Makalah Perbandingan Agama
Makalah Perbandingan Agama
Makalah Perbandingan Agama
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Jepang itu sepanjang sejarah sering berbenturan dengan
Korea dan Tiongkok dan pertempuran itu meniggalkan jejeak pengaruh di
Jepang. Agama Shinto di Jepang itu tumbuh dan hidup dan berkembang
dalam lingkungan penduduk, bukan datang dari luara.Nama asli bagi agama
itu ialah Kami no Michi, yang bermakna “jalan dewa”. Pada saat Jepang
berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok maka nama asli itu terdesak
kebelakang oleh nama baru yaitu Shin-To. Nama baru itu perubahan dari
Tien-Tao, yang bermakna “jalan langit”.Perubahan bunyi kata itu seperti
halnya dengan aliran Chan, sebuah sekte agama Budha mazhab Mahayana
di Tiongkok, menjadi aliran Zen sewaktu berkembang di Jepang.
Agama Shinto itu berkenyakinan pada mythos bahwa bumi di
Jepang itu diciptakan dewata yang pertama-tama dan bahwa Jimmu Tenno
(660 SM), Kaisar Jepang yang pertama itu, adalah turunan langsung dari
Amaterasu Omi Kami, yaitu dewi matahari, dalam perkawinannya dengan
Taouki Lomi, yakni dewa bulan. Sekalian upacara dan kebaktian terpusat
seluruhnya pada pokok keyakinan tersebut. Sejarah perkembangan agama
Shinto di Jepang dapat dibagi menjadi beberapa tahap massa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2
Http://myquran.com/forum/showtread.php/10898/mengenal-agama-shinto-lebih-dekat. Diakses
pada 29 April 2019. Pada jam 12.00.
Hana (Tuhan Bunga) dan Dewa/Tuhan tertingginya adalah Dewa
Matahari (Ameterasu Omikami) yang semuanya harus dihormati dan
dirayakan dengan perayaan tertentu.3
2. Hubungan antara Manusia dengan Tuhan (Dewa)
Hubungan antara Kami dengan manusia menurut konsep Shinto juga
cukup unik kaerna polanya cenderung tidak bersifat Vertikal, namun
lebih banyak bersifat horizontal. Kami hidup dan berada dibawah
gunung, hutan, laut, atau di tengah perkampungan penduduk yang
ditandai dengan berdirinya kuil penjaga desa. Jadi konsep Tuhan di atas
atau langit dan manusia di bumi sepertinya kurang tepat untuk
kepercayaan Shinto. Mikoshi atau Dashi sebagai perwujudan dari kereta
bagi Kami, yang digotong beramai-ramai selam festival di kuil mungkin
salah satu contoh menarik. ”Kereta Tuhan” ini tidaklah diarak dengan
hormat dan khidmad namun diguncang guncangkan, dibentur-
benturkan. Dinaiki beramai-ramai bahkan tidak jarang diduduki pada
bagian atapnya oleh beberarapa orang selama proses prosesi.
3. Konsep Dosa
Salah satu tokoh Shinto Shimogamo Shrine mengatakan bahwa,
Shinto tidak mengajarkan adanya perbuatan dosa. Jika melakukan
perbuatan tertentu yang menciptakan dosa seseorang harus mau
dibersihkan semata-mata untuk ketenangan pikiran sendiri dan nasib
baik, dan bukan karena dosa yang salah dalam dan dari dirinya sendiri.
Perbuatan jahat dan salah disebut "Kegare",. "cerah" atau hanya "baik".
Membunuh apa pun untuk dapat bertahan hidup harus dilakukan dengan
rasa syukur dan melanjutkan ibadah. Jepang Modern terus
menempatkan penekanan pada pentingnya "aisatsu" atau ritual frasa dan
salam. Sebelum makan, orang harus mengucapkan "itadakimasu",.
"Saya akan dengan rendah hati menerima", dalam rangka untuk
menunjukkan rasa syukur dari makanan pada khususnya dan umumnya
kepada semua makhluk hidup yang kehilangan nyawa mereka untuk
membuat makanan. Kegagalan untuk menunjukkan rasa hormat yang
tepat adalah tanda kebanggaan dan kurangnya kepedulian terhadap
orang lain.
4. Konsep surga dan neraka ataupun ajaran tentang kehidupan alam
akhirat
Sepertinya adalah hal yang umum ditemukan pada ajaran agama
ataupun kepercayaan primitif sekalipun. Shinto sepertinya memiliki
tradisi yang sedikit menyimpang. Konsep surga dan neraka hampir tidak
disentuh sama sekali dalam kepercayaan Shinto. Hal ini bisa dilihat dari
hampir tidak ditemukannya ritual upacara kematian pada tradisi Shinto.
Ritual dan tata cara pemakaman di Jepang sepenuhnya dilakukan
3
Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia, (IAIN Sunan Kalijaga Press: Yogyakarta, 1988), h. 241-246.
dengan tata cara agama Budha dan sisanya menggunakan ritual agama
Kristen. Kuburan dan tempat makam juga umumnya berada di bawah
organisasi kedua agama tersebut. Sepertinya ritual Shinto lebih
difokuskan pada kehidupan pada kehidupan duniawi atau kehidupan
sekarang terutama yang berhubungan dengan alam khususnya
keselarasan antara manusia dengan alam sekitarnya.
E. Kitab suci agama Shinto
Kitab suci yang tertua dalam agama Shinto itu ada dua buah, akan
tetapi disusun sepuluh abad setelah meninggalnya Jimmu Tenno sang
Kaisar Jepang yang pertama, dan dua buah lagi disusun pada masa
belakangan, keempat kitab itu adalah :
a. Kojiki, yang bermakna : catatan peristiwa purbakala disusun
pada tahun 712 M, setelah Kekaisaran Jepang berkedudukan di
Nara yang pada waktu itu ibu kota Nara dibangun pada tahun
710 M, arsitek ini seperti ibukota Changan di Tiongkok.
b. Nihonji, yang bermakna : riwayat Jepang, disusun pada tahun
720 M oleh penulis yang sama dengan dibantu sang pangeran
di istananya.
c. Yengishiki, yang bermakna : berbagai lembaga pada masa
Yengi. Kitab itu disusun pada abad ke 10 M terdiri atas lima
puluh bab. Dan sepuluh bab yang pertama berisikan ulasan
kisah-kisah purbakala yang bersifat kultus. Dan dilanjutkan
dengan kisah selanjutnya sampai abad ke 10 M, tetapi inti dari
kitab ini ialah mencatat 25 buah Nurito, yakni do’a-do’a, atau
pujaan yang sangat panjang pada berbagai macam upacara
keagamaan.
d. Manyoshiu, yang bermakna : himpunan sepuluh ribu daun,
berisikan bunga rampai, terdiri dari atas 4496 buah sajak,
disusun antara abad ke 5 dengan abad ke 8 M.4
BAB III
PENUTUP
4
Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar di Dunia, cet-3, (Al-Huzna Zikra: Jakarta, 1996), h. 212.
DAFTAR PUSTAKA