Anda di halaman 1dari 14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Production Planning and Inventory Control (PPIC)


Perencanaan dan pengendalian produksi (Nasution, 2008) merupakan
proses untuk merencanakan dan mengendalikan aliran material yang masuk dan
keluar dari sistem produksi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan
jumlah tepat, waktu penyerahan yang tepat dan biaya produksi yang minimum.
Perencanaan produksi dilakukan dengan tujuan menentukan arah awal dari
tindakan tindakan yang harus dilakukan dimasa mendatang. Perencanaa ini juga
berkaitan dengan masa mendatang sehingga perencanaan disusun atas dasar
perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan beberapa
asumsi.

Material
Perencanaan Jadwal Induk
Peramalan Requirement Jadwal Operasi
Produksi Produksi
Planning (MRP)

Gambar 2.1 Skema Proses Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Sumber: Arman, 2008

Aktivitas peramalan (Gasperz,2002) bertujuan untuk memperkirakan


penjualan dan penggunaan produk, sehingga produk produk itu dapat dibuat
dalam kuantitas yang tepat, dimana .aktivitas ini dilakukan oleh bagian
pemasaran. Perencanaan produksi mencakup masukan dan keluaran dari operasi
manufakturing yang dikelompokkan dalam dua jenis perencanaan, yaitu
perencanaan yang berkaitan dengan perencanaan output dan perencanaan
kapasitas (input).
Jadwal induk produksi berkaitan dengan tentang produk akhir dari suatu
perusahaan manufaktur yang merencanakan memproduksi output yang berkaitan
dengan kuantitas dan periode waktu. Pembuatan jadwal induk produksi
membutuhkan informasi berupa data permintaan, status penyimpanan, rencana

II-1
II-2

produksi, data perencanaan dan informasi RCCP (Rough Cut Capacity Planning)
yang berisi tentang kebutuhan kapasitas.
Material Requirement Planning (MRP) digunakan untuk perencanaan dan
pengendalian item dependent. Fungsi dari MRP adalah untuk mengkontrol
persediaan, pemesanan komponen berdsarkan urutan prioritas dan penentuan
kebutuhan kapasitas. Masukan utama dari MRP adalah jadwal induk produksi,
status penyimpanan, dan struktur produk (Bill of Material).
Jadwal operasi adalah proses pemilihan, pengorganisasian, dan pemberian
waktu dalam penggunaan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas yang
dperlukan agar menghasilkan output yang diinginkan dan memenuhi waktu serta
kendala yang ada. Penjadwalan berfungsi sebagai alat pengambil keputusan
mengenai perencanaan kapasitas, meningkatkan penggunaan sumberdaya, dan
mengurangi beberapa keterlambatan.

2.2 Sistem Produksi


Menurut Nasution (2008), sistem produksi batch dan diskrit dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu sistem push (tekan) dan sistem pull
(tarik). Sistem produksi push melakukan pembebanan job dilakukan secara
berturut turut mulai dari stasiun produksi awal hingga produk tersebut selesai
diproses. Sistem produksi push melakukan penentuan peramalan permintaan dan
kelonggaran waktu tenggangnya untuk masing masing stasiun dalam lintasan
produksi. Sistem push mencoba untuk merencanakan masing masing operasi
sistem produksi dalam rangka melaksanakan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya.
Sistem pull pada masing masing stasiun kerja persediaan WIP dibatasi
hanya satu unit. Kegiatan produksi unit yang baru hanya dilakukan jika persediaan
pada suatu stasiun kosong.

2.3 Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Perencanaan dan pengendalian produksi menurut Nasution (2008),
diartikan sebagai proses merencanakan dan mengendalikan aliran material yang
II-3

masuk, mengalir dan keluar dari sistem produksi atau operasi sehingga permintaan
pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat, dan
biaya produksi minimum.
Perencanaan produksi dilakukan dengan tujuan menentukan arah awal dari
tindakan tindakan yang harus dilakukan dimasa mendatang, hal yang harus
dilakukan, dan waktu melakukannya. Perencanaan ini berkaitan dengan masa
mendatang sehingga perencanaan harus dilakukan berdasarkan data masa lalu
dengan menggunakan beberapa asumsi. Kegiatan perencanaan produksi dalam
usaha mencapai tujuan perencanaan produksi, maka perencanaan produksi
bertugas mengkoordinir bagian produksi dengan bagian bagian lainnya didalam
perusahaan agar rencana produksi yang disusun mencerminkan keadaan dan
kemampuan perusahaan.
Kegiatan perencanaan produksi perlu adanya kerjasama yang baik dengan
bagian bagian lain yang ada di perusahaan seperti kerjasama dengan bagian teknik
dan pengolahan mengenai urutan urutan operasi yang dikerjakan dan waktu yang
dibutuhkan serta fasilitas yang diperlukan. Kerjasama dengan bagian pembelian
mengenai bahan bahan dan komponen yang dibutuhkan untuk membuat produk
tersebut. Kerjasama dengan bagian persediaan mengenai penyimpanan bahan
bahan atau barang barang yang diterima dan produk yang selesai dikerjakan serta
penyediaan bahan bahan pada saat dibutuhkan.

2.4 Jadwal Induk Produksi


Jadwal induk produksi (JIP) pada dasarnya adalah pernyataan tentang
produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan
industri manuafaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan
kuantitas dan periode waktu. Aktivitas penjadwalan produksi induk pada dasarnya
berkaitan dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal induk
produksi, mengevaluasi jadwal induk produksi, dan memberikan laporan evaluasi
dalam periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan balik dan tinjauan
ulang.
II-4

Fungsi utama jadwal induk produksi adalah menyediakan atau


memberikan input utama kepada sistem rencana kebutuhan material dan kapasitas,
menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian, memberikan landasan
untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas, memberikan basis untuk
pembuatan janji tentang penyerahan produk kepada pelanggan.
Input utama dari jadwal induk produksi adalah data permintaan total,
status penyimpanan, rencana produksi, data perencanaan, dan informasi dari
RCCP (Rough Capacity Planning).

Rough Cut Capacity Planning


(RCCP)

Input:
1. Data Permintaan Total
2. Status Inventori Proses: Output:
3. Rencana Produksi Penjadwalan Produksi Induk Jadwal Produksi Induk
4. Data Perencanaan
5. Informasi dari RCCP

Gambar 2.2 Proses Penjadwalan Induk Produksi


Sumber: Gaspersz, 2002

Data permintaan total merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan
produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan dan
pesanan-pesanan. Status penyimpanan berkaitan dengan informasi persediaan
yang dimiliki saat ini, stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu, pesana-
pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan. Jadwal induk produksi harus
mengetahui secara akurat berapa banyak inventori yang tersedia dan menentukan
berapa banyak yang harus dipesan. Rencana produksi memberikan sekumpulan
batasan kepada jadwal induk produksi dimana jadwal induk produksi sendiri harus
II-5

menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan sumber-


sumber daya lain. Data perencanaan berkaitan dengan aturan aturan tentang
ukuran lot yang harus digunakan, stok pengaman, dan waktu tunggu dari masing
masing item yang biasanya tersedia.

2.5 Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya

Perencanaan sumber daya menurut Gaspersz (2002), merupakan suatu


proses mengevaluasi rencana produksi untuk menentukan sumber daya jangka
panjang seperti tanah, fasilitas mesin mesin dan tenaga kerja. Rencana produksi
dapat dilakukan jika sumber daya yang dibutuhkan sudah terpenuhi dan jika
sumber daya yang dibutuhkan belum atau tidak terpenuhi maka rencana produksi
harus diubah atau mencari tambahan sumber daya lain.
Rough Cut Capacity Planning (RCCP) menentukan apakah sumebr daya
yang direncanakan cukup untuk melakasanakan jadwal induk produksi yang telah
direncanakan. RCCP menghitung beban untuk semua item yang dijadwalkan dan
dalam periode waktu aktual. RCCP dapat digunakan sebagai indikator apakah
jadwal induk produksi layak dilaksanakan atau tidak. Jadwal induk produksi yang
telah dikatakan layak oleh RCCP maka akan diteruskan ke proses Material
Requirement Planning (MRP) untuk menentukan bahan baku, material,
komponen, dan subassemblies yang dibutuhkan.
MRP mengembangkan pesanan pesanan yang direncanakan untuk bahan
baku, material, komponen, dan subassemblies yang dibutuhkan untuk memenuhi
jadwal induk produksi. MRP juga dapat merekomendasikan penjadwalan ulang
apabila terhadap pesanan pelanggan apabila waktu penerimaan dan waktu
kebutuhan tidak sama. MRP menggunakan data inventori dan bills of material
(BOM) sebagai tambahan pada jadwal induk produksi untuk dijadikan sebagai
input.
Capacity requirements planning (CRP) membandingkan kapasitas yang
dibutuhkan terhadap kapasitas yang tersedia untuk pemesanan dan permintaan
barang yang dihasilkan oleh MRP. CRP menggunakan langkah langkah proses
II-6

dan informasi pusat kerja untuk menghitung beban kerja yang dijadwalkan pada
pusat pusat kerja dengan mengasumsikan kapasitas tak terbatas.

2.6 Penjadwalan Mesin Untuk Manufaktur


Penjadwalan menurut Gaspersz (2002), dapat mengoptimalkan pemakaian
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Penjadwalan merupakan
pengalokasian sumber daya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Penjadwalan
juga merupakan proses pemilihan, pengorganisasian dan pemberian waktu dalam
penggunaan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas yang diperlukan agar
menghasilkan output yang diinginkan, memenuhi waktu serta kendala yang ada.
Fungsi penjadwalan itu sendiri adalah sebagai alat pengambilan keputusan, yang
berisi prinsip-prinsip dasar, model, teknik, dan kesimpulan logis dalam
pengambilan keputusan.
Penjadwalan memiliki elelmen penting yang harus diperhatikan serta
hubungan hubungannya antara elemen satu dengan elemen lainnya elemen
tersebut diantaranya adalah job, operasi, mesin. Job adalah suatu pekejaan yang
harus diselesaikan untuk mendapatkan suatu produk. Job terdiri dari beberapa
operasi yang harus dikerjakan minimal 1 kali operasi. Informasi yang didapat
ketika suatu job datang ke lantai kerja pabrik adalah operasi-operasi yang harus
dilakukan didalamnya. Operasi merupakan himpunan bagian dari job.
Penyelesaian suatu job operasi diurutkan dalam suatu urutan pekerjaan tertentu.
Urutan tersebut ditentukan saat perencanaan proses. Setiap operasi memiliki
waktu proses yaitu waktu pengerjaan yang diperlukan untuk melakukan operasi
tersebut. Matriks routing berisikan informasi tentang urutan pengerjaan dan jenis
mesin yang digunakan dalam setiap operasi.
Operasi
1 2 3
1 1 2 3
2 1 2 3
Job
3 1 2 3
4 1 2 3

Gambar 2.3 Matriks Routing


Sumber: Gaspersz, 2002
II-7

Mesin merupakan sumber daya yang diperlukan untuk mengerjakan proses


penyelesaian suatu job. Setiap mesin hanya dapat memproses satu tugas pada satu
saat tertentu.

2.7 Klasifikasi Penjadwalan


Menurut Conway (1967), masalah penjadwalan dapat diklasifikasikan
berdasarkan faktor-faktor tertentu. Penjadwalan berdasarkan aliran prosesnya
dibagi menjadi tiga bagian yaitu Pure Flow Shop pola aliran prosesnya identik
artinya proses yang dilakukan sama.

Gambar 2.4 Pola Aliran Pure Flow Shop


Sumber: Gaspersz, 2002

Job Shop merupakan pola aliran yang menangani variasi produk yang
sangat banyak, dengan pola aliran yang berbeda beda. Peralatan pada job shop
juga digunakan secara bersama sama oleh bermacam macam order dalam
prosesnya. Penjadwalan job shop memiliki aturan aturan dalam prioritas urutan
pekerjaan yang dilaksanakan karena pada penjadwalan job shop variasi pekerjaannya
berbeda beda dengan mempertimbangkan efisiensi dari biaya setup, biaya persediaan
WIP, waktu menganggur stasiun kerja, dan sebagainya.

Gambar 2.5 Pola Aliran Job Shop


Sumber: Gaspersz, 2002
II-8

Aturan prioritas pada job shop diantaranya first come first served yaitu job
yang datang diproses sesuai dengan job mana yang datang terlebih dahulu,
earliest due date yaitu prioitas diberikan kepada job yang memiliki batas waktu
penyerahan lebih awal, shortest processing time yaitu prioritas akan diberikan
kepada job yang memiliki waktu proses terpendek. Penjadwalan berdasarkan
kedatangan job pada penjadwalan dapat dibagi menjadi dua yaitu kedatangan job
statis dan kedatangan dinamis. Kedatangan job statis adalah tidak ada job yang
datang pada saat jadwal dilakasanakan sedangkan kedatangan job dinamis adalah
bila job yang datang pada saat jadwal dilaksanakan, sehingga perlu dibuatkan
jadwal baru.

2.8 Ukuran performansi Penjadwalan


Menurut Baker (1974) terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam
penjadwalan. Waktu siap (ready time) menunjukkan saat pekerjaan ke-𝑖 dapat
dikerjakan (siap dijadwalkan). Ready time dapat juga dianggap sebagai waktu
kedatangan produk (bahan baku) atau dengan kata lain adalah ketika pekerjaan j
sampai diperalatan proses atau mesin. Waktu menunggu (waiting time) adalah
waktu tunggu pekerjaan 𝑖 dari saat pekerjaan siap dikerjakan sampai saat operasi
pendahulu selesai. Set up time adalah waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
persiapan sebelum pemrosesan job dilaksanakan. Delivery Date adalah saat
pengiriman job dari shop floor ke proses berikutnya atau ke konsumen.
Processing Time (𝑡𝑖) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan. Waktu proses ini sudah termasuk waktu yang dibutuhkan untuk
persiapan dan pengaturan (setup) selama proses berlangsung atau merupakan
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu operasi, atau proses ke-𝑖 dari
job ke-j. Waktu proses ini telah mencakup waktu untuk persiapan dan pengaturan
proses. Makespan adalah total waktu penyelesaian pekerjaan-pekerjaan mulai dari
urutan pertama yang dikerjakan pada mesin atau work center pertama sampai
kepada urutan pekerjaan terakhir pada mesin atau work center terakhir. Tardiness
adalah ukuran dari lateness yang bernilai positif dan juga merupakan
II-9

keterlambatan pekerjaan j untuk diselesaikan sebelum due date yang diberikan


atau waktu keterlambatan selesainya suatu pekerjaan j.
Slack Time adalah waktu tersisa yang muncul akibat dari waktu prosesnya
lebih kecil dari due date-nya. Slack Time dapat dituliskan dengan persamaan
berikut:

𝑆𝐿𝑖 = 𝑑𝑖 − 𝑡𝑖 …………………………………………….…………… (2.1)

Keterangan :
di : Batas waktu (due date)
ti : Keterlambatan (tardiness)

Flow Time (𝐹𝑖) adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu pekerjaan dari
saat pekerjaan tersebut masuk ke dalam suatu tahap proses sampai pekerjaan yang
bersangkutan selesai dikerjakan. Dengan kata lain, flow time adalah waktu proses
ditambah dengan waktu menunggu sebelum diproses, atau waktu antara job ke-𝑖
siap dikerjakan sampai job tersebut diselesaikan. Flow time dapat dituliskan
dengan persamaan berikut:

Fi = Ci− ri………………………………………………………...… (2.2)


Keterangan :
Ci : Waktu penyelesaian (Completion time)
𝑟𝑖 : Waktu siap (Ready time)

Lateness (𝐿𝑖) adalah selisih antara completion time (𝐶𝑖) dengan due date-
nya (𝑑𝑖). Suatu pekerjaan memiliki lateness yang bernilai positif apabila
pekerjaan tersebut diselesaikan setelah due date-nya, pekerjaan tersebut akan
memiliki keterlambatan yang negatif. Sebaliknya jika pekerjaan diselesaikan
setelah batas waktunya, pekerjaan tersebut memiliki keterlambatan yang positif,
atau besarnya simpangan waktu penyelesaian job ke-𝑖 terhadap due date yang
telah ditentukan untuk job tersebut. Hasil Li akan bernilai < 0 jika job selesai
sebelum batas akhir, nilai Li akan bernilai 0 jika job tepat sesuai batas akhir, dan
II-10

nilai Li akan bernilai > 0 jika job selesai setelah batas akhir. Lateness dapat ditulis
dengan persamaan berikut:

𝐿𝑖 = Ci − di…………………………………………………………… (2.3)
Keterangan:
Ci : Waktu Selesai
di : Waktu Penyerahan

Completion time (𝐶𝑖) adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan


pekerjaan mulai dari saat tersedianya pekerjaan (𝑡 = 0) sampai pada pekerjaan
tersebut selesai dikerjakan, atau menunjukkan rentang waktu sejak pekerjaan
pertama mulai dikerjakan sampai proses tersebut selesai. Completion time dapat
ditulis dengan persamaan berikut:

𝐶𝑖 = Fi + ri…………………………………………………………… (2.4)
Keterangan:
Fi : Waktu alir (Flow Time)
Ri : Waktu siap

Mean flow time, merupakan waktu rata-rata yang dihabiskan pekerjaan j


dilantai pabrik. Mean flow time dapat ditulis dengan persamaan berikut:

1
𝐹 = n ∑nj=1 Fi………………………………………..…………...…… (2.5)

Mean terdiness, merupakan rata-rata keterlambatan seluru job yang


dijadwalkan. Mean terdiness dapat ditulis dengan persamaan berikut:

1
T = 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑇𝑖…………………………………………………...…… (2.6)

2.9 Mesin dan Peralatan


II-11

Mesin dan peralatan menurut Assauri (2008), sebagian dari usaha manusia
untuk meningkatkan produktivitas dan memperbanyak produk baik variasi atau
ragamnya, maupun jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga
dengan adanya mesin mesin sangat membantu manusia dalam proses pengerjaan
ataupun produksi sautu barang. Mesin adalah suatu peralatan yang digerakkan
oleh kekuatan atau tenaga yang digunakan untuk membantu manusia dalam
mengerjakan produk atau bagian-bagiannya.
Prinsipnya jenis mesin terbagi menjadi dua yaitu mesin yang bersifat
umum (general purpose machines) dan mesin yang bersifat khusus (special
purpose machine). Mesin yang bersifat umum merupakan suatu mesin yang
dibuat untuk mengerjakan pekerjaan tertentu untuk berbagai jenis barang atau
produk. Perusahaan biasa menggunakan jenis mesin ini untuk memproduksi
sejumlah jenis barang yang jumlahnya kecil dan bengkel-bengkel untuk
mereparasi dan pemeliharaan. Mesin yang bersifat khusus adalah mesin mesin
yang direncanakan dan dibuat untuk menegrjakan satu atau beberapa jenis
kegiatan yang sama dan bertujuan khusus untuk melakukan satu macam pekerjaan
atau satu macam hasil produk. Mesin jenis ini biasa digunakan perusahaan untuk
melakukan produksi masal.

2.10 Pemeliharaan (Maintenance)


Perawatan merupakan suatu fungsi dalam suatu perusahaan pabrik sama
pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Peralatan ataupun fasilitas
yang dimiliki perusahaan perlu dijaga kondisinya untuk tetap mempergunakan
peralatan dan fasilitas tersebut. Perawatan dilakukan agar penggunaan fasilitas
tersebut dapat dilakukan secara terus menerus agar kontinuitas produksi dapat
terjamin, sehingga dibutuhkan kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan perawatan
yang meliputi kegiatan pengecekan, perbaikan, penggantian part pada faslitas
tersebut. Masalah pemeliharan perlu diperhatikan karena sering terlihat dalam
suatu perusahaan kurang memperhatikan bidang pemeliharaan, sehingga terjadilah
kegiatan pemeliharaan yang tidak teratur. Kegiatan produksi juga harus menjamin
II-12

bahwa selama proses produksi berlangsung tidak akan terjadi kemacetan-


kmacetan yang disebabkan oleh mesin atau fasilitas produksi.
Pemeliharaan dapat diartikan menjaga peralatan atau fasilitas pabrik dan
mengadakan perbaikan, penyesuaian, dan penggantian yang diperlukan supaya
terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang
direncanakan dan tidak mengalami kerusakan selama fasilitas atau peralatan
tersebut digunakan untuk proses produksi. Tujuan utama fungsi pemeliharaan
adalah kemampuan produksi sesuai denga rencana produksi, menjaga kualitas
pada tingkat yang tepat untuk mememnuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu
sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu, membantu mengurangi
pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan menjaga modal yang
diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dalam suatu perusahaan pabrik
dapat dibedakan menjadi dua yaitu preventive maintenance dan corrective
maintenance. Prenventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang
tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan
fasilitas porduksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses
produksi. Preventive maintenance ini bertujuan untuk menjamin kelancaran
fasilitas produksi dalam melakukan tugasnya dan selalu diusahakan dalam
kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses
produksi pada setiap saat. Pembuatan rencana atau jadwal pemeliharaan dan
perawatan yang cermat dan rencana produksi yang lebih tepat. Preventive
maintenance sangat penting dalam menghadapi fasilitas-fasilitas produksi yang
termasuk dalam critical unit. Sebuah fasilitas dapat termasuk dalam golongan
critical unit jika kerusakan alat atau fasilitas dapat membahayakan pekerja,
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan, menyebabkan kemacetan seluruh
proses produksi, dan modal yag ditanamkan pada fasilitas tersebut cukup besar.
Preventive maintenance dalam praktiknya dibedakan atas routine
maintenance dan periodic maintenance. Routine maintenance adalah
pemeliharaan yang dilakukan secara rutin tiap hari seperti pembersihan faslitas
II-13

atau alat, pengecekan oli, dan pengecekan isi bahan bakarnya dan lain sebagainya.
Periodic maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara berkala atau dalam jangka waktu tertentu seperti tiap pekan, atau
meningkat tiap bulan dan akhirnya satu tahun sekali. Contoh dari kegiatan
periodic maintenance adalah pembongkaran alat alat dibagian sistem mesin ,
penyetelan katup-katup pemasukan dan pengeluaran dan sebagainya.
Corrective maintenance atau breakdown maintenance adalah kegiatan
pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan
atau kelainan pada fasilitas atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan
baik. Kegiatan corrective maintenance yang sering dilakukan dapat disebut
dengan perbaikan atau reparasi. Perbaikan yang dilakukan karena adanya
kerusakan yang dapat terjadi akibat tidak dilakukannya preventive maintenance
atau fasilitas tersebut telah sampai pada suatu waktu dimana ia akan tetap rusak.
Jenis pemeliharaan ini hanya dilakukan ketika fasilitas atau mesin sudah
mengalami gangguan atau kerusakan. Tujuan tindakan perbaikan ini adalah agar
alat atau fasilitas tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi,
sehingga proses operasi atau produksi dapat berjalan lancar kembali. Perusahaan
juga tidak dapat sepenuhnya mengandalkan preventive maintenance karena
terdapat ketidakpastian dalam kelancaran proses produksi.
Pemeliharan alat ataupun fasilitas juga perlu diperhatikan efisiensinya
dalam memelihara alat atau fasilitas yang dimiliki perusahaan. Persoalan yang
dihadapi perusahaan adalah masalah teknis yang menyangkut mengenai masalah
usaha-usaha yang dilakukan untuk menghilangkan kemungkinan-kemungkinan
timbulnya kemacetan yang disebabkan kondisi fasilitas atau peralatan produksi
yag tidak baik. Tujuan yang akan dicapai dalam mengatasi persoalan ini adalah
untuk menjaga atau menjamin agar produksi pabrik dapat berjalan lancar. Hal
yang harus diperhatikan adalah tindakan tindakan apa yang harus dilakukan untuk
memelihara atau merawat peralatan yang ada untuk memperbaiki mesin-mesin
atau peralatan yang rusak, kemudian alat-alat atau komponen-komponen apa saja
yang dibutuhkan dan harus disediakan agar tindakan-tindakan pemeliharaan dapat
dilakukan.
II-14

Persoalan ekonomis yang dihadapi dalam melakukan pemeliharaan adalah


menyangkut bagaimana usaha pemeliharaan yang dilakukan yang dibutuhkan
secara teknis dapat efisien denga memperhatikan besarnya biaya yang terjadi dan
alternatif tindakan yang harus dipilih adalah yang menguntungkan bagi
perusahaan. Persoalan ekonomis ini perlu adanya perbandingan biaya antara
masing masing alternatif tindakan yang dapat diambil. Biaya biaya yang terdapat
dalam kegiatan pemeliharaan adalah biaya pengecekan, penyetelan, biaya service,
biaya penyesuaian, dan biaya perbaikan tentunya. Perbandingan biaya perlu
dilakukan untuk mengetahui mengenai mana yang lebih baik antara melakukan
preventive maintenance atau corrective maintenance, apakah perbaikan fasilitas
lebih baik dilakukan didalam perusahaan atau diluar perusahaan, dan mengetahui
mana yang lebih baik apakah memperbaiki fasilitas yang rusak atau mengganti
dengan fasilitas yang baru.

Anda mungkin juga menyukai