depok.
Thaib, Eva Nauli,. (2013) : Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan Kecerdasan
Emosional, Jurnal Ilmiah Didaktika, 8(02), 384-399.
Wening, Sri,. (2012) : Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Nilai,
Jurnal Pendidikan Karakter, 2(01), 56-68.
Wulandari, Diah Ayu,. (2016) : Terdapat Hubungan Antara Pola Asuh Permisif
Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini,
Univ.Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Yuniani, Anggun,. (2010) : Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi, Fak.Ekonomi Undip, Semarang.

12

Anda mungkin juga menyukai