Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi &
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002).
Bronkopneumonia menurut Ngastiyah (1997) merupakan salah satu pembagian dari
pneumonia menurut dasar anatomis. Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing
(Ngastiyah, 1997).
Pneumonia merupakan peradangan alveoli atau pada parenchim paru yg umumnya
terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001). Pneumonia ialah suatu peradangan yg mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yg mencakup bronkiolus respiratorius,
alveoli, serta dapat menimbulkan konsolidasi jaringan paru & menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul, 2001).

2. ETIOLOGI
a. Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-
anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan bersifat
progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma
pneumonia.
b. Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori sinsisial.
c. Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
d. Protozoa : Pneumokistis karinii. Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami
immunosupresi (Reeves, 2000)
e. Bahan kimia :
 Aspirasi makanan/susu/isi lambung
 Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).
 Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
 Diafoesis
 Anoreksia
 Malaise
 Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
 Gelisah
 Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
 Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati (Martin tucker,
Susan. 2000)

3. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,
bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak
tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi (masuknya isi lambung ke dalam saluran napas).
Awalnya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah (droplet) infasi ini dapat
masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini
menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan
diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan
secret. Semakin lama sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama
kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna
ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi
agen patogen sehingga timbul masalah GI tract.

4. MANIFESTASI KLINIK
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan
bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami
tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif,
hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis
(Barbara C. long, 1996). Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar
ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:


1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
c. Gerakan dada tidak simetris

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningkat mencapai 15.000-40.000/mm3
b. Laju endap darah meningkat mencapai 100mm
c. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat adanya albumin urin ringan
lantaran adanya peningkatan suhu tubuh.
d. ASTO meningkat pada adanya infeksi streptococcus.
e. GDA menunjukkan adanya hipoksemia tanpa hiperkapnea atau sebuah retensi CO2
2. Pemeriksaan Radiologi
Tampak adanya bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

6. PENATALAKSANAAN
1. Terapi oksigen (O2)

2. Antibiotic seperti ; penisilin, kindomisin, eritromicin, dan sefalosforin.

Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita yang
rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic
didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab.
a. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus pneumonia,
Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman
penyebabnya, maka secara praktis dipakai :
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan
Kloramfenikol 50-100mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
atau kombinasi :
Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24
jam IM/IV, 4 kali sehari.
atau kombinasi :
Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda).
b. Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia, Stafilokokus
atau Entero bacteriaceae.
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan
Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
atau kombinasi :
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam,
2-3 kali sehari.
Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi berat
atau penderita immunocompromized.
c. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :
Streptokokus pneumonia :
- Penisilin prokain IM atau
- Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali sehari atau
- Eritromisin (dosis sda) atau
- Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).
d. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya alergi)
atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi apakah perlu
dipilih antibiotic lain.
e. Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :
- kemajuan klinis penderita
- jenis kuman penyebab
3. Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental dan pemberian bronkodilator.

4. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan therapy eritromicin 4x 500 mg


/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

5. Istirahat yang cukup.

7. KLASIFIKASI
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
1) Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum &
dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah suatu
organisme penyebab umum. Type pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-
anak atau kalangan orang lanjut usia
2) Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial. Organisme
seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus stapilococcus, ialah
bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3) Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat Ini ini
pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi
anatominya.
4) Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen penyebabnya,
kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan organisme perusak.(Reeves,
2001).

8. KOMPLIKASI
1. Emfisema : Terdapatnya pus pada rongga pleura.

2. Atelektasis : Pengembangan paru yang tidak sempurna.

3. Abses paru : Pengumpulan pus pada jaringan paru yg mengalami peradangan.

4. Meningitis : Peradangan pada selaput otak.

5. Infeksi sistomik
6. Endokarditis : Peradangan pada endokardium.

9. PENCEGAHAN
1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang
berpotensi terjadinya penularan.

2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA

3. Membiasakan melakukan pemberian ASI

4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan
sesak pada anak.

5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas.
b. Riwayat Keperawatan.
1) Keluhan utama.
Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai adanya pernapasan cuping hidupng, serta sianosis disekitar hidung & mulut.
Kadang disertai muntah serta diare, tinja berdarah dengan atau tanpa adanya lendir,
dan anoreksia
2) Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran pernapasan pada
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa saja meningkat sangat mendadak
mencapai 39-40oC dan kadang pula disertai adanya kejang akibat demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu.
iasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan menurunnya sistem
imun
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit ispa mka keluarga lain dapat
tertular.
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.
Selain itu pemeliharaan kesehatan & kebersihan lingkungan yg kurang juga dapat
menyebabkan anak menderita sakit.
6) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem pertahanan tubuh yang tidak
cukup kuat untuk dapat melawan infeksi sekunder.

c. Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan.
Adanya sesak napas, retraksi dada, pernapasan cuping hidung, , takipnea, ronki,
wheezing, batuk produktif atau non produktif, pernapasan tidak teratur/ireguler,
pergerakan dada asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, terdapat
adanya sputum/sekret.
3) Sistem pencernaan.
Anak biasanya malas minum/makan, muntah, berat badan mengalami penurunan,
lemah.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum bisa memahami
mengenai alasan anak menderita diare sampai terjadi adanya dehidrasi (ringan sampai
berat).
5) Sistem saraf.
Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis
terus pada anak-anak atau malas minum.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan atau masalah.
8) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit
kering.
9) Sistem penginderaan.
Tidak ada masalah attau kelainan.

2. PENYIMPANGAN KDM
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produk mukus berlebihan
dan kental, batuk tidak efektif.
- Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran oksigen.

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum
Tujuan : Mengidentifikasi / menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan nafas
Kriteria hasil : Menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada dispenia
Intervensi
a. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipneau, pernafasan dangkal, dan pergerakan dada tidak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan cairan paru
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau / tak ada aliranudara dan bunyi nafas
adventius. Misalnya : krekels atau mengi
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi
nafas bronchial ( normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels,
ronki, mengi terdengar inspirasi dan / ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan
cairan, secret kental, dan spasme jalan nafas/ obstruksi
c. Bantu pasien latihan nafas sering. Bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misalnya
dengan menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.Rasional : Nafas
dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru / jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah
mekanismepembersihan jalan nafas alami, membantu silia untukmempertahankan jalan
nafas pasien. Penekanan menurunkanketidaknyamanan dada dan posisi duduk
memungkinkan upayanafas lebih dalam dan lebih kuat
d. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/ hari (kecuali kontraindikasi).Tawarkan air hangat
daripada dingin
Rasional : Cairan (khususnya hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret
e. Lakukan penghisapan sesuai indikasi
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien
yang tidak mampu melakukan, karena batuk tidak efektif atau perubahan tingkat
kesadaran
f. Berikan sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret. Analgesik
diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati- hati, karena dapat menurukan upaya batuk / menekan pernafasan

2. Diagnosa keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungandengan perubahan membrane


alveolus kapiler, gangguan kapasitaspembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.
Tujuan : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan dengan GDA dalam rentang
normal dan tidak ada gejala distress pernafasan
Kriteria Hasil : Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi
a. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas.
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum
b. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku. Catat adanya sianosis perifer atau
sirkulasi sentral
Rasional : Sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap demam /
menggigil. Namun, sianosis daun telinga, membrane mukosa, dan kulit sekitar mulut
menunjukan hipoksemia sistemik
c. Awasi frekuensi jantung / irama
Rasional : Takikardia biasanya ada karena demam/ dehidrasi. Tetapi juga dapat
merupakan respon terhadap hipoksemia
d. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktifitas senggang
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen untuk
memudahkan perbaikan infeksi
e. Tinggikan kepala dan dorong untuk sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk
efektif
Rasional : tindakan ini mengingatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
secret untuk perbaikan ventilasi
f. Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah / perasaan. Jawab pertanyaan dengan
jujur, kunjungi dengan sering sesuai indikasi
Rasional : Ansietas adalah manifestasi masalah psikologisesuai dengan respon fisiologi
terhadap hipoksia. Pemberian keyakinan dan peningkatan rasa aman dapat menurunkan
komponen psikologis, sehingga menurunkan kebutuhan oksigen dan efek merugikan dari
respon fisiologi.
g. Berikan terapi oksigen dengan benar
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg.
Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman dengan tepat dalam
toleransi pasien

3. Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan denganproses inflamasi dalam
alveoli
Tujuan : Menunjukan pola nafas tidak efektif dengan frekuensi dan kedalaman rentang
normal dan paru bersih
Kriteria Hasil : Partisipasi dalam aktifitas/ perilaku peningkatan fungsi paru
Intervensi
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catatupaya pernafasan,
termasuk penggunaan otot bantu/ pelebaran nasal
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas.
Kedalaman pernfasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventius
seperti krekels atau mengi
Rasional : Bunyi nafas menurun / tidak ada jika jalannafas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan, bekuan atau kolaps jalan nafas kecil ( atelektasis). Ronki dan mengi
menyertai obstruksi jalan nafas
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bantu pasienturun dari tempat tidur dan
ambulasi dini.
Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru
berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
d. Observasi pola batuk dan karakteristik sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/ iritasi. Sputum berdarah dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan ( infark paru) atau anti koagulan berlebihan
e. Berikan oksigen tambahan
Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
f. Berikan humidifier tambahan, misalnya nebulizer
Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran
secret untuk memudahkan pembersihan

4. Diagnosa keperawatan : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolitberhubungan dengan


kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral
Tujuan : Menunjukan keseimbangan cairan
Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda
vital stabil
Intervensi
a. Kaji perubahan tanda vital, peningkatan suhu tubuh
Rasional : Peningkatan suhu meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui
evaporasi
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa
Rasional : Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa
mulut mungkin kering karena nafas mulut dan oksigen tambahan
c. Tekankan cairan setidaknya 1000ml/ hari atau sesuai kondisi individual
Rasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi
d. Beri obat sesuai indikasi, misalnya antipiretik, antiemetik
Rasional : Berguna menurunkan kehilangan cairan
e. Berikan cairan tambahan IV sesuai kebutuhan
Rasional : Pada dasarnya penurunan masukan / banyak kehilangan. Penggunaan
parenteral dapat memperbaiki / mencegah kekurangan

5. Diagnosa keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan


peningkatan kebutuhan metabolic sekunderterhadap demam dan proses infeksi, anorexia,
distensi abdomen
Tujuan : Pemenuhan nutrisi mencukupi kebutuhan
Kriteria Hasil : Menunjukan peningkatan nafsu makan, mempertahankan / meningkatkan
berat badan
Intervensi
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual / muntah, misalnya:Sputum banyak,
pengobatan, atau nyeri
Rasional : Pilihan intervensi tergantung penyebab masalah
b. Berikan / bantu kebersihan mulut setelah muntah, drainase postural dan sebelum makan
Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien yang dapat
menurunkan mual
c. Berikan makan porsi kecil dan sering, termasuk makanan kering dan makanan yang
menarik untuk pasien
Rasional : Meningkatkan masukan walaupun nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali
d. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan
Rasional :Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau keterbatasan
keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, dan atau
lambatnya respon terhadap terapi
6. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Kriteria Hasil : tidak ada dispneau, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang
normal
Intervensi
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas. Catat laporandispneu, peningkatan kelemahan,
dan perubahan tanda vitalselama dan setelah aktifitas
Rasional : Menetapkan kebutuhan / kemampuan pasien dan memudahkan dalam
pemilihan intervensi
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Dorong penggunaaan manajemen stress dan pengalihan yang tepat
Rasional : Menurunkan stress dan rangsangan berlebih
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan pentingnya keseimbangan
antara aktivitas dan istirahat
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas dengan respon
individual pasien terhadap aktifitas dan perbaikan kegagalan pernafasan
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat / tidur
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau tidur di kursi
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan
Rasional : Menurunkan keletihan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
DAFTAR PUSTAKA

Martin Tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, dan
Evaluasi. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

Reevers, Charlene J et all. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medica

Anda mungkin juga menyukai