Anda di halaman 1dari 11

RUMUSAN FILSAFAT PANCASILA

&

SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

KELOMPOK 2

NAMA ANGGOTA : INNA SITI ALFIANI

NABILLA SURYA LESTARI

RIANA FUJI DWI PUTRI

KELAS : S1-AKUNTANSI (B)


RUMUSAN FILSAFAT PANCASILA

Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia telah diterima secara
luas dan telah bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan dalam Ketetapan MPR No
XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara jo
Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Selain itu Pancasila sebagai
dasar negara merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa yang kemudian sering
disebut sebagai sebuah “Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia.

Namun di balik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila Pancasila dalam perjalanan
ketatanegaraan Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan salah-salah bisa mengancam keutuhan
Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak polemik serta kontroversi yang akut dan
berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul pertama sampai dengan pencetus istilah
Pancasila. Artikel ini sedapat mungkin menghindari polemik dan kontroversi tersebut. Oleh
karena itu artikel ini lebih bersifat suatu "perbandingan" (bukan "pertandingan") antara rumusan
satu dengan yang lain yang terdapat dalam dokumen-dokumen yang berbeda. Penempatan
rumusan yang lebih awal tidak mengurangi kedudukan rumusan yang lebih akhir.

Dari kronik sejarah setidaknya ada beberapa rumusan Pancasila yang telah atau pernah muncul.
Rumusan Pancasila yang satu dengan rumusan yang lain ada yang berbeda namun ada pula yang
sama. Secara berturut turut akan dikemukakan rumusan dari Muh Yamin, Sukarno, Piagam
Jakarta, Hasil BPUPKI, Hasil PPKI, Konstitusi RIS, UUD Sementara, UUD 1945 (Dekrit
Presiden 5 Juli 1959), Versi Berbeda, dan Versi populer yang berkembang di masyarakat.

Rumusan I: Mr. Moh. Yamin

Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei – 1 Juni 1945 beberapa
anggota BPUPKI diminta untuk menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan
rancangan “blue print” Negara Republik Indonesia yang akan didirikan. Pada tanggal 29
Mei 1945 Mr. Mohammad Yamin menyampaikan usul dasar negara dihadapan sidang pleno
BPUPKI baik dalam pidato maupun secara tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI.

Rumusan Pidato

Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin mengemukakan
lima calon dasar negara yaitu[1]:

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Rumusan Tertulis

Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan dasar
negara. Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan
rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang dipresentasikan secara lisan, yaitu[2]:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan III: Ir. Soekarno

Selain Muh Yamin dan Soepomo, beberapa anggota BPUPKI juga menyampaikan usul dasar
negara, di antaranya adalah Ir Sukarno[3]. Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian
dikenal sebagai hari lahir Pancasila.Namun masyarakat bangsa indonesia ada yang tidak setuju
mengenai pancasila yaitu Ketuhanan, dengan menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.Lalu diganti bunyinya menjadi Ketuhanan Yg Maha Esa. Usul Sukarno sebenarnya
tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip,
dan satu prinsip. Sukarno pula-lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila”
(secara harfiah berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa
(Muhammad Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas
disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila[4].

Rumusan Pancasila

1. Internasionalisme - atau peri-kemanusiaan


2. Mufakat - atau demokrasi -
3. Kesejahteraan sosial
4. Ketuhanan

Rumusan Trisila

1. Sosio-nasionalisme
2. Sosio-demokratis
3. ke-Tuhanan

Rumusan IV: Piagam Jakarta

Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan anggota-anggota BPUPKI pada
sesi pertama yang berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama reses antara 2 Juni – 9 Juli 1945, 9 orang
anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia kecil yang bertugas untuk menampung dan
menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI yang telah masuk. Pada 22 Juni 1945 panitia kecil
tersebut mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI dalam rapat informal. Rapat
tersebut memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda (kemudian dikenal dengan sebutan
"Panitia Sembilan") yang bertugas untuk menyelaraskan mengenai hubungan Negara dan
Agama.

Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI terbelah antara
golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan golongan Kebangsaan yang
menghendaki bentuk negara sekuler di mana negara sama sekali tidak diperbolehkan bergerak di
bidang agama. Persetujuan di antara dua golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan
tercantum dalam sebuah dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”. Dokumen ini pula
yang disebutPiagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Muh Yamin. Adapun rumusan rancangan
dasar negara terdapat di akhir paragraf keempat dari dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum
Dasar” (paragraf 1-3 berisi rancangan pernyataan kemerdekaan/proklamasi/declaration of
independence). Rumusan ini merupakan rumusan pertama sebagai hasil kesepakatan para
"Pendiri Bangsa".

PENGERTIAN FILSAFAT

Apa itu Filsafat atau filosofi? Dasar pengertian filsafat diambil dari kata philosohia atau
philoshopos dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai cinta dan kebijaksanaan. Secara simpel,
pengertian filsafat atu filosofi adalah cinta pada pengetahuan (ilmu pengetahuan) dan
kebijksanaan. Dalam bahasa Arab, pengertian filsafat dirujuk dari muhibb al-hikmah dan dari
bahasa belanda ialah wijsbegeerte. Dalam islam, tidak dikenal adanya filsafat islam. Satu satunya
yang sepadan dengan pengertian filsafat dalam Islam adalah hikmah yang berarti pengetahuan
dan kebijaksanaan.

Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut :

a. Socrates ( 469-399 S.M)


Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa
perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahagia.
b. Plato ( 472-347 S.M)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah
pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan
menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam
konsepsi plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perkaan
terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Pluto ini kemudian
digolongkan sebagai filsafat spekulatif.

PENGERTIAN PANCASILA

Pengertian Pancasila secara Historis

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman
Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad
Yamin, Soepomo dan Soekarno.

Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa teks)
mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang
temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian


keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk
Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip
sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.

Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.
Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang
dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal
ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar
negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

Pengertian Pancasila secara Terminologis

Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-
negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan
UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri
atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1
aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.

Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum rumusan
Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab


3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara
konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI
yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

PANCASILA DAN SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

A. Pengertian Sistem Ekonomi Pancasila


-Sistem ekonomi Pancasila adalah salah satu tata ekonomi yang dijiwai oleh ideologi
Pancasila, yang di dalamnya terkandung makna demokrasi ekonomi yaitu kegiatan
ekonomi yang dilakukan berdasarkan usaha bersama berasaskan kekeluargaan dan
kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan dan pengawasan
pemerintah.
– Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang digali dan dibangun
dari nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang ada
dalam SEP tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan, nasionalisme
ekonomi, demokrasi ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan, dan keadilan.
B. Ciri- Ciri Sistem Ekonomi Pancasila
Ciri pokok sistem ekonomi Pancasila terdapat pada UUD 1945 Pasal 33, dan GBHN Bab
III B No.14.
Berikut ini ciri-ciri pokok sistem ekonomi Pancasila.
Berdasarkan Pasal 33 Setelah Amandemen 2002 :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Berdasarkan GBHN Bab III B No. 14
– Pembangunan ekonomi yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi menentukan
bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh
karenanya maka pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan
terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan
dunia usaha; sebaliknya dunia usaha perlu memberikan tanggapan terhadap pengarahan
dan bimbingan serta penciptaan iklim tersebut dengan kegiatan yang nyata.

Ciri – Ciri Sistem ekonomi Pancasila :

1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah. Contoh hajad
hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak / BBM, pertambangan / hasil
bumi, dan lain sebagainya.

2. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan peranan
pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi. Sehingga tidak terjadi
kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi komando. Kedua pihak yakni
pemerintah dan swasta hidup beriringan, berdampingan secara damai dan saling
mendukung.

3. Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi dilakukan oleh
semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat.

4. Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas
kekeluargaan antar sesama manusia.

Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Ekonomi Pancasila


Kelebihan:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan mengusasi hajat hidup rakyat banyak
dikuasai oleh negara.
3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Kekurangan:
Adapun ciri negatif yang harus dihindari dalam sistem perekonomian kita
karena bersifat kontradiktif dengan nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. Sistem free fight liberalism (sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan).
2. Sistem terpusat, yang dapat mematikan potensi, kreasi, dan inisiatif warga masyarakat.
3. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan
masyarakat.
D.Kritikan Terhadap Sistem Ekonomi Pancasila
Pertanyaan yang muncul setiap kali men-diskusikan sistem ekonomi Indonesia adalah: Sistem
ekonomi yang sekarang berlangsung di Indonesia sebenarnya tergolong sistem ekonomi apa?
Ada beberapa pendapat mengenai hal ini. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa sistem
ekonomi Indonesia bukan sistem kapitalisme maupun sosialisme. Emil Salim (1979) mengatakan
bahwa SEP adalah sistem ekonomi pasar dengan unsur perencanaan. Dengan kata lain, sifat
dasar dari kedua kutub ekstrim ini berada dalam keseimbangan. Mubyarto (1980: 74)
berpendapat bahwa SEP mungkin sekali berada di antara dua kutub tersebut, tapi di luarnya.
Tentu saja pandangan ini mendapat banyak kritikan tajam. Frans Seda, misalnya, menju-luki
pandangan ini sebagai paham “bukan-isme”, yaitu paham serba bukan: bukan kapitalisme, bukan
liberalisme, tidak ada monopoli, tidak ada oligopoli, tidak ada persaingan bebas yang saling
mematikan, dsb. Tidak berlebihan, bila ada yang menyebut sistem ekonomi semacam ini hanya
dihuni oleh para malaikat, masyarakat utopia.

SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA SAAT INI

Secara umum ada tiga macam sistem perekonomian yang dikenal di dunia, yaitu :

1. sistem ekonomi pasar ( kapitalisme )


Di dalam sistem ini setiap orang diberi kebebasan untuk melaksanakan kegiatan perekonomian,
baik dalam hal kegiatan menjual dan membeli barang yang mereka inginkan serta kebebasan
dalam memiliki faktor-faktor produksi. Semua orang bebas bersaing untuk memperoleh laba
yang sebesar-besarnya, sebagai akibatnya barang yang diproduksi dan harga yang berlaku
ditentukan oleh mekanisme penawaran dan permintaan pasar.

2. Sistem Ekonomi Terencana (Sosialisme)

Di dalam sistem ekonomi sosialis pemerintah diharuskan memiliki dan menggunakan seluruh
faktor produksi, namun kepemilikkan pemerintah atas faktor-faktor produksi tersebut hanyalah
sementara. Ketika perekonomian masyarakat dianggap telah matang, pemerintah harus
memberikan hak atas faktor-faktor produksi itu kepada para buruh.

3. Sistem Ekonomi Campuran


Sistem ini timbul sebagai akibat dari kegagalan sistem ekonomi pasar yang terlalu ketat,
demikian juga halnya dengan sistem ekonomi terencana, tidak mampu menghilangkan kelas-
kelas dalam masyarakat sehingga muncullah sistem ekonomi campuran. Dalam sistem ekonomi
campuran, persoalan perekonomian yang timbul sebagian dipecahkan melalui mekanisme pasar
dan sebagian lagi dipecahkan melalui perencanaan pemerintah pusat.
MASALAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

 Tingkat pengangguran yang tinggi

Pengangguran di Indonesia disebabkan karena semakin sedikitnya jumlah lapangan pekerjaan


serta disebabkan oleh pertumbuhan tingkat tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan
pertumbuhan jumlah usaha. Solusinya adalah dengan memberikan fasilitas yang baik di bidang
fiskal, perkreditan, maupun partnership guna menciptakan usaha yang padat karya untuk
menyerap banyak tenaga kerja.

Semasa pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi mampu menambahkan banyak


pekerjaan baru di Indonesia, yang dengan demikian mampu mengurangi angka pengangguran
nasional. Sektor-sektor yang terutama mengalami peningkatan tenaga kerja (sebagai pangsa dari
jumlah total tenaga kerja di Indonesia) adalah sektor industri dan jasa sementara sektor pertanian
berkurang. Pada tahun 1980-an sekitar 55 persen populasi tenaga kerja Indonesia bekerja di
bidang pertanian, tetapi belakangan ini angka tersebut berkurang menjadi sekitar 40 persen.

Semasa pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi mampu menambahkan banyak


pekerjaan baru di Indonesia, yang dengan demikian mampu mengurangi angka pengangguran
nasional. Sektor-sektor yang terutama mengalami peningkatan tenaga kerja (sebagai pangsa dari
jumlah total tenaga kerja di Indonesia) adalah sektor industri dan jasa sementara sektor pertanian
berkurang. Pada tahun 1980-an sekitar 55 persen populasi tenaga kerja Indonesia bekerja di
bidang pertanian, tetapi belakangan ini angka tersebut berkurang menjadi sekitar 40 persen.

Salah satu karakteristik Indonesia adalah bahwa angka pengangguran cukup tinggi yang dihadapi
oleh tenaga kerja muda usia 15 sampai 24 tahun, jauh lebih tinggi dari angka rata-rata
pengangguran secara nasional. Mahasiswa yang baru lulus dari universitas dan siswa sekolah
kejuruan dan menengah mengalami kesulitan menemukan pekerjaan di pasar kerja nasional.
Hampir setengah dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia hanya memiliki ijazah sekolah dasar
saja. Semakin tinggi pendidikannya semakin rendah partisipasinya dalam kekuatan tenaga kerja
Indonesia. Meskipun demikian dalam beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan tren:
pangsa pemegang ijazah pendidikan tinggi semakin besar, dan pangsa pemegang ijazah
pendidikan dasar semakin berkurang.
Solusi untuk Menurunkan Angka Pengangguran
Mengamati dampak yang ditimbulkan oleh meningkatnya jumlah pengangguran, perlu
diupayakan solusi yang dapat, sekurang-kurangnya, menurunkan angka pengangguran dalam
suatu negara dan memperbaiki perekonomian negara tersebut. Sebagai solusinya adalah:

1. Pemerintah mengadakan atau menyediakan lapangan kerja yang tidak terlalu menuntut
tingkat pendidikan khusus, melainkan keterampilan. Dalam hal ini, pemerintah dapat
menjalin kerjasama dengan pihak-pihak swasta dan dengan investor asing.
2. Pemerintah mengubah sistem pendidikan Indonesia dan kurikulum pendidikan, yaitu
menerapkan pendidikan berbasiskan entrepreneurship dan bisnis sejak pendidikan tingkat
dasar dan pendidikan menengah. Apalagi di era modern ini dan diterapkannya pasar bebas
di beberapa kawasan dan bahkan dapat dikatakan sudah mengglobal ini
(www.suarawarga.com, 15/5/2012).
3. Pemerintah menyediakan lembaga-lembaga pembinaan dan pelatihan khusus dan gratis. Ini
diperlukan terkhusus untuk mereka yang tidak sempat atau tidak mampu menimba ilmu di
sekolah-sekolah formal, sehingga merekapun dapat memiliki keterampilan khusus yang
diperlukan. Dengan demikian, mereka memiliki modal (Human Capital) untuk bekerja.
Kesimpulan
Pengangguran bukanlah suatu masalah yang sepele, karena dampaknya begitu besar bagi
perekonomian dan perkembangan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dipikirkan
upaya-upaya yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah sosial ini. Dan sudah barang tentu
melibatkan seluruh elemen masyarakat Indonesia, secara khusus lembaga-lembaga pendidikan di
tanah air ini.

Anda mungkin juga menyukai