Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RW 7

KELURAHAN GENUK KECAMATAN UNGARAN BARAT


KABUPATEN SEMARANG
“AGREGAT USIA LANSIA”

Oleh :
1. Aufa Aldhea Onaisha 010114A012

2. Lusiana Gardiningtyas 010114A063

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penuaan akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada
tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan
(Depkes RI; 2004). Semua sistem dalam tubuh lansia mengalami kemunduran, termasuk
pada sistem muskuloskeletal lansia sering mengalami asam urat, penyakit gout, nyeri sendi
dan lumbago (Maryam, 2008).
Jumlah orang lanjut usia pada tahun 2000 diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada
tahun 2020 sebesar 11,34% (BPS,1992). Dari data USA-Bureau of the Census, bahkan
Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar seluruh dunia,
antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 41,4% (Maryam, 2008).
Semakin seseorang bertambah usia maka seseorang akan rentan terhadap suatu
penyakit karena adanya penurunan pada sistem tubuhnya. Lansia cenderung mengalami
penurunan pada sistem muskuloskeletal. Penurunan pada sistem muskuloskeletal ini dapat
mempengaruhi mobilitas fisik pada lansia dan bahkan dapat mengakibatkan gangguan
pada mobilitas fisik pada lansia. Nyeri lutut merupakan salah satu tanda dan gejala dari
osteoarthritis (Martono, 2009).
Perubahan struktur fungsi, baik fisik maupun mental akan mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk tetap beraktivitas. Lansia dengan proses menua akan berpengaruh
terhadap penampilan, penyakit, penyembuhan dan memerlukan proses rehabilitasi. Lansia
mempunyai penampilan yang khas seperti adanya tanda dan gejala lansia dalam berjalan
karena adanya penurunan pada regeneratif sendi sehingga menyebabkan lansia mengalami
immobilitas fisik. Banyak kasus degeneratif dengan gejala seperti nyeri muskuloskeletal.
Nyeri muskuloskeletal merupakan sindroma geriatrik yang paling sering dijumpai dan
berkaitan dengan masalah kesehatan pada usia lanjut (Martono, 2009).
Gangguan pada muskuloskeletal pada umumnya memberikan gejala atau keluhan
nyeri, dari tingkat ringan sampai berat. Keluhan nyeri yang timbul dapat mengganggu
penderita sehingga, penderita tidak dapat bekerja atau beraktivitas dengan nyaman bahkan
juga tidak dapat merasakan kenyamanan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penanganan
untukgangguan muskuloskeletal yang pertama kali harus kita lakukan adalah mengurangi
nyeri atau gejala yang ditimbulkan (Martono, 2009).
Penelitian oleh Havard Osteras, Tom Arild Torstensen dan Berit Osteras yang
berjudul “High-Dosage Medical Exercise Therapy in Patients with Long-Term
Subacromial Shoulder Pain” didapatkan hasil dengan pemberian terapi latihan medik ada
penurunan skala nyeri pada bahu dengan menggunakan skala ukur VAS (Visual Analog
Scale) (Havard, 2009).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang alternative tindakan untuk deteksi dini lansia
dengan di RW 7 Dusun Kenangasari Desa Genuk kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
tentang :
1) Pengumpulan data dari hasil pengkajian dengan pendekatan Promosi
Kesehatan tentang alternatif tindakan untuk lansia dengan hipertensi di RW 7
Dusun Kenangasari Desa Genuk Ungaran Barat Kabupaten Semarang
2) Menganalisis data menjadi sebuah diagnose komunitas sesuai NANDA untuk
untuk lansia dengan hipertensi di RW 7 Dusun Kenangasari Desa Genuk
Ungaran Barat Kabupaten Semarang
3) Memberikan alternative intervensi sesuai dengan data dan masalah
keperawatan komunitas untuk untuk lansia dengan hipertensi di RW 7 Dusun
Kenangasari Desa Genuk Ungaran Barat Kabupaten Semarang
4) Mengimplementasikan intervensi yang ditetapkan untuk lansia dengan
hipertensi di RW 7 Dusun Bugangan Desa Genuk Ungaran Barat Kabupaten
Semarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia
1. Pengertian Lansia
Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998, yang dimaksud dengan
usia lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan berusia 60 tahun atau lebih, baik
yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak
lagi mampu berperan aktif dalam pembangunan atau tidak potensial (Maryam,
2008).
Secara biologis lansia adalah proses penuaan secara terus-menerus yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Mujahidullah, 2012).

2. Batasan-batasan Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia dibedakan menjadi
4 kelompok, yaitu:
a. usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun,
b. lanjut usia (elderly) 60-74 tahun,
c. lanjut usia tua (old) 75–90 tahun, dan
d. usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Fatimah, 2010).
Departemen sosial membagi lansia ke dalam 2 kategori yaitu usia lanjut
potensial dan usia lanjut non potensial. Usia lanjut potensial adalah usia lanjut yang
memiliki potensi dan dapat membantu dirinya sendiri bahkan membantu sesamanya.
Sedangkan usia lanjut non potensial adalah usia lanjut yang tidak memperoleh
penghasilan dan tidak dapat mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhannya sendiri
(Fatimah, 2010).

3. Proses Menua
Proses menua (aging) adalah suatu keadaan alami selalu berjalan dengan
disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi. Hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa. Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses
menua secara alamiah (Nugroho, 2008).
Menua didefinisikan sebagai perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama
lain. Proses menua yang terjadi pada lansia linier dapat digambarkan melalui tiga
tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional
limitations), ketidakmampuan (disability) dan keterhambatan (handicap) yang akan
dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Nugroho, 2008).
Proses menua dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Apabila
seseorang mengalami proses menua secara fisiologismaka proses menua terjadi
secara alamiah atau sesuai dengan kronologis usianya (penuaan primer). Proses
menua seseorang yang lebih banyak dipengaruhi fakktor eksogen, misalnya
lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup disebut mengalami proses menua secara
patologis (penuaan sekunder) (Fatimah, 2010).

4. Permasalahan pada Lansia


Menurut Nugroho (2008), berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
pencapaian kesejahteraan lansia antara lain :
a. Permasalahan Umum
1) Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
3) Keterbatasan kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia oleh peerintah dan
masyarakat, baik berupa keterbatasan tenaga profesional, pelayanan dan
fasilitas bagi para lansia.
4) Peningkatan mobilitas penduduk (termasuk lansia) menyebabkan semakin
meningkatnya kebutuhan terhadap kemudahan transportasi atau komunikasi
bagi para lansia saat ini belum tersedia memadai.
b. Permasalahan Khusus
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,
mental, maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3) Rendahnya produktivitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia.
5. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
Menurut Nugroho, 2008, perubahan sistem tubuh yang terjadi pada lansia yaitu:
a. Perubahan- perubahan fisik
1) Sel
Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan
lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler. Menurut Spence &
Mason, 1992 dikutip dalam Roger Watson, 2003 mengatakan jika sebuah sel
pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu
diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. Hal ini
memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan
menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.
2) Sistem Persarafan
Rata-rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 per detik
(Pakkenberg dkk, 2003), hubungan persarafan cepat menurun, lambat dalam
merespon baik dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya dengan stress,
mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitif terhadap
sentuhan.
3) Sistem Pendengaran
Gangguan pada pendengaran, membrane timpani mengalami atrofi,
terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan keratin,
pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau
stress.
4) Sistem Penglihatan
Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respons terhadap
sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih keruh dapat
menyebabkan katarak, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang, sulit untuk melihat dalam keadaan gelap, dan sulit untuk
membedakan warna biru dengan hijau pada skala pemeriksaan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat.
6) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh menurun secara fisiologis ± 35ºC, hal ini diakibatkan oleh
metabolisme yang menurun, dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Pernapasan
Otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas
residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
8) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap
menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa
manis dan asin.
9) Sistem Genitourinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang
ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya
menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika
urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine.
Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva
terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan
menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
10) Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun,
sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid
menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Produksi sel
kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.

11) Sistem Integumen


Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala
dan rambut menipis serta berwarna kelabu, menurunnya respon terhadap
trauma, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas
akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.
12) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh menjadi kifosis,
persendian membesar, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discus
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut otot, sehingga
lansia menjadi lamban bergerak otot kram dan menjadi tremor.
b. Perubahan – perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental, yaitu sebagai berikut :
1) Kesehatan umum
2) Tingkat pendidikan
3) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
4) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan keluarga
5) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap gambaran
diri, dan perubahan konsep diri.
c. Perubahan perkembangan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
BAB III
PELAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Tahap pengkajian dilakukan pada tanggal 22-24 November 2017 yang dilakukan
oleh 8 mahasiswa. Berdasarkan wawancara dengan Ketua RW didapatkan hasil RT 1
terdiri dari 51 KK, RT 2 terdiri dari 42 KK, RT 3 terdiri dari 30 KK, RT 4 terdiri dari 61
KK, dan RT 5 terdiri dari 17 KK
Berdasarkan hasil pengkajian di RW VII Kelurahan Genuk, didapatkan data
pengkajian kelompok khusus komunitas (Lansia) di RW 7 Desa Genuk sebagai berikut :
1. Jumlah lansia
Jenis kelamin lansia Jumblah
Laki-laki 44
Perempuan 39
Total 83

2. Usia lansia dalam dan Semuanya.


Usia lansia Jumblah
60-70 63
>70 20
Total 83

3. Jenis penyakit yang dinerita lansia

Jenis penyakit Jumlah


DM/ kencing manis 5
Asam Urat 2
Hipertensi 20
Stroke 2
Penyakit Jantung 1
Kolesterol 7
Total 37
4. Jenis pekerjaan lansia

Jenis pekerjaan Jumlah


Petani 9
Buruh 1
Wirausaha 1
Total 11

5. Cara menangani masalah kesehatan dan kesadaran terhadap pelayanan kesehatan

Cara penanganan masalah Jumlah


Berobat ke puskesmas 10
Bidan desa 1
Diobati sendiri 1
Tidak diobati 2
Total 14

6. Kegiatan Lansia

Kegiatan Lania Jumlah


Pengajian 3
Arisan 0
Olah raga 0
Wirausaha 0
Posyandu 4
Total 7

7. Posyandu lansia

Keaktifan posyandu Jumlah


Aktif 4
Tidak 13
Total 17
Lampiran Diagram :
1) Jenis kelamin lansia

NO JENIS KELAMIN FREKUENSI PRESENTASE


1 Laki-laki 44 53%
2 Perempuan 39 47%
83 100%

Jenis Kelamin Lansia


laki-laki perempuan

47%
53%

Berdasarkan diagram diatas pada RW 7/RT 1,2,3,4,5 terdapat lansia 83 dengan


jenis kelamin laki-laki sebanyak 44 orang (53%) , perempuan sebanyak 39 orang
(47%).

2). Usia Lansia

NO USIA LANSIA FREKUENSI PRESENTASE


1 60-70 63 76%
2 >70 20 24%
83 100%

USIA LANSIA
60-70 >70

24%

76%

Berdasarkan diagram usia lansia di RW 7 /RT 1,2,3,4,5 diperoleh data lansia


dengan umur 60-70 sebanyak 63 orang (76%), adapun usia lansia lebih dari 70
sebanyak 20 orang (24%).
3). Masalah kesehatan Lansia

Masalah
NO kesehatan FREKUENSI PRESENTASE
1 DM 5 14%
2 ASAM URAT 2 5%
3 HIPERTENSI 20 54%
4 STROKE 2 5%
5 PENY. JANTUNG 1 3%
6 KOLESTEROL 7 19%
37 100%

Masalah kesehatan lansia


DM ASAM URAT HIPERTENSI
STROKE PENY. JANTUNG KOLESTEROL

19% 14% 5%
3%
5%

54%

Berdasarkan diagram masalah kesehatan lansia diperoleh kesimpulan bahwa


lansia yang mempunyai masalah kesehatan hipertensi memiliki presentase tertinggi
sebanyak 20 orang (54% ) dari 37 lansia yang mengalami kesehatan, sedangkan lansia
yang menderita kolesterol terdapat7 orang (19%), diabetes melitus ada 5 orang
(14%), Asam urat ada 2 orang (5%), stroke ada 2 orang (5%), dan penyakit jantung 1
orang (3%).

4). Jenis Pekerjaan Lansia

NO JENIS
PERKERJAAN FREKUENSI PERSENTASE
1 PETANI 9 11%
2 BURUH 1 1%
3 WIRASWASTA 1 1%
11 100%
PEKERJAAN LANSIA
PETANI BURUH WIRASWASTA

9% 9%

82%

Berdasarkan data jenis pekerjaan lansia diperoleh lansia yang memiliki


pekerjaan sebagai petani sebanyak 82%, buruh 9%, wiraswasta 9%

5). Cara penangan masalah lansia

NO CARA PENANGANAN MASALAH FREKUENSI PRESENTASE


1 Berobat ke puskesmas 10 72%
2 bidan desa 1 7%
3 diobati sendiri 1 7%
4 Tidak diobati 2 14%
14 100%

PENANGANAN MASALAH
Berobat ke puskesmas bidan desa
diobati sendiri Tidak diobati

14%
7%

7%
72%

Berdasarkan data RW 7 diatas lansia yang menangani masalah kesehatannya dengan


berobat ke puskesmas ada 10 orang (72%) dari 14 orang (100%) sedangkan yang lainnya
bidan desa ada 1 orang (7%), diobati sendiri ada 1 orang (7%), tidak diobati ada 12 (72%)

6) Kegiatan Lansia

NO KEGIATAN LANSIA FREKUENSI PRESENTASE


1 PENGAJIAN 3 43%
2 ARISAN 0 0%
3 OLAH RAGA 0 0%
4 WIRAUSAHA 0 0%
5 POSYANDU 4 57%
7 100%

KEGIATAN LANSIA
PENGAJIAN ARISAN OLAH RAGA
WIRAUSAHA POSYANDU

43%
57%

0% 0%
0%

Berdasrakan data diatas kegiatan lansia yang diikuti yaitu pengajian 43% dan
posyandu 57%

7). Keaktifan lansia ke posyandu

NO KEAKTIFAN POSYANDU FREKUENSI PRESENTASE


1 Aktif 4 24%
2 TIDAK AKTIF 13 76%
17 100%

KEAKTIFAN KEGIATAN
POSYANDU
Aktif TIDAK AKTIF

24%

76%

Bedasarkan diagram diatas didapatlan lansia yang akitif dalam kegiatan posyandu sebanyak
24% dan lansia yang tidak aktif posyandu sebayak 76%
1. Analisa data
NO DATA POHON MASALAH MASALAH
KEPERAWATAN
1. Ds : Potensial terjadinya Ketidakefektifitasan
1) Berdasarkan hasil Hipertensi pemeliharaan kesehatan
wawancara dari
beberapa warga Kurangnya informasi
mengatakan bahwa
banyak bapak/Ibu Kurang pengetahuan
(lansia) yang tiba-tiba
mengalami pusing.
2) Berdasarkan hasil
wawancara dari
Kader mengatakan
bahwa sebagian besar
lansia menderita
darah tinggi
(hipertensi)
Do:
Dari data kuisioner
didapatkan:
 lansia yang
mempunyai masalah
kesehatan hipertensi
sebanyak 20 orang
(54% ) dari 37 lansia
yang mengalami
kesehatan, sedangkan
lansia yang menderita
kolesterol terdapat7
orang (19%), diabetes
melitus ada 5 orang
(14%), Asam urat ada
2 orang (5%), stroke
ada 2 orang (5%), dan
penyakit jantung 1
orang (3%).
 lansia yang
menangani masalah
kesehatannya dengan
berobat ke puskesmas
ada 10 orang (72%)
dari 14 orang (100%)
sedangkan yang
lainnya bidan desa
ada 1 orang (7%),
diobati sendiri ada 1
orang (7%), tidak
diobati ada 12 (72%)

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifitasan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan sumber daya
tidak cukup ( mis. Financial, sosial, pengetahuan) domain 1 kelas 2 kode (00099)
3. Perencanaan Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN RENCANA RENCANA EVALUSI


KEPERAWATAN JANGKA JANGKA PENDEK INTERVENSI KRITERIA STANDAR
KOMUNITAS PANJANG
Ketidakefektifitasan Setelah Setelah dilakukan Pencegahan primer : Psikomotor Agregat lansia rutin
pemeliharaan dilakukan tindakan keperawatan Proses kelompok melakukan
kesehatan tindakan selama 1x2 minggu 1.Peningkatan pemeriksaan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan : Kesadaran Kesehatan
kurang pengetahuan selama 1x4 1. Prosentase (5515) :
minggu masyarakat RW a.Lakukan
diharapkan: 07 yang Demonstrasi senam
dapat menderita hipertensi.
meningkatkan hipertensi tidak b.Anjurkan lansia
perilaku bertambah. melakukan diet
kesehatan 2. Terjadi hipertensi.
(18208), peningkatan
c.Memberikan CD
latihan rutin pengetahuan
pada kader posyandu
yang efektif warga RW 07
yang berisi senam
(182320) tentang masalah
hipertensi lansia
hubungan hipertensi.
sebagai acuan agar
antara diet olah kegiatan tersebut dapat
raga (182325), terlaksana setiap
memperoleh posyandu
pemeriksaan
d.Lakukan
rutin (160224)
demonstrasi pijat kaki
hipertensi

e.. Anjurkan lansia


melakukan diet
hipertensi

2.Pendidikan Kognitif Agregat lansia


kesehatan (5510) : mampu mengetahui
PENDIDIKAN pengertian,
KESEHATAN: penyebab, tanda
Melakukan pendidikan dan gejala, serta
kesehatan tentang cara penanganan
penyakit Hipertensi dan pencegahan
dari penyakit
hipertensi.
KEMITRAAN: Program yang
3.Skrening kesehatan Psikomotor direncanakan
(4720) puskesmas dapat
terlaksana.
a.Tentukan populasi
target untuk
dilakukannya
pemeriksaan
kesehatan.

b.Berikan privasi dan


kerahasiaan

c.Bekerjasama dengan
puskesmas untuk
melaksanakan program
pemeriksaan kesehatan
secar rutin meliputi
pemeriksaan tekanan
darah, dll.

PEMBERDAYAAN: Afektif Agregat lansia


4.Meningkatkan termotivasi untuk
kesadaran kesehatan melakukan
(5515) pemeriksaan secara
rutin, melakukan
a.Gunakan strategi
olahraga,
utuk meningkatkan
pemahaman.

b.Gunakan beberapa
alat komunikasi.

c.Memotivasi kepada
agregat lansia untuk
melakukan
pemeriksaan secara
rutin, dan melakukan
olahraga,
Plan of Action
Masalah Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Penanggung
kesehatan jawab
Ketidakefektifitasan Pencegahan primer : Lansia 06.00- selesai Parkiran RT Dana Pribadi Aufa Aldhea O
pemeliharaan Proses kelompok 05 dan Lusiana
kesehatan 1.Peningkatan Kesadaran Gardiningtyas
berhubungan Kesehatan (5515) :
dengan sumber a.Lakukan Demonstrasi
daya tidak cukup ( senam hipertensi.
mis. Financial, b.Anjurkan lansia melakukan
sosial, diet hipertensi.
pengetahuan)
c.Memberikan CD pada kader
domain 1 kelas 2
posyandu yang berisi senam
kode (00099)
hipertensi lansia sebagai
acuan agar kegiatan tersebut
dapat terlaksana setiap
posyandu

d.Lakukan demonstrasi pijat


kaki hipertensi
e.. Anjurkan lansia
melakukan diet hipertensi

PENDIDIKAN
KESEHATAN:
2.Pendidikan kesehatan
(5510) :
Melakukan pendidikan
kesehatan tentang penyakit
Hipertensi

KEMITRAAN:
3.Skrening kesehatan (4720)

a.Tentukan populasi target


untuk dilakukannya
pemeriksaan kesehatan.

b.Berikan privasi dan


kerahasiaan

c.Bekerjasama dengan
puskesmas untuk
melaksanakan program
pemeriksaan kesehatan secar
rutin meliputi pemeriksaan
tekanan darah, dll.

PEMBERDAYAAN:
4.Meningkatkan kesadaran
kesehatan (5515)

a.Gunakan strategi utuk


meningkatkan pemahaman.

b.Gunakan beberapa alat


komunikasi.

c.Memotivasi kepada agregat


lansia untuk melakukan
pemeriksaan secara rutin, dan
melakukan olahraga,
DAFTAR PUSTAKA

Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.


Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. http://www.depkes.go.id.
Baradero, M., Wilfrid Dayrit, Yakobus Siswadi., 2008. Klien Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta : EGC
Smeltzer, S. C. Bare, B. G. Hinkle, J. L & Cheever, K. H. (2010), Brunner &
suddarth’s textbook of medical surgical nursing. 11th edition. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins.
Price. S. A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta.
Yogiantoro, M. 2006. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam
Edisi IV. Jakarta.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Dalimartha, Setiawan. 2008. Care Your Self Hipertensi. Penebar Plus : Jakarta.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Kline, D.W. & Scheiber. F. 1985. “Vision and Aging”. Dalam J.E. Birren & K.W.
Schei (Ed). Handbook of the Psychology of Aging (2th ed). New York: Van
Nostrand Reinhold.
Santrock, John W. 1998. Child Development (8th ed). Boston: Massachusetts, dsb:
McGraw Hill Companies.
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Strategis. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai